• Tidak ada hasil yang ditemukan

H. PENETAPAN PENUNDAAN

I. PEMERIKSAAN DENGAN ACARA

Pemeriksaan dengan acara singkat dilakukan untuk perkara perlawanan atas penetapan dismissal yang dilaksanakan oleh Majelis Hakim dalam sidang yang terbuka untuk umum. Pemeriksaan terhadap perlawanan atas Penetapan Dismissal

tidak perlu sampai memeriksa materi gugatannya.

Dalam hal perlawanan ditolak maka bagi pelawan tidak tersedia upaya hukum. Dalam hal perlawanan diterima, maka pemeriksaan terhadap perkaranya dilakukan dengan acara biasa oleh Majelis Hakim yang sama, dengan nomor perkara yang sama.

J. PEMERIKSAAN DENGAN ACARA CEPAT

1. Acara cepat dimohonkan kepada Ketua Pengadilan TUN oleh Penggugat dengan alasan terdapat kepentingan Penggugat yang cukup mendesak.

2. Ketua Pengadilan TUN dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari setelah menerima permohonan mengeluarkan penetapan yang berisi mengabulkan atau menolak permohonan. Terhadap penetapan tersebut tidak dapat digunakan upaya hukum.

3. Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan dengan Hakim tunggal. Ketua Pengadilan TUN dapat menunjuk Hakim tunggal yang memeriksa perkaranya.

4. Ketua Pengadilan TUN/Hakim tunggal yang ditunjuk memeriksa perkaranya, dalam jangka waktu 7 hari setelah dikeluarkan penetapan, menentukan hari, tempat dan waktu sidang tanpa melalui pemeriksaan persiapan. 5. Tenggang waktu untuk jawaban dan pembuktian bagi

kedua belah pihak, masing-masing tidak melebihi 14 hari. 6. Apabila karena sifat perkaranya yang sangat komplek,

sehingga batas waktu pemeriksaan dengan acara cepat menurut ketentuan undang-undang dilampaui, maka pemeriksaan dilakukan dengan acara biasa dengan cara Hakim tunggal tersebut menyerahkan kembali kepada Ketua Pengadilan untuk ditetapkan Majelis Hakim yang memeriksa perkaranya.

7. Dalam hal tertentu, acara cepat dimungkinkan diajukan oleh Tergugat, dengan alasan ada kepentingan Tergugat yang cukup mendesak.

K. PEMERIKSAAN DENGAN ACARA BIASA 1. PEMERIKSAAN PERSIAPAN

a. Sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai, Hakim wajib mengadakan pemeriksaan persiapan untuk memperbaiki dan melengkapi gugatan Penggugat. b. Dalam pemeriksaan persiapan, Hakim :

1) Wajib memberi nasihat kepada Penggugat untuk memperbaiki gugatan dan melengkapinya dengan data yang diperlukan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak pemeriksaan persiapan dilaksanakan.

Tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari untuk perbaikan gugatan dalam pemeriksaan persiapan janganlah diterapkan secara ketat. Hakim hendaknya berlaku bijaksana dengan tidak begitu saja menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima meskipun tenggang waktu 30 hari telah dilampaui, kalau Penggugat baru sekali diberi kesempatan untu memperbaiki gugatannya. 2) Meminta Penggugat untuk melampirkan

Keputusan TUN yang digugat (kecuali jika obyek gugatan berupa keputusan fiktif-negatif), dan data-data awal yang menyangkut pokok sengketanya bersama-sama dengan gugatan. Apabila Penggugat tidak dapat melampirkan keputusan TUN yang menjadi objek gugatan disebabkan karena ada halangan dari pejabat, maka Hakim memerintahkan pejabat yang bersangkutan untuk menyerahkannya.

3) Dapat meminta penjelasan kepada Badan atau Pejabat TUN yang bersangkutan.

4) Pemeriksaan persiapan dilakukan di ruang musyawarah dalam sidang tertutup untuk umum, dapat pula dilakukan di ruang kerja Hakim tanpa memakai toga.

5) Pemeriksaan persiapan dapat dilakukan oleh Hakim anggota yang ditunjuk sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Ketua Majelis.

6) Dalam pemeriksaan persiapan dapat mendengar keterangan Tergugat dan Penggugat, serta Pejabat TUN lainnya.

7) Panitera Pengganti yang ditunjuk mengikuti persidangan wajib membuat berita acara pemeriksaan persiapan.

8) Dalam pemeriksaan persiapan dapat dilakukan pemeriksaan setempat.

2. PERSIDANGAN

Untuk keperluan pemeriksaan, Hakim Ketua sidang membuka sidang dan menyatakan terbuka untuk umum. Apabila sengketa yang sedang disidangkan menyangkut ketertiban umum atau keselamatan negara, persidangan dapat dinyatakan tertutup untuk umum.

(Pasal 70 Undang-undang tentang PERATUN).

3. PENGUNDURAN SIDANG

a. Apabila suatu sengketa tidak dapat diperiksa pada sidang pertama, pemeriksaan diundurkan sampai sidang berikutnya dalam waktu yang tidak terlalu lama, dengan memperhatikan waktu yang cukup dalam hal ada pihak yang bertempat tinggal di luar wilayah hukum Pengadilan tersebut.

b. Pengunduran sidang harus diucapkan di persidangan, dan bagi mereka yang hadir, pemberitahuan pengunduran sidang berlaku sebagai panggilan, sedangkan bagi pihak yang tidak hadir dipanggil dengan surat tercatat.

c. Pengunduran sidang diberitahukan oleh Panitera Pengganti kepada petugas register perkara untuk dicatat dalam register yang bersangkutan.

L. PERKARA GUGUR

1. Dalam hal Penggugat atau kuasanya tidak hadir di persidangan pada hari pertama dan pada hari yang ditentukan dalam panggilan yang kedua tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, meskipun setiap kali dipanggil dengan patut, gugatan dinyatakan gugur dan

Penggugat harus membayar biaya perkara (Pasal 71 Undang-undang tentang PERATUN).

2. Dalam hal gugatan dinyatakan gugur, Penggugat berhak memasukan gugatannya sekali lagi sesudah membayar uang muka biaya perkara sepanjang masih dalam batas tenggang waktu gugatan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 55 Undang-undang tentang PERATUN.

M. TERGUGAT TIDAK HADIR

Tergugat atau kuasanya yang tidak hadir di persidangan, ketentuan Pasal 72 dan 73 Undang-undang tentang PERATUN menentukan :

1. Dalam hal Tergugat atau kuasanya tidak hadir di persidangan dua kali sidang berturut-turut dan/atau tidak menanggapi gugatan tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan meskipun setiap kali telah dipanggil dengan patut, maka Hakim ketua sidang dengan surat penetapan meminta atasan Tergugat memerintahkan Tergugat hadir dan/atau menanggapi gugatan.

2. Dalam hal setelah lewat 2 bulan sesudah dikirmkan dengan surat tercatat dan/atau panggilan oleh Juru Sita, penetapan tidak ditanggapi baik oleh atasan Tergugat maupun oleh Tergugat, maka Hakim ketua sidang menetapkan hari sidang berikutnya, dan pemeriksaan sengketa dilanjutkan menurut acara biasa tanpa hadirnya Tergugat.

3. Dalam hal terdapat lebih dari seorang Tergugat dan seorang atau lebih diantara mereka atau kuasanya tidak hadir di persidangan tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, pemeriksaan sengketa dapat ditunda sampai hari sidang yang ditentukan oleh Hakim ketua sidang.

4. Penundaan sidang diberitahukan kepada pihak yang hadir, sedang terhadap pihak yang tidak hadir oleh Hakim ketua sidang diperintahkan untuk dipanggil sekali lagi.

5. Apabila pada hari penundaan sidang Tergugat atau kuasanya masih ada yang tidak hadir, sidang dilanjutkan tanpa kehadirannya.

6. Meskipun persidangan dapat dilanjutkan tanpa hadirnya Tergugat atau kuasanya, putusan terhadap pokok gugatan dapat dijatuhkan hanya setelah pemeriksaan mengenai segi pembuktiannya dilakukan secara tuntas.

N. PENCABUTAN GUGATAN

1. Sebelum Tergugat mengajukan jawaban, Penggugat dapat sewaktu-waktu mencabut gugatannya.

Apabila Tergugat sudah memberikan jawaban, maka pencabutan gugatan akan dikabulkan oleh Pengadilan hanya apabila disetujui Tergugat.

2. Pencabutan gugatan diajukan kepada Ketua Pengadilan TUN/Majelis Hakim/Hakim yang memeriksa perkaranya. 3. Apabila telah dikeluarkan penetapan penundaan

Keputusan TUN yang digugat, baik yang dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan TUN maupun oleh Majelis Hakim/ Hakim yang memeriksa perkaranya, maka di dalam penetapan pencabutan gugatan dicantumkan pencabutan penetapan penundaan pelaksanaan Keputusan TUN obyek sengketa dan memerintahkan Panitera mencoret gugatan dari register perkara.

4. Penetapan pencabutan gugatan diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum dan dibuat berita acara oleh Panitera Pengganti yang ditunjuk untuk mengikuti persidangan.

O. INTERVENSI

1. Intervensi adalah pihak ketiga, yaitu orang atau badan hukum perdata yang mempunyai kepentingan dalam sengketa pihak lain yang sedang diperiksa oleh Pengadilan yang masuk sebagai pihak, baik atas prakarsa sendiri dengan mengajukan permohonan, maupun atas prakarsa Hakim.

2. Hakim wajib memanggil pihak ketiga tersebut di atas, untuk masuk sebagai pihak, meskipun ia tidak mengajukan permohonan. Hal ini untuk melindungi kepentingannya, karena Pasal 118 yang mengatur mengenai perlawanan pihak ketiga terhadap pelaksanaan putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap dicabut dari Undang-undang tentang PERATUN.

3. Intervensi dapat dilakukan sejak masuknya perkara sampai dengan duplik.

4. Permohonan intervensi diajukan dalam bentuk tertulis, tidak perlu membayar biaya perkara, nomor perkaranya sama dengan nomor gugatan ditambah kode intervensi (INTV) pada akhir nomor perkaranya. Contoh : 80/G/2007/PTUN.JKT/INTV.

5. Permohonan dapat dikabulkan atau ditolak oleh Pengadilan dengan putusan sela. Terhadap putusan sela tersebut pihak pemohon dapat mengajukan banding bersama dengan pokok perkara.

6. Dalam hal permohonan ditolak dan Pemohon mengajukan banding, sedangkan Pengadilan Tinggi berpendapat intervensi dikabulkan, maka dapat ditempuh 2 (dua) cara :

a. Pengadilan Tinggi mengeluarkan putusan sela sebelum memutus pokok perkara yang amarnya memerintahkan kepada Pengadilan TUN yang bersangkutan untuk melakukan pemeriksaan ulang. Setelah hasil pemeriksaan ulang diterima, Pengadilan Tinggi mengeluarkan putusan akhir mengenai pokok perkaranya.

b. Pengadilan Tinggi melakukan pemeriksaan sendiri dan mengeluarkan putusan akhir tentang pokok perkaranya.

7. Pihak ketiga yang masuk untuk mempertahankan kepentingannya sendiri disebut Penggugat intervensi. Pihak ketiga yang bergabung dengan Tergugat disebut Tergugat II intervensi. Pihak ketiga yang bergabung dengan Penggugat disebut Penggugat II intervensi.

8. Apabila pihak ketiga yang masuk lebih dari satu, maka sebutan untuk masing-masing adalah :

a. Penggugat Intervensi 1, Penggugat Intervensi 2, Penggugat Intervensi 3, dst.

b. Tergugat II Intervensi 1, Terggat II Intervensi 2, Tergugat II Intervensi 3, dst.

c. Penggugat II Intervensi 1, Penggugat II Intervensi 2, Penggugat II Intervensi 3, dst.

9. Sebelum permohonan intervensi dikabulkan atau ditolak, Hakim meminta tanggapan dari Penggugat dan Tergugat. 10. Permohonan intervensi yang dikabulkan/ditolak

dituangkan dalam putusan sela dan dicantumkan dalam berita acara persidangan.

Dokumen terkait