• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Pemberian Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas

3. Pemberian Cuti Bersyarat

Cuti Bersyarat diatur dalam peraturan pelaksana dari UUP. Dan untuk pengaturan lebih lanjut, maka pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan (selanjutnya disebut PP No. 32 Tahun 1999) yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan (selanjutnya disebut PP No. 28 Tahun 2006).

175

Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Sugianto, ada beberapa hal yang diatur dalam PP No. 28 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Cuti Bersyarat yang meliputi, antara lain176 :

a. Setiap Narapidana dan Anak Negara dapat diberikan Cuti Bersyarat apabila telah memenuhi persyaratan antara lain :

1) Telah menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga), dengan ketentuan 2/3 (dua per tiga) masa pidana tersebut tidak kurang dari 9 (sembilan) bulan.177

2) Berkelakuan baik selama menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 9 (sembilan) bulan terakhir dihitung sebelum tanggal 2/3 (dua per tiga) masa pidana.178

3) Lamanya Cuti Bersyarat sebesar remisi terakhir, paling lama 6 (enam) bulan.179 b. Bagi Anak Negara yang tidak mendapatkan Pembebasan Bersyarat akan diberikan

Cuti Bersyarat, dengan ketentuan sekurang-kurangnya telah mencapai usia 17 (tujuh belas) tahun 6 (enam) bulan dan berkelakuan baik selama menjalani pembinaan. c. Terhadap Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme,

narkotika dan psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap Negara dan kejahatan Hak Asasi Manusia yang berat, dan kejahatan transnasional terorganisasi lainnya, Cuti

176

Wawancara dengan Sugianto pada tanggal 08 Januari 2009, Kepala Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.

177

Pasal 42A ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

178

Pasal 42A ayat (1) huruf b Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

179

Pasal 42A ayat (1) huruf c Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

Bersyarat dilakukan oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia, apabila telah memenuhi syarat antara lain180 :

1) Telah menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga), dengan ketentuan 2/3 (dua per tiga) masa pidana tersebut tidak kurang dari 9 (sembilan) bulan.

2) Berkelakuan baik selama menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 9 (sembilan) bulan terakhir dihitung sebelum tanggal 2/3 (dua per tiga) masa pidana.

3) Lamanya Cuti Bersyarat sebesar remisi terakhir, paling lama 3 (tiga) bulan. 4) Telah mendapat pertimbangan dari Direktur Jenderal Pemasyarakatan.

d. Pertimbangan yang diberikan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan tersebut, wajib memperhatikan kepentingan keamanan, ketertiban umum dan rasa keadilan masyarakat.181

e. Pemberian Cuti Bersyarat tersebut ditetapkan oleh Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.182

f. Terhadap Cuti Bersyarat tersebut dapat dicabut apabila Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan (kecuali Anak Sipil) melanggar ketentuan Cuti Bersyarat.183

180

Pasal 42A ayat (3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

181

Pasal 42A ayat (4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

182

Pasal 42A ayat (5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

183

Pasal 42A ayat (6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

Selain dari PP No. 28 Tahun 2006 tersebut, maka untuk Pembebasan Bersyarat peraturan pelaksana lainnya diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat (selanjutnya disebut PerMen No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007).

Menurut Madong Gorat pemberian Cuti Bersyarat sama halnya dengan pemberian Cuti Menjelang Bebas kepada Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan (kecuali Anak Sipil), apabila yang bersangkutan telah memenuhi syarat substantif dan syarat administratif, hal tersebut sesuai Pasal 5 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.184

Berdasarkan hasil wawancara dengan Madong Gorat, ada beberapa syarat substantif yang diberikan untuk Cuti Bersyarat kepada Narapidana dan Anak Pidana meliputi antara lain185 :

a. Telah menunjukkan kesadaran dan penyesalan atas kesalahan yang menyebabkan dijatuhi pidana.186

184

Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.

185

Wawancara pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.

186

Pasal 6 ayat (1) huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

b. Telah menunjukkan perkembangan budi-pekerti dan moral yang positif.187

c. Berhasil mengikuti program kegiatan pembinaan Narapidana dan Anak Pidana yang bersangkutan.188

d. Masyarakat dapat menerima program kegiatan pembinaan Narapidana dan Anak Pidana yang bersangkutan.189

e. Berkelakuan baik selama menjalani pidana dan tidak pernah mendapat hukuman disiplin untuk Cuti Bersyarat sekurang-kurangnya dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir dan .190

f. Masa pidana yang telah dijalani untuk Cuti Bersyarat, 2/3 (dua per tiga) dari masa pidananya dan jangka waktu cuti paling lama 3 (tiga) bulan dengan ketentuan apabila selama menjalani cuti melakukan tindak pidana baru, maka selama di luar Lembaga Pemasyarakatan tidak dihitung sebagai masa menjalani pidana.191

Sementara untuk Anak Negara persyaratan substantif dalam pemberian Cuti Bersyarat meliputi, antara lain :

187

Pasal 6 ayat (1) huruf b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

188

Pasal 6 ayat (1) huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

189

Pasal 6 ayat (1) huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

190

Pasal 6 ayat (1) huruf e Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

191

Pasal 6 ayat (1) huruf f Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

a. Telah menunjukkan kesadaran dan penyesalan atas kesalahan yang menyebabkan dijatuhi pidana.192

b. Telah menunjukkan perkembangan budi-pekerti dan moral yang positif.193

c. Berhasil mengikuti program kegiatan pendidikan dan pelatihan dengan tekun dan bersemangat.194

d. Masyarakat dapat menerima program pembinaan Anak Negara yang bersangkutan.195

e. Berkelakuan baik.196

f. Masa pendidikan yang telah dijalani di Lembaga Pemasyarakatan Anak untuk Cuti Bersyarat sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan.197

192

Pasal 6 ayat (2) huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

193

Pasal 6 ayat (2) huruf b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

194

Pasal 6 ayat (2) huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

195

Pasal 6 ayat (2) huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

196

Pasal 6 ayat (2) huruf e Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

197

Pasal 6 ayat (2) huruf f Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Sugianto, persyaratan administratif yang dilakukan dalam pemberian Cuti Bersyarat sama halnya dengan Cuti Menjelang Bebas untuk Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan yang meliputi yaitu198 :

a. Kutipan Putusan Hakim (ekstrak vonis).199

b. Laporan penelitian yang dibuat pembimbing kemasyarakatan atau laporan perkembangan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan (kecuali Anak Sipil) yang bersangkutan.200

c. Surat pemberitahuan ke Kejaksaan Negeri tentang rencana pemberian Pembebasan Bersyarat terhadap Narapidan dan Anak Didik Pemasyarakatan (kecuali Anak Sipil) yang bersangkutan.201

d. Salinan register F (daftar yang memuat tentang pelanggaran tata tertib yang dilakukan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan (kecuali Anak Sipil) selama menjalani masa pidana atau pendidikan) dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara.202

198

Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 08 Januari 2009, Kepala Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.

199

Pasal 7 huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

200

Pasal 7 huruf b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

201

Pasal 7 huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

202

Pasal 7 huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

e. Susunan daftar perubahan atau pengurangan masa pidana, seperti grasi, remisi dan lain-lain dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Rumah Tahanan Negara.203 f. Surat pernyataan kesanggupan dari pihak yang akan menerima Narapidana dan Anak

Didik Pemasyarakatan (kecuali Anak Sipil), seperti pihak keluarga, sekolah, instansi pemerintah atau swasta dengan diketahui oleh pemerintah daerah setempat serendah- rendahnya Lurah atau Kepala Desa.204

g. Terhadap Narapidana dan Anak Pidana Warga Negara Asing diperlukan syarat tambahan yang meliputi antara lain 205:

1) Surat Jaminan dari Kedutaan Besar/Konsulat Negara orang asing yang bersangkutan bahwa Narapidana dan Anak Pidana Pemasyarakatan tidak melarikan diri atau mentaati syarat-syarat selama menjalani Pembebasan Bersyarat.

2) Surat Keterangan dari Kepala Kantor Imigrasi setempat mengenai status keimigrasian yang bersangkutan.

203

Pasal 7 huruf e Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

204

Pasal 7 huruf f Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

205

Pasal 7 huruf g Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Sugianto, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan pemberian Cuti Menjelang Bebas, Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Bersyarat tidak diberikan kepada206 :

a. Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan (kecuali Anak Sipil) yang kemungkinan akan terancam jiwanya.

b. Narapidana yang sedang menjalani pidana penjara seumur hidup.

c. Warga Negara Asing yang dimasukkan dalam daftar pencegahan dan penangkalan (CEKAL) pada Direktorat Jenderal Imigrasi.

Sementara itu, berdasarkan hasil wawancara dengan Madong Gorat wewenang dalam pemberian Cuti Bersyarat tersebut ada pada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang pelaksanaannya didelegasikan kepada setiap Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Haksasi Manusia Republik Indonesia, dan untuk Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai didelegasikan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia wilayah Sumatera Utara.207 Dan hal tersebut juga sesuai dengan Pasal 10 PerMen No. M.01.PK.04.10 Tahun 2007.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Madong Gorat, ada beberapa tahapan dalam pemberian Cuti Bersyarat yang meliputi, antara lain208 :

206

Wawancara dengan Sugianto pada tanggal 08 Januari 2009, Kepala Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.

207

Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.

208

Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.

a. Tim Pengamat Pemasyarakatan (selanjutnya disebut TPP) Lembaga Pemasyarakatan atau TPP Rumah Tahanan Negara, setelah mendengar pendapat anggota TPP dan mempelajari laporan perkembangan pembinaan dari Wali Pemasyarakatan, mengusulkan pemberian Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara.209

b. Apabila Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara menyetujui usulan dari pihak TPP Lembaga Pemasyarakatan atau TPP Rumah Tahanan Negara, maka usulan tersebut diteruskan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia setempat210 (untuk Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai, maka Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara).

c. Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dapat menolak atau menyetujui usulan pemberian Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat setelah mempertimbangkan hasil sidang TPP Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia setempat.211

d. Apabila Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia menolak tentang Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat, maka dalam jangka

209

Pasal 11 huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

210

Pasal 11 huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

211

Pasal 11 huruf e Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak diterimanya usulan tersebut, memberitahukan penolakan itu beserta dengan alasannya kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara yang bersangkutan.212

e. Apabila Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia menyetujui tentang usulan Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat, maka Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia menerbitkan Surat Keputusan tentang Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.213

Sebagaimana halnya dengan Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, maka Keputusan mengenai Cuti Bersyarat tersebut ditandatangani langsung oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan atas nama Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.214 Selanjutnya, sebelum Cuti Bersyarat tersebut dilaksanakan oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara, maka ada beberapa hal yang wajib dilakukan antara lain :

a. Memberikan petunjuk agar Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan berprilaku positif di dalam masyarakat dan tidak melanggar persyaratan yang ditetapkan.215

212

Pasal 11 huruf f Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

213

Pasal 11 huruf g Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

214

Pasal 12 huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

215

Pasal 17 huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

b. Menandatangani surat untuk menjalani Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat berdasarkan Keputusan dari Direktur Jenderal Pemasyarakatan.216

c. Menyerahkan Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan yang menjalani Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat kepada BAPAS dan membuat berita acara penyerahan yang disertai laporan perkembangan pembinaan dan catatan penting lainnya.217

Pada tahap selanjutnya menurut Madong Gorat adalah masalah pengawasan. Untuk pengawasan terhadap Narapidana dan Anak Pidana yang sedang menjalani Cuti Bersyarat dilakukan oleh BAPAS setempat, hal tersebut sesuai dengan yang disebutkan dalam Pasal 19 PerMen No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007.218

Setelah mengetahui beberapa hal yang dilakukan dalam pelaksanaan Cuti Bersyarat, maka ada baiknya untuk melihat Cuti Bersyarat yang telah diberikan oleh Lembaga Pemasyarakatan kepada Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan dalam tabel berikut ini :

216

Pasal 17 huruf b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat

217

Pasal 17 huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat

218

Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.

Tabel 6 : Jumlah Penerima Cuti Bersyarat di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai (tahun 2004 s/d2008) No. Tahun 1. 2004 Jumlah Tidak ada 2. 2005 Tidak ada 3. 2006 Tidak ada 4. 2007 13 Orang 5. 2008 170 Orang

Jenis Tindak Pidana Tidak ada Tidak ada Tidak ada 1. Psikotropika : 5 Kasus. 2. Pencurian : 5 Kasus. 3. Perampokan : 1 Kasus. 4. Penggelapan : 2 Kasus. 1. Psikotropika : 55 Kasus. 2. Pencurian : 35 Kasus. 3. Penggelapan : 30 Kasus. 4. Perjudian : 30 Kasus. 5. Perampokan : 20 Kasus. Sumber Data : Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai (2004-2008)

Berdasarkan tabel 6 di atas, telah terjadi perbedaan signifikan terhadap jumlah penerimaan Cuti Bersyarat pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 tidak ada penerimaan Cuti Bersyarat bagai Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan, sedangkan di tahun 2007 sebanyak 13 (tiga belas) orang penerima dan di tahun 2008 sebanyak 170 (seratus tujuh puluh) orang penerima. Menurut Madong Gorat hal tersebut dikarenakan, efektifnya berlaku peraturan tentang Cuti Bersyarat tersebut berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04- 10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat, adalah sejak ditetapkan pada tanggal 16 Agustus 2007, maka dari itu tidak ada penerima Cuti Bersyarat dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006.219

219

Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.

Sebagaimana yang telah diutarakan di atas, maka dalam pemberian Cuti Bersyarat tersebut mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1999 jo Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan serta Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

4. Pengawasan Oleh Balai Pemasyarakatan Terhadap Pembebasan Bersyarat,

Dokumen terkait