SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh:
ACHMAD CHAERUL PAHMI (107018303961)
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MI MATHLAUL'HUDA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Ne geri Syarif Hidayatullah J il<arta
Oleh
Achmad Chaerul Pahmi
107018303961
Di Bawah Bimbingan
Dr. Fauzan. MA
NIP. 19761107 2007011 013
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDATYAII
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGIJRUAN
T]NTVERSITAS ISLAM I\IEGERI SYARIF IIIDAYATIJLLAII
JAKARTA
t435W 2014M
TIPE
CI\HT)TERHADAP
HASIL
BELAJAR SISWA PADAMATA
PELAJARAN IPSMI
MATHLAUL'HUDA"
disusun oleh Achmad Chaerul Pahmi, NIM.107018303975, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah lbtidaiyah, Fakutas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif
Hidayatullah Jakarta.Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak
untuk diajukan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta,l
I
Agustus 2014Yang Mengesahkan,
Dr. Fauzan. MA
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Pengaruh Sfrategi Pembelajarau Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Bel*jar Siswa Pada Mata
Pelajaran
IPS MIS
MathlautHuda
disusun oleh ACHMAD CHAERUL PAHMI Nomor Induk Mahasiswa 10?018303961, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalamUjian
Munaqasah pada tanggal 1.4-A7-2ilt4di
hadapan dewanpenguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh geiar Sarjana 51 (S.Pd) dalam
bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).
Jakarta, 14 Juli 2014 Panitia Uj ian Munaqasyah
Ketua Jurusan PGMI
Dr. Fauzan. MA
NiP: 19761107 200701
I
013Sekertaris Panitia
Asep Ediana Latip. M. Pd
ttJIP: i9810623 200912 1 003
Fenguji I
Dr.Iwan Purwanto. M.Pd
NrP. 19730424 200801 1012 Penguji
II
Asep Ediana Latip. M. Pd
NIP : 19810673 2A0912 1 003
Tanggal
de-l{**r
,E-D8-344
Tanda Tangan
aauq
*o
d-fi)(+
d
ffi
Nama
NIM
Jurusan Fakultas
Achmad Chaerul Pahmi 1 070 1 830396 1
PGMI
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi
ini
merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhisalah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana (SI)
di
UniversitasIslam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi
ini
telah sayacantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah J akarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya
ini
bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.
Jakafia, i1Agustus2014
Yang Menyatakan
w
i
Achmad Chaerul Pahmi, “Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (Nht) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS MIS Mathlaul’huda”. Skripsi, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,, Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada konsep uang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasy eksperimen. Penelitian ini dilakukan di MIS Mathlaul’huda Bogor. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang berjumlah 45 siswa dan kelompok kontrol yang juga berjumlah 45 siswa. kelompok eksperimen adalah kelompok yang diajarkan dengan metode numbered head together (NHT), sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang diajarkan secara konvensional. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes. Berdasarkan analisis data dengan uji-t yang dilakukan pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan metode numbered head together (NHT) diperoleh thitung 3,96 dan ttabel sebesar 1,66. Dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara metode numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar siswa.
Kata Kunci: Metode Numbered Head Together, hasil belajar siswa
ii
Learning Departement Program for Islamic Elementary Schools, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
The aims of this research is to determine the effect of Number Head Together method approach Againts Student Result on the concept of Money. The method of research used quasi experiments. The research was conducted at Elementary schools MIS Mathlaul Huda Bogor. The sample in this study consisted of two groups: experimental groups totaling 45 students and a control group totaling 45 students too. The experimental group was taught to approach the experimental method, whereas the control group was taught in the conventional group. The research instrument used was a test instrument. Based on data analysis using the
“t-test” with performed on a 95% confidence level indicates that the learning outcomes of students who were taught science approach to experimental methods tvalues of 3.96 and t count ttable of 1.66 It can be concluded that there was a
significant effect between experimental methods approach of student learning outcomes.
Keywords: : Numbered Head Together methods approach, students’ learning
iii
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Puji syukur kepada allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat dan
rahmat kepada kita semua, selalu memberikan petunjuk kepada orang yang
bersungguh-sungguh dan memberikan jalan keluar terhadap segala kesulitan.
Karena Allah lah Maha kuasa atas segala sesuatu. Shalawat serta salam selalu
tercurah kepada panutan umat islam yaitu Nabi muhammad SAW yang
memberikan tauladan bagi umatnya sehingga selamat di dunia dan akhirat.
Setiap manusia harus yakin akan kekuatan Allah dan janji Allah. Begitu
juga penulis yang yakini terhadap kekuatan dan maha pengasih dan
penyayang-Nya. Seperti janji Allah dalam Al-Qur’an ”Man Jadda Wa jada” artinya jika
bersungguh-sungguh pasti tercapai. Kata-kata itulah yang menjadi motivasi
penulis dan dengan Ridha-Nya dan dukungan serta bantuan dari berbagai pihak
skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Fauzan, M.A., Ketua jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dra. Eri Rosatria, M.Ag., selaku dosen penasehat akademik Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan bimbingan dan motivasinya.
4. Dr Fauzan, M.A dosen pembimbing skripsi, yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini.
5. Satibi, S.Ag.M.Pd selaku Kepala Sekolah MIS Mathlaul Huda, Bogor yang
iv
dukungan yang tiada henti-hentinya. Tak akan mampu penulis membalas
segala pengorbananmu.
8. Istriku yang tercinta Eka Fristiani yang sedang mengandung calon anakku yang
tak henti – hentinya selalu memberi motivasi dan kasih sayangnya.
9. Untuk teman-teman seperjuanganku angkatan 2007 PGMI Heri darmawan,
Andi Irawan, wilda, Nani, Khodijah, Iim, Windha, Mufid, Dara, Rita, Niken,
Dian, Novi, Yuyun, Iona.
10. Untuk teman-teman kosan semanggi II Agus, Black, Heri, Dole, Judli, Acong,
maskur, Sauki.
Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga bantuan, bimbingan, semangat, do’a dan dukungan yang diberikan pada penulis dibalas oleh Allah S.W.T. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan pengalaman dan
pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran
serta masukkan yang membangun sebagai bahan perbaikan dari berbagai pihak.
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi pembaca.
Jakarta, 11 Agustus 2014
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. IdentifikasiMasalah Hasil Belajar ... 3
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah Hasil Belajar... 3
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 6
A. Deskripsi Teoritis ... 6
1. Pengertian Belajar ... 6
2. Hasil Belajar IPS ... 8
3. Faktor-Faktor Mempengaruhi hasil belajar ... 9
B. Pembelajaran Kooperatif ... 15
1. Pembelajaran Kooperatif ... 15
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 15
b. Prinsip Pembelajaran Kooperatif ... 16
c. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif ... 17
2. Model Pembelajaran Kooperatif Number Head Together ... 19
C. Pengertian IPS ... 20
vi
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 26
E. Variabel Penelitian ... 26
F. Teknik Pengumpulan Data... 27
G. Instrumen Penelitian... 27
H. Uji Coba Instrumen... 27
1. Uji Validitas Instrumen ... 27
2. Reliabilitas Instrumen ... 28
3. Tingkat Kesukaran ... 29
4. Daya Pembeda... 30
I. Teknik Analisis Data... 31
1. Uji Prasyarat Analisis Data... 32
a. Uji Normalitas... 32
b. Uji Homogenitas... 34
2. Pengujian Hipotesis... 35
J. Hipotesis Statistik... 37
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Hasil Data Tes ... 38
1. Deskripsi Kegiatan Penelitian... 38
2. Deskripsi Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 40
3. Deskripsi Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol... 42
B. Hasil Analisis Data Tes... 44
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data... 44
a. Uji Normalitas Pretest dan Posttest... 45
b. Uji Homogenitas Pretest dan Posttest... 45
vii
a. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Pretest... 46
b. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Posttest ... 47
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... .... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 53
A. Kesimpulan ... 53
B. Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 54
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 56
viii
Tabel 3.4 : Klasifikasi DayaPembeda ... 31
Tabel 3.5 : Tabel Bantu Perhitungan Distribusi Frekuensi ... 33
Tabel 3.6 : Tabel Bantu Perhitungan Chi-kuadrat (X2) ... 34
Tabel 4.1 : Data Hasil kelompok Number Head Together... 41
Tabel 4.2 : Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol ... 41
Tabel 4.3 : Deskripsi Data Posttest Kelompok Head Together ... 42
Tabel 4.4 : Data Hasil Posttest Kelompok head Together ... 43
Tabel 4.5: Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol... 43
Tabel 4.6 : Deskripsi Data Posttest Kelompok Number Head Togethetdan Kontrol ... 44
Tabel 4.7 : Hasil Uji Normalitas Pretest-Posttest ... 45
Tabel 4.8 : Hasil Uji Homogenitas Pretest- Posttest ... 46
Tabel 4.9 : Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen... 47
Tabel 4.10 : Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen ... 48
ix
Lampiran 2 : Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar ... 68
Lampiran 3 : Kunci Jawaban Soal Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar... 77
Lampiran 4 : Validitas dan Raliabilitas Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar... 78
Lampiran 5 : Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar... 79
Lampiran 6 : Daya Pembeda Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar ... 80
Lampiran 7 : Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar... 81
Lampiran 8 : Contoh Perhitungan Uji Coba Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar ... 82
Lampiran 9 : Soal Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar yang Dipakai dalam Penelitian ... 85
Lampiran 10 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 89
Lampiran 11 : Lembar Kerja Siswa ... 107
Lampiran 12 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 108
Lampiran 13 : Uji Normalitas Data Skor Pretest Siswa Kelas Eksperimen ... 119
Lampiran 14 : Uji Normalitas Data Skor Posttest Siswa Kelas Eksperimen ... 123
Lampiran 15 : Uji Normalitas Data Skor Pretest Siswa Kelas Kontrol ... 127
Lampiran 16 : Uji Normalitas Data Skor Posttest Siswa Kelas Kontrol ... 131
Lampiran 17 : Uji Homogenitas Pertest ... 135
Lampiran 18 : Uji Homogenitas Posttes ... 138
1
Manusia tidak bisa dipisahkan dengan pendidikan, sebab pendidikan
merupakan kunci dari masa depan manusia yang diberkati dengan akal dan
pikiran, melalui pendidikan manusia belajar sehingga terjadilah perubahan
tingkah laku yang ditandai adanya perubahan pengetahuan yang semula
tidak tahu menjadi tahu, yang semula tidak mengerti menjadi mengerti dan
yang semula tidak terampil menjadi terampil, belajar merupakan suatu
proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya.
Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan
dan kelangsungan hidup suatu bangsa karena pendidikan merupakan
wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya
manusia. Sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang republik
Indonesia No 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Bab II
Pasal 3 dipaparkan tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional secara
luas, yaitu:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab1.
Selain dikeluarkanya UU Tentang Pendidikan, kepedulian pemerintah
terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia adalah dengan adanya
penyusunan kurikulum Pendidikan secara nasional baik itu untuk tingkat
1
pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
Sekolah Dasar merupakan pendidikan yang paling awal dalam
membentuk karakter siswa dari kegiatan belajar yang dapat mempengaruhi
hasil belajar. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar, seorang guru
harus menyediakan perangkat yang cukup agar dapat mengembangkan
segala potensi peserta didik yang meliputi sarana pendukung, fasilitas,
media, sumber, pengelolaan kelas, dan proses pembelajaran dengan
menggunakan berbagai alternatif strategiyang bermakna bagi siswa.
Mengenai siswa SD itu merupakan masa-masanya berkembang
untuk masa remaja nantinya. Terutama kelas 3 SD, kelas tersebut pada
masa ini tingkat perkembangan seorang anak pada umumnya masih
melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu
memahami hubungan antar konsep secara sederhana. Oleh karena itu,
proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan
pengalaman yang dialami secara langsung oleh siswa. Untuk itu, guru
harus menciptakan suasana belajar yang dapat mendorong potensi yang
dimiliki siswa agar berkembang secara optimal, karena guru merupakan
salah satu kunci utama keberhasilan belajar siswa.
Hal senada juga diungkapkan oleh Agung Webe, menurutnya
“keberhasilan siswa di kelas sangat dipengaruhi oleh guru yang merupakan roh bagi suatu mata pelajaran, jiwa yang membuat mata
pelajaran itu hidup dan bisa berwarna".2
Kedua pendapat di atas, menjelaskan bahwa proses pembelajaran
akan berjalan lancar apabila seorang guru dapat membangkitkan semangat
peserta didik dengan menciptakan suasana kelas yang hidup, sehingga
2Agung Webe, „
dapat memberikan rasa antusias belajar yang sangat tinggi.
Salah satu wujud atau penerapan model pembelajaran kooperatif
adalah dengan menggunakan tipe Numbered Head Together (NHT) yaitu
model pembelajaran dengan cara membagi peserta didik yang heterogen
dalam kelompok supaya anggotanya saling bekerjasama. Anggota yang
sudah bisa nantinya membantu mengajari temanya dalam kelompok yang
belum bisa. Model pembelajaran ini dapat dilaksanakan dalam pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI yang dirancang untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar serta mempengaruhi pola interaksi peserta didik
dalam pembelajaran yang berdampak pada sikap dan perilaku yang baik
dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa perlu untuk mengadakan
penelitian yang berkaitan dengan upaya meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam
pembelajaran di SD/MI.
Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul’Huda merupakan sekolah yang belum menerapkan pembelajaran aktif dan kegiatan pembelajaran hasil belajar
banyak yang belum mencapai nilai KKM yaitu 63 hal ini berdasarkan hasil
survey peneliti ke MI Mathlaul’Huda Bogor. Maka dari itu peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian guna memperbaiki praktek pembelajaran aktif
yang berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS MI Mathlaul’Huda”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diidentifikasikan
beberapa masalah penting, diantaranya adalah:
1. Strategi Pembelajaran IPS masih berpusat pada guru
3. Suasana pembelajaran belum kondusif
C. Pembatasan dan Perumusan masalah Hasil Belajar 1. Pembatasan Masalah
Pembatasan fokus pada penelitian ini dibatasi pada:
a. Cara pembelajaran IPS membuat anak Aktif dengan menggunakan
Strategi Numbered Head Together (NHT)
b. Hasil yang dilihat dalam penelitian adalah peningkatan hasil belajar
siswa yang dilihat dari aspek kognitif.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut, maka
dibuat perumusan masalah dibawah ini :
“Apakah terdapat pengaruh penggunaan Strategi Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa kelas III MI Mathlaul’Huda
?”
D. Tujuan dan Manfaat penelitian 1. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan peneliti yang
diharapkan dari penelitian ini Untuk mengetahui :
a. Siswa menjadi terbiasa untuk mengembangkan kemampuan daya pikir
dan kreativitasnya melalui metode NHT.
b. Sebagai metode alternatif yang dapat digunakan guru untuk
menjelaskan konsep-konsep yang sulit dimengerti.
c. Dapat memberikan tambahan pengetahuan pada tingkat teoritis
2. Manfaaat penelitian :
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Adapun manfaat yang diharapkan adalah:
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan pada tingkatan teoritis kepada pembaca dan guru siswa
dengan penerapan pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT).
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi nyata dalam
hal meningkatkan hasil belajar siswa kelas III MI Mathlaul’huda
melalui penerapan pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi siswa, guru dan sekolah.
a. Bagi siswa :
a. Meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Memudahkan siswa untuk memahami konsep pelajaran.
b. Bagi guru
Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi guru dalam
memilih penerapan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
c. Bagi sekolah
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam rangka perbaikan pembelajaran pada siswa kelas III MIS
6
KAJIAN TEORI
A. Belajar dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar
Setiap manusia di dalam kehidupanya pasti belajar, baik itu secara
formal atau informal. James O. Wittaker mengungkapkan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau pengalaman.
Thursan Hakim dalam bukunya Belajar secara Efektif, mengartikan bahwa bekajar adalah suatu proses perubahan didalam
kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan,
daya pikir, dan lain-lain kemampuanya.
Hilgar dan Bower dalam bukunya Theoris of Learning
mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah
laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamanya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana merubahan
tingkah laku dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon
pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang. 1
Dr. Salameto juga merumuskan pengertian tentang belajar, menurutnya belajar adalah suatau proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkunganya.2 Dari beberapa pendapat para akhli
1
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2003), h. 84
2 Slameto,
tentang pengertian belajar, adalah suatu kegitan yang melibatkan dua
unsur yaitu jiwa.
Briggs yang dikutip oleh Muhibbin Syah, mendefinisikan belajar dalam tiga rumusan, sebagai berikut: secara kuantitatif belajar berarti
kegiatan pengisian atau pengembangan kemamupuan kognitif dengan
fakta sebanyak-banyaknya. Secara intusional belajar adalah proses
validasi atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi
yang telah dipelajari. Adapun secara kualitatif belajar adalah proses
memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara
menafsirkan dunia dunia disekeliling siswa.3
Belajar merupakan proses dasar dari pada perkembangan hidup
manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan
kualitatif individu yang relative mencapai tingkah lakunya berkembang.
Semua aktivitas dan prestasi Hidup manusia tidak lain adalah hasil
belajar. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu
proses, bukan suatu hasil. Oleh karena itu belajar berlangsung secara
aktif dan integrative dengan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai
suatu tujuan.
Oleh karena itu, seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan
diakhiri dari aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan perubahan
dalam dirinya dengan memiki pengalaman baru maka individu telah
dikatakan belajar. Perubahan yang terjadi akibat belajar adalah perubahan
yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah
laku. Belajar juga dapat diartikan sebagai aktivitas pengembangan diri
melalui pengalaman, dan proses belajar telah terjadi di dalam diri anak
setelahterjadi perubahan. Perubahan dalam diri anak yang dikatakan
sebagai hasil proses belajar. Jika perubahan tersebut diperoleh dari
3 Muhibbin Syah,
pengalaman sebagai hasil interaksi dengan lingkungan, jadi pengalaman
ditandai oleh dua factor yaitu pengalaman dan perubahan.
Selain itu, belajar atau Learning adalah perubahan yang secara
relative berlangsung lama pada prilaku yang diperoleh dari
pengalaman-pengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk prilaku yang amat
penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia
menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan. Dengan adanya proses
inilah manusia bertahan hidup (Survaive).
Dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar
pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
setelah melakukan aktivitas tertentu. 4Akhirnya dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkunganya yang menyangkut kognitif, afektif dan
psikomotorik yaitu:
1) Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar inteklektual yang
terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan Evaluasi
2) Ranah Efektif berkenaan dengan sikap
3) Ranah Psikomotor berkenaan dangan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa merupakan perubahan-perubahan yang
berhubungan dengan pengetahuan /Kognitif, keterampilan/Psikomotorik,
dan nilai sikap/ afektif sebagai akibat interaksi aktif dengan lingkungan.5
4
Pupuh Paturrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT Refika Aditama, cet.3, 2009), h. 6
5 Andi Irawan, Peningkatan aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Metode NHT,
Hasil belajar dapat dilihat dari tingkah laku siswa dari aspek kognitif,
psikomotorikm dan afektif setelah mereka memperoleh pengalaman
belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajar.6
Perubahan Kognitif siswa merupakan suatu perubahan yang
menyangkut tujuan yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan, dan
kemampuan intelektual.
3. Faktor-faktor yang memepengaruhi hasil belajar
Telah diuraikan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa
raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkunganya yang
menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.
Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang
telah dilakukan oleh individu. Proses itu adalah hasil yang telah dicapai
dari proses belajar. Mengemukakan berbagai faktor yang mempengaruhi
proses dan hasil belajar diantarnya faktor Internal dan faktor Ekternal
akan dijelaskan dibawah ini:7
1. Faktor Interen siswa meliputi:
Di dalam membicarakan faktor interen ini, akan di bahasa
menjadi tiga faktor, yaitu: Faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan
faktorFisiologis. 8
a. Faktor Jasmaniah
Faktor kesehatan dan cacat tubuh, Proses belajar akan
terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Keadaaan cacat juga
mempengaruhi belajar.9
6 Sudjana,
Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001), h. 83
7
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2008), h. 180-204
8 Slameto,
b. Kondisi Fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh
terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan
segar jasmaninya akan beralinan belajarnya dari orang yang dalam
keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata
kemauan belajarnya dibawah anak-anak yang tidak kekurangan
gizi; mereka lekas lelah, mudah mengamuk dan sukar menerima
pelajaran.
c. Kondisi Psikologis 1) Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan
pada sutu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat
pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan anatara
diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat atau dekat
hubungan tersebut, semakin besar minat. Minat belajar yang
tinggi cenderung menghsilkan prestasi yang bagus, sebaliknya
minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi rendah bagi
peserta didik.
2) Kecerdasan
Intelegensi merupakan suatu kemampuan dasar yang
bersifat umum untuk memperoleh suatu kecakapan yang
mengandung berbagai komponen. Taraf intelegensi sangat pesat
pada masa umur balita dan mulai menetap pada akhir masa
remaja. Karena intelegensi diakui ikut menentukan keberhasilan
belajar seseorang tersebut memiliki intelegensi yang baik
umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik.
9
3) Bakat
Bakat merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan
atau latihan. Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai
prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi diperlukan latihan,
pengetahuan, pengalamaan, dan dorongan atau motivasi agar
bakat itu terwujud.
4) Motivasi
Motivasi berpangkat dari kata “motif” yang dapat diartikan
sebagai daya penggerak yang ada didalam diri seseorang untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu
tujuan.10
5) Kemampuan Kognitif
Dalam duni pendidikan ada tigs tujuan yang dikenal
diantaranya adalah; ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Ranah kognitif merupakan kemampuan yang selalu dituntut
kepada anak didik untuk dikuasai. Karena penguasaan pada
tingkatan ini menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan.
2. Faktor Ekternal siswa meliputi: a. Lingkungan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik.
Dalam lingkunganah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata
rantai kehidupan yang disebut ekosistem yang merupakan tempat
tingal anak didik, hidup dan berusaha di dalamnya.
b. Kurikulum
Kurikulum adalah a plan for Learning yang merupakan unsur
substansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum kegiatan belajar
mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi apa yang akan guru
10 Pupuh Paturrohman dan Sobry Sutikno,
sampaikan dalam suatu pertemuan kelas yang diprogramkan
sebelumnya. Jadi kurikulum diakui dapat mempengaruhi proses
dan hasil belajar anak didik di sekolah.
c. Program
Program pendidikan di susun untuk dijalankan demi
kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan sekolah tergantung
dari baik tidaknya program pendidikan yang dirancang. Program
pendidikan disusun berdasarkan potensi sekolah yang tersedia, baik
tenaga, finensial, dan sarana prasarana.
d. Sarana dan fasilitas
Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Suatu
sekolah yang kekurangan ruang kelas, sementara jumlah peserta
didik dalam jumlah yang banyak melebihi daya tamping ruang
kelas, akan dapat menemukan banyak masalah ketika
berlangsungnya proses pembelajaran.
e. Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah
ilmu pengetahuan kepada peserta didik di sekolah. Guru
merupakan unsure manusiawi dalam pendidikan. Kehadiran guru
mutlak diperlukan di dalamnya. Kalau hanya ada peseta didik tanpa
adanya seorang guru, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar
mengajar di sekolah.
4. Pengukuran Hasil Belajar
Salah satu indikator pendidikan berkualitas adalah perolehan nilai
hasil belajar siswa. Nilai hasil belajar siswa dapat lebih ditingkatkan
apabila pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien dengan
ditunjang oleh tersedianya sarana dan prasarana pendukung serta
Dalam system pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan,
baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara garis besar memabaginya menjadi 3 ranah, yakni:
1. Ranah kognitif, pembelajaran kognitif tentang belajar memusatkan
pada proses perolehan konsep-konsep, sifat dari konsep-konsep, dan
bagaimana konsep-konsep itu disajikan dalam struktur kognitif.
Menurut Benjamin Bloom ada enam tingkatan dalam pembelajaran
dimulai dari tingkat paling bawah yaitu: Knowledge, comperehension,
analysis, Synthesis, dan Evaluation.11 Ranah kognitif berkenaan
dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni:
a) Pengetahuan/ingatan (knowledge), aspek ini mengacu pada
kemampuan mengenal dan mengingat materi yang sudah pelajari
dari yang sederhana sampai hal yang sukar.
b) Pemahaman (comperehension), aspek pemahaman ini mengacu
pada kemampauan untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah
hal tersebut diketahui atau diingat, serta memaknai arti dari bahan
maupun materi yang dipelajari.
c) Penerapan/aplikasi (application) aspek ini mengacu pada
kemampuan dalam menerapkan pengetahuan atau menggunakan
ide-ide umum, metode-metode, prinsif-prinsif, dan sebagainya
dalam memecahkan persoalan tertentu.
d) Analisis (analysis) aspek ini mengacu pada kemampuan
mengakasji sesuatu bahan atau keadaan kedalam
komponen-komponen yang lebih spesifik, serta mampu memahami hubungan
diantara bagian-bagian yang satu dengan yang lainya.
11 Anonim,
Taxonomy of Learning and Benjamin Bloom, Levels of Learning,
e) Sintesis (Synthesis) aspek ini mengacu kepada kemampuan
memadukan berbagai konsep atau komponen sehingga membentuk
suatu pola struktur yang baru.
f) Evaluasi (Evaluation), aspek ini mengacu kepada kemampauan
memberikan pertimbangan atau penilaian terhadap gjala atau
prisriwaberdasarkan norma-norma dengan kriteria tertentu.
2. Ranah yang kedua adalah ranah afektif, ranah afektif berkenaan
dengan sikap dan nilai.
a) Reciving/attending, yakni semaam kesepkatan dalam menerima
arangsangan (stimulasi) dari luar yang dating dari siswa dalam
bentuk masalah, situasi gelaja, dll. Dalam tipe ini termasuk
kesadaran, keinginan untuk menerima situasi, control dan sleksi
gelaja atau rangsangan dari luar.
b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh
sesorang terhadap stimulus yang dating dari luar. Hal ini mencakup
ketepatan reaksi, kepuasan dalam menjawab dari luar yang dating
dari dirinya.
c) Valuing (penilaian), bekenaan dengan nilai dan kepercayaan
terhadapa gelaja atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk
didalamnya kesediana menerima nilai, latar belakang, atau
pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai
tersebut.
d) Organisasi, yakni pengmbangan dari nilai kedalam suatu system
organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lainya,
e) Karakteristik nilai atau intrnalisasi nilai yakni keterpaduan system
yang telah dimiliki sesorang, yang mempengaruhi pola kepribadian
dan tingkah lakunya.12
3. Ranah yang ke tiga adalah ranah Psikomotorik, yaitu ranah yang
tampak dalam bentuk keterampilan (Skill) dan kemampuan bertindak
individu.
a) Gerak reflek (keterampilan pada gerak yang tidak sadar)
b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
c) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan
visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lainya
d) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan
ketepatan
e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai
kepada keterampilan yang kompleks
f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non decursive
seperti gerakan ekpresif dan interfretatif.13
B. Pembelajaran Kooperatif 1. Pembelajaran Kooperatif
Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam
kelas untuk mempermudah proses belajar siswa. Di antara model
pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mengajar di kelas adalah
pembelajaran kooperatif.
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Ong Eng Tek dalam Suwangsih dan Tiurlina menjelaskan bahwa
Kooperatif adalah mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling
membantu satu sama lain. Sedangkan pembelajaran kooperatif artinya
belajar bersama-sama, saling memebantu satu sama lain dalam belajar dan
12
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2009),Cet-14, h, 29-30
13
memastikan setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas
yang telah ditentukan sebelumnya.14
Lebih lanjut Sanjaya menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah model pembelajaran dengan menggunakan sistem
pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras yang
berbeda (heterogen).15
Riyanto menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik
(Academic Skill), sekaligus ketrampilan sosial (social skill) termasuk
interpersonal skill.16
Senada dengan pendapat itu, menurut Maifalinda, belajar
kooperatif adalah model belajar yang dapat meningkatkan pemahaman
siswa terhadap konsep dan juga dapat meningkatkan kepekaan dan empati
di antara siswa.17
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah model yang digunakan untuk
mewujudkan kegiatan belajar yang berpusat pada siswa terutama
untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam
mengaktifkan siswa dengan cara membelajarkan kecakapan akademik
sekaligus ketrampilan sosial yang menggunakan pengelompokan kecil
yang bersifat heterogen untuk mencapai tujuan yaitu mencapai ketuntasan
belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar serta dapat meningkatkan
kepekaan sosial dan empati di antara siswa.
b. Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Ada yang membedakan model pembelajaran kooperatif dengan
14
Erna Suwangsih dan Tiurlina, op. cit., hal. 160 15
Wina Sanjaya, Perencanaan Dan Desain System Pembelajaran, (Jakarta : kencana, 2008), hal. 194
16
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: kencana, 2009), hal. 271 17
model pembelajaran yang lainya. Perbedaan itu dapat dilihat dari
prinsipnya. Prinsip yang mendasari pembelajaran kooperatif menurut
Roger dan David Johnson yang sebagaimana dikutip Anita Lie yaitu18:
1) Saling ketergantungan positif
2) Tanggung jawab perseorangan
3) Tatap muka
4) Komunikasi antar anggota
5) Evaluasi proses kelompok
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Trianto bahwa prinsip
pembelajaran kooperati adalah sebagai berikut:
1) Positive independence artinya adanya saling ketergantungan positif yaitu anggota kelompok menyadari pentingnya kerjasama dalam pencampaian tujuan
2) Face to face interaction artinya antar anggota berinteraksi dengan saling berhadapan.
3) Individual accountability artinya setiap anggota kelompok harus belajar dan aktif memberikan kontrbusi untuk mencapai keberhasilan kelompok.
4) Use of collaborative/social skill artinya harus menggunakan ketrampilan bekerja sama dan bersosialisasi. Agar siswa mampu berkolaborasi perlu adanya bimbingan guru.
5) Group processing, artinya siswa perlu menilai bagaimana mereka bekerja secara efektif.19
Jadi dalam menggunakan pembelajaran kooperatif harus
menerapkan lima prinsip tersebut agar mencapai hasil yang maksimal
dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif.
c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif berbeda dengan model
pembelajaran yang lain. Dalam menjalankanya harus sistematis dan saling
terkait. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim
18
Anita Lie, Cooperatif Learning Mempraktekan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas , (Jakarta: Grasindo, 2002). hal. 30
19
sebagaimana dikutip oleh Trianto dapat dilihat pada tabel sebagai
[image:32.595.127.513.205.726.2]berikut20:
Tabel 2.1
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah laku guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar.
Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyampaikan informasi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan
Fase-3
Mengorganisasikansiswa ke dalam kelompok kooperatif
Guru menjalaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara
efesien
Fase-4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka
Fase-5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya
Fase-6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok
20
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT ini akan memudahkan
siswa menerima materi pelajaran akibat berpikir bersama (head together).
Siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna serta dapat
meningkatkan prestasi belajarnya. Pada pembelajaran kooperatif tipe NHT
aktivitas belajar lebih banyak berpusat pada siswa, dalam proses diskusi
dan kerja kelompok guru hanya berfungsi sebagai fasilitator dan interaksi
antara siswa dengan guru maupun antar siswa membuat proses berpikir
siswa lebih optimal dan siswa mengkontruksi ilmu yang dipelajarinya
menjadi pengetahuan yang akan bermakna dan tersimpan dalam
ingatannya.
Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir
bersama merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur
kelas tradisional. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dengan melibatkan
lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut. 21
Senada dengan itu, Kunandar mengatakan bahwa NHT adalah
suatu pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak
siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut sebagai
pengganti pertanyaan langsung kepada seluruh kelas.22
Dengan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik.
21
Trianto, ibid., hal.62 22
Dalam penerapanya, NHT memiliki langkah-langkah yang harus
dilakukan seorang guru agar kegiatan pembelajaran menjadi efektif.
Langkah-langkah pembelajaran NHT sebagai berikut:
a. Langkah 1: Penomoran (Numbering), yaitu guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda.
b. Langkah 2: Pengajuan Pertanyaan (Questioning), yaitu guru mengajukan suatu pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang besifat umum.
c. Langkah 3: Berpikir Bersama (Head Together). Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.
d. Langkah 4: Pemberian Jawaban (Answering). Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.23
2. Metode Pembelajaran Konvensional a. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode secara harfiah berarti “cara”. dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai
untuk mencapai tujuan tertentu.24 Metode juga dapat diartikan sebagai cara
yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Metode merupakan fasilitas untuk menghantarkan bahan
pelajaran dalam upaya mencapai tujuan. Oleh karena itu bahan pelajaran
yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode justru akan
mempersulit guru dalam mencapai tujuan pengajaran.
Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pengajaran salah
satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang
kurang bergairah dan kondisi anak yang kurang kreatif dikarenakan
penentuan metode yang kurang sesuai dengan tujuan pengajaran. Oleh
23
Ibid., hal. 368-369
24 Pupuh Pathurrohman dan M.Sobry Sutikno,
karena itu, dapat dipahami bahwa metode adalah suatu cara yang memiliki
nilai strategis dalam kegiatan belajar mengajar.25
b. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran
1) Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode mengajar yang
menyamaikan materi pelajaran dengan cara lisan. Metode ini
adalah metode yang paling banyak digunakan, tetapi dalam
pembelajaran IPS dianggap kurang efektif karena dalam
pembelajaran IPS tidak hanya menekankan pada aspek produk tapi
juga pada aspek proses. Pembelajaran dengan metode ceramah,
bersifat teacher center, karena hampir seluruh Informasi tentang
bahan ajar berasal dari penjelasan guru. Sementara siswa
cenderung bersifat pasif. Namun, sebenarnya metode ini tetap bisa
efektif digunakan jika memang seorang guru bisa menggunakannya
dalam sitasi dan kondisi yang tepat.
2) Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode mengajar dengan cara
bertukar pendapat antara siswa satu dengan siswa lainnya tentang
materi yang dipelajari. Diskusi antar siswa ini bisa dilakukan
perorangan atau kelompok. Pembelajaran dengan metode diskusi
akan hidup, apabila siswa sebelumnya telah mempelajari materi
yang akan dibahas.
3) Metode Tanya jawab
Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang
menyajikan bahan ajar dengan cara tanya jawab dengan
memposisikan guru sebagai penanya dan siswa yang menjawab.
Pertanyaan merupakan alat intelektual yang sering digunakan
untuk menimbulkan prilaku keingintahuan siswanya, sehingga
dapat digunakan untuk memperoleh tujuan kognitif atau
25
memperoleh tujuan kognitif atau memperoleh
keterampilan-keterampilan berpikir tertentu.
4) Metode Resitasi
Metode Resitasi adalah metode mengajar dengan cara
memberikan sejumlah tugas terstruktur pada siswa untuk di
kerjakan diluar jam pelajaran sekolah. Dalam prakteknya, siswa
dapat mengerjakan tugas tersebut di perpustakaan, laboratorium
dan tempat-tempat belajar lainnya sesuai dengan tugas yang
diberikan. Perbedaan metode resitasi dengan pekerjaan rumah
adalah terletak pada perencanaan dan sistem penilaiannya. Tugas
pada metode resitasi sudah direncanakan sebelumnya, sehingga
terstruktur dan cara penilaiannya pun sudah ditentukan.
5) Metode Karyawisata
Metode Karyawisata adalah metode mengajar dengan cara
melakukan kunjungan ketempat-tempat yang dianggap relevan
dengan materi yang diajarkan
6) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
mendemokan atau memperlihatkan suatu proses. Metode ini,
biasanya cocok digunakan untuk pembentukkan suatu konsep atau
proses suatu percobaan dalam suatu materi yang diajarkan.
Dalam memilih metode mengajar perlu diperhatikan hal-hal
berikut: 26
1) Metode mengajar yang digunakan harus dapat membangkitkan motif,
minat, atau gairah belajar siswa.
26 Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini,
2) Metode mengajar yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan
keigatan kepribadian siswa.
3) Metode mengajar yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan
bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.
4) Metode mengajar yang digunakan harus dapat merangsang keinginan
siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi.
5) Metode mengajar yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam
teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha
pribadi.
6) Metode mengajar yang digunakan harus dapat meniadakan penyajian
yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau
situasi yang nyata yang bertujuan.
7) Metode mengajar yang digunakan harus dapat menanamkan dan
mengembangkan nilai-niai dan sikap-sikap utama yang diharapkan
dalam cara kebiasaan bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran dengan memperhatikan berbagai aspek yang akan
dikembangkan misalnya minat, motivasi, kreativitas, nilai-nilai dan
lain sebagainya yang menjadi tujuan pembelajaran.
C. Pengertian IPS
1. Pengertian IPS
“Sesuai dengan yang tertera didalam UU Sisdiknas No.20/2003 Bab X pasal 37 bahwa Kurikulum dasar pendidikan dan menengah pendidikan memuat salah satunya Ilmu Pengetahuan Sosial”.28 “Ilmu
Pengetahuan sosial adalah bidang studi yang merupakan panduan dari
sejumlah mata pelajaran sosial. mata pelajaran sosial yaitu geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi dan koperasi”.29“Ilmu Pengetahuan Sosial
28UU Sisdik as No. 0/ 00 , ………., h. . 29
(IPS) bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu maupun sebagai sosial budaya”.30
“Ilmu pengetahuan IPS diartikan sebagai suatu studi masalah-masalah sosial yang dipilih dan dikembangkan dengan menggunakan
pendekatan interdisipliner dan bertujuan agar masalah-masalah sosial itu
dapat dIPShami siswa”.31
Ilmu Pengetahuan sosial merupakan pengajaran yang selalu
berkenaan dengan kehidupan nyata dimasyarakat, yakni kegiatan usaha
yang dilakukan manusia dalam memenuhi kebutuhannya, mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi, dan untuk memajukan kehidupannya.
Dengan kata lain, pengetahuan sosial merupakan usaha mempelajari,
menelaah, dan mengkaji kehidupan sosial manusia dimuka bumi.32
Tujuan IPS tersebut mempengaruhi hasil belajar siswa, semakin
baik maka semakin berprestasi. Tujuan ini juga tentu tidak secara langsung
tercipta tanpa campur tangan seorang guru dalam membentuk karakter
tersebut. Guru sangat berpengaruh dalam hal ini mengembangkan
kemampuan berfikir siswa, sikap dan nilai diri siswa. Maka guru dituntut
untuk dapat mengetahui perkembangan siswanya, sejauh mana hasil
belajar tersebut dapat terlihat dalam kehidupan sehari-hari siswa.
2. Tujuan IPS
Tujuan pengajaran IPS ada 3 tujuan utamanya yaitu (a)
mempersiapkan anak didik menjadi warga Negara yang baik, (b) mengajar
anak didik berkemampuan berpikir dan (c) agar anak dapat melanjutkan
30
Syafruddin Nurdin, Quantum Teaching:Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (Ciputat: Ciputat Press, 2005),h.
31 Udin S.Winataputra, et.al.,
Ilmu Sosial (,Jakarta: UT, 2002), hal.128 cet.I 32
kebudayaan bangsanya. Titik berat studi sosial adalah perkembangan
individu yang dapat memahami lingkungan sosialnya, serta manusia
dengan kegiatan intraksi antar mereka, dan anak didik diinginkan agar
dapat menjadi anggota yang produktif dan dapat memberikan andilnya
dalam masayarakat. Dalam Departemen of Instructions Fairfax Country
Schools Virginia, mengemukakan bahwa program studi sosial hendaknya
menyajikan kesempatan yang banyak setra beraneka ragam untuk
membentuk warga Negara yang efektif, termasuk kesadaran bahwa hak
selalu disertai oleh kewajiban.
Tujuan pengajaran IPS di Indonesia, bertujuan seperti tersebut di
atas yang merupakan tujuan yang bersifat universal yang dapat berlaku
bagi anak didik di negara manapun di dunia ini. Selain tujuan yang umum
itu, maka pada setiap Negara mempunyai tujuan khusus yang khas,
berdasarkan filsafat, sejarah, watak, dan keadaan geografis yang
berbeda-beda. IPS di Indonesia merupakan wahana pencapaian tujuan pendidikan
nasional. Yang harus dimiliki oleh anak didik yaitu: (a) Taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, (b) cerdas dan terampil, (c) berbudi pekerti yang
luhur, (d) memiliki keperibadian yang kuat, dan (e) memiliki semangat
kebangsaan dan cinta tanah air yang tebal. Bagi bangsa Indonesia,
karakteristik warganegara yang baik tentu saja harus mengacu kepada
dasar Negara yaitu Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Secara khusus tujuan pengajaran IPS di sekolah dapat dikelompokkan
menjadi empat komponen seperti berikut:
a. Memberikan kepada siswa pengetahuan tentang pengalaman manusia
dalam kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang dan masa
datang.
b. Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan (skill) untuk
c. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai/sikap (values) demokrasi
dalam kehidupan bermasyarakat.
d. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil
bagian/berperan serta dalam kehidupan sosial.
Keempat tujuan tersebut tidak terpisahkan atau berdiri sendiri, melainkan
merupakan kesatuan dan saling berhubungan. Keempat tujuan tersebut
sesuai dengan perkembangan pendidikan IPS sampai pada saat sekarang.
3. Ruang Lingkup IPS
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut :27
a. Manusia, Tempat, dan Lingkungan
b. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan
c. Sistem Sosial dan Budaya
d. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.
4. Pembelajaran IPS
Adapun pembelajaran IPS itu mencakup beberapa hal seperti dibawah ini:
a. Perwujudan dari satu pendekatan Interdisipliner dari pelajaran
Ilmu-ilmu Sosial.
b. Integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial seperti: Sejarah, Geografi,
Ekonomi, Sosiologi, Antropologi, Ilmu Politik dan Psykologi sosial.
c. Menampilkan permasalahan sehari-hari masyarakat sekeliling.
d. IPS bukan Ilmu Sosial walaupun bidang perhatiannya sama yaitu
hubungan timbal balik antara manusia (human relation ship).
e. IPS hanya terdapat pada program pengajaran di sekolah.
f. IPS merupakan penyederhanaan Ilmu sosial untuk pengajaran
27
5. Materi Pembelajaran a. Sejarah Uang
Sebelum ada uang jika mengnginkan sesuatu, dilakukan melalui
tukar menukar. Cara seperti ini dilakukan oleh orang pada zaman dahulu.
Tukar menukar barang ini dinamakan barter.
Pada masa sekarang, orang tidak lagi melakukan barter. Untuk
memperoleh barang yang diinginkan dilakukan dengan membayar. Alat
pembayaran yang digunakan adalah uang. Tukar menukar barang dengan
menggunakan alat pembayaran yang sah dinamakan jual beli. Di
Indonesia, Rupiah merupakan alat pembayaran yang sah. Uang rupiah
dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
b. Berbagai Jenis Uang
a) Uang Kartal
Zaman dahulu uang terbuat dari kulit hewan, tembaga, perak, dan
emas. Sekarang uang terbuat dari kertas. Kita sekarang mengenal uang
logam dan kertas. Uang logam dan uang kertas dapat kita gunakan
untuk berbelanja.
Uang kartal adalah uang yang berbentuk logam dan kertas. Jadi
uang kartal ini uang yang biasa kita gunakan dalam kehidupan
sehari-hari.28
b) Uang Giral
Perusahaan besar dalam membeli barang tidak menggunakan uang
tunai. Mereka membayar melalui giro di Bank. Perusahaan besar
melakukan jual beli dalam jumlah besar sehingga tidak menggunai
uang tunai, bisa ratusan juta rupiah atau miliyaran. Untuk menghemat
waktu maka pembayaran dilakukan mengguanakan uang giral.
28Muha ad ur’syaba , Il u Pe getahua Sosial , Cv. Arya Duta: Depok h.
c. Kegunaan Uang
Uang berguna sebagai alat pembayaran yang sah. Kalau kita
menginginkan barang atau layanan harus menggunakan uang.
Uang juga dapat dimanfaatkan untuk ditabung. Manfaat dari menabung
yaitu jika lama-lama menjadi bertambah banyak. Jika sewaktu-waktu
memerlukan uang, kita tinggal mengambil saja.
C.Penelitian Yang Relevan
Hasil-hasil penelitian yang terkait dengan penggunaan metode Numbered
Head Together (NHT) terhadap hasil belajar diantaranya:
1. Andi Irawan dengan judul “Penerapan metode Numbered Head Together untuk
meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep benda dan sifatnya pada siswa
kelas IV SD”. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa setelah diterapkan
metode Numbered Head Together pada mata pelajaran IPA konsep benda dan
sifatnya menunjukkan adanya peningkatan kerja ilmiah siswa.29
2. Anis Masriyah dengan judul “Penerapan metode Numbered Head Together
untuk meningkatkan kemampuan sains permulaan pada anak didik kelompok A TK Negeri Pembina Kota Blitar”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan sains permulaan. Pembelajaran dari berpusat
pada guru menjadi berpusat pada anak. perubahan penilaian ke arah yang
komprehensif yang tidak hanya dengan hasil kerja anak, tetapi juga terhadap
pengembangan situasi pembelajaran ke arah yang lebih kondusif.30
3. Habibah dengan judul “pengaruh metode Numbered Head Together terhadap
kemampuan berpikir kratif siswa dalam pembelajaran fisika bernuansa nilai
pada konsep cahaya”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada perbedaan
yang signifikan antara kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajar dengan
metode Numbered Head Together dengan siswa yang diajar secara
29
Nurul Ulum, Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Konsep Benda dan Sifatnya Pada Siswa Kelas IV SD, 2012, (http://library.um.ac.id).
30
Anis Masriyah, Penerapan metode eksperimen untuk meningkatkan kemampuan sains permulaan pada anak didik kelompok A TK Negeri Pembina kota Blitar , 2012,
konvensional. Hal ini berarti bahwa adanya peningkatan kemampuan berpikir
kreatif siswa yang diajar dengan menggunakan metode Numbered Head
Together sebagai salah satu metode dalam belajar.31
D. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori dan alur berpikir yang telah dikemukakan,
maka hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh metode NHT terhadap
hasil belajar IPS siswa.
31
29
METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul’Huda Bogor
pada kelasIII Semeter Genap, 4 x pertemuan tahun pelajaran 2013/ 2014.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Number Head
Together, karena kelompok uji coba (eksperimen) dan kelompok pembanding
(kontrol) tidak dipilih secara acak. Kedua kelompok sudah ada sebelumnya, dan
tidak ada pengubahan perlakuan. Metode ini dipilih karena tujuan utama
penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari suatu
perlakuan (treatment).
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan yaitu Non-Randomize Control Group
Pretest and Posttest Design. Rancangan ini melibatkan dua kelompok, yaitu
kelompok Eksperimen dan kelompok kontrol. Sebelum diberikan perlakuan pada
kedua kelas diberikan pretest. Selanjutnya kelompok Eksperimen diberikan
perlakuan dengan pembelajaran menggunakan metode NHT, sedangkan kelompok
kontrol diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional. Setelah perlakuan,
kedua kelas diberikan posttest. Untuk lebih jelasnya desain penelitian dapat dilihat
[image:44.595.114.512.615.681.2]pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
A T1 X T2
B T1 Y T2
Keterangan:
T1 : pemberian pretest
T2 : pemberian posttest
X : penerapan metode eksperimen Y : pembelajaran konvensional
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.1 Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa-siswi kelas III Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul’Huda tahun pelajaran 2013/ 2014 yang berjumlah 2 kelas, dimana 1 kelas terdiri dari 45 siswa.
2. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi.2 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2
kelompok, yaitu:
a. Kelompok eksperimen, yaitu kelompok siswa yang mendapat
pembelajaran IPS menggunakan Number Head Toghter. Sampel yang
terpilih sebagai kelompok eksperimen adalah siswa kelas III A yang
berjumlah 45 siswa.
b. Kelompok kontrol, yaitu kelompok siswa yang mendapat
pembelajaran IPS tanpa menggunakan metode eksperimen. Sampel
yang terpilih sebagai kelas kontrol adalah siswa kelas III B yang
berjumlah 45 siswa.
3. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
saturation sampling, yaitu pengambilan sampel dengan mengikut sertakan
semua anggota populasi sebagai sampel penelitian
E.Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebasnya adalah Number Head Togther, sedangkan variabel
terikatnya adalah hasil belajar siswa.
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), ed. Revisi V, cet. 12, h. 108
2
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
cara-cara memperoleh data yang dipergunakan untuk penelitian. Dalam penelitian ini
teknik pengumpulan data dengan cara memberikan tes awal yang dilakukan
sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah pembelajaran (posttest) pada kedua
kelas yaitu kelas Number Head Together dan kelas kontrol.
G.Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument tes
berupa soal pilihan ganda yang terdiri dari 4 alternatif jawaban yaitu A, B, C, dan
D pada konsep Mengenal Uang. Tes disusun berdasarkan indikator yang
disesuaikan dengan KTSP, skor yang digunakan pada pilihan ganda adalah
bernilai satu (1) untuk jawaban yang benar dan nol (0) untuk jawaban yang salah.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen
penelitian adalah sebagai berikut:
a. Menentukan konsep dan sub konsep berdasarkan KTSP
b. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian
c. Membuat soal berdasarkan instrumen penelitian
d. Instrumen yang telah dibuat kemudian dikonsultasikan ke dosen pembimbing
e. Melakukan uji coba instrumen
H. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kualitas
instrument penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini
uji instrumen dilakukan pada siswa di luar kelas Number Head Together dan kelas
kontrol, yaitu kelas III Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul’Huda Tenjo. Setelah
melakukan uji coba instrumen, langkah selanjutnya adalah mengolah data hasil uji
1. Uji Validitas Instrumen
Validitas tes merupakan ukuran yang menyatakan kesahihan suatu
instrumen sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur. Validitas tes yang
digunakan adalah validitas butir soal dengan cara membandingkan skor siswa
untuk tiap butir soal dengan skor total. P