• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Kooperatif

Dalam dokumen Tesis Syahrianah Syahran (Halaman 33-40)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

2. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran berdasarkan faham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.

commit to user

Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

Ada beberapa definisi pembelajaran kooperatif. Salah satunya yang diungkapkan oleh Slavin (1995:2) merujuk pada berbagai metode pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk membantu siswa yang lain belajar.

Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan (2006) juga mengungkapkan “Essentially then cooperative learning represents a shift in educational paradigm from teacher-centered approach to a more student-centered learning in small group. It creates excellent opportunities for students to engage in problem solving with the help of their group members”.

Pada dasarnya pembelajaran kooperatif merupakan pergeseran paradigma pendidikan dari pendekatan berpusat pada guru untuk lebih berpusat pada siswa dalam kelompok kecil. Ini menciptakan peluang bagus bagi siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah dengan bantuan anggota kelompoknya.

Menurut Slavin (1995:5) ada tiga konsep utama dalam pembelajaran kooperatif yaitu (1) penghargaan kelompok, (2) tanggung jawab individu, dan (3) kesempatan yang sama untuk sukses. Kelompok akan memperoleh penghargaan jika mencapai kriteria tertentu. Tanggung jawab individu mempunyai makna bahwa kesuksesan kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan orang lain. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan

commit to user

17 tinggi, sedang dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.

Beberapa catatan untuk definisi yang diungkapkan oleh Slavin adalah sebagai berikut yang berbeda-beda tapi tetap memiliki unsur-unsur yang sama, dimana unsur- unsur tersebut diperlukan agar setiap siswa dapat bekerja sama dalam kelompok. Pertama, setiap anggota kelompok harus menerima bahwa mereka adalah bagian dari kelompok dan mereka mempunyai tujuan yang sama. Kedua, anggota kelompok harus menyadari bahwa masalah yang akan mereka selesaikan adalah masalah kelompok dan semua anggota kelompok memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompoknya. Ketiga, untuk mencapai tujuan bersama, semua anggota kelompok harus berbicara dengan anggota lainnya untuk mendiskusikan masalah. Terakhir, setiap anggota kelompok harus menyadari bahwa kerja individu anggota kelompok memberikan pengaruh langsung terhadap kesuksesan kelompok.

Komponen-komponen kunci dalam pembelajaran kooperatif adalah (1) ketergantungan positif, (2) tanggung jawab individu, (3) kemampuan bekerjasama, (4) pengelolaan interaksi kelompok, (5) pengelompokkan heterogen, dan (6) aturan guru ketika siswa dalam kelompok (Jacobs, 1996:17-21). Dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif, guru harus memperhatikan komponen-komponen kunci dalam pembelajaran kooperatif. Sehingga suatu pembelajaran kooperatif dapat dikatakan berhasil jika dalam pelaksanaannya di ruang kelas komponen-komponen tersebut muncul. (Jacobs, 1996:26-27).

commit to user

1. Menekankan pada penghargaan. Penghargaan ini merupakan kunci untuk mendorong

ketergantungan positif.

2. Penghargaan yang diungkapkan Slavin tidak diberi tingkatan nilai. Tingkatan nilai diperoleh secara individual. Jadi, sementara kelompok memperoleh penghargaan yang sama, setiap anggota kelompok mungkin memperoleh nilai yang berbeda-beda, misalnya satu anggota kelompok memperoleh nilai A, anggota yang lain mungkin memperoleh nilai C.

3. Kemampuan bekerjasama tidak secara eksplisit dilatih.

4. Keheterogenan kelompok didasarkan pada pencapaian skor sebelumnya.

5. Tanggung jawab individu ditekankan pada kuis individual

Menurut Artzt dan Newman (1997:2), pembelajaran kooperatif melibatkan suatu kelompok belajar kecil yang bekerja bersama-sama sebagai tim untuk menyelesaikan masalah, melengkapi tugas, atau mencapai tujuan bersama. Ada beberapa model pembelajaran kooperatif yang berbeda-beda tapi tetap memiliki unsur-unsur yang sama, dimana unsur-unsur tersebut diperlukan agar setiap siswa dapat bekerja sama dalam kelompok. Pertama, setiap anggota kelompok harus menerima bahwa mereka adalah bagian dari kelompok dan mereka mempunyai tujuan yang sama. Kedua, anggota kelompok harus menyadari bahwa masalah yang akan mereka selesaikan adalah masalah kelompok dan semua anggota kelompok memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompoknya. Ketiga, untuk mencapai tujuan bersama, semua anggota kelompok harus berbicara dengan anggota lainnya untuk mendiskusikan masalah. Terakhir, setiap

commit to user

19 anggota kelompok harus menyadari bahwa kerja individu anggota kelompok memberikan pengaruh langsung terhadap kesuksesan kelompok.

Pembelajaran matematika dalam pandangan konstruktivistik menurut Nickson (dalam Hudojo, 2005) adalah membantu siswa untuk membangun konsep- konsep/prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep/prinsip itu terbangun kembali, dimana terjadi transformasi informasi yang diperoleh menjadi konsep/prinsip baru. Transformasi tersebut mudah terjadi bila pemahaman siswa terjadi karena terbentuknya skemata dalam benak siswa. Sehingga menurut Hudojo (2005:33-34) pembelajaran matematika adalah membangun pemahaman. Dalam proses pembelajaran, perolehan informasi tidak berlangsung satu arah dari sumber informasi ke penerima informasi, tetapi pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi sehingga skemata (jaringan konsep)nya menjadi mutakhir. Ini berarti proses pembelajaran tidak semata- mata pengelolaan siswa, lingkungan dan fasilitas belajarnya. Pengetahuan harus dibangun oleh siswa sendiri berdasarkan pengalaman /pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Pada pembelajaran kooperatif, siswa percaya bahwa

commit to user

keberhasilan mereka akan tercapai jika dan hanya jika setiap anggota kelompoknya berhasil. Hal yang penting dalam model pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa dapat belajar dengan cara bekerja sama dengan teman, teman yang lebih mampu membantu teman yang lemah, dan setiap anggota kelompok tetap memberikan sumbangan pada prestasi kelompok dan para siswa juga mendapat kesempatan untuk bersosialisasi. Peklaj Cirila (2006) mengemukakan: A learning situation can be structured in different ways, as an individual, competitive, or cooperative activity. Each of these structures can be used for different learning outcomes (Situasi belajar dapat dibentuk dengan cara yang berbeda, baik dengan sendiri, kompetisi atau kerjasama). Hal ini dapat diungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat memperbaiki hubungan sosial dan meningkatkan hasil pembelajaran siswa. Dari penelitian yang dilakukan oleh

Babatunde A.Adeyemi, tahun 2008 yang dipublikasikan pada Journal Internasional yang

berjudul Effects of cooperative Learning and Problem Solving Strategies on Jonior Secondary School Students Achievment in Sosial Studies”, menyatakan bahwa “the results showed that student exposed to cooperative learning strategy performed better than their counterparts in the other groups” yang berarti pembelajaran dengan strategi pembelajaran kooperatif memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan strategi pemecahan masalah pada siswa setara SMP pada kelas sosial.

Agar lebih spesifik, ciri-ciri pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivistik (Hudojo, 2005:34) antara lain sebagai berikut.

1. Siswa terlibat aktif dalam belajarnya. Siswa belajar materi matematika secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Siswa belajar bagaimana belajar itu.

commit to user

21 2. Informasi baru harus dikaitkan dengan informasi lain sehingga menyatu dengan skemata yang dimiliki siswa agar pemahaman terhadap informasi (materi) terjadi. 3. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya

adalah pemecahan masalah.

Banyak model pembelajaran matematika yang didasari oleh teori

konstruktivistik, seperti pembelajaran yang menekankan peranan siswa dalam membentuk pengetahuannya, sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator dan mediator yang membantu keaktifan siswa dalam proses pembentukan pengetahuannya itu (Suparno, 1997:65-66). Salah satunya adalah pembelajaran kooperatif. Siswa belajar matematika secara kooperatif, antara siswa dengan siswa aktif berdiskusi, dimana diskusi merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dalam kelompok kecil dapat memperlancar komunikasi matematik secara efektif baik itu metode pemahaman konsep/prinsip maupun alasan- alasan logik (Hudojo, 2005:47). Pembelajaran kooperatif yang dilakukan tidak sekedar belajar bersama (kolaboratif), tapi konsep/prinsip yang dipelajari itu menjadi tanggung jawab bersama sekaligus menjadi tanggung jawab individu. Antara siswa dapat saling bertanya, mendiskusikan ide, belajar mendengarkan orang lain, memberikan kritik membangun, menyimpulkan penemuan mereka dalam bentuk tulisan. Menurut Hudojo (2005:48) ciri usaha investigasi, menemukan atau menyelesaikan masalah sangat cocok digunakan dalam bentuk pembelajaran kooperatif. Apabila pembelajaran kooperatif ini dilaksanakan akan melibatkan siswa secara emosional dan sosial selama pembelajaran berlangsung sehingga matematika menjadi lebih menarik dan siswa mau belajar.

commit to user

Tujuan pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim ( 2000: 7-10) terdapat tiga tujuan instruksional penting yang dapat dicapai dengan pembelajaran kooperatif yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, pengembangan keterampilan sosial.

Dalam dokumen Tesis Syahrianah Syahran (Halaman 33-40)

Dokumen terkait