• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

B. Pembelajaran Kooperatif dan Ceramah Interaktif ( Ceramah Siswa Aktif) Aktif)

1. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger (Huda, 2012:29) pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajaran yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. Dalam pembelajaran kooperatif setiap siswa dituntut untuk saling berinteraksi agar dapat bekerjasama dengan baik dan melakukan aktivitas-aktivitas demi mendapatkan suatu manfaat yang juga dapat dirasakan bersama-sama. Salah satu elemen dasar pembelajaran kooperatif menurut hudaa yaitu keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Digunakan skil-skil interpersonal dan kelompok kecil agar dapat bekerjasama secara efektif dan dimotivasi untuk menerapkan keterampilan tersebut dalam kelompok-kelompok kooperatif agar terwujud suasana yang produktif.

Menurut Arend (Wisudawati, 2014: 54) model pembelajaran

kooperatif bertujuan untuk meningkatkan pencapaian akademik,

peningkatan rasa toleransi, menghargai perbedaan, serta membangun keterampilan sosial peserta didik.

Kesimpulannya dalam pembelajaran kooperatif para siswa akan duduk bersama dalam kelompok, saling bertinteraksi, dan setiap peserta didik mememliki tanggung jawab dalam mencapai tujuan kelompok.

b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Menurut Arend (Wisudawati, 2014: 54) ada 4 karakteristik pembelajaram kooperatif, yaitu:

1) Peserta didik bekerja dalam kelompok untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan;

2) Tim yang dibentuk dari peserta didik dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah;

3) Tim yang dibentuk heterogen (ras, budaya, dan gender);

4) Sistem penghargaan diorientasikan kepada kelompok dan individu.

c. Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Manfaat khusus dari pembelajaran kooperatif menurut Lickona adalah: 1) Pembelajaran kooperatif mengajarkan nilai kerjasama

Pembelajaran kooperatif mengajarkan siswa untuk saling bekerjasama dalam kelompok, demi tercapainya tujuan kelompok. Kerja sama yang terjalin adalah kerja sama antar anggota kelompok. Dalam relasi antar sesama anggota kelompok, setiap pribadi tidak terlepas dari komunikasi dengan sesama

2) Pembelajaran kooperatif dapat membangun komunitas di dalam kelas Melalui pembelajaran kooperatif setiap siswa dapat saling mengenal

dan saling peduli, dapat melatih siswa menerima setiap perbedaan antar sesamanya, serta menumbuhkan perasaan keanggotaan dalam setiap unit sosial maupun di dalam kelas.

3) Pembelajaran kooperatif mengajarkan keterampilan dasar kehidupan Keterampilan dasar yang dapat dikembangkan melalu pembelajaran

kooperatif adalah mendengar, mengambil perspektif orang lain, berkomunikasi dengan efektif, menyelesaikan konflik, dan bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

4) Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pencapaian akademis, penghargaan diri, dan sikap terhadap sekolah

Melalui pembelajaran kooperatif guru dan siswa mengidentifikasi perilaku-perilaku yang menghadirkan kooperasi efektif dan terus-menerus menilai dan memonitor bagaimana efektifnya pasangan kelompok bekerjasama. Dengan demikian siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah dapat menarik manfaat dari pembelajaran kooperatif ini. Bukan hanya dibidang akademis, melainkan dalam perkembangan karakter pembelajaran kooperatif memberikan banyak kontribusi.

5) Pembelajaran kooperatif menawarkan sebuah alternatif untuk pengelompokan siswa

Menurut Orkes (dalam Lickona, 243) pembelajaran kooperatif menawarkan salah satu dari beberapa cara terbaik untuk menghindari dampak negatif pengelompokan dan mencapai kesetaran dalam pendidikan. Semua pihak bisa menaraik manfaat dari kerjasama kelompok dengan berbagai macam kemampuan.

6) Pembelajaran kooperatif berpotensi mengurangi aspek-aspek negatif persaingan

Pembelajaran kooperatif membentuk karakter siswa untuk berpikir win win solution. Kerja sama demi kepentingan bersama lebih berharga dari pada persaingan untuk menentukan siap yang kalah dan siapa yang menang

d. Kendala-kendala utama Pembelajaraan Kooperatif

Menurut Slavin (2005:68) ada 3 kendala utama terkait dengan pembelajaran kooperatif

1) Free rider

Yang dimaksudkan dengan Free rider adalah beberapa siswa yang tidak bertanggung jawab secara personal pada tugas kelompoknya; mereka

hanya “Mengekor” saja apa yang dilakukan oleh teman-teman satu kelompoknya.

2) Diffusion of Responsibility

Yang dimaksudkan dengan Diffusion Of Responsibility (penebaran tanggung jawab) adalah suatu kondisi dimana beberapa angggota yang

dianggap tidak mampu cenderung diabaikan oleh anggota-anggota lainnya

yang “ lebih mampu”.

3) Learning a part of task specialization

Hal ini terjadi pada saat siswa hanya terfokus pada bagian materi yang menjadi tanggung jawabnya saja, sementara materi yang dikerjakan oleh kelompok lain hampir tidak digubris sama sekali, padahal semua materi tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

Menurut Slavin (Huda, 2012: 69), ketiga kendala ini dapat diatasi apabila guru mampu untuk melakukan 3 hal berikut:

1) Mengenali sedikit banyak karakteristik dan level kemampuan siswa-siswanya;

2) Selalu menyediakan waktu khusus untuk mengetahui kemajuan setiap siswanya dengan mengevaluasi mereka secara individual setelah bekerja kelompok;

3) Mengintegrasikan metode yang satu dengan metode yang lain.

2. Pembelajaran Gabungan (TPS - kancing gemerincing- debat)

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode pembelajaran gabungan dari metode Think-Pair-share, kancing gemerincing, dan debat. Metode gabungan ini akan digunakan secara bersama-sama.

Metode TPS ini dikembangkan oleh Frank Lyman dari University of Maryland. Manfaat metode ini ( Huda, 2012: 136) adalah :

1) Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain

2) Mengoptimalkan partisipasi siswa

3) Bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.

Metode Kancing gemerincing dikembangkan oleh Spencer Kagan. Metode ini memiliki kelebihan (Huda, 2012: 142) yaitu :

1) Dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan tingkatan kelas;

2) Dalam metode Kancing gemerincing, masing-masing anggota kelompok bekesempatan memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan anggota lain;

3) Dapat digunakan untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Sering kali ada satu anak/anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, ada anak yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Dengan menggunakan metode ini setiap anak akan memiliki kesempatan berbicara dan mereka pula diberikan kancing yang menjadi tanda saat kapan mereka berbicara dan saat kapan kesempatan berbicara untuk setiap siswa telah selesai.

Langkah-langkah teknik pembelajaran gabungan (TPS - Kancing gemerincing- Debat)

1) Siswa dibagi dalam kelompok menggunakan game kursi bernomor. Setiap siswa akan diberi nomor dan siswa akan duduk pada kursi yang sesuai dengan nomor yang ia dapat. Setiap kelompok terdiri dari empat

anggota/siswa. Dalam kelompok akan dipilih satu siswa yang menjadi ketua kelompok

2) Guru memberikan dua tugas. Tugas pertama berupa penyelesaian soal hitungan yang langsung dikumpulkan ketika siswa selesai bekerja dan tugas kedua berupa pernyataan yang kemudian akan analisis oleh siswa. Tugas untuk pernyataan analisis ini akan menjadi pengantar untuk teknik belajar selanjutnya, yaitu debat. Kelompok yang setuju dengan pernyataan akan menjadi kelompok pro dan kelompok yang tidak setuju dengan pernyataan akan menjadi kelompok kontra.

3) Siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompoknya. Sebelum berdiskusi siswa diberi 2 atau 3 kancing untuk masing-masing siswa. Setiap kali anggota selesai berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus meletakan satu kancing yang dimilikinya ditengah-tengah meja. Apabila kancing yang dimiliki salah seorang siswa telah habis, maka ia tidak boleh berbicara sampai semua rekannya menghabiskan kancingnya masing-masing. Apabila kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagi-bagi kancing kembali dan mengulang prosedurnya kembali.

4) Apabila diskusi siswa dalam kelompok selesai, maka guru membimbing siswa untuk mulai berdebat antara kelompok kotra dan pro. Selama debat berlangsung teknik kancing gemerincing tetap digunakan. Setiap siswa dalm kelompok pro ataupun kontra mendapat 3 atau 4 kancing . Setiap siswa pada

setiap kelompok memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapat saat mereka berdebat

5) Apabila perdebatan telah selesai, maka guru mengambil kesimpulan dan memperbaiki apabila terjadi miskonsepsi saat perdebatan berlangsung 6) Untuk materi yang tidak masuk dalam debat akan digunakan metode TPS.

Dalam kelompok siswa berdiskusi, kemudian mempresentasikan hasil diskusi didepan kelas

3. Ceramah siswa aktif

Menurut Suparno (2013: 180), model ceramah adalah model pembelajaran dimana guru sendiri menerangkan dengan kata-kata, menjelaskan prinsip atau bahan Fisika kepada siswa. Biasanya siswa menjadi pasif dan hanya mendengarkan apa yang diceramahkan guru. Model ceramah seringkali digunakan karena model ini sangat praktis, tidak memerlukan banyak waktu, biaya, dan persiapan.

Menurut Asih Wisudawati dan Eka Sulistyowati (Wisudawati, 2014: 144-145) metode ceramah memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode ceramah yaitu:

1) Metode ceramah sangat baik untuk materi-materi yang belum tersedia dalam bentuk hard copy sehingga dapat dilaksanakan di sekolah-sekolah yang memiliki buku-buku ajar;

3) Guru dapat merencanakan waktu penyampaian materi sesuai dengan waktu yang telah disediakan dalam kurikulum;

4) Guru dapat menyampaikan materi dalam waktu singkat; 5) Dapat digunakan dalam kelas besar;

6) Metode ceramah dapat digunakan dengan baik unutk tingkat kognisi dan/atau afeksi rendah;

7) Metode ceramah lebih praktis, ekonomis, dan efisien.

Sedangkan kekurangan metode ceramah adalah:

1) Metode ceramah memaksa peserta didik untuk menjaga konsentrasi dengan menggunakan indra telinga yang terbatas;

2) Metode ceramah membuat peserta didik terganggu oleh hal-hal visual; 3) Metode cermah membuat peserta didik sulit untuk menentukan gagasan

guru yang bersifat analisis, sintesis, kritis, dan evaluatif;

4) Metode cearamah membuat peserta didik cenderung diperlakukan sama rata oleh guru;

5) Metode ceramah membuat guru cenderung bersifat otoriter;

6) Metode ceramah membuat kelas monoton;

7) Metode ceramah membuat kelas doktiner;

8) Metode ceramah yang disampaikan guru tidak pandai bertutur kata akan membuat kelas menjadi membosankan.

Model ceramah yang digunakan dalam penelitian ini bukanlah model ceramah yang bersifat tradisioanal seperti diatas, tetapi model ceramah yang saat

ini berlaku yaitu model ceramah interaktif atau model ceramah siswa aktif. Dengan model ceramah siswa aktif, guru bukan menjadi pribadi yang lebih dominan aktif saat kegiatan pembelajaran berlangsung, tetapi diantara ceramah dan penjelasannya guru menuntut keterlibatan siswa melalui pertanyaan, latihan soal, dan diskusi dalam kelompok yang membuat siswa berpikir dan aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dengan demikian siswa menjadi aktif mengelolah bahan melalui pertanyaan, diskusi, dan mengerjakan persoalan yang ditawarkan guru.

Menurut Huda (2011) pembelajaran kelompok kecil dalam hal ini adalah kelompok yang dibentu pada pembelajaran ceramah interaktif keterampilan social tidak diajarkan secara sistematis dan siswa bekerjasama hanya untuk kesuksesannya sendiri.

Dokumen terkait