• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran merupakan proses pemberian pengetahuan oleh guru kepada peserta didik. Menurut Fadillah (2014:23): “istilah pembelajaran berdasar dari kata belajar yaitu suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan pengukuhan kepribadian”. Pengertian pembelajaran tersebut lebih menekankan pada pemerolehan pengetahuan, keterampilan dan kepribadian seseorang untuk kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan itu, Hamalik (2012:57) menjelaskan bahwa “pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersususn meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”. Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam (Fadillah, 2014:24) memaknai bahwa “pembelajaran diambil dari kata ajar, yang artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau dituruti. Maka, pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”.

Adapun menurut Iru dan Arihi dalam (Prastowo, 2013:57) secara harfiah pembelajaran berarti:

Proses, cara, perbuatan mempelajari, dan perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran merupakan suatu proses atau upaya menciptakan kondisi belajar dalam mengembangkan kemampuan minat dan bakat peserta didik secara optimal, sehingga kompetensi dan tujuan pembelajaran tercapai.

Merujuk pada pengertian di atas, pembelajaran dapat diartikan sebegai proses, cara atau perbuatan yang menjadikan pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan tingkah laku serta unsur-unsur lainnya yang saling mempengaruhi dan hasilnya relatif tetap untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran diselenggarakan dengan maksud untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, sehingga pembelajaran memiliki ciri-ciri yang mencerminkan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Hamalik (2012:66) menjelaskan terdapat tiga ciri khas dalam sistem pembelajaran, sebagai berikut:

a. Rencana, ialah penataan ketenangan, material, dan prosedur yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran.

b. Kesalingtergantungan (independence), antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan masing-masing memberikan sumbangan kepada sistem pembelajaran.

c. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Tujuan utama sistem pembelajaran adalah merancang agar anak belajar, sehingga tugas seorang perancang adalah mengorganisasikan tenaga, material, dan prosedur agar anak belajar secara efisien dan efektif.

Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa merancang pembelajaran berfungsi agar anak belajar secara efisien dan efektif dengan mengorganisasikan tenaga, material, dan prosedur serta melibatkan seluruh unsur-unsur sistem pembelajaran yang saling berkaitan

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, salah satunya dengan pembelajaran berbasis bermain.

2. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran. Mager dalam (Uno, 2012:35) mendefinisikan “tujuan pembelajaran sebagai perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu”. Sedangkan menurut Dejnozka, Kapel, dan Kemp dalam (Uno, 2012:35):“tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan”. Pendapat lain, Percival dan Ellington dalam (Uno, 2012:35) bahwa “tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang jelas dan menunjukan penampilan atau keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar”.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pembelajaran merupakan suatu pernyataan yang jelas dan dinyatakan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan perilaku atau keterampilan siswa dalam mencapai hasil belajar yang telah ditentukan sesuai dengan kompetensi dan tahap perkembangannya. Tujuan pembelajaran dirancang untuk memperjelas arah yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan pembelajaran dengan waktu yang efisien dan hasil yang maksimal. Menurut

Uno (2012:34) manfaat dalam merancang tujuan pembelajaran, sebagai berikut:

a. Waktu mengajar dapat dialokasikan dan dimanfaatkan secara tepat. b. Pokok bahasan dapat dibuat seimbang, sehingga tidak ada materi

pelajaran yang dibahas terlalu mendalam atau terlalu sedikit.

c. Guru dapat menetapkan berapa banyak materi pelajaran yang dapat atau sebaiknya disajikan dalam tiap jam pelaajaran.

d. Guru dapat menetapkan urutan dan rangkaian materi pelajaran secara tepat.

e. Guru dapat dengan mudah menetapkan dan mempersiapkan strategi belajar mengajar yang paling cocok dan menarik.

f. Guru dapat dengan mudah mempesiapkan berbagai keperluan peralatan maupun bahan dalam keperluan belajar.

g. Guru dapat dengan mudah mengukur keberhasilan anak dalam belajar.

h. Guru dapat menjamin bahwa hasil belajar akan lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar tanpa tujuan yang jelas.

Artinya, tujuan pembelajaraan dapat mempermudah guru dalam memanfaatkan waktu secara tepat dan efisien dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Guru dapat menyusun materi pembelajaran secara seimbang, sehingga anak dapat belajar sesuai kebutuhannya. Materi pembelajaran yang diberikan guru diurutkan secara tepat untuk mempermudah anak dalam memahami isi pembelajaran yang telah diberikan. Guru dapat memberikan pembelajaran berdasarkan startegi yang cocok dengan meteri yang akan disampaikan. Perancangan tujuan pembelajaran membantu guru dalam menetapkan bahan ajar yang diperlukan untuk kegiatan pembelajaran dan menetapkan hasil belajar yang dicapai anak berdasarkan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

3. Pembelajaran Berbasis Bermain

Konsep belajar melalui bermain dalam pendidikan anak usia dini tidak dapat diganti termasuk dalam pembelajaran formal di kelas. Bermain bagi anak usia dini lebih efektif dan lebih bermakna. Bermain juga menjadi prinsip pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) terkhusus Taman Kanak-Kanak (TK), karena bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak usia dini. Oleh karena itu, orang tua dan guru PAUD perlu memahami hakikat pembelajaran berbasis bermain yang merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran anak usia dini. Pembelajaran berbasis bermain berlandaskan prinsip belajar melaui bermain. Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013:10) bahwa “bermain membantu mengembangkan potensi yang dimiliki anak. Melalui bermain anak diajak bereksplorasi, menemukan, dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi anak”. Prinsip belajar melalui bermain merupakan pembelajaran yang berpusat pada anak, sehingga membantu anak menjadi pembelajar yang aktif dalam proses pembelajaran. Pengetahuan, keterampilan, sosial, emosional, nilai moral dan agama dapat dikembangakan melalui kegiatan bermain.

Konsep pembelajaran berbasis bermain diambil dengan dasar bahwa pada rentang usia dini, karakteristik belajar anak tidak dapat dipisahkan dari bermain yang dibantu dengan adanya alat permainan edukatif dan benda- benda konkrit disekitar anak sehingga pembelajaran yang dilaksanakan

menjadi lebih bermakna bagi anak usia dini. Hal ini sesuai dengan pendapat Haenilah (2015:74) bahwa:

Karateristik belajar anak yang harus difahami guru diantaranya (1) anak hanya bisa belajar jika tidak dipisahkan dari kebutuhan bermainnya, (2) anak hanya bisa belajar jika dalam bermainnya dibantu oleh alat permainan secara konkrit, (3) anak hanya bisa belajar jika perannya terlindungi, dan (4) anak hanya bisa belajar jika terbebas dari paksaan orang dewasa.

Berdasarkan pendapat di atas, bermain menjadi pendekatan yang sangat berpengaruh dalam pendidikan anak usia dini. Pembelajaran berbasis bermain menjadi salah satu pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam merancang pembelajaran di PAUD. Pembelajaran berbasis bermain berorientasi pada kebutuhan anak dan dibingkai dengan kegiatan belajar melalui bermain yang aktif, efektif, dan menyenangkan. Guru mutlak harus memahami makna bermain bagi anak usia dini, karena saat bermainlah anak menikmati proses belajar.

Pembelajaran berbasis bermain adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran anak usia dini yang mengungkapkan dan menjelaskan tentang pembelajaran yang disajikan dalam bentuk permainan dengan suasana mengasikan dan menyenangkan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Hal ini didukung oleh pendapat Hamruni dalam (Fadillah, 2014:23) menyebutkan bahwa “belajar tidak pernah akan berhasil dalam arti sesungguhnya, bila dilakukan dalam suasana yang menakutkan, belajar hanya akan efektif, bila suasananya-suasana hati anak didik-berada dalam kondisi yang menyenangkan”. Bermain bagi anak usia dini berbeda dengan bermain bagi orang dewasa. Menurut Haenilah (2015:75) bahwa “ketika

anak bermain, maka anak sedang belajar secara serius, konsentrasi penuh, kritis, belajar berbagi, tolerasi, disiplin, bartanggung jawab, bersosialisasi, megembangkan kemampuan bahasa, sampai belajar memecahkan masalah”.

Merujuk pada pendapat tersebut, untuk membuat anak merasa senang dalam belajar maka pembelajaran yang disusun oleh guru harus menarik, diantaranya dengan cara bermain. Pembelajaran berbasis bermain merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang disajikan dalam bentuk belajar melalui bermain, sehingga pembelajaran yang diberikan akan terasa menyenangkan dan membuat anak menjadi aktif, pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi anak, dan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.

Pembelajaran berbasis bermain dirancang agar anak dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Pembelajaran berbasis bermain merupakan pengembangan dari konsep belajar melaui bermain, sehingga dalam bermain pada pembelajaran berbasis bermain memiliki kriteria belajar sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Hartati (2007:46) sebagai berikut:

a. Bermain merupakan sarana belajar. b. Belajar muncul dari dalam diri anak.

c. Bermain bebas dan terbatas dari aturan yang mengikat. d. Bermain adalah aktivitas nyata dan sesungguhnya. e. Bermain lebih berfokus pada proses daripada hasil. f. Bermain harus didominasi oleh hasil.

Merujuk pada kriteria belajar dalam pembelajaran berbasis bermain di atas, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang dibuat oleh guru haruslah mencakup kegiatan bermain yang dapat menimbulkan rasa senang dan nyaman dalam proses pembelajaran. Pertama, bermain merupakan sarana belajar. Artinya, bermain dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran untuk bereksplorasi dan berinteraksi dengan teman, guru, dan orang tua untuk membangun pengetahuan. Ke-dua, bermain muncul dari dalam diri anak, yaitu kegiatan yang dilakukan anak berasal dari minat dan keinginan anak tanpa adanya paksaan. Ke-tiga, bermain bebas dan terbatas merupakan permainan yang mengembangkan keterampilan anak dalam memahami aturan dan norma yang harus ditaati. Ke-empat, bermain adalah aktivitas nyata dan sesungguhnya yang dilakukan oleh anak. Anak yang sedang bermain dapat membentuk dunianya, sehingga seringkali dianggap nyata dan sungguh-sungguh. Selanjutnya, yang ke-lima bermain lebih terfokus pada proses daripada hasil. Saat anak melakukan suatu permainan anak menemukan pengetahuannya sendiri melalui pengalaman yang telah diperoleh sehingga proses bermain memiliki makna tersendiri bagi anak usia dini. Ke-enam, bermain didominasi oleh hasil maksudnya bermain merupakan aktivitas yang produktif bagi anak dalam menciptakan suatu karya. Ke-tujuh, bermain melibatkan peran aktif dari pemain merupakan kegiatan yang dilakukan anak menjadikan anak menjadi pembelajar yang aktif karena pembelajaran berbasis bermain berorientasi pada anak.

Piaget dan Smilansky dalam (Haenilah, 2015: 94) menekankan“pentingnya belajar melalui bermain yang menekankan sensorimotor anak usia dini. Upaya ini dilakukan melalui hubungan fisik anak dengan lingkungan”. Upaya membelajarkan anak melalui pembelajaran berbasis bermain membawa konsekuensi terhadap pemahaman guru terhadap pentingnya bermain bagi anak usia dini. Pada pembelajaran berbasis bermain hal terpenting bukanlah bagaimana guru membuat anak belajar, akan tetapi membuat anak menjadi sosok yang kritis, memahami sesuatu, membangun pengetahuan itu sendiri, dan menemukan pengetahuan sendiri yang didapat melalui pengamatan dan percobaan.

D. Merancang Pembelajaran Berbasis Bermain

Dokumen terkait