• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tesis Syahrianah Syahran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tesis Syahrianah Syahran"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS

TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA

MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

DITINJAU DARI SIKAP PERCAYA DIRI SISWA KELAS VIII

SMP NEGERI SE KOTA PALANGKA RAYA

TESIS

Tesis ini disusun Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

Syahrianah Syahran NIM . S850809117

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PERSETUJUAN

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS

TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA

MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

DITINJAU DARI SIKAP PERCAYA DIRI SISWA KELAS VIII

SMP NEGERI SE KOTA PALANGKA RAYA

TESIS

Disusun Oleh:

SYAHRIANAH SYAHRAN S850809117

Telah disetujui oleh Pembimbing untuk dipertahankan di depan tim penguji

Pada tanggal 14 Februari 2011

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. H. Mardiyana, M.Si. Dr. Imam Sujadi, M.Si.

NIP. 19660225 199302 1 002 NIP. 19670915 200604 1 001

Mengetahui:

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika,

(3)

commit to user

iii

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS

TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA

MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

DITINJAU DARI SIKAP PERCAYA DIRI SISWA KELAS VIII

SMP NEGERI SE KOTA PALANGKA RAYA

Disusun oleh

SYAHRIANAH SYAHRAN

S850809117

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal………

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Prof. Dr. Budiyono, M.Sc.

NIP. 19530915 197903 1 003

………..

Sekretaris Dr. Riyadi, M.Si.

NIP. 19670116 199402 1 001

……….

Anggota penguji 1. Dr. H. Mardiyana, M.Si.

NIP. 19660225 199302 1 002

2. Dr. Imam Sujadi, M.Si

NIP. 19670915 200604 1 001

……….

……….

Surakarta, Maret 2011

Mengetahui: Ketua Program Studi

Direktur PPs UNS, Pendidikan Matematika,

Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D Dr. H. Mardiyana, M.Si.

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Syahrianah Syahran

NIM : S850809117

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul:

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS

TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI

SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI SIKAP PERCAYA DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SE KOTA PALANGKA RAYA

adalah betul-betul hasil karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis

ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari

terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik

berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.

Surakarta, 14 Februari 2011

Yang membuat pernyataan,

(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Syahrianah Syahran. S850809117. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif

Numbered Heads Together Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Ditinjau Dari Sikap Percaya Diri Siswa Kelas VIII SMP Negeri se Kota Palangka Raya. Tesis. Komisi Pembimbing: (I) Dr. H. Mardiyana, M.Si. (II) Dr. Imam Sujadi, M.Si. Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2011.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Apakah pembelajaran

matematika dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads

Together dapat menghasilkan hasil belajar matematika yang lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. (2) Apakah hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang, hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri rendah. (3) Apakah hasil belajar matematika siswa dengan model

pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) lebih baik daripada hasil

belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD baik untuk siswa dengan sikap percaya diri tinggi, sedang maupun rendah.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksprimen semu dengan desain faktorial 2 x 3. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2010 sampai dengan Desember 2010 dengan populasi siswa kelas VIII SMP Negeri se Palangka Raya semester I tahun pelajaran 2010/2011. Sampel penelitian diperoleh dengan

stratified random sampling dan cluster random sampling. Banyak anggota sampel 112 siswa yang terdiri dari siswa-siswi SMP Negeri 1, SMP Negeri 6, dan SMP Negeri 8 Palangka Raya dan masing-masing sekolah diambil 1 kelas sebagai kelas eksprimen (pembelajaran kooperatif NHT) dan 1 kelas untuk kelas kontrol (pembelajaran kooperatif STAD). Uji coba instrumen penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Palangka Raya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi berupa nilai UN SMP mata pelajaran matematika untuk penetapan pengambilan sampel berstrata, nilai leger raport mata pelajaran matematika untuk data kemampuan awal, metode tes untuk data hasil belajar matematika pada kompetensi dasar sistem persamaan linear dua variabel dan metode angket untuk data sikap kepercayaan diri. Sebelum instrumen tes dan angket diujicobakan terlebih dahulu dilakukan uji validitas isi oleh 3(tiga) validator. Hasil uji coba menunjukkan bahwa 30 butir soal tes valid dan 40 item angket dapat digunakan untuk instrumen penelitian. Pada uji coba tes hasil belajar matematika dilakukan uji tingkat kesukaran, daya beda dan uji reliabilitas. Sedangkan pada uji coba angket sikap percaya diri dilakukan uji konsistensi internal dan uji reliabilitas. Instrumen tes yang valid dihitung nilai uji reliabiltas dengan KR-20 diperoleh nilai indeks 0,8311, sedangkan nilai indeks reliabilitas angket 0,8356.

(6)

commit to user

vi

analisis variansi dua jalan sel tak sama. Hasil analisis dua jalan dengan taraf

signifikansi α = 5 %, menunjukkan bahwa (1) tidak terdapat perbedaan pengaruh

penggunaan model pembelajaran terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII materi sistem persamaan linear dua variabel (Fa = 0,5499 < 3,8870 = Ftabel), (2) terdapat perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai sikap percaya diri tinggi, percaya diri sedang dan percaya diri rendah terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel ( Fb = 30,5719 > 3,0397 = Ftabel), dan (3) terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan sikap percaya diri siswa terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel (Fab = 3,9947 > 3,0397 = Ftabel).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) penggunaan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together sama efektifnya dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif Student Teams-Achievement Divisions terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel, (2) hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang, hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri rendah, dan (3) Pada pembelajaran dengan model NHT, siswa dengan sikap percaya diri tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik daripada siswa dengan sikap percaya diri sedang maupun rendah. Sedangkan untuk siswa dengan sikap percaya diri sedang mempunyai hasil belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa dengan sikap percaya diri rendah. (4) Pada pembelajaran dengan model STAD, siswa dengan sikap percaya diri tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa dengan sikap percaya diri sedang. Sedangkan untuk siswa dengan sikap percaya diri tinggi maupun sedang mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dari siswa dengan sikap percaya diri rendah.(5) Pada siswa yang mempunyai sikap percaya diri tinggi, sedang maupun rendah penggunaan model pembelajaran NHT sama efektifnya dengan penggunaan model pembelajaran STAD.

Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT),

Pembelajaran Kooperatif Student Teams-Achievement Divisions

(7)

commit to user

vii

ABSTRACT

Syahrianah Syahran. S850809117. The Effectiveness in the Cooperative Learning

Model of Numbered Heads Together toward the Learning Results in Mathematics in the Main Topic of Discussion of Two-variable Linear Equation System Viewed from the Self-confidence Levels of the 8th-grade Students of the State Junior Secondary Schools throughout Palangkaraya Municipality. Principal Advisor: Dr. H. Mardiyana, M. Si. Co-advisor: Dr. Imam Sujadi, M. Si. Thesis: The Graduate Program in Mathematics Education, Sebelas Maret University. 2011.

The objectives of this research are to investigate: (1) whether or not the use of the cooperative learning model of Numbered Heads Together (NHT) is able to result in better learning results in Mathematics than that of the cooperative learning model of Student Team Achievement Division (STAD); (2) whether or not the learning results in Mathematics of the students with high level of self-confidence are better than those of the students with medium level of self-confidence and whether or not the learning results in Mathematics of the students with medium level of self-confidence are better than those of the students with low level of self-self-confidence; (3) whether or not the learning results in Mathematics of the students who are given the cooperative learning model of NHT are better than those of the students who are given the cooperative learning model of STAD among the students with each with high, medium, and low level of confidence.

(8)

commit to user

viii

Mathematics the tests on the Index of Difficulty, the Index of Differentiability, and the reliability were conducted while the internal consistency test and the reliability test were conducted on the questionnaire on self-confidence. The reliability test with KR-20 conducted on the test instrument to obtain its validity resulted in the index value of 0.8311 while the reliability test conducted on the questionnaire instrument resulted in the index value of 0.8356. The prerequisite for the data analysis used the Lilliefors Test on the normality test and the Bartlett Test on the homogeneity test. The data were then analyzed by using the two-way Analysis of Variances with unequal cells. The results of the analysis were: (1) there is no difference in the influence of the use between those two learning models toward the learning results in Mathematics in the main topic of discussion of Two-variable Linear Equation System among the 8th-grade students (Fa = 0.5499 < 3.8870 = Ftable); (2) there is a difference in the influence of the students’ self-confidence levels toward the learning results in Mathematics in the main topic of discussion of Two-variable Linear Equation System among the students each with high, medium, and low level of self-confidence (Fb = 30.5719 > 3.0397 = Ftable); and (3) there is an interaction between the use of the learning models and the students’ levels of self-confidence toward their learning results in Mathematics in the main topic of discussion Two-variable Linear Equation System (Fab = 3.9947 > 3.0397 = Ftable).

The results of this research are: (1) the use of the cooperative learning model of NHT is as effective as that of the cooperative learning model of STAD toward the students’ learning results in Mathematics in the main topic of discussion of Two-variable Linear Equation System; (2) the learning results in Mathematics of the students with high level of self-confidence are better than those of the students with medium level of self-confidence and the learning results in Mathematics of the students with medium level of self-confidence are better than those of the students with low level of self-confidence; and (3) among the students who are given the cooperative learning model of NHT those with high level of self-confidence have better learning results in Mathematics than those with medium and low levels of self-confidence and those with medium level of self-self-confidence have the same learning results in Mathematics as those with low level of self-confidence. (4) Meanwhile, among the students who are given the cooperative learning model of STAD those with high level of self-confidence have the same learning results in Mathematics as those with medium level of self-confidence while those with high and medium levels of self-confidence have better learning results in Mathematics than those with low level of self-confidence. (5) Among the students each with high, medium, and low level of self-confidence the use of the cooperative learning model of NHT is as effective as that of the cooperative learning model of STAD.

Keywords: Cooperative learning model of Numbered Heads Together (NHT), cooperative learning model of Student Team Achievement Division,

(9)

commit to user

ix

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Sesungguhnya dalam kesulitan itu ada kemudahan”.

(Q.S Al-Insyirah: 6)

“Allah akan meningkatkan derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu”.

(Q.S Al-Mujadalah: 11)

“Tetaplah berlaku Jujur, karena Jujur menuju Kebaikan, sedangkan Kebaikan menuju Jalan yang lurus”.

(Sabda Rasullullah)

Dengan penuh ketulusan dan keikhlasan tesis ini ku persembahkan kepada:

1. Ayahnda Syahran Badruzzaman (alm) dan Ibunda Djuaimah Santung yang selalu

dalam hati dan doa anakmu.

2. Suami tercinta Suharyono dengan tulus dan ikhlas mendoakan, mendukung serta

penyemangat untuk keberhasilan dalam penyelesaian studi dan tesis ini.

3. Anaknda tersayang Ayu Haryono Permatasari yang selalu mendoakan dan

membantu dalam penyelesaian tesis ini.

4. Saudaraku, kakak, adik-adik serta keponakan-keponakan yang tersayang dengan penuh pengertian , selalu mendoakan dan memberikan semangat dan dukungan.

5. Temanku Pancarita yang memberikan doa, dukungan dan motivasi untuk

keberhasilanku.

6. Anak-anak Mahasiswaku (Arini, Saniadora, Irma,Yesi, Norhayati dan Hana) yang membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

(10)

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah dan nikmatNya sehingga sehingga tesis yang

merupakan tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam

semoga tercurahkan dan terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,

sahabat dan seluruh umatNya.

Peneliti menyadari bahwa penyelesaian laporan hasil penelitian ini tidak

terlepas dari dukungan, dorongan, bimbingan, saran dan bantuan berbagai pihak.

Melalui laporan hasil penelitian ini peneliti ingin menyampaikan rasa hormat,

penghargaan setinggi-tingginya dan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Much. Syamsulhadi, dr. Sp Kj (K), Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menempuh

studi sampai selesai di Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, Direktur Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang memberikan kesempatan untuk banyak belajar.

3. Dr. H. Mardiyana, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan sekaligus sebagai Dosen

Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, motivasi dan

(11)

commit to user

xi

4. Dr. Imam Sujadi, M.Si, Dosen Pembimbing II dengan sabar, tekun dan tulus

memberikan bimbingan, petunjuk, motivasi, arahan kepada penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan bekal

ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi peneliti.

6. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Palangka Raya yang telah

memberikan ijin penelitian di SMP Negeri se Kota Palangka Raya.

7. Kepala SMP Negeri 1, Kepala SMP Negeri 2, Kepala SMP Negeri 6, dan Kepala

SMP Negeri 8 Palangka Raya beserta Bapak dan Ibu Guru yang telah memberikan

fasilitas, tenaga, pikiran dan kerjasama dalam penelitian ini sehingga tesis ini

dapat tersusun.

8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 2009/2010 yang selalu

memberikan motivasi hingga terselesaikannya tesis ini.

9. Keluarga yang selalu mendoakan dan memberi semangat.

10.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga hasil penelitian bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, 14 Februari 2011

(12)

commit to user

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iii

PERNYATAAN……… iv

ABSTRAK ……… v

ABSTRACT……….. … vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN……… ix

KATA PENGANTAR ……… x

DAFTAR ISI………. xii

DAFTAR TABEL ……… xv

DAFTAR LAMPIRAN ……… xvii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang……… 1

B. Identifikasi Masalah……… 8

C. Pemilihan Masalah ………. 9

D. Pembatasan Masalah ……… 10

E. Rumusan Masalah ……….. 10

F. Tujuan Penelitian……… 11

G. Manfaat Penelitian ……… 12

BAB II LANDASAN TEORI ……….. 13

A. Kajian Pustaka ……… 13

1. Hasil Belajar Matematika ………. 13

2. Pembelajaran Kooperatif ……… 15

3. Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together(NHT) 22 4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) ... 26

(13)

commit to user

xiii

B. Penelitian Yang Relevan ……… 34

C. Kerangka Berpikir ………. 36

D. Hipotesis Penelitian………. 40

BAB III METODE PENELITIAN ……… 42

A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian ……….. 42

B. Jenis Penelitian ………. 43

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ………… 44

D. Teknik Pengumpulan Data ……… 45

1. Variabel Penelitian ……… 45

2. Metode Pengumpulan Data ……….. 47

3. Instrumen Penelitian ……… 49

E. Teknik Analisis Data ………. 55

1. Prasyarat Uji Keseimbangan dan Uji Hipotesis……… 55

2. Uji Keseimbangan ……… 57

3. Uji Hipotesis ……… 59

4. Uji Komparasi Ganda ……….. 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 65

A. Hasil Uji Coba Instrumen………... 67

1. Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika………. … 67

a. Uji Validitas Isi………... 67

b. Daya Pembeda Uji Coba Butir Soal……… 67

c. Tingkat Kesukaran Uji Coba Butir Soal………. 68

d. Reliabilitas Uji Coba Soal Tes……… 68

2. Instrumen Angket Sikap Percaya Diri………. 69

a. Uji Validitas Isi……….. 69

b. Uji Konsistensi Internal………. 69

c. Uji Reliabilitas……… 70

B. Deskripsi Data………. 70

(14)

commit to user

xiv

2. Data Skor Angket Sikap percaya Diri Siswa………….…… 71

C. Pengujian Persyaratan Analisis Data……….. 72

1. Uji Keseimbangan ……… 72

2. Uji Normalitas …..……… 74

3. Uji Homogenitas……… 75

D. Hasil Pengujian Hipotesis……… 76

1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak sama ……….. 76

2. Uji Lanjut Pasca Anava ……… 77

E. Pembahasan Hasil Analisis Data ……… 80

1. Hipotesis Pertama ………. 80

2. Hipotesis Kedua……… 81

3. Hipotesis Ketiga ……….. 84

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ……….. 89

A. Kesimpulan………. 89

B. Implikasi ………. 90

C. Saran……… 91

DAFTAR PUSTAKA ..………. 94

(15)

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Rataan Nilai Ujian Nasional (NUN) Mata Pelajaran Matematika

SMP Negeri Kota Palangka Raya………..……… 1

Tabel 1.2 Rataan Nilai Ujian Nasional (NUN) Mata Pelajaran Matematika SMP Negeri Kota Palangka Raya Tahun 2009/2010……… 2

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT…..………….……… 24

Tabel 2.2 Poin Perkembangan Individual ……….……….. 27

Tabel 3.1 Jadwal penelitian………..……… 42

Tabel 3.2 Rancangan Penelitian……….………….. 43

Tabel 3.3 Sampel Penelitian……….………… 45

Tabel 3.4 Kategori Angket Sikap Percaya Diri……… 47

Tabel 3.5 Rangkuman Anava Dua Jalan……..……… 61

Tabel 4.1 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ……..……….. 71

Tabel 4.2 Penggolongan Skor Angket Sikap percaya Diri…. ………. 71

Tabel 4.3 Data Sikap Percaya Diri dan Hasil Belajar Matematika………. 72

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas kemampuan Awal …………..……… 73

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Kelas Eksprimen, Kelas Kontrol, dan Sikap percaya Diri ………..……… 74

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas……… 75

(16)

commit to user

xvi

Sama………….……… 76

Tabel 4.8 Rataan Antar Sel dan Rataan Marginal…….………... 77

Tabel 4.9 Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Kolom……… 78

(17)

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Penentuan Sampel Penelitian ……….. 97

Lampiran 2 RPP Pembelajaran Kelas Eksprimen (NHT)……….. 98

Lampiran 3 RPP Pembelajaran Kelas Kontrol (STAD)………. 109

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa (LKS) ……… 120

Lampiran 5 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Matematika ……….. 138

Lampiran 6 Soal Uji Coba tes Hasil Belajar matematika……… 141

Lampiran 7 Pedoman Penyelesaian Tes Hasil Belajar Matematika……… 149

Lampiran 8 Lembar Validasi Butir Tes Hasil Belajar Matematika…….... 158

Lampiran 9 Tabel Skor Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika….. 173

Lampiran 10 Rekap Uji Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika ………. 193

Lampiran 11 Rekap Reliabilitas Uji coba Tes hasil Belajar Matematika … 194 Lampran 12 Kisi-kisi Penyusunan Angket Sikap Percaya Diri…………... 195

Lampiran 13 Angket Sikap percaya Diri ………. 196

Lampiran 14 Lembar Validasi Intrumen Angket Sikap Percaya Diri ……. 199

Lampiran 15 Skor Uji Coba Angket Sikap Percaya Diri ………. 211

Lampiran 16 Uji Konsistensi Internal Angket Sikap Percaya Diri ……… 223

Lampiran 17 Uji Reliabilitas Angket Sikap Percaya Diri ……… 224

Lampiran 18 Data Dokumentasi Nilai Awal………. 225

Lampiran 19 Data Induk kelas Eksprimen (NHT)……… 228

(18)

commit to user

xviii

Lampiran 21 Rangkuman Perhitungan Pengkategorian Sikap Percaya

Diri ……… 234

Lampiran 22 Data Sikap Percaya Diri dan Hasil Belajar Matematika …… 236

Lampiran 23 Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelas Eksprimen ……… 238

Lampiran 24 Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelas Kontrol ………… 243

Lampiran 25 Uji Homogenitas Kemampuan Awal ……….. 247

Lampiran 26 Uji Keseimbangan Antara kelas Eksprimen (NHT) dan

Kelas Kontrol (STAD) ……… 249

Lampiran 27 Uji Normalitas Kelas Eksprimen (NHT)………. 253

Lampiran 28 Uji Normalitas Kelas Kontrol Pembelajaran STAD………… 258

Lampiran 29 Uji Normalitas Kelompok Sikap Percaya Diri Tinggi ... 263

Lampiran 30 Uji Normalitas Kelompok Sikap Percaya Diri Sedang... 267

Lampiran 31 Uji Normalitas Kelompok Sikap Percaya Diri Rendah …….. 271

Lampiran 32 Uji Homogenitas Sikap Percaya Diri Siswa……… 275

Lampiran 33 Uji Homogenitas Model Pembelajaran……… 276

Lampiran 34 Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama………… 277

(19)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di setiap

jenjang pendidikan baik di tingkat dasar sampai ke tingkat perguruan tinggi bahkan

termasuk dalam mata pelajaran yang diujikan secara nasional pada setiap akhir jenjang

pendidikan.

Menurut Kepala Bidang SMP/MTs dan SMA/MA (2009), rataan Nilai Ujian

Nasional (NUN) mata pelajaran matematika SMP Kota Palangka Raya dari tahun

pelajaran 2005/2006 sampai dengan 2009/2010 ada peningkatan sebagaimana terlihat

pada tabel berikut.

Tabel 1.1 Rataan Nilai Ujian Nasional (NUN) mata pelajaran matematika SMP Negeri Kota Palangka Raya

NO. TAHUN PELAJARAN RATAAN

1. 2005/2006 6,18

2. 2006/2007 6,26

3. 2007/2008 6,29

4. 2008/2009 6,31

5. 2009/2010 6,59

Sumber data :Dinas Pendidikan,Pemuda Dan Olah Raga Kota Palangka Raya.

Tetapi, jika dilihat masing-masing dari 16 SMP Negeri Kota Palangka Raya masih ada

rataan nilai ujian nasional matematika yang kurang dari 6,00 seperti terlihat pada tabel

berikut.

(20)

commit to user

Tabel 1.2 Rataan Nilai Ujian Nasional (NUN) mata pelajaran matematika

SMP Negeri Kota Palangka Raya Tahun 2009/2010

NO. Nama Sekolah Rataan NUN

1. SMP NEGERI 1 Palangka Raya 5,55

2. SMP NEGERI 2 Palangka Raya 7,12

3. SMP NEGERI 3 Palangka Raya 7,00

4. SMP NEGERI 4 Palangka Raya 5,60

5. SMP NEGERI 5 Palangka Raya 5,96

6. SMP NEGERI 6 Palangka Raya 7,21

7. SMP NEGERI 7 Palangka Raya 6,12

8. SMP NEGERI 8 Palangka Raya 6,62

9. SMP NEGERI 9 Palangka Raya 5,73

10. SMP NEGERI 10 Palangka Raya 6,22

11. SMP NEGERI 11 Palangka Raya 5,87

12. SMP NEGERI 12 Palangka Raya 8,78

13. SMP NEGERI 13 Palangka Raya 8,15

14. SMP NEGERI 14 Palangka Raya 7,03

15. SMP NEGERI 15 Palangka Raya 6,50

16. SMP NEGERI 16 Palangka Raya 5,92

Sumber Data: Dinas Pendidikan,Pemuda Dan Olah Raga Kota Palangka Raya.

Secara umum tujuan pembelajaran matematika di semua jenjang pendidikan

dapat diklasifikasikan ke dalam tujuan yang bersifat (1) formal, yaitu penataan nalar dan

pembentukan kepribadian siswa serta (2) informal, yaitu penerapan matematika dan

keterampilan matematika. Keduanya perlu dilaksanakan secara profesional sesuai

dengan jenis dan jenjang pendidikan yang memerlukan matematika (Soedjadi, 2000:

138).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 merupakan

penyempurnaan dari kurikulum 2004 yang dilaksanakan oleh tingkat satuan pendidikan

(21)

commit to user

3

matematika untuk tujuan pengajaran matematika adalah: (1) melatih cara berpikir dan

menarik kesimpulan, (2) mengembangkan aktivitas yang kreatif, (3) mengembangkan

kemampuan memecahkan masalah, (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan

informasi dan mengkomunikasikan gagasan (Depdiknas, 2006 : 1).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam pelaksanaannya

diharapkan sekolah dapat mengembangkan KTSP sesuai dengan kebutuhan, situasi dan

kondisi sekolah yang bersangkutan agar kurikulum yang dibuat oleh sekolah

benar-benar mampu menjawab kebutuhan daerah dimana sekolah tersebut berada. Dengan

KTSP diharapkan ada perubahan pola pikir bagi guru dalam mengelola kelas dalam

pelaksanaan proses pembelajaran. Bagaimana supaya guru dapat mengantisipasi dan

mengembangkan KTSP yang berbasis kompetensi, reorientasi pembelajaran dari guru

menjadi pembelajaran siswa.

Salah satu wujud tercapainya tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar

siswa. Bersamaan dengan kemajuan IPTEK maka pelaksanaan pembelajaran menjadi

kompleks, karena komponen dalam proses pembelajaran turut mempengaruhi hasil

belajar antara lain: tujuan, bahan atau materi, metode, media, guru, dan siswa. Peran

guru dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya: latar belakang pendidikannya,

kemampuan dalam menyajikan materi, sikap terhadap pendidik (siswa), sarana dan

prasarana penunjang lainnya. Demikian juga peserta didik perbedaan individual turut

mempengaruhi, seperti tidak semua peserta didik dapat menangkap makna dari materi

(22)

commit to user

Dalam KTSP diamanatkan adanya pembelajaran dengan pendekatan

konstruktivisme, dimana belajar adalah lebih merupakan suatu proses untuk menemukan

daripada untuk mengumpulkan sesuatu. Dalam hal ini diharapkan siswa dapat

membangun pikirannya sesuai dengan apa yang dimilikinya untuk menemukan sesuatu.

Setelah diberlakukannya KTSP sekarang ini, secara umum kegiatan pembelajaran di

sekolah-sekolah belum banyak guru dalam proses pembelajaran yang menerapkan model

pembelajaran dengan melibatkan siswa aktif di dalam kelas.

Guru seharusnya dapat mengembangkan pembelajaran di kelas, tetapi menurut

pengamatan peneliti masih banyak guru yang tidak sepenuhnya melaksanakan KTSP

dengan baik dan kreatif. Hal ini dapat dilihat dari praktek pembelajaran di kelas, masih

banyak siswa yang tidak tertarik dengan pelajaran matematika, saat guru bertanya

kepada siswa tentang konsep yang baru dipelajari siswa tidak bisa menjawab, diberikan

tugas rumah masih ada siswa mengerjakan di kelas sebelum pelajaran dimulai bahkan

ada yang tidak mengerjakannya. Guru dalam proses pembelajaran hanya memberikan

rumus-rumus dan contoh soal serta latihan soal tanpa memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mencerna atau mendiskusikan dengan siswa lain. Sedangkan belajar

matematika dengan mengandalkan, mengingat, dan menghafal rumus tanpa dipahami

tidak bermakna. Meskipun ada guru yang mencoba menerapkan pembelajaran aktif di

dalam kelas, namun masih banyak dilakukan secara klasikal atau diskusi biasa. Pada

akhirnya efektifitas pembelajaran aktif yang dilakukan belum optimal dan hasil belajar

(23)

commit to user

5

Pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang

disenangi siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti kurang motivasi, kurang

percaya diri belajar siswa pada pelajaran matematika. Salah satu yang menjadi

kendalanya adalah siswa beranggapan bahwa matematika itu sukar, rumit dan hanya

berhubungan dengan angka-angka saja. Oleh karena itu perlu dicarikan jalan keluarnya

agar dalam proses pembelajaran matematika siswa terlibat aktif dan memperoleh

pengalaman belajar yang dapat menumbuhkan motivasi, rasa percaya diri siswa dalam

mengikuti pelajaran matematika.

Permasalahan di atas menunjukkan diperlukan pula pembenahan pada proses

pembelajaran, dalam hal ini dapat berkaitan dengan strategi, model, ataupun metode

pembelajaran karena keberhasilan proses belajar mengajar diantaranya ditentukan oleh

penerapan pembelajaran yang sesuai. Dengan pemilihan model ataupun metode dalam

pembelajaran diharapkan adanya perubahan pada siswa dari mengingat atau menghafal

ke arah berpikir dan pemahaman.

Kegiatan-kegiatan pembelajaran juga memuat interaksi antar siswa juga interaksi

antara guru dan siswa. Karenanya suasana kelas juga harus dibuat sedemikian rupa

sehingga siswa dapat membangun interaksi dan kerjasama baik dengan teman lain

maupun dengan guru. Salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran

yang memberi fasilitas pada siswa untuk saling bekerja sama. Pembelajaran kooperatif

adalah salah satu konsep belajar yang sangat menekankan aspek kerjasama, bukan

persaingan. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dapat menjadi salah satu

(24)

commit to user

pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan efektivitas pembelajaran (Wagiran,

2006:26). Model pembelajaran kooperatif ini berguna untuk membantu siswa

menumbuhkan kerjasama, berpikir kritis dan kemampuan membantu teman.

Dari hasil wawancara dengan beberapa guru mata pelajaran matematika di kelas

VIII SMPN Palangka Raya ternyata kondisi pembelajaran matematika masih ada proses

pembelajaran cenderung satu arah. Saat pembelajaran berlangsung guru aktif mengajar

hanya menyampaikan materi, sementara siswa secara pasif mendengarkan, mencatat,

menghafal, dan mengerjakan soal sesuai contoh yang diberikan. Sehingga sebagian

besar siswa kurang memahami apa yang disampaikan oleh guru. Hal ini mengakibatkan

hasil belajar siswa rendah. Meskipun demikian ada pula beberapa guru mengatakan

sudah melaksanakan pembelajarankooperatif dengan diskusi biasa namun hasil ulangan

harian siswa masih ada yang memperoleh di bawah standar ketercapaian yang

diinginkan oleh sekolah yaitu, untuk nilai matematika 65 ke atas dan 85 % siswa

menguasai indikator secara klasikal. Disamping itu siswa masih belum bisa bekerja

sama dengan baik, siswa yang memiliki kemampuan tinggi sajalah yang bisa dan berani

berbicara mengemukakan pendapat sedangkan siswa yang lainnya hanya menunggu

jawaban dari teman yang bisa mengerjakan. Karena itu guru masih perlu berusaha untuk

menarik minat siswa yang kurang dalam pembelajaran ini, sehingga perlu diupayakan

memilih model pembelajaran yang menarik.

Pembelajaran yang biasa digunakan guru adalah pembelajaran dengan diskusi

kelompok dengan pendekatannya menekankan kepada proses belajar siswa aktif

(25)

commit to user

7

dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal (Wina

Sanjaya, 2007:177). Pembelajaran ini berorientasi pada siswa karena guru memegang

peran yang sangat dominan mengatur pembelajaran agar siswa belajar aktif seoptimal

mungkin. Dari fakta yang ada bahwa dalam proses belajar mengajar matematika, guru

perlu menerapkan model pembelajaran yang penyajiannya memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menyampaikan ide-idenya siswa.

Komponen lain yang mempengaruhi keberhasilan suatu proses pembelajaran

adalah diri siswa sendiri. Karakteristik dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi

kegiatan belajar siswa antara lain terkait dengan rasa percaya diri, seorang siswa

memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu melakukan segala aktivitas belajar dan

mampu menghadapi masalah yang ada di dalamnya sangat membantu dalam belajar

matematika untuk mencapai hasil yang baik. Kepercayaan diri merupakan kemampuan

seseorang dalam mengatasi permasalahan dengan langkah tepat, kreatif dan mampu

menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Orang yang kurang percaya diri

cenderung menghindari situasi komunikasi karena takut orang lain mengejek dan

menyalahkannya. Kepercayaan diri merupakan komponen awal untuk dapat berinteraksi

dengan baik dilingkungan sekitarnya. Oleh karena itu dalam pembelajaran guru perlu

memperhatikan faktor kepercayaan diri siswanya. Interaksi antara guru dengan siswa

ataupun siswa dengan siswa terjadi dalam proses pembelajaran, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Keberhasilan belajar yang dicapaipun tergantung pada beberapa

faktor internal diantaranya adalah kemampuan awal siswa, rasa percaya diri yang

(26)

commit to user

guru dan model pembelajaran atau metode yang digunakan guru dalam proses

pembelajaran.

Meskipun demikian tepat atau tidaknya suatu model pembelajaran baru terlihat

dari keinginan siswa untuk belajar dan terbukti dari hasil belajar siswa. Oleh karena itu

pemilihan model pembelajaran yang tepat diharapkan dapat menciptakan peran siswa

belajar lebih aktif sehingga hasil belajarpun akan optimal.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, dapat diidentifikasi

masalah-masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya hasil belajar matematika mungkin disebabkan oleh kurang tepatnya

model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Terkait dengan hal ini, muncul

permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu apakah jika pemilihan model

pembelajaran yang sesuai dan tepat hasil belajar akan menjadi baik. Untuk menjawab

hal ini dapat dilakukan penelitian yang membandingkan suatu model pembelajaran

yang mengaktifkan siswa.

2. Hasil belajar matematika siswa masih rendah mungkin diakibatkan oleh penguasaan

kemampuan awal yang dimiliki siswa. Mengingat penguasaan kemampuan awal

mempunyai peranan yang penting dalam belajar matematika. Terkait hal ini, dapat

dilakukan penelitian apakah rendahnya hasil belajar matematika siswa tergantung

dari kemampuan awal yang dimiliki siswa.

3. Hasil belajar matematika siswa masih rendah mungkin disebabkan oleh siswa

(27)

commit to user

9

pembelajaran begitu saja dan hanya mengorganisasi sendiri apa yang diperolehnya.

Untuk itu perlu dilakukan penelitian yaitu apakah dengan pemilihan model

pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa hasil belajar matematika siswa

menjadi lebih baik.

4. Hasil belajar matematika siswa masih rendah mungkin disebabkan faktor dari dalam

diri siswa yaitu kurangnya rasa percaya diri siswa dalam pembelajaran matematika.

Dalam hal ini dapat dilakukan penelitian apakah sikap percaya diri ikut serta

mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.

C. Pemilihan Masalah

Beberapa masalah di atas tidak mungkin dibahas secara bersamaan dalam satu

penelitian saja oleh peneliti dengan alasan keterbatasan peneliti. Pemilihan masalah

dalam penelitian ini adalah terkait pada permasalahan nomor 1 dan 4 yaitu:

1. Rendahnya hasil belajar matematika, yang mungkin disebabkan oleh kurang tepatnya

model pembelajaran yang digunakan oleh guru.

2. Hasil belajar matematika siswa masih rendah mungkin disebabkan faktor dari dalam

diri siswa yaitu kurangnya rasa percaya diri siswa dalam pembelajaran matematika.

D. Pembatasan Masalah

Dari pemilihan masalah di atas, perlu dilakukan pembatasan masalah supaya

(28)

commit to user

1. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP

pada kompetensi dasar materi pokok Sitem Persamaan Linier Dua Variabel

(SLPDV)

2. Model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah model kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) dan model kooperatif tipe Student

Teams-Achievement Divisions (STAD).

3. Sikap percaya diri siswa adalah pada sikap percaya diri tinggi, sedang dan rendah.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemilihan dan pembatasan masalah di atas, dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Apakah hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif NHT lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa

dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

2. Apakah siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi hasil belajar matematika lebih

baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang maupun

rendah, siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang hasil belajar matematikanya

lebih baik dari pada siswa yang memiliki sikap percaya diri rendah?

3. Apakah hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif

Numbered Heads Together (NHT) lebih baik daripada hasil belajar matematika

siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, baik untuk siswa yang

memiliki sikap percaya diri tinggi, sedang maupun rendah. Pada masing-masing

(29)

commit to user

11

diri tinggi lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan sikap percaya

diri sedang maupun rendah, dan hasil belajar matematika siswa dengan sikap

percaya diri sedang lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan sikap

percaya diri rendah?

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui apakah pembelajaran matematika dengan penggunaan model

pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dapat menghasilkan hasil

belajar matematika yang lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD.

2. Untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap

percaya diri tinggi lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar matematika

siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang maupun rendah, hasil belajar

matematika siswa yang memiliki sikap percaya diri yang sedang lebih baik

dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang memiliki sikap percaya

diri rendah.

3. Untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran

kooperatif Numbered Heads Together (NHT) lebih baik daripada hasil belajar

matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD baik untuk

(30)

commit to user

apakah pada masing-masing model pembelajaran, hasil belajar matematika siswa

dengan sikap percaya diri tinggi lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa

dengan sikap percaya diri sedang maupun rendah, dan hasil belajar matematika

siswa dengan sikap percaya diri sedang lebih baik daripada hasil belajar matematika

siswa dengan sikap percaya diri rendah.

G. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi para guru ataupun calon guru matematika dalam

memilih pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternatif selain model

pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru, dalam rangka upaya peningkatan hasil

belajar.

2. Memberikan informasi kepada guru, calon guru dalam pembelajaran matematika

sikap percaya diri perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa.

(31)

commit to user

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Hasil Belajar Matematika.

Keberhasilan seseorang dalam kegiatan pembelajaran dapat dilihat dari hasil

belajarnya. Siswa dapat dikatakan berhasil dalam belajar jika prestasi yang diraih sesuai

dengan target yang ditetapkan dalam tujuan pembelajaran. Hasil belajar dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (2005: 700) adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan

yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes

atau angka yang diberikan oleh guru. Slameto berpendapat prestasi belajar yang

dinyatakan dalam bentuk simbol, angka huruf maupun hal yang dapat mencerminkan

hasil yang sudah dicapai oleh anak pada periode tertentu. Sedangkan menurut Muhibbin

Syah (2008:45) hasil belajar adalah taraf keberhasilan siswa dalam mempelajari materi

pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes

mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Dari uraian di atas, hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai dari usaha

yang telah dilakukan untuk menambah pengetahuan, pemahaman di bidang matematika,

mengembangkan keterampilan berkaitan dengan matematika yang dinyatakan dalam

bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat.

Berdasarkan teori taksonomi Bloom, hasil belajar dalam rangka studi dicapai

melalui tiga kategori ranah yaitu (1) ranah kognitif (cognitive domain), (2)ranah afektif

(affective domain), dan (3) psikomotor (psykomotor domain). Ranah kognitif berkenaan

(32)

commit to user

dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman,

penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan

nilai yaitu kemampuan menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan

karakterisasi dengan suatu nilai. Ranah psikomotor meliputi keterampilan motorik,

keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, gerakan refleks dan lain-lain. Ranah kognitif

lebih dominan daripada afektif dan psikomotor.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu

penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Hasil

belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil

yang lebih baik lagi sehingga akan mengubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku

yang lebih baik. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria

dalam mencapai tujuan pendidikan.

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentu saja dipengaruhi oleh banyak

faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut dapat dibedakan menjadi 2 jenis

yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari

dalam diri siswa meliputi faktor usia, kematangan, pengalaman, minat, motivasi,

kepercayaan diri dan kebiasaan belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber

dari lingkungan sekitar siswa meliputi lingkungan sekolah, masyarakat, bahan

pengajaran, sarana dan media.

Untuk belajar dengan baik siswa sangat memerlukan kondisi yang

memungkinkan ia dapat melihat, mendengar dan melakukan proses belajar dengan baik

(33)

commit to user

15

pembelajaran berlangsung. Tingkat kedalaman konsep yang diberikan kepada siswa

pada saat mengajarkan matematika harus sesuai dengan tingkat kemampuannya. Oleh

karena itu, pendidik harus mengetahui tingkat perkembangan mental siswa dan

bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan tahap perkembangan

mental siswa sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dan dapat dengan mudah

menyerap materi yang diberikan.

Pemilihan model pembelajaran yang tepat berkenaan dengan materi SPLDV

menjadi sangat penting dalam mempengaruhi hasil belajar matematika siswa yaitu

diantaranya dengan pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dan

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Hasil belajar siswa dapat diketahui dengan melakukan penilaian atau evaluasi

belajar. Penilaian dalam hal ini bukan hanya dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan

belajar tetapi juga untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan

terhadap materi yang telah dipelajari oleh siswa.

Jadi, hasil belajar matematika siswa dalam penelitian ini adalah penguasaan

yang dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika yang diukur dengan tes

pada kompetensi dasar sistem persamaan linear dua variabel.

2. Pembelajaran Kooperatif.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran berdasarkan

faham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan

(34)

commit to user

Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap siswa anggota kelompok harus saling

bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

Ada beberapa definisi pembelajaran kooperatif. Salah satunya yang

diungkapkan oleh Slavin (1995:2) merujuk pada berbagai metode pembelajaran dimana

siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk membantu siswa yang lain belajar.

Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan (2006) juga mengungkapkan “Essentially then cooperative learning represents a shift in educational paradigm from teacher-centered approach to a more student-centered learning in small group. It creates excellent opportunities for students to engage in problem solving with the help of their group members”.

Pada dasarnya pembelajaran kooperatif merupakan pergeseran paradigma pendidikan

dari pendekatan berpusat pada guru untuk lebih berpusat pada siswa dalam kelompok

kecil. Ini menciptakan peluang bagus bagi siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan

masalah dengan bantuan anggota kelompoknya.

Menurut Slavin (1995:5) ada tiga konsep utama dalam pembelajaran kooperatif

yaitu (1) penghargaan kelompok, (2) tanggung jawab individu, dan (3) kesempatan yang

sama untuk sukses. Kelompok akan memperoleh penghargaan jika mencapai kriteria

tertentu. Tanggung jawab individu mempunyai makna bahwa kesuksesan kelompok

tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini

terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota

kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan orang lain. Kesempatan yang

sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara

(35)

commit to user

17

tinggi, sedang dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan

bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.

Beberapa catatan untuk definisi yang diungkapkan oleh Slavin adalah sebagai

berikut yang berbeda-beda tapi tetap memiliki unsur yang sama, dimana

unsur-unsur tersebut diperlukan agar setiap siswa dapat bekerja sama dalam kelompok.

Pertama, setiap anggota kelompok harus menerima bahwa mereka adalah bagian dari

kelompok dan mereka mempunyai tujuan yang sama. Kedua, anggota kelompok harus

menyadari bahwa masalah yang akan mereka selesaikan adalah masalah kelompok dan

semua anggota kelompok memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompoknya.

Ketiga, untuk mencapai tujuan bersama, semua anggota kelompok harus berbicara

dengan anggota lainnya untuk mendiskusikan masalah. Terakhir, setiap anggota

kelompok harus menyadari bahwa kerja individu anggota kelompok memberikan

pengaruh langsung terhadap kesuksesan kelompok.

Komponen-komponen kunci dalam pembelajaran kooperatif adalah (1)

ketergantungan positif, (2) tanggung jawab individu, (3) kemampuan bekerjasama, (4)

pengelolaan interaksi kelompok, (5) pengelompokkan heterogen, dan (6) aturan guru

ketika siswa dalam kelompok (Jacobs, 1996:17-21). Dalam melaksanakan pembelajaran

kooperatif, guru harus memperhatikan komponen-komponen kunci dalam pembelajaran

kooperatif. Sehingga suatu pembelajaran kooperatif dapat dikatakan berhasil jika dalam

pelaksanaannya di ruang kelas komponen-komponen tersebut muncul. (Jacobs,

(36)

commit to user

1. Menekankan pada penghargaan. Penghargaan ini merupakan kunci untuk mendorong

ketergantungan positif.

2. Penghargaan yang diungkapkan Slavin tidak diberi tingkatan nilai. Tingkatan nilai

diperoleh secara individual. Jadi, sementara kelompok memperoleh penghargaan

yang sama, setiap anggota kelompok mungkin memperoleh nilai yang berbeda-beda,

misalnya satu anggota kelompok memperoleh nilai A, anggota yang lain mungkin

memperoleh nilai C.

3. Kemampuan bekerjasama tidak secara eksplisit dilatih.

4. Keheterogenan kelompok didasarkan pada pencapaian skor sebelumnya.

5. Tanggung jawab individu ditekankan pada kuis individual

Menurut Artzt dan Newman (1997:2), pembelajaran kooperatif melibatkan suatu

kelompok belajar kecil yang bekerja bersama-sama sebagai tim untuk menyelesaikan

masalah, melengkapi tugas, atau mencapai tujuan bersama. Ada beberapa model

pembelajaran kooperatif yang berbeda-beda tapi tetap memiliki unsur-unsur yang sama,

dimana unsur-unsur tersebut diperlukan agar setiap siswa dapat bekerja sama dalam

kelompok. Pertama, setiap anggota kelompok harus menerima bahwa mereka adalah

bagian dari kelompok dan mereka mempunyai tujuan yang sama. Kedua, anggota

kelompok harus menyadari bahwa masalah yang akan mereka selesaikan adalah masalah

kelompok dan semua anggota kelompok memberikan kontribusi terhadap keberhasilan

kelompoknya. Ketiga, untuk mencapai tujuan bersama, semua anggota kelompok harus

(37)

commit to user

19

anggota kelompok harus menyadari bahwa kerja individu anggota kelompok

memberikan pengaruh langsung terhadap kesuksesan kelompok.

Pembelajaran matematika dalam pandangan konstruktivistik menurut Nickson

(dalam Hudojo, 2005) adalah membantu siswa untuk membangun

konsep-konsep/prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses

internalisasi sehingga konsep/prinsip itu terbangun kembali, dimana terjadi transformasi

informasi yang diperoleh menjadi konsep/prinsip baru. Transformasi tersebut mudah

terjadi bila pemahaman siswa terjadi karena terbentuknya skemata dalam benak siswa.

Sehingga menurut Hudojo (2005:33-34) pembelajaran matematika adalah membangun

pemahaman. Dalam proses pembelajaran, perolehan informasi tidak berlangsung satu

arah dari sumber informasi ke penerima informasi, tetapi pemberian makna oleh siswa

kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi sehingga skemata

(jaringan konsep)nya menjadi mutakhir. Ini berarti proses pembelajaran tidak

semata-mata pengelolaan siswa, lingkungan dan fasilitas belajarnya. Pengetahuan harus

dibangun oleh siswa sendiri berdasarkan pengalaman /pengetahuan yang telah dimiliki

sebelumnya.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan sejumlah siswa

sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam

menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja

sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran

kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum

(38)

commit to user

keberhasilan mereka akan tercapai jika dan hanya jika setiap anggota kelompoknya

berhasil. Hal yang penting dalam model pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa

dapat belajar dengan cara bekerja sama dengan teman, teman yang lebih mampu

membantu teman yang lemah, dan setiap anggota kelompok tetap memberikan

sumbangan pada prestasi kelompok dan para siswa juga mendapat kesempatan untuk

bersosialisasi. Peklaj Cirila (2006) mengemukakan: A learning situation can be

structured in different ways, as an individual, competitive, or cooperative activity. Each

of these structures can be used for different learning outcomes (Situasi belajar dapat

dibentuk dengan cara yang berbeda, baik dengan sendiri, kompetisi atau kerjasama). Hal

ini dapat diungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat memperbaiki hubungan

sosial dan meningkatkan hasil pembelajaran siswa. Dari penelitian yang dilakukan oleh

Babatunde A.Adeyemi, tahun 2008 yang dipublikasikan pada Journal Internasional yang

berjudul Effects of cooperative Learning and Problem Solving Strategies on Jonior

Secondary School Students Achievment in Sosial Studies”, menyatakan bahwa “the

results showed that student exposed to cooperative learning strategy performed better

than their counterparts in the other groups” yang berarti pembelajaran dengan strategi

pembelajaran kooperatif memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan

dengan strategi pemecahan masalah pada siswa setara SMP pada kelas sosial.

Agar lebih spesifik, ciri-ciri pembelajaran matematika menurut pandangan

konstruktivistik (Hudojo, 2005:34) antara lain sebagai berikut.

1. Siswa terlibat aktif dalam belajarnya. Siswa belajar materi matematika secara

(39)

commit to user

21

2. Informasi baru harus dikaitkan dengan informasi lain sehingga menyatu dengan

skemata yang dimiliki siswa agar pemahaman terhadap informasi (materi) terjadi.

3. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya

adalah pemecahan masalah.

Banyak model pembelajaran matematika yang didasari oleh teori

konstruktivistik, seperti pembelajaran yang menekankan peranan siswa dalam

membentuk pengetahuannya, sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator dan

mediator yang membantu keaktifan siswa dalam proses pembentukan pengetahuannya

itu (Suparno, 1997:65-66). Salah satunya adalah pembelajaran kooperatif. Siswa belajar

matematika secara kooperatif, antara siswa dengan siswa aktif berdiskusi, dimana

diskusi merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif dalam kelompok kecil dapat memperlancar komunikasi

matematik secara efektif baik itu metode pemahaman konsep/prinsip maupun

alasan-alasan logik (Hudojo, 2005:47). Pembelajaran kooperatif yang dilakukan tidak sekedar

belajar bersama (kolaboratif), tapi konsep/prinsip yang dipelajari itu menjadi tanggung

jawab bersama sekaligus menjadi tanggung jawab individu. Antara siswa dapat saling

bertanya, mendiskusikan ide, belajar mendengarkan orang lain, memberikan kritik

membangun, menyimpulkan penemuan mereka dalam bentuk tulisan. Menurut Hudojo

(2005:48) ciri usaha investigasi, menemukan atau menyelesaikan masalah sangat cocok

digunakan dalam bentuk pembelajaran kooperatif. Apabila pembelajaran kooperatif ini

dilaksanakan akan melibatkan siswa secara emosional dan sosial selama pembelajaran

(40)

commit to user

Tujuan pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim ( 2000: 7-10) terdapat tiga

tujuan instruksional penting yang dapat dicapai dengan pembelajaran kooperatif yaitu

hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, pengembangan keterampilan

sosial.

3. Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT)

Model pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai macam tipe, salah satunya

adalah tipe Numbered Head Together (NHT). Pembelajaran kooperatif tipe NHT

merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur –

struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola – pola interaksi siswa dalam

memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik. Tipe ini melibatkan para

siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek

pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Numbered Head Together sebagai tipe dari model pembelajaran kooperatif pada

dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok. Pembelajaran kooperatif Kepala

Bernomor (Numbered Heads) dikembangkan oleh Spencer Kagan (Anita Lie 2010: 59).

Pada pembelajaran ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama

mereka. Adapun ciri khas dari Numbered Head Together adalah guru hanya menunjuk

seorang siswa yang mewakili kelompoknya. Dalam menunjuk siswa tersebut, guru tanpa

memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut. Cara

tersebut akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang

(41)

commit to user

23

Selain itu model pembelajaran Numbered Head Together memberi kesempatan kepada

siswa untuk membagikan ide–ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.

Tahapan dalam pembelajaran Numbered Head Together antara lain yaitu

penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab (Ibrahim, 2000:

28).

Tahap 1: Penomoran.

Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 3-5 orang dan

setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5.

Tahap 2: Mengajukan pertanyaan.

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat

bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya

atau bentuk arahan.

Tahap 3: Berpikir bersama.

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan

meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.

Tahap 4: Menjawab.

Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa yang

nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk

menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Langkah – langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah sesuai

kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Keenam langkah tersebut dapat dilihat pada tabel

(42)
[image:42.595.110.538.170.600.2]

commit to user

Tabel 2.1 Langkah – langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT

Guru merancang model pembelajaran ini disesuaikan dengan kemampuan siswa

dan kebutuhan siswa agar berkembang optimal. Dengan demikian proses pembelajaran

berlangsung efektif. Sehingga setelah selesai pembelajaran diharapkan ada perubahan

tingkah laku yang diperoleh siswa berkaitan dengan pengetahuan matematika.

No. Langkah – langkah Keterangan

1. Persiapan Guru mempersiapkan RPP dan soal – soal

2. Pembentukan kelompok dan

Penomoran

Guru membagi siswa menjadi beberapa

kelompok yang beranggotakan 3-5 orang

dengan jenis kelamin dan kemampuan yang

berbeda. Setelah itu memberikan nomor

pada setiap siswa berdasarkan banyaknya

siswa.

3. Diskusi masalah Guru memberi soal pada siswa dalam

kelompok, kemudian siswa berpikir bersama

untuk menyelesaikan soal dan meyakinkan

anggota dalam kelompoknya mengetahui

jawaban soal tersebut.

4. Memanggil nomor anggota atau

pemberian jawaban

Guru memanggil beberapa nomor untuk

menyelesaikan setiap soal dan para siswa

memberikan jawaban di depan kelas .

5. Memberikan kesimpulan Guru memberikan kesimpulan atau jawaban

akhir dari semua soal yang ada.

6. Memberi penghargaan Guru memberi penghargaan berupa kata –

kata pujian pada siswa dalam kelompok

(43)

commit to user

25

Dari uraian di atas, langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe numbered

heads together yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.

2) Masing-masing siswa dalam kelompok diberikan tugas untuk dikerjakan.

3) Siswa mendiskusikan hasil kerjanya dengan teman satu kelompok.

4) Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling tepat dan memastikan

setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.

5) Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil

melaporkan hasil kerjasama mereka.

6) Siswa dari kelompok lain yang berbeda pendapat mengemukakan pendapatnya.

7) Guru dan siswa mengadakan evaluasi.

8) Memberikan tugas rumah.

9) Menutup pelajaran.

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD)

Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD)

dikembangkan oleh Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins. Ide dasar

STAD adalah bagaimana memotivasi siswa dalam kelompok agar saling membantu

untuk menguasai materi yang diberikan. Newman and Thompson (dalam Armstrong)

mengemukakan bahwa:” STAD was the most successful cooperative learning technique

(44)

commit to user

kooperatif yang sukses untuk meningkatkan prestasi akademik, ...). Artinya STAD

baik digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar.

Slavin (1995:71-73) menguraikan STAD menjadi lima komponen utama, yaitu

penyajian kelas, belajar dalam kelompok, kuis, skor perkembangan individual, dan

pengakuan atau penghargaan kelompok. Komponen-komponen tersebut dijabarkan

lebih lanjut ke dalam tahap-tahap pembelajaran model STAD sebagai berikut (Jacobs,

1996:94).

Tahap 1. Guru mempresentasikan materi pembelajaran melalui demonstrasi, buku

teks, dan lain-lain. Pada presentasi kelas ini siswa harus menyadari bahwa

mereka harus memberikan perhatian penuh pada presentasi materi oleh guru,

karena dengan fokus pada presentasi tersebut akan membantu mereka dalam

mengerjakan tugas kelompok.

Tahap 2. Kelompok heterogen yang terdiri dari 4 atau 5 orang mempelajari

bersama-sama materi yang telah dipresentasikan oleh guru melalui lembar kerja

siswa, buku teks atau sumber lainnya. Tujuan utama kelompok adalah untuk

meyakinkan bahwa semua anggota kelompok belajar, atau lebih khusus,

untuk mempersiapkan setiap anggota kelompok menghadapi kuis individual

dengan baik

Tahap 3. Siswa menjawab kuis secara individual. Pada tahap ini siswa tidak

diperbolehkan untuk membantu siswa yang lain dalam menjawab kuis. Jadi,

setiap orang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri untuk menjawab

(45)

commit to user

27

Tahap 4. Setiap skor siswa pada kuis dan rata-rata mereka pada kuis sebelumnya

digunakan untuk menghitung berapa banyak poin yang diberikan seorang

anggota kelompok kepada kelompoknya. Poin sumbangan tersebut oleh

Slavin disebut sebagai poin perkembangan individual. Kemudian, setiap

poin perkembangan individual anggota kelompok dirata-ratakan untuk

menentukan skor kelompok. Berdasarkan skor ini setiap kelompok diberi

[image:45.595.129.525.236.485.2]

penghargaan berupa sertifikat Good Team, Great Team dan Super Team.

Tabel 2.2 Poin Perkembangan Individual (Slavin, 1995:80)

Skor Kuis Siswa Poin untuk Kelompok

Lebih dari 10 poin dibawah rata-rata sebelumnya *) 10 poin hingga 1 poin dibawah rata-rata sebelumnya Rata-rata sebelumnya sampai 10 poin di atas rata-rata sebelumnya

Lebih dari 10 poin diatas rata-rata sebelumnya

Pekerjaaan sempurna (tidak berdasarkan rata-rata sebelumnya)

5 10 20

30 30

*)Rata-rata sebelumnya merujuk pada skor rata-rata pada kuis-kuis sebelumnya.

Tabel Penghargaan Kelompok

Rata-rata Poin Perkembangan Penghargaan

0 < x ≤ 10

10 < x ≤ 20

20 < x ≤ 30

Good Team

Great Team

[image:45.595.191.451.560.673.2]
(46)

commit to user

5. Pengertian Sikap Percaya Diri

Secara keseluruhan proses pendidikan di sekolah mengandung arti berhasil

tidaknya pencapaian tujuan pendidikan. Hal ini tergantung dari proses belajar yang

dialami siswa. Untuk dapat membentuk cara belajar yang baik diperlukan sikap mental

yang baik. Siswa yang memiliki sikap mental yang sehat akan mampu mengatasi

kesukaran yan

Gambar

Tabel 4.10 Rangkuman uji Komparasi Ganda Antar Sel……..……………..
Tabel Skor Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika…..
Tabel 1.1 Rataan Nilai Ujian Nasional (NUN) mata pelajaran matematika SMP
Tabel 1.2  Rataan Nilai Ujian Nasional (NUN) mata pelajaran matematika
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan dua model komunikasi word of mouth sebagai acuan dasar penelitian, Yaitu organic dan amplified word of

dengan klik tombol open setelah dokumen yang akan dibut telah disorot. Segera isi dokumen Excel tersebut akan dibuka oleh program Excel.

(2005, p.16), dapat disimpulkan bahwa, “Sistem Informasi Akuntansi adalah suatu subsistem khusus dari Sistem Informasi Manajemen yang bertujuan untuk

[r]

Teknik ini merupakan teknik yang paling mudah dimana risiko yang kita ambil hanya sebatas berapa poin yang telah kita tentukan (misalnya 50 atau 70 poin dari harga yang kita

Berilah skor berdasarkan tingkat kepentingan setiap pilihan strategi dilihat dari Aktor Masyarakat Sekitar dalam Pengelolaan Kawasan Industri Menuju Eco Industrial Park. Diisi

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi wajib retribusi, bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh

Oleh karena itu, pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah menjadi tanggung jawab bersama antara personel sekolah, yaitu : kepala sekolah, guru-guru, wali kelas, dan