• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pembelajaran Berbasis Proyek ( Project Based Learning ) Joyce dan Murin dalam Rusman berpendapat bahwa, “M odel Joyce dan Murin dalam Rusman berpendapat bahwa, “Model

DESKRIPSI TEORITIK

A. Deskripsi Teoritik

1. Model Pembelajaran Berbasis Proyek ( Project Based Learning ) Joyce dan Murin dalam Rusman berpendapat bahwa, “M odel Joyce dan Murin dalam Rusman berpendapat bahwa, “Model

pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain”.1 Menurut Rusman model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu, (2) Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, (3) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar-mengajar dikelas, (4) Memiliki bagian-bagian model atau urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax), (5) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran, (6) Membuat persiapan mengajar dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.2

Thomas menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang, dan menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri.3 The pasific

1

Rusman, Model-model pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2012), h. 133.

2

Ibid., h. 136 3

John W. Thomas, A review of Reasearch on Project-Based Learning, (California: The Autodesk Foundation, 2000), p. 1.

education institute's pada intinya menjelaskan bahwa dalam model project based learning, guru dan siswa bekerja sama dan pada saat proses pembelajaran tersebut siswa mampu membangun, meningkatkan konten pengetahuan, kemampuan memecahkan masalah, pemikiran sistem dan keterampilan berkomunikasi. Sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.4 Patton pun menjelaskan bahwa keistimewaan pembelajaran berbasis proyek adalah di pamerkannya output atau hasil produk secara terbuka. Dalam pembelajaran berbasis proyek ini siswa dituntun untuk merancang, merencanakan, dan melaksanakan proyek yang menghasilkan output seperti sebuah produk, publikasi, atau presentasi. Hal itu berkaitan dengan pembelajaran penyelidikan atau sering disebut juga inquiry based learning dan pembelajaran berbasis masalah.5 Project based learning berisi tugas intelektual untuk mengeksplorasi masalah yang kompleks dan memiliki kegiatan dengan jangka waktu yang cukup, berpusat pada siswa, siswa mengeksplorasi, membuat penilaian, menafsirkan, dan mensintesis informasi dalam cara yang lebih bermakna. Hal ini akan mendorong pemahaman yang benar tentang pengetahuan.6

Tahapan Pembelajaran berbasis proyek siswa difokuskan pada pertanyaan atau masalah yang kompleks, kemudian menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah melalui proses penyelidikan bersama dengan periode waktu yang cukup. Selama proses penyelidikan, siswa mempelajari konten, informasi, dan fakta yang diperlukan untuk menarik kesimpulan tentang pertanyaan. Selain itu, siswa juga belajar keterampilan yang berharga dan kebiasaan berpikir

4

Erica Baker et al., Project-Based Learning Model: Relevant Learning for the 21st Century, (Amerika: Pacific Education Insttitute, 2011), p. 1.

5

Alec Patton, Work that Matters: The Teacher’s guide to Project-Based Learning, (UK: The Paul Hamlyn Foundation, 2012), p. 13.

6

Educational Technology Division Ministry of Education, Project Based Learning

Handbook “Educating the Millennial Learner”, (Kuala Lumpur: Communication and Training Sector, 2006), p. 3.

selama proses tersebut.7 Project based learning memungkinkan peserta didik untuk menulis makna dan mencapai pemahaman dari informasi baru, pengalaman, dan dibangun pada pemahaman tentang masa lalu.8 Dengan project based learning, siswa menggunakan pendekatan kolaboratif dan kooperatif untuk menghasilkan pengetahuan. Hal ini juga memfasilitasi pembelajaran yang bermakna dan sesuai dengan kehidupan.9 Ministry of Education Malaysia juga menyebutkan bahwa ada delapan hasil project based learning yaitu, (1) konten, (2) kerjasama, (3) berpikir kritis, (4) komunikasi lisan, (5) komunikasi tertulis, (6) persiapan karir, (7) kewarganegaraan dan etika, dan (8) literasi teknologi.10

Kelebihan project based learning dibandingkan dengan model konvensional adalah membantu siswa mengembangkan keterampilan dasar dan digital age skill untuk hidup berbasis pengetahuan dan teknologi tinggi, sedangkan model konvensional kurang mampu mempersiapkan siswa untuk dapat bertahan dalam keadaan di dunia sekarang ini. Melalui kombinasi keterampilan ini, siswa akan menjadi pemimpin dan pengatur dalam pembelajaran dengan panduan dan bimbingan guru terampil.11

Berdasarkan uraian diatas mengenai definisi pembelajaran berbasis proyek, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran yang berpusat pada proses, relatif berjangka waktu, berfokus pada masalah, unit pembelajaran bermakna dengan memadukan konsep-konsep dari sejumlah komponen baik itu pengetahuan, disiplin ilmu atau lapangan.

Pembelajaran berbasis proyek kegiatan pembelajarannya berlangsung secara kolaboratif dalam kelompok yang heterogen.

7

Educational Technology Division Ministry of Education, op. cit., p. 51.

8 Ibid., p. 51. 9 Ibid., p. 13. 10 Ibid., p. 18. 11 Ibid., p. 6.

Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang sangat besar untuk melatih proses berpikir siswa yang mengarah pada keterampilan berpikir kritis siswa. Pembelajaran berbasis proyek menyediakan tugas-tugas kompleks yang berbasis pertanyaan-pertanyaan menantang atau masalah yang melibatkan siswa dalam aktivitas-aktivitas memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan investigasi dan refleksi yang melibatkan guru sebagai fasilitator. Pembelajaran berbasis proyek terfokus pada pertanyaan-pertanyaan yang menuntun (driving question) siswa untuk memanfaatkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui pengalaman. Melalui pembelajaran berbasis proyek siswa belajar dari pengalamannya dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tujuannya adalah agar siswa mempunyai kemandirian dalam menyelesaikan tugas yang dihadapinya.

a. Prinsip-prinsip pembelajaran berbasis proyek

Menurut Thomas pembelajaran berbasis proyek memiliki beberapa prinsip yang dapat membedakan pembelajaran berbasis proyek dengan model pembelajaran lain, yaitu (a) sentralis, (b) pertanyaan pendorong, (c) investigasi konstruktif, (d) otonomi, (e) realistis.12

a) Prinsip sentralis atau centrality

Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Dalam pembelajaran, siswa mengalami dan belajar konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran akan dapat di laksanakan secara optimal.13

12

Thomas, op.cit., h.3-4.

13

b) Prinsip pertanyaan pendorong/penuntun atau driving question. Pembelajaran berbasis proyek berfokus pada pertanyaan atau permasalahan yang dapat mendorong siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu bidang tertentu. Jadi, dalam hal ini kerja sebagai external motivation yang mampu menggugah siswa (internal motivation) untuk menumbuhkan kemandiriannya dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran.14

c) Prinsip investigasi konstruktif/ constructive investigation Prinsip ini mengarah kepada pencapaian tujuan yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Penentuan jenis proyek haruslah dapat mendorong siswa untuk mengonstruksi pengetahuan sendiri untuk memecahkan persoalan yang di hadapinya. Dalam hal ini guru harus mampu merancang suatu kerja proyek yang mampu menumbuhkan rasa ingin meneliti, rasa untuk berusaha memecahkan masalah, dan rasa ingin tahu yang tinggi.15

d) Prinsip otonomi/Autonomy

Pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan sebagai kemandirian siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu menjadi pemberi keputusan dan pencari solusi. Dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong tumbuhnya kemandirian siswa.16

e) Prinsip realistis/Realisme

Pembelajaran berbasis proyek dapat memberikan perasaan realistis kepada siswa termasuk dalam memilih topik, tugas, dan peran konteks kerja, kolaborasi kerja, produk, pelanggan, maupun standar produknya. Pembelajaran berbasis proyek mengandung tantangan nyata berfokus pada permasalahan yang 14 Ibid., h.145. 15 Ibid., h.146. 16 Ibid., h.146.

autentik (bukan simulasi), bukan dibuat-buat, dan solusinya dapat di implementasikan dilapangan. Jadi guru harus mampu menggunakan dunia nyata sebagai sumber belajar bagi siswa. Kegiatan ini akan dapat meningkatkan motivasi, kreativitas, dan kemandirian siswa dalam pembelajaran.17

Kelima prinsip di atas harus ada dalam model pembelajaran berbasis proyek. Berdasarkan prinsipnya pembelajaran berbasis proyek mengutamakan aktivitas siswa dalam menghimpun konsep dan pengetahuannya.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek

Pelaksanaan Pembelajaran berbasis proyek, dijalankan dengan melalui beberapa tahap pembelajaran. Belum ada ketetapan baku untuk menjalankan tahap-tahap pembelajaran berbasis proyek, namun pada umumnya didasarkan dan mencontoh pada tahap pembelajaran konstruktivisme. Tahapan project based learning yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: perencanaan proyek (project planning), pelaksanaan proyek (project launch), penyelidikan terbimbing dan pembuatan produk (guided inquiry and product creation), dan kesimpulan proyek (project conclution).18

Tahapan project based learning seperti yang dijelaskan sebelumnya secara ringkas disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Manajemen kegiatan di dalam project based learning19

Tahap

Pembelajaran Kegiatan pengelolaan

Tahap Perencanaan Proyek (project

planning)

 Menentukan cakupan proyek, masalah, dan ide pemecahan masalah

 Mengembangkan sebuah driving question

17

Ibid., h.146-147. 18

Carolyn M. Evertson and Carol S. Weinstein (eds), Handbook of Classroom

Management, (New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers, 2006), p. 590. 19

 Pemilihan konten dan penggabungan dengan non konten

 Perencanaan assessment

 Pengaturan sumber belajar

 Menentukan strategi kelompok

Tahap Pelaksanaan Proyek (project

launch)

 Merangsang minat, semangat, dan perhatian para siswa

 Membangun harapan tinggi

 Menjelaskan peraturan, prosedur, produk, jadwal, dan penilaian

Tahap Penyelidikan Terbimbing dan Pembuatan Produk (guided inquiry and product creation)

 Memfasilitasi penggunaan sumber belajar

 Membantu siswa menentukan tugas dan kemajuan

Scaffolding

 Mengusahakan ketrampilan presentasi Tahap Kesimpulan Proyek (project conclution)  Tahap pameran  Melakukan assessment  Refleksi

Berikut ini akan dipaparkan secara rinci mengenai tahapan model project based laearning.

1. Tahap perencanaan proyek

Tahapan awal project based learning, guru memberikan pertanyaan atau masalah, kemudian memfasilitasi kegiatan belajar siswa selama proses memecahkan masalah ini. Pada tahap awal implementasi project based learning, guru seperti memimpin perencanaan proyek tersebut dan membantu siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang diperlukan.

2. Tahap pelaksanaan proyek.

Tahapan dilanjutkan dengan peningkatan tanggung jawab di tengah siswa dalam melakukan desain dan mencari sumber belajar yang relevan dengan tema proyek. Proses pencarian sumber belajar atau informasi yang mendukung proyek merupakan proses investigasi secara teoritik. Dalam project based learning siswa juga akan merasakan manfaat dan

semangat dalam menyelesaikan proyek tersebut karena dalam tahapan ini guru berusaha merangsang minat dan semangat siswa dengan menjelaskan seluruh peraturan, prosedur, dan jadwal penilaian yang akan dilaksanakan.

3. Tahap penyelidikan terbimbing dan pembuatan produk.

Tahapan ketiga yaitu penyelidikan terbimbing dan pembuatan produk. Guru berperan sebagai fasilitator dalam penggunaan sumber daya dalam melakukan penyelidikan dan pembuatan produk, sedangkan siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya melalui pembuatan produk.

4. Tahap Kesimpulan Proyek.

Tahapan terakhir, yaitu kesimpulan proyek siswa akan melakukan evaluasi, analisis dan menyimpulkan. Pada kesimpulan proyek tersebut, guru memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa penilaian ini secara akademik sesuai, maka dilakukan refleksi terhadap kegiatan untuk membuat perbaikan proyek untuk di masa depan.

Tahapan project based learning ini juga memberikan pengetahuan kepada siswa bagaimana metode ilmiah digunakan dalam melaksanakan suatu proyek, yaitu dimulai dari merumuskan permasalahan, menentukan langkah-langkah, menentukan alat dan bahan yang dibutuhkan, melakukan penyelidikan, membuat sebuah produk dari sebuah proyek, mempresentasikan dan mengkomunikasikan produk sebagai hasil penyelidikan, dan melakukan diskusi.

Menurut Martin, guru memiliki peran yang sangat penting dalam project based learning. Karena peranan yang penting ini maka ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru, antara lain:20

20

Jennifer Railsback, Project Based Instruction “Creating Excitement for Learning”, (Northwest Regional: Educational Laboratory, 2002) p. 24.

1) Menganalisis tugas dan keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan proyek tersebut.

2) Memfasilitasi proses analisis tugas proyek, menyiapkan rencana aktivitas, dan melaksanakan serta mengevaluasi proyek.

3) Menentukan bagaimana proyek akan memberikan kontribusi untuk proses pembelajaran siswa.

4) Memfasilitasi pengambilan keputusan, berpikir, dan kemampuan memecahkan masalah.

5) Memfasilitasi siswa untuk memperlihatkan tanggung jawab pribadi, harga diri, dan integritas.

6) Memfasilitasi pertumbuhan keterampilan interpersonal siswa, seperti bekerja sebagai tim, bekerja sama dengan anggota masyarakat, dan bekerja dengan orang-orang dari berbagai latar belakang.

c. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek

Menurut Moursund seperti dikutip Wena, ada lima keuntungan dari project based learning, yaitu: 21

1) Increased motivation. Pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terbukti dari beberapa laporan penelitian tentang pembelajaran berbasis proyek yang menyatakan bahwa siswa sangat tekun, berusaha keras untuk menyelesaikan proyek, siswa merasa lebih bergairah dalam pembelajaran, dan keterlambatan dalam kehadiran sangat berkurang.

2) Increased problem-solving ability. Beberapa sumber

mendeskripsikan bahwa lingkungan belajar pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan memecahkan

21

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011),

masalah, membuat siswa lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang bersifat kompleks.

3) Improved library research skills. Pembelajaran berbasis proyek mempersyaratkan siswa harus mampu secara cepat memperoleh informasi melalui sumber-sumber informasi, maka keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi akan meningkat.

4) Increased collaboration. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek mmerlukan siswa mengambangkan dan mempraktikan keterampilan komunikasi. Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek. Selain itu, Bryson dan Reyes22 menganggap bahwa pembelajaran kolaboratif memungkinkan siswa untuk mendukung yang muncul di antara mereka, menyuarakan pendapat mereka sendiri, dan mendiskusikan pemecahan masalah. Semua keterampilan tersebut akan diperlukan dalam dunia kerja.

5) Increased resource-management skills. Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

d. Perbedaan Penekanan Pembelajaran Berbasis Proyek dan Pembelajaran Tradisional.

Project Based Learning memiliki banyak perbedaan dengan model pembelajaran tradisional. Penjelasan di atas juga telah diungkapkan model kovensional yang pasif hanya belajar fakta-fakta, membaca, dan tidak konteks dengan kehidupan.23

22

Jennifer Railsback, Project Based Instruction “Creating Excitement for Learning”, (Northwest Regional: Educational Laboratory, 2002), p. 9.

23

Buck Institute for Education seperti dikutip Wena,24 terdapat perbedaan antara pembelajaran tradisonal dan project based learning. Perbedaan ini dapat dilihat dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Perbedaan Project Based Learning dan Pembelajaran Tradisional Aspek Pendidikan Pembelajaran Tradisional Project Based Learning (PjBL) Fokus kurikulum

Cakupan isi Kedalaman pemahaman Pengetahuan tentang fakta Penguasaan konsep dan prinsip Belajar keterampilan “Building-Block” dalam isolasi Pengembangan keterampilan pemecahan masalah yang kompleks Lingkup dan urutan Mengikuti urutan kurikulum secara ketat

Mengikuti minat siswa

Berjalan dari blok ke blok atau dari unit ke unit

Unit-unit besar terbentuk dari

problem dan isu yang kompleks Memusat, fokus berbasis disiplin Meluas, fokus, interdisipiliner Peranan guru Penceramah dan direktur pembelajaran Penyedia sumber belajar dan partisipan dalam pembelajaran

Ahli Pembimbing/partner

Fokus pengukuran

Produk Proses dan produk Skor tes Pencapaian yang

nyata Membandingkan

dengan yang lain

Unjuk kerja yang standar dan kemajuan dari waktu ke waktu

Bahan-bahan pembelajaran

Teks, ceramah, dan presentasi

Langsung sumber asli, bahan-bahan tercetak, interview, dokumen, dan lain-lain

Kegiatan dan lembar latihan dikembangkan

Data dan bahan dikembangkan oleh

24

guru siswa

Penggunaan Pendukung, peripheral Utama, integral

Teknologi

Dijalankan guru Diarahkan siswa Kegunaan untuk

perluasan presentasi guru

Kegunaan untuk memperluas presentasi siswa atau penguatan kemampuan siswa

Konteks kelas

Siswa bekerja sendiri Siswa bekerja dalam kelompok

Siswa kompetisis satu dengan yang lainnya

Siswa kolaboratif satu dengan yang lainnya Siswa menerima informasi guru Siswa mengkonstruksi, berkonstribusi, dan melakukan sintesis informasi Peranan siswa Menjalankan perintah guru Melakukan kegiatan belajar yang diarahkan oleh diri sendiri Pengingat dan

pengulang fakta

Pengkaji, integrator, dan penyaji ide Pembelajar menerima

dan menyelesaikan tugas-tugas laporan pendek

Siswa menentukan tugas mereka sendiri dan bekerja secara independen dalam waktu yang besar Tujuan jangka

pendek

Pengetahuan tentang fakta, istilah, dan isi

Pemahaman dan aplikasi ide dan proses yang kompleks

Tujuan jangka panjang

Luas pengetahuan Dalam pengetahuan Lulusan yang

memiliki pengetahuan yang berhasil pada tes standar pencapaian

Lulusan yang

berwatak dan terampil mengembangkan diri, mandiri, dan belajar sepanjang hayat

2. Hakikat Keterampilan berpikir kritis