• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. DASAR TEORI

B. Pembelajaran yang Konstruktivistik

3. Pembelajaran Fisika Menurut Filsafat Konstruktivisme

Pembelajaran fisika yang konstruktivis, sangat sesuai dengan hakikat sains yaitu sebagai kesatuan proses, sikap dan hasil yang saling berhubungan. Keterkaitan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar1. Hubungan antara proses keilmuan, sikap keilmuan, dan produk keilmuan Dari gambar tersebut dapat diartikan: dengan dilandasi sikap keilmuan, proses keilmuan, menghasilkan produk keilmuan. Produk keilmuan mendorong proses keilmuan selanjutnya dan menumbuhkan atau membangun sikap keilmuan. Proses keilmuan berikutnya akan menumbuhkan dan menguatkan sikap keilmuan yang telah dimilikinya, serta memperoleh hasil keilmuan lain atau menumbuhkan keyakinan akan kebenaran atau kesalahan hasil yang telah diperoleh sebelumnya. Demikian seterusnya (Kartika Budi, 2000:46).

Pembelajaran konstruktivistik pada dasarnya adalah keterlibatan siswa secara berkesinambungan dalam kegiatan yang relevan dalam membangun pengetahuan. Melaksanakan pembelajaran yang konstruktivistik berarti menciptakan atau merancang variasi kegiatan yang

15

dapat melibatkan siswa secara aktif dan berkesinambungan dalam melakukan proses, terutama proses sains (Kartika Budi, 2000:46-56). Kegiatan-kegiatan yang bervariasi tersebut antara lain:

a. Membaca sendiri

Siswa membaca sendiri pokok-pokok bahasan tertentu dan membaca contoh-contoh soal tertentu yang memungkinkan untuk dapat dibaca sendiri. Untuk itu perlu tersedia bacaan yang sesuai yaitu bacaan dengan pengungkapan gagasan, kerangka berpikir, gaya bahasa yang sesuai dengan kemampuan siswa. Kegiatan membaca ini dapat dilakukan dengan mengambil tempat dan bacaan yang sesuai. Tempatnya bisa di dalam kelas, di luar kelas, maupun di luar sekolah. Bacaan dapat dipilih sendiri oleh siswa dari sumber manapun asalkan sesuai dengan topik yang sedang dibahas. Dengan membaca sendiri dalam situasi kebebasan, siswa akan bekerja dan maju sesuai dengan potensinya

b. Mendorong siswa untuk selalu bertanya

Rasa ingin tahu mendorong siswa untuk bertanya, namun seringkali siswa tidak ada yang mengajukan pertanyaan. Untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa, dapat dilakukan dengan merancang kegiatan yang dapat mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan. Cara yang dapat dicoba antara lain dengan memberikan tugas kepada siswa untuk menemukan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi baik yang

16

sudah dipelajari maupun yang belum dipelajari dan menghadirkan suatu gejala atau fenomena yang memungkinkan siswa untuk bertanya.

c. Membiasakan siswa untuk berani mengemukakan pendapat atau gagasan

Siswa perlu sekali untuk diberi kesempatan dan dorongan untuk berani mengungkapkan gagasan, karena mengungkapkan gagasan merupakan salah satu bentuk pengungkapan potensi. Salah satu bentuk pengungkapan gagasan misalnya merumuskan definisi atau suatu konsep atau hukum yang telah dibangun. Hal ini penting karena definisi atau konsep atau hukum, tidak untuk dihafal melainkan sesuatu yang harus dibangun dan dipahami. Guru harus sabar untuk tidak memberikan definisi tersebut, sampai ada siswa yang mengusulkannya.

d. Membangun peta konsep

Salah satu tujuan pembelajaran fisika adalah memahami konsep-konsep dan hukum-hukum serta keterkaitannya. Peta konsep-konsep dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa menghubungkan konsep yang satu dengan konsep yang lainnya. Pemahaman konsep antara lain dapat menyatakan pengertian dengan bahasanya sendiri, dapat menjelaskan maknanya, dapat menunjukkan keterkaitannya dengan konsep lain, dapat menerapkannya untuk memecahkan berbagai masalah yang dalam pembelajaran biasanya berupa soal-soal.

Kemampuan siswa membuat peta konsep tidak terbentuk dengan sendirinya. Oleh karena itu sebelum pembuatan peta konsep dijadikan

17

sebagai salah satu kegiatan siswa, maka perlu dilatih terlebih dahulu. Pelatihan tersebut dapat dilakukan melalui tahap-tahap (1) dijelaskan lebih dahulu apa yang dimaksud dengan peta konsep, bagaimana cara membangunnya, syarat apa yang harus dipenuhi, dan contoh proses pembuatannya (2) siswa berlatih membuat peta konsep dengan langkah-langkah dari yang sederhana sampai yang komplek. Siswa diberi dua atau tiga konsep dan kemudian berkembang lagi menjadi lebih banyak lagi konsep yang saling berhubungan dan siswa ditugasi untuk menentukan hubungan proporsionalnya. Setelah itu siswa diberikan konsep tanpa diketahui hubungannya, dan siswa harus menentukan sendiri hubungannya. Setelah itu siswa mengidentifikasi sendiri konsep-konsep penting yang akan dipetakan, menentukan konsep-konsep mana yang memiliki hubungan, menentukan di mana konsep-konsep yang mempunyai hubungan diletakkan, dan merumuskan sendiri hubungannya. Pelatihan ini dimulai dengan pokok bahasan yang sedikit mengandung konsep kemudian berlanjut ke pokok bahasan yang mengandung banyak konsep. e. Menganalisis data dan menarik kesimpulan

Siswa dapat dilibatkan dalam kegiatan menganalisis data dan menyimpulkannya sendiri. Data dapat diperoleh melalui eksperimen atau demonstrasi. Bila tidak memungkinkan dapat dipergunakan data yang telah tersedia. Penting bahwa data ditetapkan melalui peristiwanya secara langsung atau percobaan, meskipun yang terpenting dari kegiatan tersebut bukan datanya, namun proses menganalisis dan mengambil kesimpulan.

18

f. Merancang dan melaksanakan percobaan

Untuk pembelajaran dengan demonstrasi atau eksperimen siswa secara kelompok diberi tugas untuk merancang percobaannya yaitu menentukan besaran yang akan diukur, alat-alat yang akan dipakai, rangkaian percobaan dan jalan percobaan. Bila dilakukan eksperimen, setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai dengan rancangannya. Dan apabila dilakukan demonstrasi, dipilih salah satu hasil rancangan terbaik untuk didemonstrasikan. Sebelum eksperimen dilakukan siswa (kelompok siswa) ditugasi untuk menentukan alat yang dipakai dan jumlahnya, rangkaiannya, apa yang harus diukur, cara mengukurnya, tabel yang diperlukan untuk merekam data. Dalam hal ini konsep-konsep dibangun melalui eksperimen.

g. Memilih dan menentukan sendiri kegiatan yang akan dilakukan

Kebebasan merupakan salah satu dari hakikat manusia. Oleh karena itu kebebasan yang bertanggung jawab perlu diberi peluang untuk berkembang. Pasti tidak mungkin sekolah dan pembelajaran memberi kebebasan kepada sepenuhnya kepada siswa. Tetapi dalam batas-batas dan hal tertentu siswa dapat diberi kebebasan untuk memilih apa yang ingin dilakukan. Salah satu contoh kebebasan yang dapat dilakukan dalam pembelajaran fisika misalnya dalam jam praktikum atau pada jam tertentu. Misalkan pada saat jam praktikum, siswa diajak ke laboratorium fisika. Disana terdapat banyak alat-alat praktikum dan siswa diberikan kebebasan untuk mencoba-cobanya. Siswa mencatat apa yang dilakukan, data apa

19

yang diperoleh, hal menarik apa yang ditemukan, masalah apa yang ditemui, pengalaman apa yang dimiliki, dan melaporkanya secara tertulis. h. Penyelesaian soal secara sistematis

Soal fisika adalah soal yang berkaitan dengan peristiwa. Dari suatu peristiwa muncul masalah, dari masalah tersebut diketahui data-data dan untuk menetapkan langkah-langkah penyelesaian dilakukan analisis. Dalam menentukan penyelesaian, dipilih konsep, hukum, persamaan yang sesuai. Langkah-langkah penyelesaian soal fisika dapat dilakukan dengan pola: peristiwa, masalah, data, analisis penyelesaian, dan realisasi penyelesaian. Peristiwa dapat dinyatakan dengan kalimat, gambar, atau diagram. Masalah dapat dinyatakan dengan pernyataan mencari, menghitung, membuktikan, dan sebagainya. Analisis dapat dilakukan dengan dua pendekatan. Pendekatan pertama meliputi langkah-langkah: spesifikasi peristiwa, menetapkan masalah utama yang terdapat pada peristiwa tertentu, menentukan atau memilih persamaan atau hukum yang sesuai, dari hukum atau persamaan yang dipilih, mengidentifikasi besaran yang sudah diketahui dan yang belum diketahui.

Besaran yang belum diketahui harus dihitung terlebih dahulu. Setelah analisis penyelesaian tuntas, barulah realisasi penyelasaian dilaksanakan. Yang kedua dari peristiwa yang telah teridentifikasi, ditentukan peristiwa yang mungkin, sehingga akan diperoleh sistem persamaan. Pendekatan mana yang harus dipilih bergantung pada tipe soalnya. Cara penyelesaian tersebut, lebih-lebih pendekatan pertama,

20

menjamin kepastian langkah, menghindari penyelesaian yang bersifat trial and error, dan membangun kemampuan berpikir analitis.

i. Eksperimen dan demonstrasi

Sejauh sarana memungkinkan, eksperimen dan demonstrasi dapat dilakukan sesering mungkin. Dalam demonstrasi guru atau sekelompok siswa menunjukkan sesuatu kepada orang atau kelompok lain. Sedangkan dalam eksperimen setiap siswa secara individual atau dalam kelompok kecil melakukan sendiri percobaan. Eksperimen dan demonstrasi memberi peluang lebih besar akan timbulnya masalah, diperolehnya data, dan dimungkinkan proses analisis untuk menarik kesimpulan, menyatakan atau merumuskan sendiri suatu definisi atau hukum. Eksperimen tidak harus dengan alat canggih dan alat yang canggih pada umumnya mahal, dan alat yang mahal pada umumnya tidak tersedia dalam jumlah yang besar. Bila alat terbatas lakukan demonstrasi (Kartika Budi dalam Sumaji dkk 1998:170-175).

j. Belajar kelompok

Menurut Suparno (Kartika budi, 2000:56) belajar kelompok dapat mengakibatkan siswa mempunyai kesempatan untuk mengaktualisasikan dirinya, berdialog, menemukan dan mengungkapkan persoalan, belajar untuk saling menghargai, menyadari kelemahan dan kekurangan dan inkonsistensinya yang meliputi belajar terbuka, belajar untuk berani mengungkapkan gagasan, dapat mendorong temannya untuk melakukan hal yang sama dan tidak takut membuat kesalahan. Belajar kelompok

21

dapat digunakan dalam eksperimen, pemecahan permasalahan, pembuatan makalah, merancang alat dan lain sebagainya.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konstruktivistik adalah keterlibatan siswa pada proses pembelajaran dalam membangun pengetahuan. Supaya pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik dapat tercipta, diperlukan merancang variasi kegiatan yang memotivasi keaktifan siswa. Variasi kegiatan tersebut dapat dilihat pada uraian di atas. Peneliti juga menggunakan beberapa variasi kegiatan tersebut, antara lain: membaca sendiri, mendorong siswa untuk selalu bertanya, melatih atau membiasakan siswa untuk berani mengemukakan pendapat atau gagasan, menganalisis data dan menarik kesimpulan, merancang dan melaksanakan percobaan, penyelesaian soal secara sistematis, eksperimen, dan belajar kelompok. Peneliti menggunakan variasi kegiatan tersebut, yang bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang konstruktivistik.

Dokumen terkait