BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
B. Pembelajaran Kooperatif
Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam kelas untuk mempermudah proses belajar siswa. Di antara model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mengajar di kelas adalah pembelajaran kooperatif.
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Ong Eng Tek dalam Suwangsih dan Tiurlina menjelaskan bahwa Kooperatif adalah mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain. Sedangkan pembelajaran kooperatif artinya belajar bersama-sama, saling memebantu satu sama lain dalam belajar dan
12
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2009),Cet-14, h, 29-30
13
memastikan setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya.14
Lebih lanjut Sanjaya menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras yang berbeda (heterogen).15
Riyanto menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (Academic Skill), sekaligus ketrampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill.16
Senada dengan pendapat itu, menurut Maifalinda, belajar kooperatif adalah model belajar yang dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep dan juga dapat meningkatkan kepekaan dan empati di antara siswa.17
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model yang digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar yang berpusat pada siswa terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa dengan cara membelajarkan kecakapan akademik sekaligus ketrampilan sosial yang menggunakan pengelompokan kecil yang bersifat heterogen untuk mencapai tujuan yaitu mencapai ketuntasan belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar serta dapat meningkatkan kepekaan sosial dan empati di antara siswa.
b. Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Ada yang membedakan model pembelajaran kooperatif dengan
14
Erna Suwangsih dan Tiurlina, op. cit., hal. 160 15
Wina Sanjaya, Perencanaan Dan Desain System Pembelajaran, (Jakarta : kencana, 2008), hal. 194
16
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: kencana, 2009), hal. 271 17
Maifalinda Fatra, Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Matematika, (Jakarta : Jurnal Madrasah Developmente Center, 2006), hal. 60
model pembelajaran yang lainya. Perbedaan itu dapat dilihat dari prinsipnya. Prinsip yang mendasari pembelajaran kooperatif menurut Roger dan David Johnson yang sebagaimana dikutip Anita Lie yaitu18: 1) Saling ketergantungan positif
2) Tanggung jawab perseorangan 3) Tatap muka
4) Komunikasi antar anggota 5) Evaluasi proses kelompok
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Trianto bahwa prinsip pembelajaran kooperati adalah sebagai berikut:
1) Positive independence artinya adanya saling ketergantungan positif yaitu anggota kelompok menyadari pentingnya kerjasama dalam pencampaian tujuan
2) Face to face interaction artinya antar anggota berinteraksi dengan saling berhadapan.
3) Individual accountability artinya setiap anggota kelompok harus belajar dan aktif memberikan kontrbusi untuk mencapai keberhasilan kelompok.
4) Use of collaborative/social skill artinya harus menggunakan ketrampilan bekerja sama dan bersosialisasi. Agar siswa mampu berkolaborasi perlu adanya bimbingan guru.
5) Group processing, artinya siswa perlu menilai bagaimana mereka bekerja secara efektif.19
Jadi dalam menggunakan pembelajaran kooperatif harus menerapkan lima prinsip tersebut agar mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif.
c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran yang lain. Dalam menjalankanya harus sistematis dan saling terkait. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim
18
Anita Lie, Cooperatif Learning Mempraktekan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas , (Jakarta: Grasindo, 2002). hal. 30
19
sebagaimana dikutip oleh Trianto dapat dilihat pada tabel sebagai berikut20:
Tabel 2.1
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah laku guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase-3
Mengorganisasikansiswa ke dalam kelompok kooperatif
Guru menjalaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efesien
Fase-4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase-5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase-6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
20
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together
(NHT)
Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT ini akan memudahkan siswa menerima materi pelajaran akibat berpikir bersama (head together). Siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna serta dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Pada pembelajaran kooperatif tipe NHT
aktivitas belajar lebih banyak berpusat pada siswa, dalam proses diskusi dan kerja kelompok guru hanya berfungsi sebagai fasilitator dan interaksi antara siswa dengan guru maupun antar siswa membuat proses berpikir siswa lebih optimal dan siswa mengkontruksi ilmu yang dipelajarinya menjadi pengetahuan yang akan bermakna dan tersimpan dalam ingatannya.
Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dengan melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. 21
Senada dengan itu, Kunandar mengatakan bahwa NHT adalah suatu pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut sebagai pengganti pertanyaan langsung kepada seluruh kelas.22
Dengan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.
21
Trianto, ibid., hal.62 22
Dalam penerapanya, NHT memiliki langkah-langkah yang harus dilakukan seorang guru agar kegiatan pembelajaran menjadi efektif. Langkah-langkah pembelajaran NHT sebagai berikut:
a. Langkah 1: Penomoran (Numbering), yaitu guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda.
b. Langkah 2: Pengajuan Pertanyaan (Questioning), yaitu guru mengajukan suatu pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang besifat umum.
c. Langkah 3: Berpikir Bersama (Head Together). Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.
d. Langkah 4: Pemberian Jawaban (Answering). Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.23
2. Metode Pembelajaran Konvensional a. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode secara harfiah berarti “cara”. dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.24 Metode juga dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode merupakan fasilitas untuk menghantarkan bahan pelajaran dalam upaya mencapai tujuan. Oleh karena itu bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode justru akan mempersulit guru dalam mencapai tujuan pengajaran.
Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pengajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah dan kondisi anak yang kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan tujuan pengajaran. Oleh
23
Ibid., hal. 368-369
24 Pupuh Pathurrohman dan M.Sobry Sutikno,
Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), h.55.
karena itu, dapat dipahami bahwa metode adalah suatu cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan belajar mengajar.25
b. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran
1) Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode mengajar yang menyamaikan materi pelajaran dengan cara lisan. Metode ini adalah metode yang paling banyak digunakan, tetapi dalam pembelajaran IPS dianggap kurang efektif karena dalam pembelajaran IPS tidak hanya menekankan pada aspek produk tapi juga pada aspek proses. Pembelajaran dengan metode ceramah, bersifat teacher center, karena hampir seluruh Informasi tentang bahan ajar berasal dari penjelasan guru. Sementara siswa cenderung bersifat pasif. Namun, sebenarnya metode ini tetap bisa efektif digunakan jika memang seorang guru bisa menggunakannya dalam sitasi dan kondisi yang tepat.
2) Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode mengajar dengan cara bertukar pendapat antara siswa satu dengan siswa lainnya tentang materi yang dipelajari. Diskusi antar siswa ini bisa dilakukan perorangan atau kelompok. Pembelajaran dengan metode diskusi akan hidup, apabila siswa sebelumnya telah mempelajari materi yang akan dibahas.
3) Metode Tanya jawab
Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang menyajikan bahan ajar dengan cara tanya jawab dengan memposisikan guru sebagai penanya dan siswa yang menjawab. Pertanyaan merupakan alat intelektual yang sering digunakan untuk menimbulkan prilaku keingintahuan siswanya, sehingga dapat digunakan untuk memperoleh tujuan kognitif atau
25
memperoleh tujuan kognitif atau memperoleh keterampilan-keterampilan berpikir tertentu.
4) Metode Resitasi
Metode Resitasi adalah metode mengajar dengan cara memberikan sejumlah tugas terstruktur pada siswa untuk di kerjakan diluar jam pelajaran sekolah. Dalam prakteknya, siswa dapat mengerjakan tugas tersebut di perpustakaan, laboratorium dan tempat-tempat belajar lainnya sesuai dengan tugas yang diberikan. Perbedaan metode resitasi dengan pekerjaan rumah adalah terletak pada perencanaan dan sistem penilaiannya. Tugas pada metode resitasi sudah direncanakan sebelumnya, sehingga terstruktur dan cara penilaiannya pun sudah ditentukan.
5) Metode Karyawisata
Metode Karyawisata adalah metode mengajar dengan cara melakukan kunjungan ketempat-tempat yang dianggap relevan dengan materi yang diajarkan
6) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara mendemokan atau memperlihatkan suatu proses. Metode ini, biasanya cocok digunakan untuk pembentukkan suatu konsep atau proses suatu percobaan dalam suatu materi yang diajarkan.
Dalam memilih metode mengajar perlu diperhatikan hal-hal berikut: 26
1) Metode mengajar yang digunakan harus dapat membangkitkan motif, minat, atau gairah belajar siswa.
26 Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini,
Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 96.
2) Metode mengajar yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan keigatan kepribadian siswa.
3) Metode mengajar yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.
4) Metode mengajar yang digunakan harus dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi. 5) Metode mengajar yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam
teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
6) Metode mengajar yang digunakan harus dapat meniadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang nyata yang bertujuan.
7) Metode mengajar yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-niai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam cara kebiasaan bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan memperhatikan berbagai aspek yang akan dikembangkan misalnya minat, motivasi, kreativitas, nilai-nilai dan lain sebagainya yang menjadi tujuan pembelajaran.