• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Kajian Metode Cooperatif Learning Tipe Jigsaw 1.Pengertian Pembelajaran Kooperatif 1.Pengertian Pembelajaran Kooperatif

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw a. Pengertian Metode Jigsaw

Miftahul Huda (2014: 120) mengemukakan bahwa dalam metode jigsaw, siswa kelompok selama dua kali, yakni dalam kelompok mereka sendiri dan dalam kelompok ahli. Setelah masing-masing anggota menjelaskan bagiannya masing-masing kepada teman-teman satu kelompoknya. Istilah metode bersal dari bahasa Yunani ”Metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu ”Metha” yang berarti melalui atau melewati dan ”Hodos” jalan atau cara. Jadi metode adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan.

Paul Eggen & Don Kauchak (2012: 139) mengemukakan bahwa Jigsaw learning adalah sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknis (pertukaran dari kelompok ke kelompok lain). Jadi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada kelompok yang lain.

Miftahul Huda (2014: 121) bahwa tujuan dari metode jigsaw tersebut adalah mengembangkan kerja tim, keterampilan

34

belajar kooperatif, dan mengusai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba mempelajari materi sendirian dan menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

b.Ciri-ciri Jigsaw

Zainal Aqib (2013: 21) ciri-ciri jigsaw antara lain:

1. Setiap anggota tim terdiri 4-6 orang yang disebut kelompok asal. 2. Kelompok asal tersebut dibagi lagi menjadi kelompok ahli. 3. Kelompok ahli dari masing-masing kelompok asal berdiskusi

sesuai keahliannya.

4. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk saling bertukar informasi.

c. Langkah-langkah Jigsaw

Zainal Aqib (2014: 21) langkah-langkah tersebut antara lain:

1. Siswa dikelompokan ke dalam 4 anggota tim.

2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda. 3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan. 4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari

bagian/subbab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka.

5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sunguh-sunguh.

35

6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. 7. Guru memberikan evaluasi.

d. Contoh dalam Tim Jigsaw

Zainal Aqip (2013: 21) Kelompok asal yang beranggotakan lima orang secara heterogen.

Gambar 1. Contoh dalam Jigsaw

A B C D E

Areson dkk, (2014: 21) berikut ini adalah langkah-langkahnya, antara lain :

1) Siswa dibagi menjadi 5 kelompok terdiri dari 5-6 siswa (berkode ABCDE).

2) Setiap anggota dalam setiap kelompok diberi nomor misalnya, A1, A2, A3, A4 dan A5.

3) Siswa mendiskusikan perintah sesuai materi masing-masing kelompok.

4) Setiap siswa dalam kelompok harus memahami poin.

1E 2E 3E 4E 5E 1D 2D 3D 4D 5D 1C 2C 3C 4C 5C 1B 2B 3B 4B 5B 1A 2A 3A 4A 5A 5A 5B 5C 5D 5D 2A 2B 2C 2D 2E 4A 4B 4C 4D 4E 3A 3B 3C 3D 3E 1A 1B 1C 1D 1E

36

5) Topik-topik atau tugas-tugas diberikan, dan setiap individu diberikan tugas atau topik tertentu. Contoh: semua anggota bernomor 1 mempelajari tugas A.

6) Topik tersebut dipelajari dan didiskusikan bersama anggota dari kelompok-kelompok lain.

7) Lalu setiap siswa kembali ke kelompok asalnya dan kepada anggota kelompok harus menyampaikan topik-topik yang telah mereka pelajari/ memberikan pengetahuan hasil diskusi dari masing-masing kelompok yang telah mereka pelajari.

8) Selanjutnya guru memberikan tes/kuis kepada siswa. 9) Selanjutnya guru memproses hasil hasil penilaiannya.

e. Kelebihan pembelajaran cooperative type jigsaw

Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe jisaw antara lain: 1) Cocok untuk semua kelas/tingkatan.

2) Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam kelompok. 3) Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah.

4) Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar. 5) Pemahaman materi lebih mendalam.

6) Meningkatkan motivasi belajar.

7) Bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, atau berbicara. Juga dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran.

37

8) Belajar dalam suasana gotong-royong mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

9) Menerapkan bimbingan sesama teman.

10)Dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. D. Kajian tentang Karakteristik Anak SD

Menurut Piaget, (M. Dalyono 2005: 96) mengemukakan bahwa tahap perkembangan intelektual antara umur 6/7 tahun s/d 12/13 tahun fungsi ingatan imajinasi dan pikiran pada anak mulai berkembang. Perkembangan intelektual ini biasanya dimulai pada masa anak siap memasuki sekolah dasar. Dengan berkembangnya fungsi pikiran anak, maka anak sudah dapat menerima pendidikan dan pengajaran.

Menurut Piaget, (Asri Budiningsi 2003: 35) mengemukakan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik. Artinya proses yang didasarkan atas mekanisnme biologis yaitu perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya.

Menurut Piaget, (M. Dalyono 2005: 97-98) mengemukakan bahwa masa siap bersekolah. Ciri pribadi anak masa ini antara lain:

1) kritis dan realistis.

38

3) ada perhatian terhadap hal-hal yang praktis dan konkret dalam kehidupan sehari-hari.

4) mulai timbul minat terhadap bidang-bidang pelajaran tertentu.

5) sampai umur 11 tahun, anak suka minta bantuan kepada orang dewasa dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya.

6) setelah umur 11 tahun, anak mulai ingin bekerja sendiri dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar. Mendambakan angka-angka rapor yang tinggi tanpa memikirkan tingkat prestasi belajarnya, dan

7) anak suka berkelompok dan memilih teman-teman sebaya dalam bermain dan belajar.Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya di Sekolah Dasar.

Wina Sanjaya (2012: 278) mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran di sekolah, baik secara disadari maupun tidak, guru dapat menanamkan sikap tertentu kepada siswa melalui proses pembiasaan. Salah satu karakteristik anak didik yang sedang berkembang adalah keinginannya untuk melakukan peniruan. Hal yang ditiru itu adalah perilaku-perilaku yang diperagakan atau didemonstrasikan oleh orang yang menjadi idolanya. Perinsip peniruan ini yang dimaksud dengan modelling. Modelling adalah proses peniruan anak terhadap orang lain yang menjadi idolanya atau orang yang dihormati. Karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti, watak, tabiat seseorang untuk

39

ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Jadi pentingnya diberikan pendidikan karakter kepada anak didik agar proses pengarahan dan bimbingan terhadap peserta didik agar memiliki nilai dan berperilaku yang baik untuk menjadi manusia seutuhnya.

M. Dalyono (2005: 78) Berikut ini adalah bentuk-bentuk karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD), yaitu.

a) Senang bermain

Kenyataan apa yang saya teliti siswa-siswi di Sekolah Dasar terutama yang masih berada di kelas-kelas rendah pada umumnya masih suka bermain,

b)Senang bergerak

Siswa Sekolah Dasar sangat berbeda dengan orang dewasa yang bisa duduk dan diam mendengarkan ceramah dan berjam-jam sementara siswa SD sangat aktif bergerak dan hanya bisa bisa duduk dengan tenang sekitar 30 menit saja.

c) Senang bekerja dalam kelompok

Artinya sebagai seorang manusia, anak-anak juga mempunyai insting sebagi mahkluk sosial yang bersosialisasi dengan orang lain terutama dengan teman sebayanya, terkadang mereka membentuk suatu kelompok tertentu untuk bermain.

40

Anak Sekolah Dasar memasuki tahap operasional konkret. Siswa berusaha menghubungkan konsep-konsep yang sebelumnya telah dikuasai dengan konsep-konsep yang baru dipelajari. Suatu konsep juga akan cepat dikuasai anak apabila mereka dilibatkan langsung melalui praktik dari apa yang diajarkan oleh guru.

e) Senang meniru

Sebagai guru harus menjaga tindakan, sikap, berbicara sopan, cara berpakaian yang sopan dan rapi sehingga siswa mengambil atau mencontoh perilaku yang baik sesuai apa yang dilihat secara langsung. Karena guru menjadi pusat perhatian siswa.

f) Senang diperhatikan

Di dalam suatu interaksi sosial anak biasanya mencari perhatian teman atau gurunya siswa senang apabila orang lain memperhatikannya. Disini peran guru untuk mengarahkan perasaan anak di saat proses tanya jawab.

Dokumen terkait