• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan konsep siswa SMA Santa Maria Yogyakarta dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivistik pada pokok bahasan pembiasan cahaya pada lensa - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perubahan konsep siswa SMA Santa Maria Yogyakarta dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivistik pada pokok bahasan pembiasan cahaya pada lensa - USD Repository"

Copied!
278
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERUBAHAN KONSEP SISWA SMA SANTA MARIA YOGYAKARTA DALAM PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN

KONSTRUKTIVISTIK PADA POKOK BAHASAN PEMBIASAN CAHAYA PADA LENSA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Irene Mustikaningtyas NIM. 051424015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Wahai Bintang.... Engkau Cahaya dalam Kegelapan Malam

Seperti Kekuatan dan Keikhlasanku...

yang Selalu Menjadi Cahaya Hidupku

(5)
(6)
(7)

vii ABSTRAK

Mustikaningtyas, Irene. (2009). Perubahan Konsep Siswa SMA Santa Maria Yogyakarta dalam Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Konstruktivistik pada Pokok Bahasan Pembiasan Cahaya pada Lensa. Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta (2009).

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui adanya perubahan konsep siswa melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivistik pada pokok bahasan pembiasan cahaya pada lensa ditinjau dari segi kuantitatif dan kualitatif. Pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik adalah pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri selama mengikuti suatu kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, guru tidak dapat memindahkan pengetahuannya kepada siswa sehingga belajar merupakan proses aktif membentuk pengetahuan konsep siswa melalui suatu kegiatan yang sudah didesain menggunakan media Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan mengajar adalah membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan mereka secara cepat dan efektif.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Santa Maria Yogyakarta pada tanggal 1 - 30 April 2009, pada siswa kelas XC yang berjumlah 21 siswa. Peneliti memberikan treatment kepada siswa melalui kegiatan pembelajaran di kelas dengan menggunakan media Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Untuk mengetahui perubahan konsep siswa digunakan soal pretest dan posttest.

(8)

viii ABSTRACT

Mustikaningtyas, Irene. (2009). Concept of Changing of Santa Maria Senior High School Students Yogyakarta in Learning using Constructivist Approach on Lens Light Refraction Learning Subject. Physics Education Study Programme Mathematics and Science Education, Teaching and Education Faculty of Sanata Dharma University. Yogyakarta (2009).

This research was resembled to know of student’s concept changing through learning lesson using constructivist approach on lens’ light refraction learning subject, which is observed by quantitative and qualitative aspects. Learning using constructivist approach is a study directing the students to understand their own knowledge as long as they participating a learning process. In this case, teachers cannot transfer their knowledge to their students directly so learning process is an active process to from a knowledge concept of students themselves through activity which is designed using Student Activity Sheet and teaching process is used to help the students on constructing their knowledge quickly and effectively.

This research was resembled to the third grade students of Santa Maria Senior High School Yogyakarta on April, 1 – 30. 2009, which the total amount of them are 21 students. Researcher gave a treatment to students through learning activity in class using Student Activity Sheet. To know the student’s concept changing, the researcher using pretest and posttest questions.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi prasyarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini membahas tentang “Perubahan Konsep Siswa SMA Santa Maria Yogyakarta dengan Menggunakan Pendekatan Konstruktivistik pada Pokok Bahasan Pembiasan Cahaya pada Lensa”

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik tanpa proses yang panjang dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis secara khusus mengucapkan banyak terima kasih, kepada:

1. Bapak Drs. Fr. Y. Kartika Budi, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, mengoreksi, saran dan kritik selama proses penulisan skripsi ini, dan nasehat selama masa perkuliahan. 2. Sr. M. Cornelia OSF, S.Ag selaku kepala sekolah SMA Santa Maria

Yogyakarta yang telah memberikan waktu dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

3. Ibu Dra. MF. Sutilah sebagai guru pengampu pelajaran fisika yang telah memberi waktu, ruang dan kesempatan kepada penulis sehingga siswa-siswa kelas XC dapat penulis jadikan sebagai subyek penelitian.

4. Siswa Kelas XC yang sudah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

5. Seluruh dosen JPMIPA yang telah membantu penulis dalam memberikan bimbingan dan pengarahan selama masa perkuliahan

6. Bu Heni, Pak Narjo, Pak Sugeng, dan Mas Agus yang selalu setia melayaniku. 7. Alm. Mama dan Papa tercinta, terimakasih atas segala doa, dukungan, jerih

(10)

x

8. Mas Dedy yang selalu membantuku dan memberiku dukungan selalu.

9. Om Puspo yang selalu memberi dukungan baik secara materiil dan spirituil kepadaku.

10.Ibu Palma yang telah membantuku selalu dalam hal materiil selama masa perkuliahan.

11.Adik- adikku (Felis, Angel, Frans, dan Acha), Tante Veny, Bulek Susi, serta Om Joko yang selalu memberiku dukungan dan nasihat – nasihat.

12.Keluarga Besar Nanggulan, Boto, Muntilan, dan Jakarta, yang selalu memberikan dukungan serta doanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

13.Sahabatku Otty dan Ika, yang selalu membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian, serta teman- teman seperjuanganku angkatan 2005: Asih, Melly, Rita, Diny, Prapti, Eni, Wisnu, Tutik, Nori, Era, dkk. Terimakasih atas kebersamaan yang kalian berikan selama ini.

14.Bu Eko dan Dek Bagas, serta teman- teman Kost Merah: Clara, Mbak Padmi, Mbak Ika, Mbak Aris, dan Cicil yang selalu memberi dukungan kepada penulis selama di kost.

15.Mbak Rini yang selalu mengingatkanku untuk berangkat bimbingan. Terimakasih mbak, atas dukungannya selama ini.

16.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, doa, saran, kritik, dan dukungan selama kuliah sampai penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini, masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih bila ada kritik dan saran yang dapat membangun penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi bagi pembaca.

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

(12)

xii

2. Konsep dan Miskonsepsi. ... 7

3. Teori Perubahan Konsep dalam Pembelajaran Sains ... 9

B. Pembelajaran yang Konstruktivistik 1. Filsafat Konstruktivisme ... 11

2. Pembelajaran Menurut Filsafat Konstruktivisme... 12

3. Pembelajaran Fisika Menurut Filsafat Konstruktivisme ... 14

C. Eksperimen... 21

D. Pembiasan Cahaya pada Lensa 1. Jenis- jenis Lensa ... 26

2. Melukis Pembentukan Bayangan pada Lensa ... 28

3. Rumus Untuk Lensa Tipis ... 30

4. Kuat Lensa ... 31

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32

B. Setting Penelitian ... 32

C. Treatment Penelitian ... 32

D. Instrument Penelitian 1. Instrument Pembelajaran ... 33

2. Instrument Pengumpulan Data ... 34

E. Analisis Data 1. Penskoran ... 39

2. Ada Tidaknya Perubahan Konsep ... 66

(13)

xiii

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian ... 68

B. Data dan Analisis 1. Ada Tidaknya Perubahan Konsep ... 74

2. Klasifikasi Perubahan Konsep ... 77

C. Pembahasan 1. Pelaksanaan Pembelajaran... 130

2. Perubahan Konsep... . 159

3. Klasifikasi Perubahan Konsep... 160

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 163

B. Saran ... 163

DAFTAR PUSTAKA ... 164

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian... 166

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ... 167

Lampiran 3 Silabus Pembelajaran Pembiasan Cahaya pada Lensa ... 168

Lampiran 4.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 1 ... 172

Lampiran 4.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 2 ... 176

Lampiran 4.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 3 ... 180

Lampiran 4.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 4 ... 184

Lampiran 4.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 5 ... 188

Lampiran 4.6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 6 ... 192

Lampiran 5.1 Soal Pretest ... 196

5.2 Soal Posttest... 197

Lampiran 6 Jawaban Soal Pretest dan Posttest ... 198

Lampiran 7 Daftar Nilai Siswa ... 207

Lampiran 8 Lembar Kegiatan Siswa ... 208

Lampiran 9 Dokumentasi ... 262

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi Soal Menurut Sub Materi Pembelajaran ... 37 Tabel 2 Konsep, Pertanyaan, Aspek yang diukur dan Skornya ... 38 Tabel 3 Konsep, Indikator, Soal, Aspek yang diukur, Kriteria Penilaian dan

Skornya ... 42 Tabel 4 Analisis Data Skor ... 66 Tabel 5 Perubahan Konsep Siswa Sebelum Dilakukan Pembelajaran dan

Sesudah Pembelajaran ... 67 Tabel 6 Rangkuman Hasil Analisis Nilai Siswa . ... 75 Tabel 7 Rangkuman Hasil Perubahan Konsep Siswa Sebelum Dilakukan

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Hubungan antara Proses Keilmuan, Sikap Keilmuan dan Produk

Keilmuan ... 14

Gambar 2 Tiga Bentuk Lensa Cembung atau Lensa Konveks ... 27

Gambar 3 Tiga Bentuk Lensa Cekung atau Lensa Konkaf... 28

Gambar 4 Pembiasan pada Lensa Cembung ... 28

Gambar 5 Sinar Istimewa pada Lensa Cembung ... 28

Gambar 6 Pembiasan Lensa Cekung ... 29

Gambar 7 Sinar Istimewa Lensa Cekung... 29

Gambar 8 Siswa Mengerjakan Pretest dengan Sungguh- sungguh... 156

Gambar 9 Siswa Mengerjakan Posttest dengan Sungguh- sungguh... 156

Gambar 10 Diskusi pada Saat Melakukan Eksperimen... 157

Gambar 11 Siswa Melakukan Eksperimen untuk Mencari Pembentukan Bayangan... 158

Gambar 12 Siswa Sedang Menggambarkan Arah Sinar Bias pada Lensa Cekung... 158

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu Kompetensi Dasar yang harus diajarkan pada Pendidikan Fisika untuk siswa kelas X SMA adalah: Menerapkan prinsip - prinsip kerja alat optik.

Pemahaman atas konsep- konsep fisika merupakan hal yang sangat penting di dalam pembelajaran fisika. Siswa dikatakan paham atau mengerti jika siswa tersebut mampu menangkap dan menggunakan suatu konsep dengan baik. Seorang siswa maupun mahasiswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran fisika secara formal di sekolah atau di kampus sudah membawa konsep awal tentang fisika. Namun konsep awal yang mereka miliki atau konsep yang dibawa kadang-kadang tidak sesuai atau bertentangan dengan konsep para ahli.

(18)

2

konsep yang telah ada untuk menghadapi gejala baru dengan suatu perubahan kecil yang berupa penyesuaian.

Dalam akomodasi, siswa harus mengganti atau mengubah konsep- konsep pokok mereka yang lama karena tidak cocok lagi dengan persoalan yang baru. Di sisi ada perubahan secara drastis dan siswa sungguh- sungguh mengubah konsep yang telah mereka miliki. Hal ini bisa terjadi bila siswa mempunyai konsep yang tidak cocok dengan konsep ilmiah.

Konsep awal yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah biasanya disebut miskonsepsi atau salah konsep. Di dalam proses pembelajaran sering kali dijumpai miskonsepsi pada siswa. Hal ini akan menghambat proses belajar mengajar dalam pembelajaran Fisika. Oleh karena itu, peneliti ingin mencari solusi untuk mengatasi miskonsepsi yang terjadi pada siswa sehingga miskonsepsi tersebut dapat diminimalisir. Untuk membantu siswa dalam perubahan konsep, peneliti akan menggunakan metode pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik. Hal ini karena pembelajaran konstuktivistik sangat sesuai dengan hakikat sains, yaitu sebagai kesatuan proses, sikap dan hasil yang saling berhubungan. Dengan dilandasi sikap keilmuan, proses keilmuan menghasilkan produk keilmuan. Produk keilmuan mendorong proses keilmuan selanjutnya dan menumbuhkan atau membangun sikap keilmuan dalam Kartika Budi ( 2000: 45).

(19)

3

suatu proses aktif dan konstruktif”. Teori Konstruktivisme menunjukkan bahwa pembentukan suatu pengetahuan tidak hanya melalui satu langkah saja, tetapi banyak proses di dalamnya hingga individu yang mempelajarinya menjadi paham akan suatu ilmu. Oleh karena itu, pembelajaran haruslah merupakan kegiatan yang menciptakan kondisi untuk memberi peluang kepada siswa agar secara aktif mengkonstruksi pengetahuan, melalui serangkaian proses baik mental maupun fisik, ketika siswa berinteraksi dengan lingkungan. Selain itu belajar merupakan suatu proses konstruksi pengetahuan melalui pengalaman belajar yang berpusat pada siswa yang ditunjukkan pada Makalah Seminar Pendidikan Matematika dan Fisika “Pembelajaran Kontekstual” dalam Maria Herni (2007:2).

Selama ini, dalam mengajarkan Fisika di sekolah, guru masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional. Dalam pembelajaran tersebut hanya guru yang berproses sehingga guru dirasa sebagai seseorang yang paling benar, yang paling mengerti mengenai materi yang diajarkan. Sedangkan siswa hanya tinggal mendengarkan dan menerima materi yang diberikan oleh guru. Metode ini kurang membuat siswa turut aktif atau terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

(20)

persamaan-4

persamaan yang ada cenderung dihafalkan oleh siswa tanpa mengerti kegunaannya serta dari mana persamaan tersebut diperoleh.

Dalam penelitian ini, penulis akan mendesain pembelajaran Fisika SMA kelas X semester 2 yang meliputi pokok bahasan pembiasan cahaya pada lensa dengan pendekatan konstruktivistik. Selain itu, peneliti juga ingin meneliti perubahan konsep siswa setelah mengikuti pembelajaran yang konstruktivistik.

Dalam proses pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik siswa dituntut untuk aktif dalam melakukan suatu kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti menggunakan media LKS (Lembar Kegiatan Siswa) yang bertujuan agar siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran untuk membangun suatu konsep. Selain LKS, peneliti juga menggunakan metode eksperimen untuk memotivasi siswa dalam membangun konsep sehingga, proses pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik dapat tercapai.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

(21)

5 C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan utama penelitian yang ingin dicapai adalah:

Untuk mengetahui apakah terjadi perubahan konsep pada siswa setelah melakukan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Membantu guru dalam menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan yang dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap pelajaran Fisika.

2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pemahamannya sendiri mengenai materi yang diajarkan oleh guru, sehingga siswa menjadi lebih memahami materi yang diajarkan.

3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan segala keingintahuan, pendapat, ide ke dalam kegiatan pembelajaran dan kegiatan penelitian untuk membangun pemahamannya sendiri.

(22)

6 BAB II DASAR TEORI

A. PERUBAHAN KONSEP

1. Memahami Konsep

Guru fisika akan dapat menanamkan konsep fisika dengan benar bila mereka sendiri memiliki konsep- konsep yang benar. Oleh karena itu, pemahaman konsep secara benar sangat penting bagi guru.Menurut Euwe van den Berg (1991:11) kriteria seseorang dapat dikatakan memahami konsep yaitu :

a. Dapat mendefinisikan konsep yang bersangkutan dengan kata- kata sendiri.

b. Dapat menjelaskan perbedaan antara konsep yang bersangkutan dengan konsep-konsep yang lain.

c. Dapat menjelaskan hubungan konsep yang satu dengan konsep yang lain.

d. Dapat menjelaskan arti konsep dalam kehidupan sehari- hari.

(23)

7 2. Konsep dan Miskonsepsi

Konsep adalah segala yang sudah ada mengenai benda- benda, gejala- gejala, peristiwa- peristiwa, kondisi- kondisi, dan ciri- cirri menurut Euwe van den Berg (1991:8) yang menjadi obyek dalam proses belajar mengajar fisika, penelitian, dan penerapannya untuk berbagai kepentingan.

(24)

8

diperoleh secara spontan dari pengalaman sebelum mendapatkan pelajaran formal di sekolah.

Menurut Berg (1991:10) tidak semua pemahaman siswa itu salah meskipun konsepsi siswa itu berbeda dengan konsepsi fisikawan. Jika konsepsi siswa itu sama dengan konsepsi fisikawan yang disederhanakan, maka konsepsi siswa tersebut tidak dapat dikatakan salah. Hanya konsespsi siswa yang bertentangan dengan konsepsi para pakar fisika saja yang dikatakan sebagai miskonsepsi. Sedangkan menurut Katu (2000) seperti yang dikutip oleh Masil dan Asma dalam Evarius Heru Pambudi (2007:6) untuk mendeteksi miskonsepsi dapat dilakukan dengan beberapa cara:

a. Memberikan tes diagnostik pada awal perkuliahan atau pada setiap akhir suatu perkuliahan. Bentuknya dapat berupa tes objektif pilihan ganda atau bentuk lain seperti menggambarkan diagram fisis atau vektoris, grafik atau penjelasan dengan kata- kata.

b. Dengan memberikan tugas- tugas terstruktur misalnya tugas mandiri maupun kelompok sebagai tugas akhir pengajaran atau tugas pekerjaan rumah.

c. Dengan memberikan pertanyaan terbuka, pertanyaan terbalik (reverse question) atau pertanyaan yang kaya konteks (context- rich problem). d. Dengan mengoreksi langkah- langkah yang digunakan siswa atau

(25)

9

e. Dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan terbuka secara lisan kepada siswa maupun mahasiswa.

f. Dengan mewawancarai misalnya dengan menggunakan kartu pertanyaan.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan awal konsep siswa dapat mempengaruhi perkembangan konsep siswa selanjutnya. Akan tetapi, jika konsep tersebut diarahkan perlahan- lahan sehingga konsep siswa tersebut menjadi lebih maju dan lengkap, maka dapat mengurangi miskonsepsi siswa. Untuk mendeteksi miskonsepsi siswa ditunjukkan pada uraian di atas.

3. Teori Perubahan Konsep dalam Pembelajaran Sains

(26)

10

Menurut Posner dkk, yang dikutip oleh Suparno (2005:90) menjelaskan bahwa proses akomodasi memerlukan keadaan tertentu untuk dapat terjadi, antara lain:

a. Harus ada ketidakpuasan terhadap konsep yang ada. Siswa merubah konsep mereka jika mereka percaya bahwa konsep yang telah mereka punyai tidak dapat lagi digunakan dalam menghadapi situasi, pengalaman atau gejala baru.

b. Konsep baru harus intelligible (dapat dimengerti). Siswa dapat mengerti bagaimana pengalaman – pengalaman baru dapat didekati dengan konsep – konsep baru tersebut.

c. Konsep yang baru harus masuk akal, yaitu mempunyai kemampuan untuk memecahkan persoalan – persoalan yang dimunculkan oleh para pendahulu, dan konsisten dengan teori dan pengetahuan lain atau dengan pengalaman yang lama.

d. Konsep baru harus berguna untuk progrm riset dan mempunyai kemampuan untuk dikembangkan dan membuka penemuan yang baru.

(27)

11

dimiliki. Sedangkan pada proses akomodasi, siswa harus merubah konsep yang telah mereka punyai karena konsep tersebut tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Oleh karena itu pada proses akomodasi tersebut, perubahan konsep siswa sangat tampak sekali, karena konsep siswa yang salah harus mengalami perubahan menjadi konsep yang sesuai dengan konsep ilmiah. Selain itu, proses akomodasi memerlukan keadaan tertentu untuk dapat terjadi seperti yang telah dijelaskan oleh Posner.

B. PEMBELAJARAN YANG KONSTRUKTIVISTIK

1. Filsafat Konstruktivisme

Menurut Von Glasersfeld (dalam Suparno, 1997:18) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan siswa adalah konstruksi (bentukkan) siswa sendiri, ia menegaskan bahwa pengetahuan bukan suatu tiruan dari kenyataan.

Para konstruktivis percaya bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa). Siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka (Lorsbach & Tobin, 1992 dalam Suparno, 1997:19).

(28)

12

2. Pembelajaran Menurut Filsafat Konstruktivisme

Belajar menurut filsafat konstruktivisme, yaitu bahwa pengetahuan yang diperoleh siswa merupakan konstruksi atau bentukan dari kita yang mengetahui sesuatu. Jadi pengetahuan bukan suatu fakta yang tinggal ditemukan saja, tetapi merupakan hasil bentukan yang dipelajari. Bila orang sedang mempelajari sesuatu, berarti orang tersebut sedang mengkonstruksi apa yang dipelajarinya menjadi suatu pengetahuan yang baru, dan pengertian yang baru tersebut muncul sebagai pengetahuan yang baru. (Fosnot, 1996 dan Shapiro, 1994 dikutip oleh Suparno, 1997:15).

Mengajar dalam filsafat konstruktivisme, bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Jadi, mengajar adalah suatu bentuk belajar sendiri (Bettencourt, 1989 dikutip oleh Suparno, 1997:65). Seorang pengajar atau guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik.

(29)

13

seberapa tinggi kualitas dan seberapa besar kuantitas keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (Dalam Suparno, 2000:44).

Dalam pembelajaran yang konstruktivistik, diperlukan guru yang konstruktivis yang harus memiliki sikap-sikap, antara lain 1) guru yang selalu mendorong kemandirian siswa; 2) menjadikan siswa sebagai problem solver bahkan harus ditingkatkan menjadi problem finder; 3) menggunakan gejala alam untuk abstraksi menjadi konsep, hukum, dan teori; 4) lebih banyak menggunakan pertanyaan terbuka; 5) sabar untuk tidak segera menyalahkan dan memberitahukan yang benar; 6) menjadikan kondisi awal siswa sebagai entry point; 7) membiasakan siswa untuk berdialog dalam kelompok; 8) menciptakan kondisi yang dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa (Brooks, 1993 dikutip oleh Kartika Budi, 2000:45).

(30)

14

3. Pembelajaran Fisika Menurut Filsafat Konstruktivisme

Pembelajaran fisika yang konstruktivis, sangat sesuai dengan hakikat sains yaitu sebagai kesatuan proses, sikap dan hasil yang saling berhubungan. Keterkaitan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar1. Hubungan antara proses keilmuan, sikap keilmuan, dan produk keilmuan

Dari gambar tersebut dapat diartikan: dengan dilandasi sikap keilmuan, proses keilmuan, menghasilkan produk keilmuan. Produk keilmuan mendorong proses keilmuan selanjutnya dan menumbuhkan atau membangun sikap keilmuan. Proses keilmuan berikutnya akan menumbuhkan dan menguatkan sikap keilmuan yang telah dimilikinya, serta memperoleh hasil keilmuan lain atau menumbuhkan keyakinan akan kebenaran atau kesalahan hasil yang telah diperoleh sebelumnya. Demikian seterusnya (Kartika Budi, 2000:46).

(31)

15

dapat melibatkan siswa secara aktif dan berkesinambungan dalam melakukan proses, terutama proses sains (Kartika Budi, 2000:46-56). Kegiatan-kegiatan yang bervariasi tersebut antara lain:

a. Membaca sendiri

Siswa membaca sendiri pokok-pokok bahasan tertentu dan membaca contoh-contoh soal tertentu yang memungkinkan untuk dapat dibaca sendiri. Untuk itu perlu tersedia bacaan yang sesuai yaitu bacaan dengan pengungkapan gagasan, kerangka berpikir, gaya bahasa yang sesuai dengan kemampuan siswa. Kegiatan membaca ini dapat dilakukan dengan mengambil tempat dan bacaan yang sesuai. Tempatnya bisa di dalam kelas, di luar kelas, maupun di luar sekolah. Bacaan dapat dipilih sendiri oleh siswa dari sumber manapun asalkan sesuai dengan topik yang sedang dibahas. Dengan membaca sendiri dalam situasi kebebasan, siswa akan bekerja dan maju sesuai dengan potensinya

b. Mendorong siswa untuk selalu bertanya

(32)

16

sudah dipelajari maupun yang belum dipelajari dan menghadirkan suatu gejala atau fenomena yang memungkinkan siswa untuk bertanya.

c. Membiasakan siswa untuk berani mengemukakan pendapat atau gagasan

Siswa perlu sekali untuk diberi kesempatan dan dorongan untuk berani mengungkapkan gagasan, karena mengungkapkan gagasan merupakan salah satu bentuk pengungkapan potensi. Salah satu bentuk pengungkapan gagasan misalnya merumuskan definisi atau suatu konsep atau hukum yang telah dibangun. Hal ini penting karena definisi atau konsep atau hukum, tidak untuk dihafal melainkan sesuatu yang harus dibangun dan dipahami. Guru harus sabar untuk tidak memberikan definisi tersebut, sampai ada siswa yang mengusulkannya.

d. Membangun peta konsep

Salah satu tujuan pembelajaran fisika adalah memahami konsep-konsep dan hukum-hukum serta keterkaitannya. Peta konsep-konsep dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa menghubungkan konsep yang satu dengan konsep yang lainnya. Pemahaman konsep antara lain dapat menyatakan pengertian dengan bahasanya sendiri, dapat menjelaskan maknanya, dapat menunjukkan keterkaitannya dengan konsep lain, dapat menerapkannya untuk memecahkan berbagai masalah yang dalam pembelajaran biasanya berupa soal-soal.

(33)

17

sebagai salah satu kegiatan siswa, maka perlu dilatih terlebih dahulu. Pelatihan tersebut dapat dilakukan melalui tahap-tahap (1) dijelaskan lebih dahulu apa yang dimaksud dengan peta konsep, bagaimana cara membangunnya, syarat apa yang harus dipenuhi, dan contoh proses pembuatannya (2) siswa berlatih membuat peta konsep dengan langkah-langkah dari yang sederhana sampai yang komplek. Siswa diberi dua atau tiga konsep dan kemudian berkembang lagi menjadi lebih banyak lagi konsep yang saling berhubungan dan siswa ditugasi untuk menentukan hubungan proporsionalnya. Setelah itu siswa diberikan konsep tanpa diketahui hubungannya, dan siswa harus menentukan sendiri hubungannya. Setelah itu siswa mengidentifikasi sendiri konsep-konsep penting yang akan dipetakan, menentukan konsep-konsep mana yang memiliki hubungan, menentukan di mana konsep-konsep yang mempunyai hubungan diletakkan, dan merumuskan sendiri hubungannya. Pelatihan ini dimulai dengan pokok bahasan yang sedikit mengandung konsep kemudian berlanjut ke pokok bahasan yang mengandung banyak konsep. e. Menganalisis data dan menarik kesimpulan

(34)

18

f. Merancang dan melaksanakan percobaan

Untuk pembelajaran dengan demonstrasi atau eksperimen siswa secara kelompok diberi tugas untuk merancang percobaannya yaitu menentukan besaran yang akan diukur, alat-alat yang akan dipakai, rangkaian percobaan dan jalan percobaan. Bila dilakukan eksperimen, setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai dengan rancangannya. Dan apabila dilakukan demonstrasi, dipilih salah satu hasil rancangan terbaik untuk didemonstrasikan. Sebelum eksperimen dilakukan siswa (kelompok siswa) ditugasi untuk menentukan alat yang dipakai dan jumlahnya, rangkaiannya, apa yang harus diukur, cara mengukurnya, tabel yang diperlukan untuk merekam data. Dalam hal ini konsep-konsep dibangun melalui eksperimen.

g. Memilih dan menentukan sendiri kegiatan yang akan dilakukan

(35)

19

yang diperoleh, hal menarik apa yang ditemukan, masalah apa yang ditemui, pengalaman apa yang dimiliki, dan melaporkanya secara tertulis. h. Penyelesaian soal secara sistematis

Soal fisika adalah soal yang berkaitan dengan peristiwa. Dari suatu peristiwa muncul masalah, dari masalah tersebut diketahui data-data dan untuk menetapkan langkah-langkah penyelesaian dilakukan analisis. Dalam menentukan penyelesaian, dipilih konsep, hukum, persamaan yang sesuai. Langkah-langkah penyelesaian soal fisika dapat dilakukan dengan pola: peristiwa, masalah, data, analisis penyelesaian, dan realisasi penyelesaian. Peristiwa dapat dinyatakan dengan kalimat, gambar, atau diagram. Masalah dapat dinyatakan dengan pernyataan mencari, menghitung, membuktikan, dan sebagainya. Analisis dapat dilakukan dengan dua pendekatan. Pendekatan pertama meliputi langkah-langkah: spesifikasi peristiwa, menetapkan masalah utama yang terdapat pada peristiwa tertentu, menentukan atau memilih persamaan atau hukum yang sesuai, dari hukum atau persamaan yang dipilih, mengidentifikasi besaran yang sudah diketahui dan yang belum diketahui.

(36)

20

menjamin kepastian langkah, menghindari penyelesaian yang bersifat trial and error, dan membangun kemampuan berpikir analitis.

i. Eksperimen dan demonstrasi

Sejauh sarana memungkinkan, eksperimen dan demonstrasi dapat dilakukan sesering mungkin. Dalam demonstrasi guru atau sekelompok siswa menunjukkan sesuatu kepada orang atau kelompok lain. Sedangkan dalam eksperimen setiap siswa secara individual atau dalam kelompok kecil melakukan sendiri percobaan. Eksperimen dan demonstrasi memberi peluang lebih besar akan timbulnya masalah, diperolehnya data, dan dimungkinkan proses analisis untuk menarik kesimpulan, menyatakan atau merumuskan sendiri suatu definisi atau hukum. Eksperimen tidak harus dengan alat canggih dan alat yang canggih pada umumnya mahal, dan alat yang mahal pada umumnya tidak tersedia dalam jumlah yang besar. Bila alat terbatas lakukan demonstrasi (Kartika Budi dalam Sumaji dkk 1998:170-175).

j. Belajar kelompok

(37)

21

dapat digunakan dalam eksperimen, pemecahan permasalahan, pembuatan makalah, merancang alat dan lain sebagainya.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konstruktivistik adalah keterlibatan siswa pada proses pembelajaran dalam membangun pengetahuan. Supaya pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik dapat tercipta, diperlukan merancang variasi kegiatan yang memotivasi keaktifan siswa. Variasi kegiatan tersebut dapat dilihat pada uraian di atas. Peneliti juga menggunakan beberapa variasi kegiatan tersebut, antara lain: membaca sendiri, mendorong siswa untuk selalu bertanya, melatih atau membiasakan siswa untuk berani mengemukakan pendapat atau gagasan, menganalisis data dan menarik kesimpulan, merancang dan melaksanakan percobaan, penyelesaian soal secara sistematis, eksperimen, dan belajar kelompok. Peneliti menggunakan variasi kegiatan tersebut, yang bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang konstruktivistik.

C. EKSPERIMEN

(38)

22

1982; Browner, 1984; McClelland, 1985 dalam Suparno 2005:114, percobaan atau pengalaman lapangan adalah cara yang baik untuk mengontraskan pengertian siswa dengan kenyataan. Menurut Jusuf Djajadisastra (1982:10), metode eksperimen adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan sendiri suatu fakta yang diperlukan atau ingin diketahui.

Menurut Amien, 1987:105 suatu eksperimen merupakan salah satu kegiatan yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi atau data dalam memecahkan suatu masalah. Eksperimen dilaksanakan terutama untuk mempelajari dan memecahkan suatu masalah, dimana penelitiannya sendiri belum mengetahui jawabannya, atau baru mengetahui jawaban sementaranya. Sukarno, dkk, 1973, 50 dalam Sarkim, 2004 berpendapat bahwa eksperimen adalah suatu pekerjaan mempergunakan alat - alat sains dengan tujuan untuk mengetahui sesuatu yang baru (setidak-tidaknya bagi murid, meskipun tidak baru bagi orang lain), atau untuk mengetahui apa yang terjadi apabila diadakan suatu proses tertentu. Sedangkan menurut Suparno (2007: 77) metode eksperimen adalah metode pengajaran yang mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian, pengecekan bahwa teori yang sudah dibicarakan itu memang benar.

(39)

23

siswa (LKS) sehingga siswa tidak akan bingung akan langkah-langkah yang akan dibuat, peralatan yang harus digunakan, serta apa yang harus diamati dan diukur. Sedangkan dalam eksperimen bebas, guru tidak memberikan petunjuk pelaksanaan percobaan secara rinci.

Siswa harus lebih berpikir sendiri, bagaimana akan merangkai rangkaian, apa yang harus diamati, diukur, dan dianalisis, serta disimpulkan (Suparno, 2007: 81).

Menurut bentuknya, eksperimen dapat dibagi ke dalam: a. Eksperimen gagasan

Dalam eksperimen ini persoalannya berupa pemikiran teoritis murni untuk menjelaskan suatu masalah. Di dalam kegiatan pembelajaran, situasi khas yang mengarah kepada eksperimen gagasan adalah pertanyaan antara lain dari jenis : “Apa yang akan terjadi apabila….”. keuntungan besar eksperimen gagasan ialah bahwa semua pengarah yang mengganggu (gesekan, bidang penyebaran, dan lain-lain) ditiadakan. Cara pengamatan yang diidealkan seperti itu tidak pernah “benar”, tetapi hal demikian memberikan masalah yang dapat dilihat secara menyeluruh. Contoh-contoh bagi eksperimen gagasan : “Buti Rantai Peluru” (Stevin); “Mengenal Hukum Kelambatan” (Galilei).

b. Eksperimen computer

(40)

24

apabila eksperiman yang sesungguhnya terlalu banyak membutuhkan waktu, terlalu mahal, atau secara teknis tidak dapat dilaksanakan.

c. Eksperimen nyata

Eksperimen nyata adalah eksperimen yang sesungguhnya dilakukan. Dalam pelaksanaannya eksperimen seringkali memerlukan banyak waktu dan persiapan yang teliti. Karena eksperimen tidak selalu berhasil, maka unsur-unsur yang penting diperhatikan adalah perencanaan yang matang, pelaksanaan dengan cermat, dan diskusi secara kritis atas hasilnya (Sarkim,2004, dalam Elysabet Dian, 2007:7).

Eksperimen dalam pelajaran fisika dapat dibedakan menurut tempat dan cara melaksanakannya, yaitu:

1. Eksperimen murid

(41)

25 2. Eksperimen demonstrasi

Eksperimen ini biasanya dilakukan oleh guru. Guru fisika akan mempersiapkan eksperimen untuk diperlihatkan di hadapan para murid. Peranan murid adalah memperhatikan benar-benar pelaksanaan eksperimen, dan bila mungkin membantu pelaksanaannya serta secara bersama-sama mendiskusikan hasil eksperimen itu (Sarkim, 2004, dalam Elysabet Dian, 2007:7).

Percobaan dan pengamatan dapat menghilangkan miskonsepsi intuitif siswa (Suparno, 2005:114). Eksperimen yang dapt dilakukan untuk menyadarkan siswa akan miskonsepsi mereka dengan lebih cepat adalah yang dapat memberikan hasil yang berbeda dengan yang mereka pikirkan dan konsepkan sebelumnya. Apabila siswa mengalami dan mengamati percobaan yang hasilnya terus-menerus berbeda, maka siswa akan tertantang untuk mengubah gagasan atau konsep mereka.

(42)

26

Berdasarkan uraian diatas, penulis berniat untuk membantu siswa melakukan perubahan konsep pada pokok bahasan pembiasan cahaya pada lensa dengan menggunakan eksperimen terbimbing menurut macamnya, eksperimen nyata menurut bentuknya, dan eksperimen murid menurut tempat dan cara melakukannya.

D. PEMBIASAN CAHAYA PADA LENSA

Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung. Dua bidang lengkung yang membentuk lensa dapat berbentuk silindris atau bola. Lensa tipis adalah lensa dengan ketebalan dapat diabaikan terhadap diameter lengkung lensa, sehingga sinar- sinar sejajar sumbu utama hampir tepat difokuskan ke suatu titik, yaitu titik fokus.

1. Jenis- jenis Lensa

Garis yang menghubungkan pusat kedua bola yang membentuk permukaan lensa disebut sumbu utama lensa. Titik pada sumbu utama tempat dipusatkannya berkas- berkas sinar sejajar sumbu utama disebut titik fokus lensa, F1, sedangkan jarak dari fokus ke pusat lensa disebut

jarak fokus ,f. Kedua permukaan lensa belum tentu mempunyai jari- jari lengkung yang sama. Jarak fokus memiliki hubungan dengan jari- jari kelengkungan kedua permukaan lensa.

(43)

27

tepinya. Sinar- sinar bias pada lensa ini bersifat mengumpul (konvergen). Oleh karena itu, lensa cembung disebut juga lensa konvergen.

Lensa cekung (konkaf) memiliki bagian tengah lebih tipis daripada bagian tepinya. Sinar- sinar bias pada lensa ini bersifat memencar (divergen). Oleh karena itu, lensa cekung disebut juga lensa divergen.

Lensa dibatasi oleh dua bidang. Kedua bidang itu dapat cembung atau cekung, atau yang satu cembung dan lainnya cekung, atau yang satu datar dan lainnya dapat cembung atau cekung. Berdasarkan hal ini, lensa cembung atau lensa cekung dapat digolongkan lagi menjadi tiga golongan.

Gambar 2.Tiga bentuk lensa cembung atau lensa konveks Z

Gambar 3. Tiga bentuk lensa cekung atau lensa konkaf Cembung

rangkap atau bikonveks

Cembung datar atau plan-

konveks

Cembung cekung atau konkaf-

konveks

Cekung rangkap atau bikonkaf

Cekung datar atau plan- konkaf

(44)

28

2. Melukis Pembentukan Bayangan Pada Lensa

a. Pembiasan lensa cembung (lensa konvergen)

Lensa cembung memiliki bagian tengah lebih tebal dari pada bagian tepinya. Sinar-sinar bias pada lensa ini bersifat mengumpul seperti gambar di bawah ini:

Gambar 4. Pembiasan pada Lensa Cembung

Tiga sinar istimewanya: (1) Sinar datang sejajar sumbu utama lensa dibiaskan melalui titik fokus aktif (F1). (2) Sinar datang melalui

titik fokus pasif (F2) dibiaskan sejajar sumbu utama. (3) Sinar datang

melalui titik pusat optik diteruskan tanpa pembiasan. Sinar-sinar istimewanya di gambarkan di bawah ini:

Gambar 5. Sinar Istimewa pada Lensa Cembung

(45)

29

Lensa cekung memiliki bagian tengah lebih tipis dari pada bagian tepinya. Sinar-sinar bias pada lensa ini bersifat memencar seperti gambar di bawah ini:

Gambar 6. Pembiasan Lensa Cekung

Tiga sinar istimewa pada lensa cekung: (1) Sinar datang sejajar sumbu utama lensa dibiaskan seakan-akan berasal dari titik fokus aktif (F1). (2) Sinar datang seakan-akan menuju ke titik fokus pasif (F2)

dibiaskan sejajar sumbu utama. (3) Sinar datang melalui titik pusat optik diteruskan tanpa mengalami pembiasan.

Gambar 7. Sinar Istimewa Lensa Cekung

(46)

30

Rumus- rumus yang berlaku untuk cermin lengkung, yaitu: Rumus umum

f s s

1 1 1

= ′ +

Perbesaran linear

s s h

h

M = − ′

′ =

Rumus tersebut juga berlaku untuk lensa tipis. Seperti halnya cermin lengkung, untuk menggunakan kedua persamaan tersebut pada lensa tipis, perlu juga memperhatikan perjanjian tanda.

Perjanjian tanda untuk menggunakan rumus lensa tipis

s bertanda positif jika benda terletak di depan lensa (benda nyata)

s bertanda negatif jika benda terletak di belakang lensa (benda maya)

s’ bertanda positif jika bayangan terletak di belakang lensa (bayangan nyata)

s’ beranda negatif jika bayangan terletak di depan lensa (bayangan maya)

f bertanda positif untuk lensa cembung atau konveks atau konvergen f bertanda negatif untuk lensa cekung atau konkaf atau divergen h’ bertanda positif menyatakan bayangan tegak (maya)

h’ bertanda negatif menyatakan bayangan terbalik (nyata)

(47)

31

Besaran yang menyatakan ukuran lensa dinamakan kuat lensa (diberi lambang P) yang didefinisikan sebagai kebalikan jarak fokus (f).

Secara matematis dituliskan:

f P= 1

Dengan P = kuat lensa (dioptri) f = jarak fokus (m)

Jarak fokus lensa cembung bernilai (+) sehingga kuat lensa cembung bernilai (+). Sebaliknya, jarak fokus lensa cekung bernilai (-) sehingga kuat lensa cekung bernilai (-).

(48)

32 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen dengan analisis secara kuantitatif.

B. SETTING PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2009 di SMA Santa Maria Yogyakarta, pada siswa Kelas XC Semester 2 yang bejumlah 21 siswa.

C. TREATMENT PENELITIAN

Treatment dari penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan perlakuan-perlakuan kepada siswa yang akan diteliti, agar nantinya dapat memperoleh data yang diharapkan. Treatment yang digunakan adalah pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran yang konstruktivistik pada pokok bahasan pembiasan cahaya pada lensa. Adapun beberapa treatment yang akan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung sebagai berikut:

(49)

33

2. Siswa diaktifkan dalam eksperimen pada pokok bahasan pembiasan cahaya pada lensa yang akan dibagi dalam kelompok kecil.

3. Setiap pembelajaran, siswa mengerjakan LKS (Lembar Kegiatan Siswa), kemudian dilanjutkan dengan pembahasan LKS.

4. Peneliti mengajukan pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan hasil pembahasan LKS tersebut.

5. Pada akhir kegiatan, siswa diajak untuk menyimpulkan seluruh materi yang telah dipelajari oleh siswa. Kemudian dilanjutkan peneliti menyampaikan kesimpulannya.

D. INSTRUMENT PENELITIAN

Pada penelitian ini, instrument penelitian dibagi menjadi dua: 1. Instrument Pembelajaran

(50)

34 2. Instrument pengumpulan data

Pretest dan Posttest

Dalam penelitian ini digunakan pretest dan posttest yang dibuat untuk mengukur peningkatan pemahaman siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivistik. Pertanyaan dibuat dalam bentuk uraian yang disesuaikan dengan isi materi pelajaran yang disajikan serta disesuaikan dengan beberapa aspek, yaitu ingatan (pengetahuan), pemahaman, penerapan (aplikasi), analisis, sintesis, dan evaluasi. Dimana:

a. Aspek ingatan

Aspek pengetahuan atau ingatan mengacu pada kemampuan siswa mengingat kembali, memunculkan kembali, menyatakan kembali, apa yang pernah dilihatnya, didengarnya, dan dilakukannya. Bila dalam ulangan guru menanyakan definisi, sifat-sifat suatu obyek, perbedaan antara dua hal; yang semuanya sudah dijelaskan dan secara eksplisit dijelaskan dalam LKS, dalam buku atau dalam catatan; maka yang terukur adalah kemampuan siswa mengingat kembali.

b. Aspek pemahaman

(51)

35

lain (a) mampu menjelaskan maknanya, mampu menyatakan pengertian dengan kata-kata atau kalimatnya sendiri, dapat membedakan konsep yang benar dan yang salah. Siswa yang hafal persis pernyataan suatu hukum belum tentu ia memahaminya, tetapi bila ia memahami dengan baik hukum tersebut, pasti dapat menyatakannya dengan kalimatnya sendiri.

c. Aspek penerapan

Aspek penerapan mengacu pada kemampuan siswa menerapkan konsep, prinsip, hukum, dan teori yang telah difahaminya untuk memecahkan masalah baru, atau memecahkan masalah yang sama seperti yang dihadapi ketika konsep dibangun dalam sitiasi baru.

Aplikasi dapat dibedakan atas aplikasi dalam arti sempit dan dalam arti luas. Aplikasi dalam arti sempit merupakan aplikasi yang berkaitan dengan matapelajarannya dan materi pokoknya.

d.Aspek analisis

(52)

langkah-36

langkah yang harus ditempuh, dan konsep, hukum, teori, rumus (persamaan) yang diperlukan pada setiap langkah.

e.Aspek sintetis

Aspek sintetis mengacu pada kemampuan siswa menggabungkan, menghubungkan, menyatukan, mensintesiskan bagian-bagian menjadi keutuhan atau kesatuan. Dalam proses mengarang artikel ilmiah (misalnya pada penilaian portofolio), yang dilakukan adalah menggabungkan, menghubungkan, mensintesiskan pengetahuan untuk membangun suatu kebulatan (unity). Dalam memecahkan soal yang kompleks, tahap realisasi (perhitungan) setiap bagian dari hasil analisis sehingga akhirnya secara keseluruhan (masalah pokok) terselesaikan, merupakan langkah sintetis. Dalam memecahkan masalah yang kompleks proses analisis dan sintesis terjadi sekaligus.

f.Aspek evaluasi

(53)

37

negatifnya, keuntungan dan kelemahannya, kesulitan dan kemudahannya, dibandingkan, kemudian diambil keputusan berupa pilihan.

Tabel 1. Distribusi Soal Menurut Sub Materi Pembelajaran

Materi Jumlah Soal Nomor Soal

Jenis- Jenis Lensa 2 1,2

Pembentukan Bayangan Pada Lensa

3 3,4,5

Kuat Lensa 2 6,7

Persamaan Lensa Tipis dan Perbesaran Linier

1 8

( Soal lihat pada lampiran 5 hal. 196-197 )

Pada pokok bahasan “Pembiasan Cahaya Pada Lensa“, mencakup materi jenis- jenis lensa, pembentukan bayangan pada lensa, kuat lensa, dan persamaan lensa tipis dan perbesaran linier. Pada materi persamaan untuk lensa tipis, hanya satu soal saja tetapi soal yang diajukan memiliki tingkat kedalaman materi yang lebih dari pada soal-soal yang lainnya.

(54)

38

Tabel 2. Konsep, Pertanyaan, Aspek yang diukur dan Skornya

Konsep Pertanyaan Aspek yang

diukur

Skor Jenis- Jenis Lensa

.

1. Mengapa lensa cembung disebut juga lensa konvergen, dan lensa cekung disebut dengan lensa divergen? Jelaskan !

2. Sebutkan dan

gambarkan tiga bentuk lensa cembung dan lensa cekung!

3.Sebutkan dan gambarkan tiga sinar istimewa pada:

a.Lensa cembung b.Lensa cekung 4. Lukislah pembentukan

bayangan pada lensa cekung dengan menggunakan sedikitnya dua sinar istimewa jika benda diletakkan di depan lensa, tepatnya di 2F2

atau berada pada pusat kelengkungan lensa (M). Sebutkan juga sifat- sifat bayangannya. 5. Sebuah benda tegak

dengan tinggi 2 cm, diletakkan dengan jarak 30 cm di depan sebuah lensa cembung, yang mempunyai panjang fokus 20 cm.

Tentukanlah sifat- sifat bayangan tersebut dan lukis jalannya sinar!

Ingatan dan pemahaman

Pengetahuan, pemahaman, dan penerapan

(55)

39

Kuat Lensa 6. Raka seorang pelajar SMA menggunakan kacamata dari lensa yang mempunyai titik api -200 cm. Hitung daya lensa kacamata tersebut!

7. Pak Agus adalah seorang guru yang menggunakan kacamata +3/4 dioptri. Hitung titik api dari kacamata tersebut!

Perbesaran Linier

8. Sebuah benda diletakkan 10 cm di depan sebuah lensa yang mempunyai

panjang focus 5 cm, dan panjang jari- jari

kelengkungan lensa adalah dua kali panjang focus. Tentukan letak bayangan, perbesaran bayangan dan sifat- sifat bayangan yang

terbentuk jika lensa tersebut adalah: a.Lensa cembung b.Lensa cekung

Pengetahuan,

E. ANALISIS DATA 1. Penskoran

(56)

40

(57)

41

KISI- KISI SOAL

PRE- TEST DAN POST- TEST

Konsep:

1. Jenis- Jenis Lensa

2. Pembentukan Bayangan pada Lensa 3. Kekuatan Lensa

4. Persamaan Lensa Tipis dan Perbesaran Linier

Indikator Hasil Belajar:

1. Siswa dapat menyebutkan dan menjelaskan perbedaan lensa cembung dan lensa cekung.

2. Siswa dapat membedakan bentuk fisik lensa cembung dan lensa cekung. 3. Siswa dapat menyebutkan tiga bentuk lensa cembung.

4. Siswa dapat menyebutkan tiga bentuk lensa cekung.

5. Siswa dapat menyebutkan dan menggambarkan tiga sinar istimewa pada lensa cembung.

6. Siswa dapat menyebutkan dan menggambarkan tiga sinar istimewa pada lensa cekung.

7. Siswa dapat memahami pembentukan bayangan pada lensa cekung.

8. Siswa dapat memahami letak titik fokus lensa, jarak fokus, pusat optik, pusat kelengkungan lensa, dan jari- jari kelengkungan lensa.

9. Siswa mampu menerapkan pemahaman tiga sinar istimewa pada lensa dalam menganalisis pembentukan bayangan.

10. Siswa mampu menganalisis permasalahan pada lensa cembung dan lensa cekung untuk menentukan pembentukan bayangannya.

11. Siswa dapat memahami dan menerapkan konsep kekuatan lensa.

12. Siswa dapat menerapkan konsep persamaan lensa tipis dan perbesaran linier untuk menganalisis pembentukan bayangan pada lensa.

13. Siswa mampu menghubungkan/ menyatukan/ mensintesiskan konsep persamaan lensa tipis ke dalam pembentukan bayangan lensa.

14. Siswa mampu mengambil keputusan untuk menyelesaikan permasalahan dalam pembentukan bayangan pada lensa.

Aspek yang diukur:

1. Aspek pengetahuan/ ingatan. 2. Aspek pemahaman.

(58)

42 4. Aspek analisis.

5. Aspek sintesis. 6. Aspek evaluasi.

Tabel 3.Konsep, Indikator, Soal, Aspek yang Diukur, Kriteria Penilaian, dan Skornya

Konsep IHB Soal Aspek Jawaban yang diharapkan Skoring Penilaian

1 1,2 1. Jelaskan mengapa:

a. lensa cembung disebut juga lensa konvergan, dan

b. lensa cekung disebut dengan lensa divergen

1,2 a. Lensa cembung (konveks) memilki bagian tengah lebih tebal daripada bagian tepinya. Sehingga sinar- sinar bias pada lensa ini bersifat

mengumpul (konvergen). Oleh karena itu, lensa cembung disebut juga lensa konvergen.

Terdiri dari 3 komponen:

1. Memiliki bagian tengah lebih tebal daripada bagian tepinya.

2. Sinar- sinar bias bersifat mengumpul (konvergen).

3. Oleh karena itu, lensa cembung disebut juga lensa konvergen.

Skor:

- 3 komponen benar skor 5

- 2 komponen benar skor 3

(59)

43

b. Lensa cekung (konkaf) memiliki bagian tengah lebih tipis daripada bagian tepinya. Sehingga sinar- sinar bias pada lensa ini bersifat memencar (divergen). Oleh karena itu, lensa cekung disebut juga lensa divergen.

- tidak ada komponen yang benar/ semua komponen salah skor 1

Skor maksimal : 5

Terdiri dari 3 komponen:

1. Memiliki bagian tengah lebih tipis daripada bagian tepinya.

2. Sinar- sinar bias bersifat memencar (divergen).

3. Oleh karena itu, lensa cekung disebut juga lensa divergen.

Skor:

- 3 komponen benar skor 5

- 2 komponen benar skor 3

- 1 komponen benarskor 2

(60)

44 3,4 2.Sebutkan dan gambarkan:

a. tiga bentuk lensa cembung dan

b. tiga bentuk lensa cekung

1 a. Tiga bentuk lensa cembung:

Cembung rangkap cembung datar cembung cekung

atau bikonveks atau plan konveks atau konkaf- konveks

salah skor 1

Skor maksimal : 5

Skor Total: 10

Terdiri dari 3 komponen:

1. Menggambar dan menyebutkan bentuk cembung rangkap atau bikonveks.

2. Menggambar atau menyebutkan bentuk cembung datar atau plan konveks.

3. Menggambar atau menyebutkan bentuk cembung cekung atau konkaf konveks.

Skor:

(61)

45

b. Tiga bentuk lensa cekung:

Cekung rangkap Cekung datar Cekung cembung

atau bikonkaf atau plan- Konkraf atau Konveks- Konkraf

2,5

- 2 komponen benar skor 2

- 1 komponen benar skor 1,5

- tidak ada komponen yang benar/ semua komponen salah skor 1

Skor maksimal : 2,5

Terdiri dari 3 komponen:

1. Menggambar dan menyebutkan bentuk cekung rangkap atau bikonkaf.

2. Menggambar atau menyebutkan bentuk cekung datar atau plan konkaf.

(62)

46

konveks konkaf.

Skor:

- 3 komponen benar skor 2,5

- 2 komponen benar skor 2

- 1 komponen benar skor 1,5

- tidak ada komponen yang benar/ semua komponen salah skor 1

Skor maksimal : 2,5

Skor Total: 5

2 5,6 3.Sebutkan dan gambarkan tiga sinar istimewa pada:

a. Lensa cembung

b. Lensa cekung

1,2 Pada lensa cembung:

1. Suatu sinar datang sejajar sumbu utama lensa, akan dibiaskan melalui titik fokus aktif (F1) di belakang lensa.

Terdiri dari 9 komponen:

1. Sinar datang sejajar sumbu utama akan dibiaskan melalui titik fokus aktif.

(63)

47

2F2 F2 F1 2F1

2. Suatu sinar datang melalui titik fokus pasif (F2) di depan lensa akan dibiaskan sejajar sumbu utama.

2F2 F2 F1 2F1

3. Suatu sinar datang melalui pusat obtik lensa (O) akan diteruskan tanpa dibiaskan.

2F2 F2 F1 2F1

3. Gambar sinar komponen no.1 lengkap dengan arah sinar dan pembagian ruang.

4. Sinar datang melalui titik fokus akan dibiaskan sejajar sumbu utama.

5. Menggambarkan jalannya sinar pada komponen no. 2.

6. Gambar sinar komponen no. 2 lengkap dengan arah sinar dan pembagian ruang.

7. Sinar datang melalui pusat optik lensa akan

diteruskan tanpa dibiaskan.

8. Menggambarkan jalannya sinar pada komponen no. 3.

(64)

48 Pada lensa cekung:

1. Suatu sinar datang sejajar sumbu utama lensa akan dibiaskan seolah- olah berasal dari titik fokus aktif (F1) di depan lensa.

no. 3 lengkap dengan arah sinar dan pembagian ruang.

Skor:

- 9 komponen benar skor 5

- 6 komponen benar skor 4

- 3 komponen benar skor 3

- 1 komponen benar skor 2

- tidak ada komponen yang benar/ semua komponen salah skor 1

Skor maksimal : 5

Terdiri dari 9 komponen:

1. Sinar datang sejajar sumbu utama lensa akan

dibiaskan seolah- olah berasal dari titik fokus aktif.

(65)

49

2F1 F1 F2 2F2

2. Suatu sinar datang seolah- olah menuju titik fokus pasif (F2) di belakang lensa akan dibiaskan sejajar sumbu utama.

2F1 F1 F2 2F2

3. Suatu sinar datang melalui pusat optik lensa (O) akan diteruskan tapa dibiaskan.

sinar pada komponen no.1.

3. Gambar sinar komponen no.1 lengkap dengan arah sinar dan pembagian ruang.

4. Sinar datang seolah- olah menuju titik fokus akan dibiaskan sejajar sumbu utama.

5. Menggambarkan jalannya sinar pada komponen no. 2.

6. Gambar sinar komponen no. 2 lengkap dengan arah sinar dan pembagian ruang.

7. Sinar datang melalui pusat optik lensa akan diteruskan tanpa dibiaskan.

(66)

50

2F1 F1 F2 2F2

9. Gambar sinar komponen no. 3 lengkap dengan arah sinar dan pembagian ruang.

Skor:

- 9 komponen benar skor 5

- 6 komponen benar skor 4

- 3 komponen benar skor 3

- 1 komponen benar skor 2

- tidak ada komponen yang benar/ semua komponen salah skor 1

Skor maksimal : 5

Skor Total: 10

7,8,9 4. Lukislah pembentukan bayangan pada lensa cekung dengan menggunakan tiga sinar istimewa jika benda diletakkan di depan lensa,

1,2,3 Diketahui:

Benda diletakkan di depan lensa

s (positif) = 2F1 (berada pada pusat kelengkungan lensa/ M)

Untuk pembentukan bayangan terdiri dari 5 komponen:

(67)

51 tepatnya di 2F1 atau berada

pada pusat kelengkungan lensa (M). Sebutkan juga tiga sifat bayangannya.

Ditanyakan:

a. Pembentukan bayangan

b. Tiga sifat bayangan

Jawab:

a. Pembentukan bayangan

2F1 F1 F2 2F2

b. Sifat- sifat bayangan: tegak, diperkecil, dan maya

2. Menggambar sinar istimewa: “Suatu sinar datang sejajar sumbu utama lensa akan dibiaskan seolah- olah berasal dari titik fokus aktif (F1) di depan lensa”.

3. Menggambar sinar

istimewa: “Suatu sinar datang seolah- olah menuju titik fokus pasif (F2) di belakang lensa akan dibiaskan sejajar sumbu utama”.

4. Menggambar sinar

istimewa: “Suatu sinar datang melalui pusat optik lensa (O) akan diteruskan tapa dibiaskan”.

5. Menggambar lengkap

dengan arah dan

(68)

52

Skor:

- 5 komponen benar skor 10

- 4 komponen benar skor 8

- 3 komponen benar skor 6

- 2 komponen benar skor 4

- 1 komponen benar skor 2

- tidak ada komponen yang benar/ semua komponen salah skor 1

Skor maksimal: 10

Untuk sifat bayangan terdiri dari 3 komponen:

1. Tegak

2. Diperkecil

(69)

53 benar/ semua komponen salah skor 1

Skor maksimal : 5

Skor Total: 15

9,10 5.Sebuah benda tegak dengan tinggi 2 cm, diletakkan dengan jarak 30 cm di depan sebuah lensa cembung, yang mempunyai panjang fokus 20 cm. Tentukanlah sifat- sifat bayangan tersebut dan lukis jalannya sinar dengan tiga sinar istimewa!

1,2,3,4 Diketahui:

h = 2 cm

s = + 30 cm (di depan lensa)

f = + 20 cm (lensa cembung)

Ditanyakan:

a. Pembentukan bayangan

b. Sifat- sifat bayangan

Untuk pembentukan bayangan terdiri dari 5 komponen:

1. Menganalisis letak benda dan menentukan ruangnya.

2. Menggambarkan letak benda di antara 2F2 dan F2.

3. Menggambar sinar

(70)

54 Jawab:

a. Pembentukan bayangan

2F2 F2 F1 2F1

b. Sifat- sifat bayangan: nyata, terbalik, dan diperbesar

dibiaskan melalui titik fokus aktif (F1) di belakang lensa”.

4. Menggambar sinar

istimewa: “Suatu sinar datang melalui titik fokus pasif (F2) di depan lensa akan dibiaskan sejajar sumbu utama”.

5. Menggambar sinar

istimewa: “Suatu sinar datang melalui pusat optik lensa (O) akan diteruskan tapa dibiaskan”.

6. Menggambar lengkap

dengan arah dan

pembagian ruang.

Skor:

- 6 komponen benar skor 15

- 5 komponen benar skor 12

(71)

55

- 3 komponen benar skor 6

- 2 komponen benar skor 3

- tidak ada komponen yang benar/ semua komponen salah skor 1

Skor maksimal: 15

Untuk sifat bayangan terdiri dari 3 komponen:

1. Nyata

2. Terbalik

3. Diperbesar

Skor:

- 3 komponen benar skor 5

- 2 komponen benar skor 3

- 1 komponen benar skor 2

(72)

56 dari lensa yang mempunyai titik api – 200 cm. Hitung daya lensa kacamata tersebut!

Jadi, daya lensa dari kacamata itu -0,5 dioptri.

Terdiri dari 4 komponen:

1. Persamaan

(73)

57 7.Pak Agus adalah seorang

guru yang menggunakan

kacamata + 4

3 dioptri. Hitung titik api dari kaca mata tersebut!

Terdiri dari 4 komponen:

1. Persamaan

(74)

58

meter f =1,33

Jadi, titik api dari lensa kacamata tersebut besarnya 1,33 meter.

salah skor 1

Skor maksimal : 5

Skor Total: 10

4 7,9,12

,13,14

8. Sebuah benda diletakkan 10 cm di depan sebuah lensa yang mempunyai panjang fokus 5 cm, dan panjang jari- jari

kelengkungan lensa adalah dua kali panjang fokus. Tentukan letak bayangan, perbesaran bayangan dan sifat- sifat bayangan yang terbentuk jika lensa tersebut adalah:

a. Lensa cembung

b. Lensa cekung

1,2,3,4, 5,6

a. Untuk lensa cembung

Diketahui : (lensa cembung), maka

Untuk lensa cembung

Letak bayangan

1. Persamaan untuk letak bayangan.

2. Menganalisis letak benda.

3. Perhitungan untuk letak bayangan.

4. Hasil akhir untuk letak bayangan.

5. Satuan untuk letak bayangan..

Skor:

(75)

59

Jadi, bayangan terletak 10 cm di belakang lensa (bayangan nyata).

Jadi, perbesaran bayangan benda adalah 1 kali (sama besar).

Sifat bayangan

Berdasarkan perhitungan jarak bayangan, dan M =

- 4 komponen benar skor 6

- 3 komponen benar skor 5

- 2 komponen benar skor 3

- 1 komponen benar skor 2

- Tidak ada komponen yang benar/ semua komponen salah skor 1

Skor : 7

Perbesaran bayangan

1. Persamaan untuk perbesaran bayangan.

2. Perhitungan untuk perbesaran bayangan.

3. Hasil akhir untuk perbesaran bayangan.

(76)

60

s s

− =

10 10 −

= -1 (negatif = terbalik), maka

bayangan yang di bentuk adalah nyata, terbalik dan sama besar.

Skor:

- 4 komponen benar skor 4

- 3 komponen benar skor 3,5

- 2 komponen benar skor 2,5

- 1 komponen benar skor 2

- Tidak ada komponen yang benar/ semua komponen salah skor 1

Skor : 4

Sifat bayangan

1. Perbesaran bayangan benda sama besar.

2. Dari perhitungan jarak bayangan hasilnya negatif.

(77)

61

4. Terbalik.

5. Sama besar.

Skor:

- 5 komponen benar skor 4

- 4 komponen benar skor 3,5

- 3 komponen benar skor 3

- 2 komponen benar skor 2,5

- 1 komponen benar skor 2

- Tidak ada komponen yang benar/ semua komponen salah skor 1

Skor : 4

(78)

62

b. Untuk lensa cekung

Diketahui : (lensa cekung), maka

s

Untuk lensa cekung

Letak bayangan

1. Persamaan untuk letak bayangan.

2. Menganalisis letak benda.

3. Perhitungan untuk letak bayangan.

4. Hasil akhir untuk letak bayangan.

(79)

63

Jadi, bayangan terletak 3

Jadi, perbesaran bayangan benda adalah 3

- Tidak ada komponen yang benar/ semua komponen salah skor 1

Skor : 7

Perbesaran bayangan

1. Persamaan untuk perbesaran bayangan.

2. Perhitungan untuk perbesaran bayangan.

3. Hasil akhir untuk perbesaran bayangan.

4. Satuan untuk perbesaran bayangan.

Skor:

- 5 komponen benar skor 4

(80)

64

Berdasarkan perhitungan jarak bayangan dan M =

s s

− =

10 ) 3 10 (− −

= + 3 1

(positif = tegak), maka

bayangan bersifat maya, tegak dan diperkecil.

- 2 komponen benar skor 2,5

- 1 komponen benar skor 2

- Tidak ada komponen yang benar/ semua komponen salah skor 1

Skor : 4

Sifat bayangan

1. Perbesaran bayangan benda diperkecil.

2. Dari perhitungan jarak bayangan hasilnya positif.

3. Maya.

4. Tegak.

(81)

65

Skor:

- 5 komponen benar skor 4

- 4 komponen benar skor 3,5

- 3 komponen benar skor 3

- 2 komponen benar skor 2,5

- 1 komponen benar skor 2

- Tidak ada komponen yang benar/ semua komponen salah skor 1

Skor : 4

Skor maksimal : 15

Skor total: 30

(82)

207 2. Ada Tidaknya Perubahan Konsep

Untuk mempermudah dalam menganalisis, data- data yang dibutuhkan dianalisis dengan menggunakan tabel berikut:

Tabel 4. Analisis Data Skor No Kode Siswa x1 x2 D= xi1xi2

2 D

JUMLAH

Untuk mengetahui apakah ada perubahan konsep atau tidak, akan diuji perbedaan mean Pretest dan posttes yang akan diuji dengan uji T-Test Peningkatan pemahaman konsep siswa dianalisis dengan menggunakan T-Test untuk kelompok dependen, yang dirumuskan sebagai berikut:

(

)

x : Rata-rata nilai pretest siswa

2

x : Rata-rata nilai posttest siswa

(83)

67

Jika |Treal| > |Tcritical| maka signifikan, berarti terjadi perubahan konsep.

Jika |Treal| < |Tcritical| maka tidak signifikan, berarti tidak terjadi

perubahan konsep.

3. Klasifikasi Perubahan Konsep

Klasifikasi Perubahan Konsep diklasifikasikan atas 3 klasifikasi, yaitu: Salah – Betul, Salah – Kurang Lengkap, dan Kurang Lengkap – Betul. Untuk menganalisis digunakan tabel sebagai berikut:

Tabel 5. Perubahan Konsep Siswa Sebelum Dilakukan Pembelajaran dan Sesudah Pembelajaran

Konsep No. Soal

Gambar

Tabel 1
Gambar 4. Pembiasan pada Lensa Cembung
Gambar 6. Pembiasan Lensa Cekung
Tabel 1. Distribusi Soal Menurut Sub Materi Pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Uraian secara rinci mengenai akuntansi Pendapatan Hibah, Belanja Hibah, belanja barang untuk pengesahan persediaan dari hibah, belanja modal untuk pengesahan aset tetap/aset

Jadi disini jelas bahwa yang dimaksud dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram disebabkan karena lahir kurang bulan

Tujuan utama dari AEC 2015 adalah menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi dimana terjadi arus barang, jasa, investasi dan tenaga terampil yang bebas serta.

Pihak penjual mentandatangani kerjasama dengan kami yang dituangkan dalam suatu MOU/SPK sebagai perintah kerja untuk melakukan penjualan aset secara lelang yang dilampiri data aset

Ukuran capaian indikator kinerja persentase perkara prodeo yang diselesaikan adalah perbandingan antara target pagu perkara prodeo yang dianggarkan dalam daftar

Peningkatan Mutu Sekolah dalam Konteks Administrasi Pendidikan Error.. Bookmark

1) Sub tema dan kegiatan pembelajaran yang tertulis dalam buku siswa sebaiknya dipelajari oleh siswa secara berurutan, namun apabila siswa mengalami kesulitan maka siswa dapat

The toxic effects of this salted fish thod of salting-drying fish should be may be due to the irritatating effect dissiminated t o salted fish producers of