SAJADAH PANJANG
B. Pembahasan Hasil Penelitian
2. Pembelajaran dengan Metode Peta Pikiran ( Mind Mapping)
Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Puisi
Untuk mengatasi permasalahan pembelajaran apresiasi puisi yang terjadi di kelas X 8 SMA Negeri 1 Samarinda, maka pembelajaran apresiasi puisi di kelas tersebut digunakan metode peta pikiran (mind mapping). Penerapan pembelajaran apresiasi puisi dengan metode peta pikiran (mind mapping) melalui penelitian tindakan kelas (PTK).
Penerapan peta pikiran (mind mapping) dalam pembelajaran apresiasi puisi merupakan metode yang tepat, karena metode tersebut memberikan kebebasan pada siswa untuk mengeluarkan ide-ide atau gagasannya dengan cara
memetakan pikiran-pikirannya. Metode peta pikiran (mind mapping) mampu mengubah cara belajar lama yang hanya memanfaatkan otak kiri. Metode peta pikiran (mind mapping) mampu meningkatkelajar siswa, karena metode tersebut menggunakan gambar, garis-garis cabang-cabang ranting yang berwarna, dan kata-kata kunci, ini berate memanfaatkan kerja otak kanan. Dengan memanfaatkan gambar dan teks ketika siswa mengeluarkan ide yang ada dalam pikirannya, maka siswa telah menggunakan dua belahan otaknya secara sinergis.
Pembelajaran dengan metode peta pikiran (mind mapping) mampu meningkatkan memotivasi siswa dalam belajar, karena siswa tertarik dengan pembuatan peta pikiran tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hasil peta pikiran yang dibuat siswa mengalami peningkatan dari siklus I, siklus II siklus III.
Tabel 4.10. Hasil Peta Pikiran (Mind Mapping) Mengapresiasi Puisi Siklus I, II, dan III
No Unsur-unsur peta pikiran (mind mapping) Siklus
1 2 3
1. Menggunakan gambar atau foto sebagai ide sentral
20 28 34
2. Menggunakan warna minimal tiga warna 22 29 35 3. Menghubungkan cabang-cabang utama ke
gambar pusat, dan cabang tingkat dua, tiga dan seterusnya
20 25 37 4. Menggunakan garis hubung yang
melengkung
21 25 34
5. Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis
22 29 36
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan metode peta pikiran (mind mapping) dalam pembelajaran puisi mampu meningkatkan kemampuan apresiasi puisi pada siswa. Peningkatan kemampuan apresiasi puisi
tersebut dapat dilihat hasil belajar siswa melalui uji kompetensi pratindakan dan uji kompetensi setelah tindakan setiap akhir siklus, dari siklus I, siklus II, dan siklus III.
Siklus I peningkatan kemampuan apresiasi siswa terhadap puisi baru mencapai 50,00%. Ada peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas KKM (70,00) dari sebelum dilaksanakannya tindakan hanya 17 siswa (42,50%), setelah dilaksanakan tindakan siklus I menjadi 20 siswa (50,00%) dari 40 siswa. Kenaikan baru mencapai 7,50% (3 siswa). Siswa yang mendapat nilai dibawah KKM masih cukup banyak yakni 20 siswa (50,00%). Nilai rata-rata sebelum tindakan 60,25 dan setelah tindakan Siklus I baru mencapai 65,50. Angka tersebut masih berada dibawah KKM yang ditetapkan.
Hasil tes yang dilakukan setelah akhir Siklus II, menunjukkan nilai siswa tambah meningkat, namun masih relatif kecil presentasenya, dan belum mencapai batas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan. Siklus II ini peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas KKM (70,00) dari siklus I, 20 siswa (50,00%) menjadi 26 siswa (65,00%) dari 40 siswa.berarti 6 siswa (15,00%). Siswa yang mendapat nilai dibawah KKM 14 siswa (35,00%). Nilai rata-rata pada Siklus I baru mencapai 65,50 pada Siklus II menjadi 71,50 mengalami kenaikan 6,0 poin.
Kemudian pada Siklus III, terjadi peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas batas KKM yakni sebanyak 34 siswa (85,00%) dari sebelumnya hanya 26 siswa (65,00%). Peningkatan pada siklus III sejumlah 8 siswa (20,00%). Sedangkan nilai rata-rata yang dicapai pun mengalami
peningkatan hingga melebihi nilai batas KKM yakni 76,25 poin dari sebelumnya pada Siklus II yang hanya 71,50. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa 90, nilai terendah 65. Siswa yang tidak memenuhi KKM ada 6 siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 11. Ketuntasan Hasil Belajar Mengapresiasi Puisi Siklus I, II, dan III
Nilai Ketuntasan No Uraian KKM Di atas KKM Ter-tinggi Te-rendah Rata-rata Siswa (Persentase) 1. Pra-tindakan 15 siswa 2 siswa 75 2 siswa 45 3 siswa 60,25 17 siswa (42,50%) 2. Siklus I 14 siswa 6 siswa 85 1 siswa 50 5 siswa 65,50 20 siswa (50,00%) 3 Siklus II 8 siswa 18 siswa 90 2 siswa 65 14 siswa 71,50 26 siswa (65,00%) 4. Siklus III 7 siswa 27 siswa 90 4 siswa 65 6 siswa 76,25 34 siswa (85,00%)
Berdasarkan tabel tersebut dapat terlihat peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari sebelum tindakan dilakukan 42,50% kemudian pada tindakan Siklus I meningkat menjadi 50.00% peningkatan hanya 7,50%, dilanjutkan pada tindakan Siklus II menjadi 65,00%, peningkatan lebih tinggi dari sebelumnya yaitu 15,00%, kemudian tindakan Siklus III peningkatan menjadi semakin signifikan 85.00% atau meningkat 20,00%. Peningkatan tersebut karena keaktifan, perhatian, minat, dan motivasi siswa juga meningkat.
A. Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari penelitian tindakan kelas ini adalah
sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pembelajaran apresiasi puisi di kelas X 8 SMA Negeri I
Samarinda dapat berjalan efektif dengan diterapkannya metode pembelajaran
yang tepat, yaitu metode peta pikiran (mind mapping). Pada awalnya memang
mengalami kesulitan dan belum berjalan dengan optimal karena guru dan
siswa belum menguasai sepenuhnya metode tersebut, namun setelah berjalan
dua kali pertemuan pada Siklus I pembelajaran mulai meningkat. Pada Siklus
II pembelajaran lebih meningkat lagi. Aktivitas dan keterlibatan siswa dalam
kegiatan pembelajaran sudah mulai tampak. Pembelajaran semakin meningkat
pada Siklus III. Siswa sudah memahami tentang metode peta pikiran (mind
mapping). Siswa mampu memahami, menemukan dan menentukan
unsur-unsur struktur lahir maupun struktur puisi, dalam bentuk kata-kata kunci yang
dituliskan diatas garis ranting-ranting atau cabang-cabang peta pikiran. Hal
tersebut dapat terlihat dari hasil peta pikiran apresiasi puisi dari Siklus I
sampai Siklus III.
2. Penerapan metode peta pikiran (mind mapping) dalam pembelajaran apresiasi
puisi mampu meningkatkan kemampuan apresiasi puisi siswa. Peningkatan
tersebut dapat dilihat dari hasil tes apresiasi dan ketuntasan belajar siswa. Pada
(70,00) dari 17 siswa (42,50%) dai 40 siswa pada pratindakan menjadi 20
siswa (50,00%). Lalu pada Siklus II, didapati sebanyak 26 siswa (65,00%)
yang mendapatkan nilai sama atau diatas KKM, mengalami peningkatan 6
siswa (15,00%) dari Siklus I. Kemudian pada Siklus III, terjadi peningkatan
jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas batas KKM yakni sebanyak 34
siswa (85,00%), mengalami peningkatan sejumlah 8 siswa (20,00%) dari
Siklus II.
B. Implikasi
Implikasi pelaksanaan pembelajaran apresiasi puisi dengan metode peta
pikiran (mind mapping) yang diterapkan pada siswa kelas X 8 SMA Negeri 1 Samarinda dapat meningkatkan kemampuan apresiasi puisi siswa. Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan peningkatan kemampuan siswa mengapresiasi puisi dan
peningkatan jumlah siswa yang dapat memenuhi kreteria ketuntasan minimal
berdasarkan hasil tes setiap akhir siklus. Siswa mampu mengembangkan
kreativitas dan imajinasi, mampu membuat peta pikiran (mind mapping) dan menggunakannya dalam mengapresiasi puisi. Pembelajaran mengapresiasi puisi
dengan metode peta pikiran (mind mapping) mampu meningkatkan motivasi siswa sehingga ada 27 siswa hasil belajanyarnya di atas nilai KKM dan telah
C. Saran
1. Kepada guru bahasa dan sastra Indonesia agar memiliki pemahaman secara
benar tentang pembelajaran apresiasi sastra yang efektif sehingga mampu
memilih strategi pembelajaran yang tepat.
2. Guru bahasa dan sastra Indonesia harus mengetahui permasalahan
pembelajaran apresiasi puisi, memilih metode yang bervariasi sesuai dengan
materi puisi untuk meningkatkan pembelajaran apresiasi puisi sehingga hasil
belajar siswa meningkat.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini merupakan masukan dalam rangka
pembinaan peningkatan kinerja guru untuk memperoleh pemahaman secara
benar tentang pembelajaran apresiasi puisi.
4. Selain hal itu, penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan iklim
pembelajaran yang kondusif sehingga tercipta kualitas pembelajaran yang