• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Sikap Percaya Diri

Dalam dokumen Tesis Syahrianah Syahran (Halaman 46-51)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

5. Pengertian Sikap Percaya Diri

Secara keseluruhan proses pendidikan di sekolah mengandung arti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan. Hal ini tergantung dari proses belajar yang dialami siswa. Untuk dapat membentuk cara belajar yang baik diperlukan sikap mental yang baik. Siswa yang memiliki sikap mental yang sehat akan mampu mengatasi kesukaran yang mungkin terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Di samping itu dengan memiliki sikap mental yang sehat, siswa akan mampu menyesuaikan diri dengan penuh kepuasan dan kegembiraan serta memiliki rasa percaya diri.

Percaya diri adalah suatu keyakinan terhadap diri di mana keyakinan tersebut merupakan keyakinan akan akan kemampuan dan kesangupan diri sendiri dalam beraktivitas serta menghadapi bebagai situasi dan keadaan lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini dengan adanya suatu percaya diri, seorang siswa akan memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu melakukan segala aktivitas belajar serta mampu menghadapi masalah yang ada di dalamnya.

Para orang tua, guru, dan pemimpin pasti setuju bahwa sikap percaya diri adalah penting untuk ditumbuhkan dalam usaha membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Sikap percaya diri ini dapat membuat seseorang menjadi bersemangat untuk melakukan sesuatu yang ia merasa bisa, dan dapat membuatnya berprestasi dalam bidang yang ditekuninya. Kepercayaan diri bukanlah diperoleh secara instan, melainkan melalui proses yang berlangsung semenjak usia dini, dalam kehidupan bersama orang tua. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, namun faktor pola asuh dan interaksi di usia dini, merupakan faktor yang amat mendasar bagi

commit to user

29 pembentukan rasa percaya diri. Sikap orang tua akan diterima oleh anak sesuai dengan persepsinya pada saat itu. Orangtua yang menunjukkan perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang serta kelekatan emosional yang tulus dengan anak, akan membangkitkan rasa percaya diri pada anak tersebut. M. Junaidi (2004 : 2) berpendapat bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki potensi untuk bisa berinteraksi dengan orang lain agar menjadi manusia yang utuh. Sikap percaya diri tidak hanya ditentukan keadaan, yang dihadapi saat ini namun juga dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman di masa lalu, situasi sekarang dan diharapkan di masa yang akan datang. Samsi Haryanto (1994 : 2) berpendapat kepribadian seseorang dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan faktor lingkungan. Jose R. Goris (2007 : 738) contingency model berniat untuk menanggapi situasi tertentu dan individu tertentu. Mereka juga berusaha untuk meningkatkan efektivitas organisasi dan kualitas kehidupan kerja.

Pendapat Sheenah Hankin (2005 : 1) seseorang bisa percaya diri harus menempuh jalan menuju kebebasan hingga sampai ke suatu tempat yang disebut kematangan emosi. Selanjutnya Gerungan berpendapat sikap-sikap otoriter, sikap over protection dan sikap penolakan anak-anaknya dari pada orang tua dapat menjadi handicamp bagi perkembangan sosial anak-anak. Sedangkan Secrd & Backman dalam Saifudin Azwar (2000 : 5) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan prendisposisi tindakan (kognisi) seseorang terhadap aspek lingkungan di sekitarnya.

Untuk dapat memberikan perhatian rasa ingin tahu perlu dirangsang karena perhatian tersebut akan selalu terpelihara selama pembelajaran berlangsung dan bahkan

commit to user

akan dapat melekat lebih lama lagi. Rasa ingin tahu dapat dipancing atau dirangsang dengan elemen-elemen yang baru, unik, kontradiktif dan kompleks. Misalnya siswa bersikap percaya diri mempelajari Matematika berarti di dalam dirinya muncul suatu perasaan percaya dengan senang sehingga perasaan tersebut akan menentukan tindakannya untuk memahami objek (mata pelajaran Matematika). Menurut Muhammad Asrori (2008 : 199) respon penyesuai diri, baik atau buruk secara sederhana dapat dipandang sebagai upaya organisme untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan untuk memelihara keseimbangan yang lebih wajar.

Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya, hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri. Menurut Slavin

(2008 : 36) beberapa kajian telah menemukanbahwa ketika para siswa bekerja bersama-

sama untuk meraih sebuah tujuan kelompok membuat merekamengekspresikan norma-

norma yang baik dalam melakukan apapun yang diperlukan untuk keberhasilan kelompok. Martin dalam Windy Asmiana (2003 : 1) melakukan penelitian tentang sikap percaya diri pada 144 pelajar Indian pada BIA Boarding School yang berada di Oklahoma. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pelajar yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan lebih cepat untuk menyelesaikan studinya dibandingkan dengan pelajar yang memiliki rasa percaya diri yang rendah. Markku S. Hannula (2004: 1) mengemukakan, ... indicates that the learning of mathematics is influenced by a pupil’s mathematics-related beliefsw, especially self-confidence. Pernyataan menunjukkan

commit to user

31 bahwa pembelajaran matematika dipengaruhi oleh keyakinan seorang murid yang terkait matematika, terutama rasa percaya diri.

Berdasarkan batasan-batasan tersebut di atas disimpulkan setiap percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan / situasi yang dihadapinya. Rasa percaya diri yang tinggi merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.

Ada beberapa Karakteristik Sikap, menurut Magnis Suseno dalam Herman J. Waluyo (2002 : 96) ada tujuh sikap keutamaan yang mendasari kepribadian yang mantap bagi seorang ilmuwan, yaitu kejujuran, menghargai nilai otentik, kesediaan untuk bertanggung jawab, kemandirian moral, memiliki keberanian moral, memiliki kerendahan hati, serta bersikap realistis dan kritis terhadap berbagai fenomena duniawi manusiawi. Menurut Sax dalam Saifudin Azwar (2000 : 25) menunjukkan beberapa karakteristik sikap yaitu:

a. Sikap memiliki arah, maksudnya sikap dapat dibagi menjadi dua bagian yang sangat jelas, yaitu bagian setuju atau tidak setuju, bagian memihak atau tidak memihak terhadap suatu objek sikap. Orang yang setuju; memihak terhadap suatu objek sikap yang arahnya positif, sedangkan orang yang tidak setuju memihak terhadap suatu objek yang arahnya negatif.

commit to user

b. Sikap memiliki intensitas, maksudnya kekeuatan sikap terhadap suatu objek belum tentu sama, walaupun arahnya sama. Dua orang sama-sama tidak suka terhadap suatu objek dan sama-sama memiliki sikap yang arahnya negative, namun belum tentu memiliki intensitas yang sama.

c. Sikap memiliki keleluasaan, maksudnya sikap kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap suatu objek hanya dapat mengenai aspek yang sangat spesifik, tetapi dapat pula mencakup banyak aspek yang ada pada suatu objek.

d. Sikap memiliki konsistensi, maksudnya adanya kesesuaian antara pernyataan sikap dengan respon terhadap suatu obyek. Sikap tersebut diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu dan dipertahankan dalam waktu yang relatif lama.

e. Sikap bersifat spontanitas, maksudnya menyangkut sejauh mana kesiapan

individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan,. Sikap spontanitas yang tinggi terjadi apabila dinyatakan secara terbuka tanpa adanya desakan terhadap individu terlebih dahulu.

Pengukuran dan pemahaman terhadap sikap seharusnya mencakup kelima dimensi sikap tersebut, namun hal itu sangat sulit dilakukan, kebanyakan hanya mengungkapkan dimensi arah dan intensitas dari sikap saja, dengan hanya menunjukkan kecenderungan sikap positif atau negatif dan memberikan tafsiran mengenai derajat kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap respon individu.

Sikap percaya diri dalam penelitian ini adalah 1) kemampuan mengingat kembali

fakta dan informasi meliputi: (a) dorongan menghafal simbol-simbol, gambar-gambar maupun rumus-rumus, (b) kemampuan untuk meniru langkah-langkah yang dirasa perlu,

commit to user

33 (c) kemampuan menjelaskan suatu permasalahan (d) kelengkapan membuat ringkasan. 2) kesungguhan menjelaskan kembali materi ke dalam pola baru / berbeda meliputi: (a) melatih berfikir kritis, (b) keberanian untuk bertanya, (c) dapat mempertimbangkan kegiatan yang dilakukan, (d) keberanian menyatakan pendapat. 3) kemampuan untuk mengemukakan pengetahuan baru, yaitu (a) dorongan untuk mengutarakan kemungkinan alternatif penyelesaian masalah dan penjelasan baru (b) keberanian berspekulasi dan menyatakan hipotesis.

Yang dimaksud dengan sikap percaya diri dalam penelitian ini adalah

kemampuan seseorang (siswa) dalam mengatasi permasalahan berkaitan dengan belajar matematika dengan langkah yang tepat, kreatif, agresif meliputi kemampuan mengingat kembali fakta dan informasi, kesungguhan menjelaskan kembali materi ke dalam pola baru / berbeda, kemampuan untuk mengemukakan pengetahuan baru tetapi tetap mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.

Dalam dokumen Tesis Syahrianah Syahran (Halaman 46-51)

Dokumen terkait