KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIPA PADA MATERI ENERGI
DI SMAN 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh
Nama : Kristina Novitasari Juur NIM : 131424029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIPA PADA MATERI ENERGI
DI SMAN 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh
Nama : Kristina Novitasari Juur NIM : 131424029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan
dan bukan untuk manusia”. ( Kolose 3: 23)
Jangan memulai sesuatu yang tak ingin kamu selesaikan dan jangan berhenti menyelesaikan
apa yang sudah kamu mulai.
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Tuhan Yesus, sahabat terbaik dan teristimewa
Bunda Maria Pendoa setia
Kelurga tercinta Alm. Mama Yuliana Niat, Alm. Maria, Bapak Hieronimus
Dembot, Mama Anastasia Sustriani, dan Kedua adik Leonardo Henry Dembot
serta Evodius Frederick Dembot yang tak pernah berhenti berdoa dan selalu
memberi dukungan
Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2013
v
atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar
pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah
Yogyakarta, 24 Juli 2017
Penulis,
Kristina Novitasari Juur
vi
LEMBAR PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Kristina Novitasari Juur
Nomor Induk Mahasiswa : 131424029
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya berjudul:
ANALSISI PERBANDINGAN ANTARA METODE PEMBELAJARAN
KOOPERATIF DAN CERAMAH INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIPA PADA MATERI ENERGI DI SMA N 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA
Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Unversitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu
meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencatumkan nama saya sebagai Penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 24 Juli 2017
Yang menyatakan
vii
PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN CERAMAH INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIPA PADA MATERI ENERGI DI SMAN 1
DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA”
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Unversitas Sanata Dharma.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan antara metode pembelajaran kooperatif dan ceramah interaktif dalam meningkatkan prestasi dan komunikasi interpersonal pada pokok bahasan energi.
Pelaksanaan penelitian ini selama satu bulan dari bulan Maret hingga April 2017. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas X MIPA 1 (kelas yang menggunakan metode kooperatif) dan siswa-siswi kelas X MIPA 2 (kelas yang menggunakan metode ceramah interaktif). Kelas X MIPA 1 berjumlah 32 siswa dan kelas X MIPA 2 berjumlah 32 siswa. Data diperoleh dari hasil pretest dan posttest untuk mengukur peningkatan prestasi siswa , angket dan observasi siswa untuk mengukur peningkatan komunikasi intepersonal siswa. Untuk mengetahui peningkatan prestasinya diperoleh dari nilai pretest dan posttest berupa 7 soal esay. Dan untuk mengetahui peningkatan komunikasi interpersonalnya diperoleh dari angket komunikasi interpersonal antar siswa yang terdiri dari 20 pernyataan dan angket komunikasi interpersonal antara guru dan siswa yang terdiri dari 15 pernyataan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran kooperatif dan ceramah interaktif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan analisis angket komunikasi interpersonal antara guru dan siswa meningkat di kelas X MIPA , namun komunikasi interpersonal antara siswa di kelas X MIPA 1 tidak meningkat. Sedangkan di kelas X MIPA 2 yang menggunakan metode pembelajaran ceramah interaktif komunikasi interpersonal antar siswa dan komunikasi intepersonal antara guru dan siswa tidak meningkat. Dari hasil analisis penilaian observer komunikasi interpersonal antara siswa dan komunikasi interpersonal antara guru dan siswa pada kelas X MIPA 1 lebih meningkat daripada kelas X MIPA 2 Kata Kunci : Metode Kooperatif, Metode Ceramah Interkatif, Peningkatan Prestasi,
viii
METHOD AND INTERACTIVE LECTURE TO IMPROVE
INTERPERSONAL COMMUNICATION AND STUDENT LEARNING
ACHIEVEMENT OF CLASS 10th NATURE OF SCIENCE ON ENERGY
SUBJECT IN SMAN 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA"
Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teachers and Education, University of Sanata Dharma.
The purpose of this research is to know the comparison between cooperative learning method and interactive lecture to improve achievement and interpersonal communication on energy subject.
This research was done from March to April 2017. The subjects were students of class X MIPA 1 (class using cooperative method) and students of class X MIPA 2 (class using interactive lecture method). Class X MIPA 1 consisted of 32 students and class X MIPA 2 consisted of 32 students. Data was obtained from the pretest and posttest result to measure improvement of student achievement, questionnaire and student observation to measure improvement of student intepersonal communication. To know the improvement of his achievement is obtained from the value of pretest and posttest in the form of 7 problems essay. And to know the improvement of interpersonal communication obtained from questionnaire interpersonal communication between students consisting of 20 statements and questionnaire of interpersonal communication between teacher and student which consist of 15 statements.
The result of the research shows that cooperative learning method and interactive lecture improve student's learning achievement, while the result of questionnaire for interpersonal communication between students or between teacher of class X MIPA 1 and X MIPA 2 through independent group t test is not significant, but from the observer's observation result. Interpersonal communication between students or interpersonal communication between teachers and students increases after using the cooperative method
ix
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmatnya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Perbandingan antara Metode Pembelajaran Kooperatif dan Ceramah Interaktif dalam Meningkatkan Komunikasi Interpersonal dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X MIPA pada Materi Energi di SMAN 1 Depok SlemanYogyakarta”.
Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Paulus Suparno, S.J., M.S.T. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan motivasi agar peneliti tetap semangat dan giat untuk berkonsultasi, kritik dan saran untuk perbaikan penulisan menjadi lebih baik
2. Dr. Domi Severinus, M.Si., yang telah membantu dalam memvalidasi instrument penelitian serta membarikan motivasi untuk tetap semangat dan rajin menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapa Hieronimus Dembot dan Mama Anastasia Sustriani Unur yang setiap waktu selalu ada untuk memberi dukungan, kasih sayang, dan doa kepada peneliti. 4. Kedua adik Leonardo Henry Dembot dan Evodius Frederick Dembot yang
menjadi penghibur tersendiri bagi peneliti
5. Kepala sekolah SMAN 1 Depok yang sudah memberikan ijin pelaksanaan penelitian
6. Ibu Barbara Elena Nanlessy S.Pd. selaku guru fisika X MIPA 1 dan MIPA 2 SMAN 1 Depok yang telah banyak membantu dan memberikan masukkan yang berharga buat peneliti agar selalu semangat.
7. Siswa/i kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2 SMAN 1 Depok yang sudah mau bekerja sama dan membantu peneliti selama penelitian ini berlangsung, serta memberi semangat pada peneliti untuk segera memperpanjang nama.
x
selalu menemani peneliti dalam meraih mimpi-mimpi.
10. Teman-teman pendidikan Fisika 2013 yang memberikan motivasi, semangat, dan masukan.
Penulis menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga akhirnya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut.
Yogyakarta, 24 Juli 2017 Penulis
xi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...vi
ABSTRAK ... vii
B. Rumusan Masalah Penelitian ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7 A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Kontruktivis ... 8
1. Pengertian belajar ... 8
2. Pengertian Pembelajaran ... 9
3. Pengertian konstruktivisme ... 10
B. Pembelajaran Kooperatif dan Ceramah Interaktif ( Ceramah Siswa Aktif) ... 12
1. Pembelajaran Kooperatif ... 12
2. Pembelajaran Gabungan (TPS - kancing gemerincing- debat) ... 16
xii
D. Komunikasi dan Komunikasi Interpersonal... 23
1. Pengertian Komunikasi ... 23
2. Pengertian komunikasi interpersonal ... 24
E. Materi Energi ... 30
1. Energi ... 30
BAB III METODE PENELITIAN A. Design Penelitian ... 39
B. Tempat Penelitian ... 40
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 40
D. Waktu Penelitan ... 40
E. Treatment ... 41
F. Instrumen Penelitian ... 42
1. Instrumen Pembelajaran, yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 42
2. Instrumen Pengumpulan Data ... 43
G. Validitas ... 68
H. Metode Analisis... 68
BAB IV DATA DAN ANALISIS A. PelaksanaaPenelitian...67
B. Data dan Analisis Data... 102
C. Pembahasan... 158
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...166
B. Saran... 167
DAFTAR PUSTAKA...169
xiii
DAFTAR TABEL
3.1 Kisi-kisi soal posttest... 44
3.2 Kisi-kisi soal pretest... 50
3.3 Kisi-kisi kuisioner interpersonal... 57
3.4 Kisi-kisi penilaian observer... 64
3.5 Skor pernyataan kuisioner komunikasi interpersonal interpersonal ... . 70
3.6 Porsentase komunikasi interpersonal antar siswa berdasarkan kategorisasi.. 74
3.7 Porsentase komunikasi interpersonal antara guru dan siswa berdasarkan kategorisasi ... 76
3.8 Porsentase komunikasi interpersonal antara siswa dari penilaian observasi berdasarkan kategorisasi... 81
4.1 Proses pelaksanaan penelitian kelas X MIPA 1 ... ... 83
4.2 Proses pelaksaaan penelitian kelas X MIPA 2... 87
4.3 Data dan nilai pretest dan posttest kelas X MIPA 1... 104
4.10 Hasil uji test Tposttest kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA2... 112
4.11 Data komunikasi interpersonal antar siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIIPA 1... 116
4.12 Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antar siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIPA 1... 117
4.13 Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIIPA 1... 118
xiv
4.15 Data komunikasi interpersonal antar siswa sebelum dan sesudah diberi
treatment pada kelas X MIIPA 2... 121
4.16 Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antar siswa sebelum dan
sesudah diberi treatment pada kelas X MIIPA 2... 122
4.17 Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIIPA 2... 124 4.18 Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa
sebelum dan sesudah diberi treatment pada kelas X MIIPA... 125 4.19 Data komunikasi interpersonal antar siswa Kelas MIPA 1 dan X MIPA2
sebelum menggunakan treatment... 126
4.20 Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA2 sebelum menggunakan treatment... 128 4.21 Data komunikasi interpersonal antar siswa Kelas MIPA 1 dan X MIPA2
setelah menggunakan treatment... 129 4.22 Hasil uji Test-T data komunikasi interpersonal antar siswa kelas X MIPA
1 dan X MIPA 2 setelah menggunakan treatment... 130 4.23 Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas X MIPA 1 dan
X MIPA2 sebelum menggunakan treatment... 136 4.24 Tabel 4.24. Hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antara guru
dan siswa kelas MIPA 1 dan X MIPA 2 Sebelum menggunakan treatment 137 4.25 Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas X MIPA 1 dan
X MIPA2 setelah menggunakan treatment... 139
4.26 hasil uji Test-T Data komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas MIPA 1 dan X MIPA 2 setelah menggunakan treatment... 140 4.27 Kategorisasi komunikasi interpersonal antr siswa X MIPA 1 dan X MIPA
xv
144 4.30 Kategorisasi X MIPA 1 dan X MIPA 2 setelah diberi treatment...
147 4.31 Porsentase X MIPA 1 setelah diberi treatment...
148 4.32 Prosentase X MIPA 2 setelah diberi treatment...
148 4.33 Kategorisasi komunikasi interpersonal antar siswa X MIPA 1 dan X
MIPA 2 berdasarkan penilaian observer siswa... 149 4.34 Prosentase komunikasi interpersonal antar siswa X MIPA 1 berdasarkan
penilain observer siswa... 150 4.35 Prosentase komunikasi interpersonal antar siswa X MIPA 2 berdasarkan
penilain observer siswa... 150 4.36 Komunikasi interpersonal antara peneliti dan siswa selama pembelajaran
xvi
DAFTAR GAMBAR
2.1 Perubahan posisi benda yang diberi gaya F... 32 2.2 Benda yang diangkat setinggi h dari tanah... 35 2.3 benda yang bergerak vertikal ke bawah dari keadaan hingga keadaan
... 36 2.4 sebuah benda yang jatuh bebas
4.1 Gambar seorang siswa sedang menjelaskan hubungan energi potensial dengan usaha...
92
4.2 Gamabar posisi benda yang dijelaskan siswa... 95 4.3 Gambar siswa sedang mempresentasikan materi hukum kekekalan pada
1 BAB 1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Ketika suatu negara tidak menaruh perhatian terhadap pendidikan, maka
negara tersebut tidak membangun sumber kekuatan, sumber kemajuan, sumber
kesejahteraan, dan sumber martabatnya yang selalu bisa diperbarui, yaitu kualitas
manusia dan kualitas masyarakatnya. Kualitas ini ditentukan oleh tingkat
kecerdasan dan kekuatan karakter rakyatnya. (Raka, Gede dkk. 2011: 3).
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
(Suparno, 2012. 7-8) salah satu nilai yang dianggap sebagai nilai karakter bangsa
yang perlu ditanamkan kepada anak didik sekolah adalah Nilai bersahabat/
Komunikasi.
Komunikasi ada dimana-mana: di rumah, di kampus, di kantor, di pasar, di
tempat-tempat ibadah, dsb. Para ahli menyebutkan lebih dari 80 % alokasi waku
kita dalam satu hari digunakan untuk berkomunikasi dengan sesama. Komunikasi
menjadi salah satu faktor utama yang dapat meningkatkan kualitas hubungan kita
dengan sesama, bahkan kitapun tak dapat hidup tanpa berkomunikasi dengan
sesama kita. Komunikasi memperantarai setiap aliran informasi dalam relasi kita
Beberapa berita yang kita baca di media massa akhir-akhir ini
memperlihatkan betapa merosotnya moral bangsa akibat kurangnya komunikasi
dalam menjalin sebuah relasi. Kompas.com terbitan 28 Juni 2011 menulis bahwa
sejak periode 2006 sampai bulan Mei 2011, jumlah seluruh pengaduan
masyarakat yang masuk ke Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
(MKDKI) terkait pelanggaran disiplin dokter mencapai 135 laporan. Hal ini
terjadi karena kurangnya komunikasi antara dokter dan pasien, dari 135 kasus
80% terjadi karena komunikasi yang kurang baik. Beberapa kasus yang
disebabkan karena komunikasi yang kurang baik juga terjadi di dalam pesawat,
seperti yang di tulis oleh Andri Donnal Putera (Kompas.com. 2012) sepanjang
tahun 2015 ada 6 kasus penumpang pesawat yang bercanda membawa bom
didalam pesawat, rata-rata penumpang ini bercanda pada saat pesawat mengudara,
tidak hanya menyebabkan keresahan diantara sesama penumpang pesawat tetapi
infomasi palsu ini juga membahayakan keselamatan penerbangan.
Tak hanya dilapisan masyarakat kelas bawah dan menengah, bahkan para
tokoh masyarakat dan para penjabat pemerintah pun kerap kali mengalami
masalah yang disebabkan kurangnya komunikasi yang baik antara sesama pejabat
ataupun antarpejabat pemerintah dan masyarakat. Seperti kasus yang baru-baru
ini dialami oleh gurbernur Jakarta Basuki Tjhaja Purnama (Ahok) dan anggota
DPRD Jakarta, dalam kompas.com terbitan 8 Meret 2016 ditulis bahwa anggota
baru DPRD Jakarta tersinggung ucapan Ahok, mereka mempermasalahkan
atau belagu. Anggota DPR baru tersebut mengaku terusik karena telah dikatakan
berlagak lugu atau biasa disebut belagu oleh Ahok.
Dari kasus diatas peneliti dapat menyimpulkan komunikasi menjadi salah
satu faktor utama yang dapat meningkatkan kualitas hubungan kita dengan
sesama. Komunikasi telah memperantarai informasi dari suatu pihak ke pihak
lain, dengan tujuan tersebarnya maksud dan makna yang sama antara pengirim
dan penerima pesan. Dengan tersampaikannya informasi maka akan membangun
pemahaman dan pengertian antara dua belah pihak. Dengan demikian membangun
komunikasi yang baik dengan sesama adalah salah satu hal yang penting.
Pendidikan nyata yang dapat kita lihat adalah pendidikan dalam kelas.
melalui proses belajar dan mengajar antara guru dan siswa. Relasi antara guru dan
siswa merupakan relasi utama yang kita jumpai dalam kelas dan relasi antara
komunitas ini sangat berpengaruh dalam menunjang keberhasilan sebuah proses
pembelajaran, melalui relasi keduanya maka akan tercipta lingkungan belajar
yang nyaman, aktif, dan kelas akan menjadi lingkungan yang baik untuk
menumbuhkan kemampuan akademis yang baik, kerohanian yang baik dan
karakter yang baik pula dari guru ataupun siswa.
Dalam membina relasi di antara komunitas kelas maka sangat diperlukan
komunikasi antara guru dan siswa, siswa dengan guru, ataupun antarsiswa. Harus
adanya aliran informasi dua arah antara guru dengan siswa ataupun antarsiswa itu
sendiri. Komunikasi dua arah antara komunitas kelas ini merupakan jenis
terjadi antara satu individu dengan individu lain, dan memerlukan tanggapan dari
orang lain. Melalui komunikasi interpersonal ini, dapat diketahui bagaimana
pendapat orang lain mengenai sesuatu hal atau peristiwa, dapat diketahui pula
bagaiamana orang lain merespon atau menilai diri dan tingkah laku
antarsesamanya, serta dapat diketahui apa yang kita inginkan.
Dalam meningkatkan komunikasi interpersonal diantara komunitas kelas
dan meningkatkan prestasi belajar siswa peneliti menggunakan metode
pembelajaran kooperatif dan ceramah interaktif. Pendidikan kooperatif
mengajarkan nilai-nilai dan pengetahuan akademis secara bersamaan (Lickona.
1991). Pembelajaran kooperatif mengharuskan siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil dengan dua, tiga, atau empat orang temannya dalam meyelesaikan
suatu tugas yang memerlukan pembelajaran saling ketergantungan anatara setiap
anggota kelompoknya dan masing-masing individu harus dapat menguasi materi
yang dikerjakan bersama.
Pembelajaran kooperatif yang lebih menekankan siswa belajar dalam
kelompok-kelompok kecil yang didominasi oleh diskusi antarpribadi maupun
antarkelompok dapat meningkatkan rasa saling ketergantungan antarsiswa secara
positif, dengan demikian akan terjadi kesanggupan untuk saling membantu,
menerima, memberi, dan saling bekerja sama diantara siswa. Ketika berelasi
dalam kelompoknya, setiap siswa tentunya harus saling berkomunikasi agar aliran
informasi yang terjadi didalam kelompok dapat berlangsung dengan baik. Dengan
demikian metode ini dapat meningkatkan komunikasi antarsiswa dan antara siswa
pembicaraan di dalam kelas dan dalam kelompok kecil, komunikasi dua arah
antara siswa lebih dominan dan komunikasi antaraa siswa dan guru akan
didominasi oleh siswa.
Metode ceramah interaktif dalam penelitian ini bertujuan untuk meningkat
komunikasi interpersonal. Dalam hal ini guru tidak menjelaskan prinsip atau
konsep fisika kepada siswa secara sendiri, tetapi guru juga berusaha untuk
membuat siswa aktif dalam pembelajaran, misalnya guru sering bertanya keadaan
siswa lalu meminta siswa untuk sejenak berpikir lalu menyampaikan pendapatnya.
SMA Negeri 1 Depok adalah salah satu sekolah negeri yang terletak di
Kabupaten Depok, SMA Negeri 1 Depok merupakan salah satu dari 3 SMA
Negeri yang mendapat NEM tertinggi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta ditinjau
dari data NEM minimal siswa baru tahun pelajaran 2016/2017. Berdasarkan
pengalaman PPL (Program Pengalaman Lapangan) yang dialami peneliti di
SMAN 1 Depok, peneliti menemukan masalah yaitu kurangnya komunikasi
interpersonal yang baik antar siswa maupun antara guru dan siswa. Hal ini sangat
terlihat ketika peneliti mengajar, beberapa siswa malu untuk bertanya ketika
pelajaran berlangsung dan memilih bertanya pada saat jam peneliti selesai
megajar. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru mata pelajaran Fisika
kelas X MIPA 1 dan kelas X MIPA 2, penelitian ini belum pernah dilakukan di
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin melakukan penelitian
dengan topik “Analisis Perbandingan antara Metode Pembelajaran Kooperatif dan
Ceramah Interaktif untuk Meningkatkan Komunikasi Interpersonal dan Prestasi
Belajar Siswa Kelas X MIA dalam Materi Usaha dan Energi di SMA N 1 Depok
Sleman Yogyakarta”.
B. Rumusan Masalah Penelitian
1. Bagaimana perkembangan komunikasi interpersonal dan prestasi belajar
siswa kelas X MIA SMA N 1 Depok sebelum dan sesudah menggunakan
metode pembelajaran kooperatif ?
2. Bagaimana perkembangan komunikasi interpersonal dan prestasi belajar
siswa kelas X MIA SMA N 1 Depok sebelum dan sessudah menggunakan
metode pembelajaran cermah interaktif ?
3. Bagaimana perbedaan penggunaan metode pembelajaran kooperatif dan
ceramah interaktif dalam meningkatkan komunikasi interpersonal dan
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara metode
pembelajaran kooperatif dan ceramah interaktif dalam :
1. Meningkatan kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas XI MIPA
dalam materi energi
2. Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI MIPA dalam materi energi
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi sekolah
Menjadi sebuah sumbangan bagi sekolah untuk dapat terus mengembangkan
komunikasi interpersonal siswa melalui pembelajaran Fisika
2. Bagi calon guru dan guru
Menjadi sebuah inspirasi bagi guru untuk terus menggunakan dan
mengembangan berbagai metode pembelajaran Fisika guna meningkatkan
komunikasi interpersonal siswa dan meningkatkan prestasi belajar
3. Bagi siswa
Melalui penelitian ini siswa diharapkan dapat lebih leluasa untuk
berkomunikasi secara interpersonal baik dengan guru atau antar siswa guna
8 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Kontruktivis 1. Pengertian belajar
Belajar adalah suatu proses yang sangat dibutuhkan. Proses belajar akan
menyebabkan adanya perubahan pada individu yang belajar. Konsep belajar
banyak dikemukakan oleh beberapa ahli pendidkan dan psikologi. Secara
ringkas konsep menurut beberapa ahli pendidikan dan psikologi adalah sebagai
berikut:
a. Menurut R Gagne (dalam Ranta Wilis Dahar 2006 : 2) belajar dapat
didefinisikan sebagai sutau proses di mana suatu organissai berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman.
b. Menurut James O Whittaker, belajar dapat didefenisikan sebagai proses
dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman (dalam Ahmadi 2013: 126).
c. Menurut Howard L Kingsley, belajar adalah proses dimana tingkah laku
(dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
d. Witherington mengungkapkan bahwa belajar merupakan perubahan dalam
kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru
berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan
e. Menurut Crow & Crow, belajar sebagai kondisi memperoleh
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap baru.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan belajar merupakan suatu
proses perubahan tingkah laku yang ditandai dengan perubahan keterampilan,
sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan melaui pengalaman atau
latihan.
2. Pengertian Pembelajaran
Kata pembelajaran diidentikan dengan kata “mengajar” yang berasal dari
kata dasar “ajar”, yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya
diketahui. Ditambahi awalan “pe” dan akhiran “an” kemudian menjadi kata
“pembelajaran” yang diartikan sebagai proses, perbuatan, cara mengajar, atau
mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.
Menurut Gagne (1997) pembelajaran adalah seperangkat peristiwa
eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang sifatnya
internal (dalam Siregar, Evelina dan Hartini, 2010: 12). Gagne menjelaskan
bahwa untuk menghasilkan belajar, maka situasi eksternal harus dirancang
sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung, dan mempertahankann proses
internal yang terdapat didalam setiap peristiwa pembelajaran. Menurut Winkel
(dalam Siregar, 2012: 12) pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang
dirancang untuk mendukung proses belajar siswa dengan memperhitungkan
kejadian-kajadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian
(dalam Siregar, 2012: 12) adalah usaha pendidikan yang dilaksanakan secara
sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses
dilaksanakan, serta pelaksanaanya terkendali.
Kegiatan pembelajaran ini merupakan perpaduan dari dua aktivitas yang
secara sengaja dilakukan yaitu aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar
secara metodologis cenderung lebih dominan pada siswa, sementara aktivitas
mengajar secara instruksional dilakukan guru.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan
suatu usaha yang dilakukan secara sengaja, terarah, dan terencana oleh seluruh
komunitas kelas, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum
proses dilaksanakan, serta pelaksanaanya terkendali, dengan maksud agar terjadi
belajar pada diri seseorang.
3. Pengertian konstruktivisme
Menurut Suparno (Kusniastuti, 2015: 8) konstruktivisme adalah aliran
filsafat pengetahuan yang berpendapat bahwa pengetahuan (Knowledge)
merupakan hasil konstruksi (bentukan) dari orang yang sedang belajar.
Gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan menurut Von Glasersfed
dan Kitcherner (dalam Suparno, 1997 , dalam Wisudawati, 2014: 45) adalah :
a. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang dimana konsepsi
b. Pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu
merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.
c. Subjek membentuk skema kognitif, katergori, konsep, dan struktur yang
perlu untuk pengetahuan.
Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan yang dibentuk oleh siswa sendiri yang akan terjadi
secara terus menerus karena adaya pemahaman-pemahaman baru.
Proses membentuk suatu pengetahuan berlangsung secara bertahap dan akan
selalu melengkapi atribut-atribut yang belum ada dalam skema seseorang.
Pembentukan pengetahuan ini akan selalu dihadapkan dengan pengalaman dan
fenomena yang dijumpai oleh seorang individu. Pengetahuan bukanlah barang
jadi, tetapi terus berkembang seiring perkembangan mental seorang individu
(Wisudawati, Asih Widi dan Eka sulistyowati, 2014). Pengetahuan ada pada diri
seseorang yang sedang mengetahui, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu
saja dari otak seorang guru kepada orang lain dalam hal ini adalah siswa. Tugas
membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri dan dituntut untuk
B. Pembelajaran Kooperatif dan Ceramah Interaktif ( Ceramah Siswa Aktif)
1. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger (Huda, 2012:29) pembelajaran kooperatif merupakan
aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh suatu prinsip bahwa
pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di
antara kelompok-kelompok pembelajaran yang didalamnya setiap
pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong
untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. Dalam
pembelajaran kooperatif setiap siswa dituntut untuk saling berinteraksi agar
dapat bekerjasama dengan baik dan melakukan aktivitas-aktivitas demi
mendapatkan suatu manfaat yang juga dapat dirasakan bersama-sama. Salah
satu elemen dasar pembelajaran kooperatif menurut hudaa yaitu
keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Digunakan skil-skil
interpersonal dan kelompok kecil agar dapat bekerjasama secara efektif dan
dimotivasi untuk menerapkan keterampilan tersebut dalam
kelompok-kelompok kooperatif agar terwujud suasana yang produktif.
Menurut Arend (Wisudawati, 2014: 54) model pembelajaran
kooperatif bertujuan untuk meningkatkan pencapaian akademik,
peningkatan rasa toleransi, menghargai perbedaan, serta membangun
Kesimpulannya dalam pembelajaran kooperatif para siswa akan
duduk bersama dalam kelompok, saling bertinteraksi, dan setiap peserta
didik mememliki tanggung jawab dalam mencapai tujuan kelompok.
b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Menurut Arend (Wisudawati, 2014: 54) ada 4 karakteristik
pembelajaram kooperatif, yaitu:
1) Peserta didik bekerja dalam kelompok untuk mencapai kompetensi yang
telah ditentukan;
2) Tim yang dibentuk dari peserta didik dengan kemampuan tinggi, sedang,
dan rendah;
3) Tim yang dibentuk heterogen (ras, budaya, dan gender);
4) Sistem penghargaan diorientasikan kepada kelompok dan individu.
c. Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Manfaat khusus dari pembelajaran kooperatif menurut Lickona adalah:
1) Pembelajaran kooperatif mengajarkan nilai kerjasama
Pembelajaran kooperatif mengajarkan siswa untuk saling bekerjasama
dalam kelompok, demi tercapainya tujuan kelompok. Kerja sama yang
terjalin adalah kerja sama antar anggota kelompok. Dalam relasi antar
sesama anggota kelompok, setiap pribadi tidak terlepas dari
2) Pembelajaran kooperatif dapat membangun komunitas di dalam kelas
Melalui pembelajaran kooperatif setiap siswa dapat saling mengenal
dan saling peduli, dapat melatih siswa menerima setiap perbedaan
antar sesamanya, serta menumbuhkan perasaan keanggotaan dalam
setiap unit sosial maupun di dalam kelas.
3) Pembelajaran kooperatif mengajarkan keterampilan dasar kehidupan
Keterampilan dasar yang dapat dikembangkan melalu pembelajaran
kooperatif adalah mendengar, mengambil perspektif orang lain,
berkomunikasi dengan efektif, menyelesaikan konflik, dan
bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
4) Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pencapaian akademis,
penghargaan diri, dan sikap terhadap sekolah
Melalui pembelajaran kooperatif guru dan siswa mengidentifikasi
perilaku-perilaku yang menghadirkan kooperasi efektif dan
terus-menerus menilai dan memonitor bagaimana efektifnya pasangan
kelompok bekerjasama. Dengan demikian siswa yang memiliki
kemampuan tinggi dan rendah dapat menarik manfaat dari
pembelajaran kooperatif ini. Bukan hanya dibidang akademis,
melainkan dalam perkembangan karakter pembelajaran kooperatif
memberikan banyak kontribusi.
5) Pembelajaran kooperatif menawarkan sebuah alternatif untuk
Menurut Orkes (dalam Lickona, 243) pembelajaran kooperatif
menawarkan salah satu dari beberapa cara terbaik untuk menghindari
dampak negatif pengelompokan dan mencapai kesetaran dalam
pendidikan. Semua pihak bisa menaraik manfaat dari kerjasama
kelompok dengan berbagai macam kemampuan.
6) Pembelajaran kooperatif berpotensi mengurangi aspek-aspek negatif
persaingan
Pembelajaran kooperatif membentuk karakter siswa untuk berpikir win
win solution. Kerja sama demi kepentingan bersama lebih berharga
dari pada persaingan untuk menentukan siap yang kalah dan siapa
yang menang
d. Kendala-kendala utama Pembelajaraan Kooperatif
Menurut Slavin (2005:68) ada 3 kendala utama terkait dengan pembelajaran
kooperatif
1) Free rider
Yang dimaksudkan dengan Free rider adalah beberapa siswa yang
tidak bertanggung jawab secara personal pada tugas kelompoknya; mereka
hanya “Mengekor” saja apa yang dilakukan oleh teman-teman satu
kelompoknya.
2) Diffusion of Responsibility
Yang dimaksudkan dengan Diffusion Of Responsibility (penebaran
dianggap tidak mampu cenderung diabaikan oleh anggota-anggota lainnya
yang “ lebih mampu”.
3) Learning a part of task specialization
Hal ini terjadi pada saat siswa hanya terfokus pada bagian materi yang
menjadi tanggung jawabnya saja, sementara materi yang dikerjakan oleh
kelompok lain hampir tidak digubris sama sekali, padahal semua materi
tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Menurut Slavin (Huda, 2012: 69), ketiga kendala ini dapat diatasi
apabila guru mampu untuk melakukan 3 hal berikut:
1) Mengenali sedikit banyak karakteristik dan level kemampuan
siswa-siswanya;
2) Selalu menyediakan waktu khusus untuk mengetahui kemajuan setiap
siswanya dengan mengevaluasi mereka secara individual setelah
bekerja kelompok;
3) Mengintegrasikan metode yang satu dengan metode yang lain.
2. Pembelajaran Gabungan (TPS - kancing gemerincing- debat)
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode pembelajaran
gabungan dari metode Think-Pair-share, kancing gemerincing, dan debat. Metode
gabungan ini akan digunakan secara bersama-sama.
Metode TPS ini dikembangkan oleh Frank Lyman dari University of
1) Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang
lain
2) Mengoptimalkan partisipasi siswa
3) Bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.
Metode Kancing gemerincing dikembangkan oleh Spencer Kagan. Metode
ini memiliki kelebihan (Huda, 2012: 142) yaitu :
1) Dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan tingkatan kelas;
2) Dalam metode Kancing gemerincing, masing-masing anggota kelompok
bekesempatan memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan
pandangan anggota lain;
3) Dapat digunakan untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang
sering mewarnai kerja kelompok. Sering kali ada satu anak/anggota yang
terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, ada anak yang pasif dan
pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Dengan menggunakan
metode ini setiap anak akan memiliki kesempatan berbicara dan mereka
pula diberikan kancing yang menjadi tanda saat kapan mereka berbicara dan
saat kapan kesempatan berbicara untuk setiap siswa telah selesai.
Langkah-langkah teknik pembelajaran gabungan (TPS - Kancing
gemerincing- Debat)
1) Siswa dibagi dalam kelompok menggunakan game kursi bernomor. Setiap
siswa akan diberi nomor dan siswa akan duduk pada kursi yang sesuai
anggota/siswa. Dalam kelompok akan dipilih satu siswa yang menjadi ketua
kelompok
2) Guru memberikan dua tugas. Tugas pertama berupa penyelesaian soal
hitungan yang langsung dikumpulkan ketika siswa selesai bekerja dan tugas
kedua berupa pernyataan yang kemudian akan analisis oleh siswa. Tugas
untuk pernyataan analisis ini akan menjadi pengantar untuk teknik belajar
selanjutnya, yaitu debat. Kelompok yang setuju dengan pernyataan akan
menjadi kelompok pro dan kelompok yang tidak setuju dengan pernyataan
akan menjadi kelompok kontra.
3) Siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompoknya. Sebelum
berdiskusi siswa diberi 2 atau 3 kancing untuk masing-masing siswa. Setiap
kali anggota selesai berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus
meletakan satu kancing yang dimilikinya ditengah-tengah meja. Apabila
kancing yang dimiliki salah seorang siswa telah habis, maka ia tidak boleh
berbicara sampai semua rekannya menghabiskan kancingnya
masing-masing. Apabila kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai,
kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagi-bagi kancing
kembali dan mengulang prosedurnya kembali.
4) Apabila diskusi siswa dalam kelompok selesai, maka guru membimbing
siswa untuk mulai berdebat antara kelompok kotra dan pro. Selama debat
berlangsung teknik kancing gemerincing tetap digunakan. Setiap siswa dalm
setiap kelompok memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapat saat
mereka berdebat
5) Apabila perdebatan telah selesai, maka guru mengambil kesimpulan dan
memperbaiki apabila terjadi miskonsepsi saat perdebatan berlangsung
6) Untuk materi yang tidak masuk dalam debat akan digunakan metode TPS.
Dalam kelompok siswa berdiskusi, kemudian mempresentasikan hasil
diskusi didepan kelas
3. Ceramah siswa aktif
Menurut Suparno (2013: 180), model ceramah adalah model pembelajaran
dimana guru sendiri menerangkan dengan kata-kata, menjelaskan prinsip atau
bahan Fisika kepada siswa. Biasanya siswa menjadi pasif dan hanya
mendengarkan apa yang diceramahkan guru. Model ceramah seringkali digunakan
karena model ini sangat praktis, tidak memerlukan banyak waktu, biaya, dan
persiapan.
Menurut Asih Wisudawati dan Eka Sulistyowati (Wisudawati, 2014:
144-145) metode ceramah memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode
ceramah yaitu:
1) Metode ceramah sangat baik untuk materi-materi yang belum tersedia dalam
bentuk hard copy sehingga dapat dilaksanakan di sekolah-sekolah yang
memiliki buku-buku ajar;
3) Guru dapat merencanakan waktu penyampaian materi sesuai dengan waktu
yang telah disediakan dalam kurikulum;
4) Guru dapat menyampaikan materi dalam waktu singkat;
5) Dapat digunakan dalam kelas besar;
6) Metode ceramah dapat digunakan dengan baik unutk tingkat kognisi
dan/atau afeksi rendah;
7) Metode ceramah lebih praktis, ekonomis, dan efisien.
Sedangkan kekurangan metode ceramah adalah:
1) Metode ceramah memaksa peserta didik untuk menjaga konsentrasi dengan
menggunakan indra telinga yang terbatas;
2) Metode ceramah membuat peserta didik terganggu oleh hal-hal visual;
3) Metode cermah membuat peserta didik sulit untuk menentukan gagasan
guru yang bersifat analisis, sintesis, kritis, dan evaluatif;
4) Metode cearamah membuat peserta didik cenderung diperlakukan sama rata
oleh guru;
5) Metode ceramah membuat guru cenderung bersifat otoriter;
6) Metode ceramah membuat kelas monoton;
7) Metode ceramah membuat kelas doktiner;
8) Metode ceramah yang disampaikan guru tidak pandai bertutur kata akan
membuat kelas menjadi membosankan.
Model ceramah yang digunakan dalam penelitian ini bukanlah model
ini berlaku yaitu model ceramah interaktif atau model ceramah siswa aktif.
Dengan model ceramah siswa aktif, guru bukan menjadi pribadi yang lebih
dominan aktif saat kegiatan pembelajaran berlangsung, tetapi diantara ceramah
dan penjelasannya guru menuntut keterlibatan siswa melalui pertanyaan, latihan
soal, dan diskusi dalam kelompok yang membuat siswa berpikir dan aktif selama
kegiatan pembelajaran berlangsung. Dengan demikian siswa menjadi aktif
mengelolah bahan melalui pertanyaan, diskusi, dan mengerjakan persoalan yang
ditawarkan guru.
Menurut Huda (2011) pembelajaran kelompok kecil dalam hal ini adalah
kelompok yang dibentu pada pembelajaran ceramah interaktif keterampilan social
tidak diajarkan secara sistematis dan siswa bekerjasama hanya untuk
kesuksesannya sendiri.
C. Prestasi Belajar
Kata “prestasi” berasal dari kata bahasa Belanda yaitu prestatie. Dalam
bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Arifin (1998)
mendefenisikan prestasi sebagai kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang
dalam menyelesaikan sesuatu.
Ahmadi (2013: 139) mengemukakan beberapa faktor internal dan eksternal
prestasi belajar. Yang tergolong dalam faktor internal adalah:
Faktor jasmaniah (Fisiologi) yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang
termasuk faktor ini adalah
a. Faktor intelektif yang meliputi:
2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki
b. Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti
sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.
Sedangkan yang tergolong dalam faktor eksternal yaitu
1. Faktor sosial yang terdiri atas : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok
2. Faktor budaya seperti adat istiadat , ilmu pengetahuan, dan teknologi.
3. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim
Menurut Arifin (2009: 12) ada 5 fungsi utama prestasi belajar antara
lain. Prestasi belajar sebgai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan
yang telah dikuasai peserta didik;
a. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli
psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan
(couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”
b. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi
peserta didik dalam meningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
berperan sebagai umpan balik (feeback) dalam meningkatkan mutu
pendidikan;
c. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat
dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu intitusi pendidikan
prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan perserta
didik di masyarakat;
d. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)
peserta didik dalam proses pembelajaran peserta didik menjadi fokus
utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang
diharapkan dapat menyerap seluruh materi pembelajaran.
D. Komunikasi dan Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Kata
komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu Communicatio yang berarti
pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum
atau bersama-sama. Kata komunikasi ini didefinisikan menurut sudut pandang
masing-masing ahli, karena sejarah ilmu komunikasi dikembangkan dari ilmuwan
yang berasal dari berbagai disiplin ilmu.
a. Menurut Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (dalam Wiryanto 2004: 6)
komunikasi adalah suatu proses dimana sumber menstramisikan pesan
kepada penerima melalui beragam saluran.
b. Menurut Hoveland (dalam Wiryanto 2004: 6) Komunikasi adalah proses
dimana individu menstrasamisikan stimulus untuk mengubah perilaku
individu yang lain.
c. Menurut Albig (dalam Siahan 2000:3) komunikasi adalah proses
Dari buah pikiraan diatas dapat disimpulkan ada dua nilai mendasar dalam
komunikasi yaitu informasi yang berupa lambang-lambang atau berupa gambaran
yang menjadi stimulan dan nilai kedua adalah persuasif, yakni proses pemindahan
itu hendaknya mencapai satu sarana, orang yang menerima dan memahaminya.
Secara ontologis komunikasi merupakan proses pemindahan dan
pengoperan arti , nilai, pesan melalui media atau lambang-lambang berupa bahasa,
tulisan, ataupun isyarat. Sedangkan secara epistemologis nampak bahwa
komunikasi bertujuan merubah tingkah laku sesama, merubah pola pikir atau
sikap orang lain (komunikan) agar dapat membangun kebersamaan dan mencapai
ide yang sama demi tujuan bersama pula.
Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian komuniksi adalah proses
penyampai informasi (pesan, ide, sikap, atau gagasan) dari komunikator kepada
komunikan untuk merubah perilaku komunikan (pola, sikap, pandangan, dan
pemahamannya) ke pola dan pemahaman yang dihendaki oleh komunikator.
2. Pengertian komunikasi interpersonal
Menurut Wiranto (2004: 32), komunikasi antarpribadi (interpersonal
communication) merupakan komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap
muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada
Trenholm dan Jensen (dalam Wiranto, 2004: 32) mendefinisikan
komunikasi antar pribadi sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung
secara tatap muka.
Komunikasi ini terjalin di antara dua pribadi, bersifat langsung, dan sering
dalam bentuk percakapan. Ciri khas dari komunikasi antar pribadi ini bersifat dua
arah atau timbal bailk yang biasa disebut two way traffic communication.
Didalam kelas komunikasi dua arah ini dapat terjalin antara siswa dengan siswa
atau antara siswa dengan guru.
Komunikasi antar pribadi ini dapat berjalan dengan efektif apabila
komunikator dan komunikan mempunyai kebersamaan, persoalan yang sama,
perjuangan yang sama, dan tujuan yang sama
Menurut Devi (Maulana, 2013:77-78) tujuan komunikasi interpersonal adalah:
1) Proses belajar
Komunikasi interpersonal membantu kita untuk mengerti, memahami, dan
merespon lingkungan di sekitar kita, seperti peraturan, norma-norma, dan
etika yang berlaku. Kita juga dapat mengetahui bagaimana pendapat orang
lain tentang suatu hal ataupun suatu peristiwa, serta mengetahui bagaimana
orang lain menilai diri dan tingkah laku kita
2) Untuk membangun hubungan
Komunikasi interpersonal membantu kita untuk dapat membangun dan
3) Untuk mempengaruhi
Dalam komunikasi interpersonal, kita sering mencoba mempengaruhi sikap
dan perilaku orang lain
4) Untuk bermain
Berdiskusi tentang hobi dan menceritakan lelucon merupakan hal yang
sangat penting. Hal ini dapat membuat pikiran kita beristirahat sejenak dari
hal-hal yang serius.
5) Untuk menolong
Melalui komunikasi interpersonal kita dapat menenangkan, menghibur, dan
memberi saran kepada teman. Secara profesional atau bukan, keberhasilan
menolong tergantung pada keterampilan komunikasi interpersonal
seseorang
3. Aspek-aspek Kemampuan Interpersonal
Menurut de Vito (1995) ada lima aspek umum yang perlu dpertimbangkan
dalam komunikasi interpersonal agar komunikasi dapat berjalan dengan
baik yaitu:
a. Keterbukaan
Kualitas keterbukaan mengacu ada tiga hal. Pertama kesediaan
membukan diri, mengungkapkan informasi tentang diri kepada orang
lain.
kedua, kesediaan untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang
umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Dalam
menjalin komunikasi interpersonal diharapkan individu penerima
pesan bereaksi terbuka terhadap apa yang diucapkan individu
pembawa pesan.
Ketiga, kesadaran untuk memiliki dan mengakui perasaan dan
gagasan yang timbul. Dalam hal ini diharapakan adanya keberanian
untuk mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan
adalah memang “milik” anda dan anda bertanggung jawab atasnya.
b. Empati
Empati diartikan sebagai ikut merasakan, dalam hal ini ikut merasakan
sesuatu seperti yang dirasakan orang lain. Langkah yang digunakan
dalam mencapai empati adalah menahan godaan godaan untuk
mengevaluasi, menilai, menafsirkan, dan mengkritik. Bukan karena
reaksi ini “salah”, melainkan reaksi ini sering kali menghambat
pemahaman. Langkah kedua yang dilakukan untuk berempati adalah
dengan mengenal seseorang, keinginananya, pengalamannya,
kemampuannya, ketakutannya, dan sebagianya agar kita. Langkah
ketiga yang dapat dilakukan adalah mencoba merasakan apa yang
c. Sikap mendukung
Sikap mendukung dapat diperlihatkan dengan cara:
1) Deskriptif, bukan evaluatif
Pada umumnya suasana evaluatif membuat orang merasa
defensif daripada dalam suasana deskriptif. Suasana yang
bersifat deskriptif dan bukan evaluatif membantu terciptanya
sikap saling mendukung. Sikap yang deskriptif itu akan
menjadikan orang lain bebas dalam mengungkapkan perasaanya.
2) Spontanitas
Gaya spontan pada saat berkomunikasi akan menciptakan
suasana saling mendukung. Orang yang spontan dalam
komunikasi akan terus terang dan terbuka dalam mengutarakan
pikirannya.
3) Profesionalisme
Bersikap profesional artinya bersikap tentatif dan berpikiran
terbuka serta bersedia mendengarkan padangan yang
berlawanan dari orang lain serta bersedia mengubah posisi jika
d. Sikap Positif
Sikap positif dalam komunikasi iterpersonal dikomunikasikan
dengan cara:
1) Menyatakan sikap positif
Komunikasi interpersonal terbina jika orang mamiliki sikap
positof terhadap diri mereka sendiri. Orang yang merasa positif
terhadap diri sendiri mengisyaratkan perasaan ini kepada orang
lain, yang selanjutnya juga akan merefleksikan perasaan positif
ini.
2) Dorongan
Perilaku mendorong dapat berupa verbal seperti pujian, atau non
verbal seperti senyuman atau menepuk bahu. Dorongan positif
pada umumnya berbentuk pujian atau penghargaan, dan terdiri
atas perilaku yang biasanya kita harapkan, kita nikmati, dan kita
banggakan. Dorongan positif ini mendukung citra pribadi
seseorang dan membuat seseorang merasa lebih baik.
e. Kesetaraan
Komunikasi interpersonal menjadi efektif apabila adanya
kesetaraan. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa
kedua pihak sama-sama bernilai atau berharga, dan bahwa
masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
Dalam suatu hubungan antar pribadi yang ditandai oleh kesetaraan,
memahami perbedaan yang pasti daripada sebagai kesempatan untuk
menjatuhkan pihak lain.
Kesetaraan tidak mengaruskan kita untuk unutk menerima dan
menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak
lain. Kesetaraan berati kita menerima pihak lain, atau memberikan
penghargaan tak bersyarat kepada orang lain.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa unutk menjalin
komunikasi interpersonal yang baik perlu diperhatikan kelima aspek
komunikasi interpersonal, yaitu keterbukaan, empati, dukungan,
kepositifan, dan kesetaraan diantara pelaku komunikasi. Dalam
penelitian ini peneliti meggunakan aspek-aspek sebagai dasraa
penyususnan alat ukur tigkat komunikasi interpersonal baik anatar
siswa maupun anatara guru dan siswa.
E. Materi Energi
1. Energi
Istilah energi bukanlah istilah yang asing bagi kita. Dalam beraktivitas
sehari-hari kita selalu membutuhkan energi, baik ketika kita tidur, berjalan,
menulis, membaca dan kegiatan lainya. Bukan hanya manusia, alat-alat
seperti TV, Kipas angin, Sepeda motor, mobil dan lain sebagainya juga
memerlukan energi untuk melakukan usaha.
Jadi untuk melakukan usaha diperlukan sejumlah energi. Dengan
begitu energi diartikan sebagai sesuatu yang dibutuhkan oleh benda agar
Sumber energi dibagi atas dua: sumber energi tak terbaharui, seperti
energi fosil dan minyak mentah dan sumber energi terbaharui, seperti eergi
Matahari, energi angin, energi air, dll.
Satuan energi sama dengan satuan usaha yaitu joule. Satu joule sama
dengan besar usaha yang dilakukan oleh gaya sebesar satu newton untuk
memindahkan benda sejauh satu meter. Satuan lain untuk menyatakan
energi adalah kalori (disingkat Kal). Satuan kalori dapat dikonversi kedalam
satuan joule sehingga :
1 kalori = 4,2 joule
1 joule = 0,24 kalori
2. Energi Kinetik
a. Pengertian energi kinetik
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena
geraknya (Kanginan, 2006: 206). Nama energi kinetik diperkenalkan
pertama kali oleh Lord Kelvin fisikawan Inggris. Kata “Kinetik”
berasal dari bahasa Yunani yang berarti “gerak”.
Energi kinetik merupakan besaran skalar; energi kinetik
bergantung pada massa dan laju benda. Makin besar kelajuan , maka
makin besar juga energi kinetiknya. Makin besar massa benda, makin
besar juga energi kinetiknya.
b. Rumus energi kinetik
Energi kinetik bergantungg pada massa dan kelajuan benda,
secara matematis persamaan energi kinetik adalah sebagai berikut
Posisi awal Posisi Akhir
F V
Gambar 2. 1 Perubahan posisi benda yang diberi gaya F
Pada gambar 2.1 sebuah benda bermassa m yang diam. Ketika
gaya konstan diberikan selama benda menempuh jarak , benda
akan bergerak dengan percepatan a sampai mencapai kecepatan akhir
v. Usaha yang dilakukan pada benda W= F seluruhnya diubah
menjadi energi kinetik benda pada keadaan akhir. Jadi, EK = W atau
EK = F
Gunakan persamaan kecepatan dari GLBB
; ; (1)
Gunakan persamaan perpindahan dari GLBB
; ; (2)
Energi kinetik EK dapat ditulis dengan
EK = F = (ma)( ) = =
Maka persamaan energi kinetik adalah EK = .
3. Hubungan Usaha dan Energi Kinetik ( Teorema usaha-energi)
Usaha yang dilakukan pada suatu benda memenuhi persamaan
W= F (w = usaha, F = gaya, dan = perpindahan). Dengan
mengganti F = m a (F = gaya, m = massa, dan a = percepatan). Jika
kedua ruas dari persamaan F = m a dikalikan dengan , maka akan
tampil usaha yang dilakukan oleh gaya pada benda.
F = m (a
Hasil kali berkaitan dengan kecepatan awal v1 dan
kecepatan akhir v2 sesuai persamaan GLBB.
[ ]
Persamaan diatas dapat kita tulis sebagai
F [ ]
F (Kanginan, 2006: 209)
sebagai energi kinetik benda ( EK), sehingga persamaan
diatas dapat kita tulis sebagai
F =
Kerja total yang dilakukan pada sebuah benda sama dengan
4. Energi Potensial Gravitasi
Energi potensial adalah energi yang berkaitan dengan posisi
suatu benda. Misalnya, sebuah benda dengan massa m diangkat dari
permukaan tanah sampai ketinggian h dari tanah. Apabila percepatan
gravitasi bumi g, maka gaya yang diperlukan untuk mengangkat benda
adalah F = W = mg. Jadi, usaha yang diperlukan untuk mengangkat
benda setinggi h adalah
W = Fh W = mgh
Gambar 2.2 Benda yang diangkat setinggi h dari tanah
Dengan demikian, benda yang berada pada ketinggian h
mempunyai potensi untuk melakukan usaha sebesar W = m.g.h.
Dikatakan benda tersebut mempunyai energi potensial gravitasi, yang
besarnya
mgh
=
E
pdengan Epsama dengan energi, m sama dengan massa, g sama
dengan percepatan gravitasi bumi, dan h sama dengan ketinggian dari
Apabila benda mula-mula berada pada ketinggian h1, karena
gaya beratnya benda bergerak vertikal ke bawah hingga ketinggian h2
dari bidang acuan
Gambar 2.3 benda yang bergerak vertikal ke bawah dari keadaan
hingga keadaan
W = mgh1- mgh2
= - mg (h2 - h1)
W = EP
Sehingga kerja yang dilakukan oleh gaya berat merupakan
selisih perubahan energi potensial benda tersebut.
= EP
Tanda negatif pada di depan merupakan hal yang
penting. Ketika benda bergerak naik, h akan semakin besar,kerja yang
dilakukan gaya gravitasi akan negatif, maka energi potensial gravitasi
berkurang gaya gravitasi akan melakukan kerja positif maka energi
potensial gravitasi akan berkurang.
5. Hukum Kekekalan Energi Mekanik
Energi mekanik merupakan gabungann dari energi potensial dan
energi kinetik.
a. Menurunkan Hukum Kekekalan Energi Mekanik
Jika tidak ada gaya-gaya nonkonservatif, maka = 0, prinsip
umuum teorema usaha-energi kita peroleh
= ( 1)
Usaha oleh gaya resultan adalah usaha yang dilakukan oleh
gaya-gaya konservatif, , dan gaya-gaya tak konservatif, ,
seingga
= (2)
Jika pada sistem hanya bekerja gaya-gaya konservatif, ,
dan persamaan tersebut menjadi
=
= (3)
Telah kita ketahui bahwa = , sehingga =
atau . Jumlah , sehingga dapat
kita tulis
= 0
Atau (4)
= (5)
Persamaaan 4 dan 5 dikenal dengan sebutan hukum kekekalan
energi mekanik. Hukum Ini berbunyi enrgi mekanik sistem pada
posisi akhir sama dengan energi mekanik sistem pada posisi awal.
b. Aplikasi hukum kekekalan energi meknik pada benda jatuh
bebas
Untuk sistem yang bergerak di bawah gaya berat, misalnya pada
kasus gerak jatuh bebas. Energi mekaniknya terdiri dari energi
potensial gravitasi konstan EP = mgh dan energi kinetik EK = m ,
sehingga hukum kekekalan energi mekanik dapat kita tulis
=
Gerak jatuh bebas dari sebuah benda yang mula-mula berada
pada ketinggian H diatas tanah. Kita tetapkan tanah sebagi bidang
acuan h= 0 ( atau EP= 0). Pada gambar 2. 4, di posisi 1 benda belum
bergerak,sehingga = 0 atau = = 0. Semua energi
mekanik berbentuk energi potensial: EM= =mgH.
Di posisi 2, energi mekanik sebagian berbentuk energi potensial
dan sebagian lagi energi kinetik, sehingga
=
Sesaat sebelum benda menyentuh tanah, h= 0 atau Ep= 0. Semua
energi mekanik berbentuk energi kinetik
= = m
Dengan mengaplikasikan hukum kekekalan energi mekanik pada
kasus gerak jatuh bebas seperti gambar 4, kita peroleh
EM = = =
= = mgh + m
= mgH
=
39 BAB III
METODE PENELITIAN A. Design Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif Design One-Grup
Pretest-Posttest dan kualitatif. Penelitian ini akan dilakukan pada dua kelas yang berbeda
dengan metode yang berbeda pula. Penelitian kuantitatif akan menggunakan data
berupa skor atau angka dan menggunakan statistik untuk analisis. Data prestasi
dan komunikasi interpersoanal pada siswa akan dianalisis dengan menggunakan
test-T. Dalam hal ini dua kelompok dari dua kelas yang berbeda ini diukur bukan
hanya pada akhir treatment (post-test), tetapi juga sebelumnya (pre-test). Data
yang diolah secara kualitatif untuk menjelaskan peningkatan komunikasi
interpersonal dari masing-masing siswa terhadap metode pembelajaran yang
digunakan. Skema penelitian adalah sebagai berikut:
O11 X1 O21
O12 X2 O22
Keterangan :
O11 : prestest kelas dengan metode pembelajaran kooperatif
O12 : prestest kelas dengan metode pembelajaran ceramah
interaktif
X1 : Kelas dengan metode pembelajaran kooperatif
O21 : posttest kelas dengan metode pembelajaran kooperatif
O22 : posttest kelas dengan metode pembelajaran ceramah
interaktif
Penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu (1) observasi (2) pengambilan
data (3) analisis data (4) pembuatan laporan. Data yang diambil berupa hasil test
siswa sebelum dan sesudah diajarakan dengan menggunakan metode ceramah
siswa aktif dan metode pembelajaran kooperatif, angket penilaian diri siswa
tentang komunikasi interpersonal dengan sesama siswa dan anatara siswa dan
guru, dan penilaian observer.
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan diadakan di SMA N 1 Depok yang beralamat Jln.
Babarsari, Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta
C. Subyek dan Obyek Penelitian 1) Subyek Penelitan
Subyek penelitan ini adalah siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2
SMA N 1 Depok yang masing-masing berjumlah 32 siswa.
2) Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah perbandingan antara metode pembelajaran
kooperatif dan cermah interaktif dalam pembelajaran fisika untuk
materi usaha dan energi.
D. Waktu Penelitan
E. Treatment
Treatment merupakan perlakuan khusus dari peneliti dalam hal ini adalah
adalah metode pembelajaran kepada subyek atau sampel yang mau diteliti agar
nantinya mendapatkan data yang diinginkan. Treatment yang digunakan dalam
penelitian ini adalah treatment pada dua kelas eksperimen dengan metode
kooperatif dan metode ceramah interaktif. Dalam pelaksanaan treatment ini untuk
kelas X MIPA 1, setiap siswa akan dibagi dalam kelompok-kelompok kecil.
Masing-masing kelompok terdiri 3-4 orang dan setiap siswa akan diberikan
kancing sebagai kuota bicara, namun sebelum dibagi dalam kelompok setiap
siswa akan diberi kuisioner penilaian diri tentang komunikasi interpersonal
antarsiswa dan masing-masing siswa akan menyelesaikan soal prestest. Setelah
itu para siswa akan masuk dalam kelompok dan mulai berdiskusi dan
mengerjakan latihan soal. Pada saat berdiskusi, peneliti akan mengontrol kegiatan
siswa agar siswa menggunakan kancing yang dibagikan dengan baik dan sesuai
yang diharapkan peneliti. Setelah selesai berdiskusi latihan soal yang berupa
latihan soal akan dikumpulkan kepada peneliti, sedangkan latihan soal yang berisi
argumen-argumen siswa akan digunakan siswa pada saat debat. Pada akhir
kegiatan peneliti akan memberikan penjelasan secara umum dan memberikan soal
post-test kepada siswa serta memberikan kuisioner penilain diri tentang
komunikasi interpersonal kepada siswa.
Metode cermah interaktif atau ceramah siswa aktif unutk kelas X MIPA 2,
dalam pelakasaan metode ini. Metode ceramah yang digunakan peneliti jauh