• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

4. Pembelajaran Kooperatif

untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

5. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri 4-6 anak secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok lain.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini akan membahas mengenai kajian pustaka, penerapan pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, penelitian-penelitian terdahulu yang relevan, kerangka berfikir, dan hipotesis.

A. Kajian Teori

1. Minat

a. Pengertian Minat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:744) minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Menurut Fryer dalam Nurkancana & Sumartana (1983:224) minat adalah gejala psikis yang berkaitan dengan obyek atau aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada individu. Hurlock dalam Dewi (2011:8) mengemukakan minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang. Kesenangan merupakan minat yang sementara.

Slameto dalam Dewi (2012:8) mendeskripsikan minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Sedangkan menurut Andi Mappiare dalam Sari (1982:62) menjelaskan bawa minat merupakan suatu perangkat mental

yang terdiri dari suatu campuran perasaan, harapan, pendirian, prasangka rasa takut, atau kecenderungan-kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.

b. Faktor-faktor yang mendasari timbulnya minat

Faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa di dalam kelas menurut Aritonang dalam Puspitasari (2012:14), ”(1) cara mengajar guru, (2) karakter guru, (3) suasana kelas tenang dan nyaman, (4)

fasilitas belajar yang digunakan”. Selain Aritonang, pendapat lain juga dikemukakan oleh Sardiman dalam Puspitasari (1986:90), minat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

1) Faktor dari dalam

Faktor dari dalam yang mendasari timbulnya minat adanya dorongan dari dalam diri siswa dan dorongan ingin tahu.

2) Faktor motif sosial

Faktor motif sosial dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk melaksanakan suatu aktifitas untuk memenuhi kebutuhan diterima dan diakui oleh lingkungan sosial. Misalnya minat dalam mata pelajaran IPS muncul karena rasa senang terhadap aktifitas belajar mengajar di dalam kelas.

3) Faktor emosional

Minat erat kaitannya dengan perasaan dan emosi. Aktifitas dalam suatu kegiatan memunculkan perasaan senang, dan mendorong atau menimbulkan minat di dalamnya.

2. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu (Tirtonegoro dalam Prasetyaningtyas, 2010:25). Penguasaan ilmu pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Alwi dalam Prasetyaningtyas, 2010:25). Prestasi belajar adalah kemampuan seseorang untuk mencapai pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman belajar (Suryobrata dalam Prasetyaningtyas, 2010:25).

3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Menurut Trianto (2010:171) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan dasar-dasar ilmu sosial (sosiologi, sejarah,

geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial: sosiologi, sejarah, ekonomi, geografi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial. Sedangkan menurut Sumantri dalam Trianto (2010:171) IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan merupakan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan.

Banyak istilah selain ilmu pengetahuan sosial, berikut ini adalah penjabaran dua isilah yang sering dipakai yaitu Ilmu Sosial (Social Science), dan Studi Sosial (Social Studies).

a. Ilmu Sosial (Social Science)

Sanusi dalam Trianto (2010:171) memberikan batasan tentang Ilmu

Sosial adalah sebagai berikut: ”Ilmu sosial terdiri dari disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertahap akademis dan biasanya

dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah.”

Menurut Gross dalam Trianto (2010:171) ilmu sosial merupakan disiplin intelektual yang mempelajari manusia sebagai mahluk sosial secara ilmiah, memusatkan pada manusia sebagai anggota masyarakat dan pada kelompok atau masyarakat yang ia bentuk. Sumaatmadja dalam Trianto (2010:102) menyatakan bahwa ilmu sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun tingkah laku kelompok. Oleh karena itu

ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.

b. Studi Sosial (Social Studies)

Sanusi dalam Trianto (2010:175) memberi penjelasan bahwa studi sosial tidak selalu bertaraf akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak pendidikan dasar.

4. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sugiyanto (2010:44) terdapat empat model dalam pembelajaran kooperatif yaitu:

a. Model STAD (Student Teams Achievement Division)

Model STAD (Student Teams Achievement Division) adalah model pembelajaran yang melibatkan 4-5 anggota kelompok secara heterogen dan bekerja sama saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim dengan menggunakan lembar kerja akademik yang akan dievaluasi setiap minggu atau dua minggu untuk mengetahui penguasaan bahan akademik yang telah dipelajari dan akan memperoleh penghargaan apabila siswa secara individu atau secara tim meraih prestasi tinggi. b. Model GI (Group Investigation)

Model GI (Group Investigation) adalah model pembelajaran yang melibatkan 4-5 anggota kelompok secara heterogen, namun bisa juga berdasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap

suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari mengikuti investigasi yang mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.

c. Model Struktural

Model struktural adalah model pembelajaran pembelajaran yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Pembelajaran ini melibatkan kelompok-kelompok kecil secara kooperatif dan bekerja sama saling ketergantungan yang ditandai dengan pengajuan pertanyaan oleh guru kepada seluruh siswa dalam kelas dan para siswa memberikan jawaban setelah terlebih dahulu mengangkat tangan dan ditunjuk oleh guru, bisa juga dengan siswa berkirim soal antar siswa, mencari pasangan yang kemudian menjawab pertanyaan yang diajukan guru kemudian mereka bertukar pasangan untuk secara bergantian menjawab pertanyaan tersebut. Pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik dan ketrampilan sosial.

d. Model Jigsaw

Sugiyanto (2010:37) sendiri memaparkan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Savage (1987:217) berpendapat bahwa Cooperative Learning adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok.

Menurut Sugiyanto (2009:37) pembelajaran kooperatif adalah

“pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok

kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar

untuk mencapai tujuan belajar”. Slavin (2008:8) ikut berpendapat bahwa

dalam model pembelajaran kooperatif para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru.

Dokumen terkait