• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Pembelajaran Aktif (Active Learning)

Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang terjadi ketika siswa bersemangat, siap secara mental, dan bisa memahami pengalaman yang dialami (Hollingsworth 2006).

Menurut Zaini (2006) pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif berarti mereka mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini merekaa secara aktif menggunakan otak baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.

Belajar aktif sangat diperlukan peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika peserta didik pasif atau hanya menerima pengajaran, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Oleh sebab itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengikat informasi yang baru saja diterima dari guru. Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpanya dalam otak. Belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran mempunyai

beberapa kelemahan padahal hasil belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang lama.

Ketika ada informasi yang baru, otak manusia tidak hanya sekedar menerima dan menyimpan. Akan tetapi otak manusia akan memproses informasi tersebut sehingga dapat dicerna kemudian disimpan.

Pembelajaran Aktif merupakan proses aktif merangkai pengalaman untuk memperoleh pemahaman baru. Siswa aktif terlibat di dalam proses belajar mengkonstruksi sendiri pemahamannya. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.

Strategi pembelajaran konvensional pada umumnya lebih banyak menggunakan belahan otak kiri (otak sadar) saja, sementara belahan otak kanan kurang diperhatikan.

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus- stimulus kepada anak didik, agar terjadinya respons yang positif pada diri anak didik. Kesediaan dan kesiapan mereka dalam mengikuti proses demi proses dalam pembelajaran akan mampu menimbulkan respons yang baik terhadap stimulus yang mereka terima dalam proses pembelajaran. Respons akan menjadi kuat jika stimulusnya juga kuat. Ulangan-ulangan terhadap stimulus dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan respons, sehingga respons yang ditimbulkan akan menjadi kuat. Hal ini akan memberi kesan yang kuat pula pada diri anak didik, sehingga mereka akan mampu mempertahankan respons tersebut dalam memory (ingatan) nya. Hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik kalau dapat menghasilkan hal-hal yang menyenangkan. Efek menyenangkan yang ditimbulkan stimulus akan mampu memberi kesan yang mendalam pada diri anak didik, sehingga mereka cenderung akan mengulang aktivitas tersebut. Akibat dari hal ini adalah anak didik mampu mempertahan stimulus dalam memory mereka dalam waktu yang lama (longterm memory), sehingga mereka mampu merecall apa yang mereka peroleh dalam pembelajaran tanpa mengalami hambatan apapun.

Active learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat

dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi

hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional. Dalam metode active learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. (Mulyasa, 2004:241) Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa perbedaan antara pendekatan pembelajaran Active learning (belajar aktif) dan pendekatan pembelajaran konvensional, yaitu :

a. Pembelajaran konvensional 1) Berpusat pada guru

2) Penekanan pada menerima pengetahuan 3) Kurang menyenangkan

4) Kurang memberdayakan semua 5) Menggunakan metode yang monoton 6) Kurang banyak media yang digunakan

b. Pembelajaran Active learning 1) Berpusat pada anak didik 2) Penekanan pada menemukan 3) Sangat menyenangkan

4) Membemberdayakan semua indera danpotensi anak didik indera dan potensi anak didik.

5) Menggunakan banyak metode

Perbandingan di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan dan alasan untuk menerapkan strategi pembelajaran active learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di kelas. Selain itu beberapa hasil penelitian yang ada menganjurkan agar anak didik tidak hanya sekedar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu membaca, menulis, berdiskusi atau bersama-sama dengan anggta kelas yang lain dalam memecahkan masalah. Yang paling penting adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu pula mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi. Dalam konteks ini, maka ditawarkanlah strategi-strategi yang berhubungan dengan belajar aktif. Dalam arti kata menggunakan teknik active

learning (belajar aktif) di kelas menjadi sangat penting karena memiliki

2. Dimensi-dimensi Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif akan lebih tampak dan menunjukkan kadar yang tinggi apabila pembelajaran berorientasi pada siswa. Menurut Mc Keachie dalam bukunya Dimyati (1994 : 110) ada 7 dimensi proses pembelajaran yang mengkibatkan terjadinya kadar pembelajaran aktif, yaitu (1) Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran, (2) Tekanan pada aspek afektif dalam belajar, (3) Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama berbentuk interaksi antarsiswa, (4) Penerimaan guru terhadap perbuatan dan kontribusi siswa yang kurang relevan atau bahkan sama sekali salah, (5) Kekompakan kelas sebagai kelompok, (6) Kebebasan diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan-keputusan penting dalam kehidupan sekolah, (7) Jumlah waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah siswa baik yang berhubugan maupun yang tidak berhubungan dengan pembelajaran.

3. Karakteristik Pembelajaran Aktif

Raka Joni dalam Dimyati (1994 : 111) mengungkapkan bahwa sekolah yang melakukan pembelajaran aktif dengan baik harus mempunyai karakteristik, yaitu pembelajaran berpusat pada siswa, guru membimbing dalam terjadinya pengalaman belajar, tujuan kegiatan tidak hanya sekedar

mengejar standar akademis, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan penilaian.

Pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa berperan lebih aktif dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri, siswa berperan serta pada perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses belajar, pengalaman siswa lebih diutamakan dalam memutuskan titik tolak kegiatan. Guru membimbing dalam terjadinya pengalaman belajar. Guru bukan satusatunya sumber informasi, guru merupakan salah satunya sumber belajar, yang memberikan peluang bagi siswa agar dapat memperoleh pengetahuan atau ketrampilan sendiri melalui usaha sendiri, dapat mengembangkan motivasi dari dalam dirinya, dan dapat mengembangkan pengalaman untuk membuat suatukarya.

Tujuan kegiatan tidak hanya untuk sekedar mengejar standar akademis. Selain pencapaian standar akademis, kegiatan ditekankan untuk mengembangkan siswa secara utuh dan seimbang. Pengelolaan kegiatan pembelajaran ditekankan pada kreativitas siswa, dan memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai konsep-konsep dengan mantap. Penilaian dilakukan untuk mengukur dan mengamati kegiatan dan kemajuan siswa, serta mengukur ketrampilan dan hasil belajar siswa.

4. Tipe Pembelajaran aktif (Active Learning)

Menurut Silberman (2009:118-244) ada beberapa tipe dalam pembelajaran active learning, pembelajaran ini dapat membantu siswa mendapatkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap secara aktif.

a) Kegiatan Belajar Dalam Satu Kelas Penuh

Strategi ini dirancang untuk memajukan pengajaran satu kelas secara penuh. Kegiatan belajar ini menjadikan pengajaran yang dibimbing oleh guru lebih interaktif karena strategi ini menyajikan informasi dan gagasan yang melibatkan siswa secara penuh.

b) Menstimulus Diskusi Kelas

Seringkali, seorang guru berupaya menstimulasi diskusi kelas namun dihadapkan pada kebungkaman yang tidak menyenangkan karena siswa sendiri tidak tahu siapa yang berani berbicara duluan. Memulai sebuah diskusi tidak jauh berbeda dengan memulai pengajaran yang berbasis ceramah atau penyajian materi secara lisan. Membangkitkan minat siswa merupakan hal yang penting untuk menstimulasi diskusi.

c) Pengajuan Pertanyaan

Seringkali, setelah ditanya guru siswa justru diam, Sebagian guru menganggap diamnya siswa menunjukan bahwa siswa tidak berminat mengikuti pelajaran. Sebagian lain menyimpulkan bahwa semuanya

mengajukan pertanyaan. Strategi-strategi pengajuan pertanyaan akan lebih membuat siswa untuk lebih tertantang untuk membuat pertanyaan karena mereka memiliki kesempatan untuk memahami materi yang diajarkan.

d) Belajar Bersama

Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan belajar aktif adalah dengan pemberian tugas belajar yang dilakukan dalam kelompok kecil siswa. Dukungan sesama siswa dan keragaman pendapat, pengetahuan serta ketrampilan mereka akan membantu menjadikan belajar bersama sebagai bagian berharga dari iklim belajar di kelas. Belajar bersama tidaklah selalu efektif boleh jadi terdapat partisipasi yang tidak seimbang, komunikasi yang buruk, dan kebingungan bukanya belajar yang sesungguhnya. Dalam strategi belajar bersama seperti pencarian informasi, kelompok belajar, pemilahan kartu, turnamen belajar, dan kuis team merupakan strategi untuk memaksimalkan manfaat dari belajar bersama dan meminimalkan kesenjangan.

e) Pengajaran Sesama

Sebagian pakar percaya percaya bahwa sebuah mata pelajaran barubenar- benar dikuasai ketika si pembelajar mampu mengajarkan kepada orang lain. Pengajaran sesama siswa memberi siswa kesempatan untuk

mempelajari sesuatu dengan baik dan, sekaligus, menjadi narasumber satu sama lain.

f) Belajar Secara Mandiri

Belajar bersama dan belajar dalam satu kelas penuh bisa ditingkatkan dengan aktivitas belajar mandiri. Ketika siswa belajar dengan caranya sendiri, mereka mengembangkan kemampuan untuk untuk memfokuskan diri dan merenung. Bekerja dengan cara mereka sendiri juga memberi siswa kesempatan untuk memikul tanggung jawab pribadi atas apa yang mereka pelajari.

g) Belajar Yang Efektif

Aktivitas belajar yang efektif membantu siswa mengenali perasaan, nilai- nilai, dan sikap mereka. Belajar yang efektif dirancang untuk menimbulkan kesadaran akan perasaan, nilai-nilai, dan sikap yang menyertai banyak topik kelas. Dalam hal ini mendesak siswa untuk mengenali keyakinan mereka dan bertanya pada diri sendiri apakah mereka memiliki komitmen terhadap cara-cara baru dalam mengerjakan segala hal.

h) Pengembangan Ketrampilan

Salah atau tujuan terpenting dari pendidikan jaman sekarang adalah pemerolehan ketrampilan untuk kebutuhan pekerjaan modern. Terdapat

non tehnis misalnya mendengarkan dengan penuh perhatian dan berbicara dengan jelas. Ketika siswa berupaya mempelajari ketrampilan- ketrampilan baru dan meningkatkan kemampuan yang ada, mereka perlu mempraktikannya secara efektif dan mendapatkan umpan balik yang berguna.

5. Model Pembelajaran Tipe Debat Active

Pembelajaran aktif tipe Debat merupakan pembelajaran yang menstimulus diskusi kelas. Menurut Mel Silberman (2009: 140) Sering kali, seorang guru berupaya menstimulus diskusi kelas namun dihadapkan pada kebungkaman yang tidak menyenangkan karena siswa sendiri tidak tahu siapa yang berani berbicara duluan.

Sebuah debat bisa menjadi metode berharga untuk meningkatkan pemikiran dan perenungan, terutama jika siswa diharapkan mengemukakan pendapat yang bertentangan dengan diri mereka sendiri. Ini merupakan strategi debat yang secara aktif melibatkan tiap siswa di dalam kelas tidak hanya mereka yang berdebat.

6. Prosedur Active Debate

a. Susunlah sebuah pertanyaan yang berisi pendapat tentang isu kontroversial yang terkait dengan mata pelajaran.

b. Bagilah siswa menjadi 2 tim debat. Berikan secara acak posisi “pro” kepada satu kelompok dan posisi “kontra” kepada kelompok lain.

c. Selanjutnya, buatlah dua hingga empat sub kelompok dalam masing- masing tim debat.

d. Tempatkan dua hingga empat kursi (tergantung jumlah dari sub kelompok yang dibuat untuk tiap pihak) bagi para juru bicara dari pihak yang pro dalam posisi berhadapan. Dan pilihlah seorang siswa sebagai juru bicara.

X X

X Pro Kon X

X Pro Kon X

X Pro Kon X

X X

Mulailah “debat” dengan meminta juru bicara mengemukakan pendapat mereka.

e. Setelah semua siswa mendengarkan argument pembuka. Hentikan debat dan suruhlah kembali ke sub kelompok awal mereka. Perintahkan masing-masing kelompok untuk menyusun strategi dalam rangka mengkonter argument pembuka dari pihak lawan. Sekali lagi, perintahkan tiap kelompok memilih juru bicara (alangkah lebih baik orang baik) f. Kembali ke “debat”. Perintahkan para juru bicara, untuk memberikan

argument tanding. Ketika berdebat berlanjut pastikan untuk menyelang- nyeling antar kedua belah pihak, anjurkan siswa lain untuk memberikan

mereka. Dan anjurkan mereka untuk memberi tepuk tangan atas argumen yang disampaikan oleh perwakilan tim debat mereka.

Dokumen terkait