• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN TEORI

E. Pembelajaran Berbasis Masalah

1. Sejarah Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran Berbasis Masalah pertama kali dipopulerkan oleh Faculty of Health Sciences of McMaster University di Canada pada tahun 1970-an. Ciri khas dari pelaksanaaan pembelajaran berbasis masalah di McMaster adalah filosofi pendidikan yang berorientasi pada masyarakat, berfokus pada manusia, melalui pendekatan antar cabang ilmu pengetahuan dan belajar berdasar masalah.

Pada saat itu Pembelajaran Berbasis Masalah hanya digunakan di fakultas kedokteran saja. Namun seiring dengan perkembangan jaman, saat ini pembelajaran berbasis masalah telah banyak diterapkan di sekolah dasar sebagai salah satu metode dalam mengatasi masalah-masalah di sekolah dasar yang erat hubungannya dengan prestasi belajar.

2. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang berawal dari sebuah permasalahan yang terjadi pada diri siswa. Ada beberapa pendapat mengenai pembelajaran berbasis masalah antara lain rumusan yang diungkapkan oleh Prof. Howard Barrows dan Kelson (dalam M. Taufiq Amir (2008:21)) sebagai berikut :

Pembelajaran berbasis masalah adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistematis untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan sehari-hari.

Sedangkan menurut Duch (dalam M. Taufiq Amir (2008:21)) pembelajaran berbasis masalah adalah metode pendidikan yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata.

Berdasarkan uraian tentang definisi pembelajaran berbasis masalah dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang berawal dari sebuah masalah nyata yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari siswa yang bertujuan untuk merangsang kemampuan berpikir aktif dan kritis untuk memecahkan masalah tertentu.

3. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

Adapun karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

a.Pengajuan pertanyaan atau masalah

Pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan pengajuan pertanyaan atau masalah yang disajikan oleh guru. Pembelajaran berbasis masalah mengangkat pertanyaan atau masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

b. Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif

Model pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu sama lain, yang bertujuan untuk meningkatkan kerjasama siswa serta membimbing siswa untuk berfikir kritis. Diharapkan dengan kelompok kecil tersebut siswa lebih mudah menganalisis sebuah masalah kemudian memecahkan masalah tersebut dengan saling berinteraksi.

c.Penyelidikan bersifat autentik

Dalam pembelajaran berbasis masalah, siswa akan mencari pemecahan masalah nyata dengan membuat hipotesis, mengumpulkan informasi, dan membuat kesimpulan.

d. Menuntut siswa untuk mempresentasikan apa yang telah mereka pelajari

Setelah siswa menemukan pemecahan masalah dalam kelompok, siswa harus mempresentasikan hasil diskusinya tersebut di depan kelas.

Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah dimulai oleh adanya masalah, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang belum mereka ketahui untuk memecahkan sebuah masalah tersebut. Siswa dituntut untuk mampu berbicara atau mengemukakan pendapat tentang apa yang ia pikirkan. Selanjutnya jika masalah sudah terpecahkan dalam kelompok, secara bergantian setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok.Dengan demikian secara tidak langsung siswa akan semakin percaya diri dan diharapkan kedepannya jiwa kepemimpinannya akan terbentuk dengan sendirinya.

4. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Dalam pembelajaran berbasis masalah memiliki tahapan-tahapan pembelajaran diantaranya menurut Arends (dalam

http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/19/pembelajaran-berbasis-masalah/) sebagai berikut:

a. Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai

Sebelum melakukan pembelajaran, guru menyampaikan kepada siswa baik secara lisan maupun tertulis tentang kompetensi yang akan dicapai. Hal ini bermaksud supaya siswa mengetahui tujuan dari pembelajaran yang akan dilakukan.

b. Pembagian Siswa dalam kelompok

Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil masing-masing beranggotakan empat sampai lima orang siswa. Kelompok dibentuk berdasarkan kemampuan siswa secara heterogen. Hal ini dimaksudkan agar siswa yang kemampuan akademik tinggi dapat membantu sesama temannya yang memiliki kemampuan akademik rendah.

c. Masing-masing kelompok diberi masalah untuk didiskusikan dalam kelompok kemudian mencari fakta dan informasi untuk mencari solusi

Guru memulai dengan memberikan suatu masalah. Masalah yang diberikan merupakan masalah yang nyata dalam kehidupan

siswa sehari-hari. Berdasarkan masalah tersebut siswa diminta untuk mendiskusikan dalam kelompok untuk mencari solusi jawaban atau pemecahannya berdasarkan fakta dan data atau informasi yang diperolehnya.

d. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi

Setelah melakukan diskusi dan mendapatkan solusi jawaban, masing-masing kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi setiap kelompok. Hal ini bertujuan agar siswa dapat menemukan pemecahan yang terbaik melalui saran dan pendapat dari teman.

e. Guru membimbing siswa membuat kesimpulan

Setelah dipresentasikan kemudian guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilaluinya .

5. Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah

a. Dengan pembelajaran berbasis masalah akan terjadi pembelajaran yang bermakna. Hal tersebut terjadi karena dalam pembelajaran berbasis masalah, siswa dihadapkan pada permasalahan nyata, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin bermakna.

b. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserap dengan baik.

c. Pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis. Terutama dalam menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan nyata.

d. Menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja dan memecahkan masalah

e. Meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar. f. Siswa dilatih bekerjasama dalam kelompok.

6. Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah

a. Untuk siswa yang hanya tergantung pada kelompoknya dan tidak mau terlibat, tujuan dari pembelajaran tidak dapat tercapai.

b. Menyita banyak waktu karena guru harus menyiapkan masalah yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

Dokumen terkait