• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Pemberian Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas

1. Pemberian Pembebasan Bersyarat

Dalam melaksanakan sistem Pemasyarakatan yang dapat menciptakan warga binaan Pemasyarakatan kembali kepada fitrahnya sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, hidup dan berkembang serta berinteraksi secara positif dan wajar di tengah- tangah masyarakat berdasarkan UUP yang telah mengatur beberapa hak dari Warga Binaan Pemasyarakatan di Indonesia.

Terhadap Pembebasan Bersayarat, tidak semua Warga Binaan Pemasyarakatan diberikan Pembebasan Bersyarat (Anak Sipil77 tidak diberikan Pembebasan Bersyarat).

77

Pembebasan Bersyarat diberikan kepada Narapidana78, Anak Pidana79 dan Anak Negara.80 Kepada Anak Sipil tidak diberikan Pembebasan Bersyarat dikarenakan Anak Sipil tersebut keberadaannya di Lembaga Pemasyarakatan atau Lembaga Pemasyarakatan Anak maupun di Balai Pemasyarakatan bukan untuk menjalani hukuman, malainkan hanya semata-mata menjalani pembinaan anak sebagaimana yang diatur dalam UUP agar Anak Sipil tersebut dapat melakukan perbuatan yang positif di tengah-tengah masyarakat.

Ketentuan tentang Pembebasan Bersyarat secara umum diatur dalam Pasal 15 dan Pasal 16 KUHP, Pembebasan Bersyarat hanya dapat diberikan dengan beberapa syarat, antara lain81 :

a. Hanya dapat diberikan kepada mereka yang dihukum penjara dan bukan hukuman kurungan.

b. 2/3 (dua per tiga) atau sedikit-dikitnya hukuman telah dijalani selama 9 (sembilan) bulan.

c. Pembebasan dilakukan dengan perjanjian.

d. Bilamana Narapidana yang menjalani Pembebasan Bersyarat melanggar perjanjian yang telah dibuatnya, maka kepadanya ditarik kembali ke dalam penjara untuk menyelesaikan masa hukumannya, dan masa Pembebasan Bersyarat yang telah dijalani tidak dihitung menjalani hukuman.

78

Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemsyarakatan. 79

Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemsyarakatan. 80

Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemsyarakatan. 81

R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal (Bogor : Politeia, 1996), hal. 44.

Pengaturan tentang Pembebasan Bersyarat sebagai hak dari Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan UUP hanya diatur dalam 1 (satu) Pasal dan ayat saja yaitu Pasal 14 ayat (1) huruf k yang menyatakan bahwa, “ Narapidana berhak mendapatkan Pembebasan Bersyarat”. Pengaturan lebih lanjut, maka pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan (selanjutnya disebut PP No. 32 Tahun 1999) yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan (selanjutnya disebut PP No. 28 Tahun 2006).

Ada beberapa hal yang diatur dalam PP No. 28 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Pembebasan Bersyarat yang meliputi, antara lain :

1. Pembebasan Bersyarat diberikan kepada Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan yaitu Anak Pidana dan Anak Negara, sedangkan untuk Anak Sipil tidak berhak mendapatkan Pembebasan Bersyarat.82

2. Pembebasan Bersyarat diberikan apabila memenuhi beberapa persyaratan, yaitu83 : a. Telah menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga), dengan

ketentuan 2/3 (dua per tiga) masa pidana tersebut tidak kurang dari 9 (sembilan) bulan.

82

Pasal 43 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

83

Pasal 43 ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

b. Berkelakuan baik selama menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 9 (sembilan) bulan terakhir dihitung sebelum tanggal 2/3 (dua per tiga) masa pidana.

3. Pembebasan Bersyarat bagi Anak Negara diberikan setelah menjalani pembinaan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun.84

4. Bagi Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap Negara dan kejahatan Hak Asasi Manusia yang berat, dan kejahatan transnasional terorganisasi lainnya, diberikan Pembebasan Bersyarat dilakukan oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia, apabila telah memenuhi syarat antara lain85 :

a. Telah menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga), dengan ketentuan 2/3 (dua per tiga) masa pidana tersebut tidak kurang dari 9 (sembilan) bulan.

b. Berkelakuan baik selama menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 9 (sembilan) bulan terakhir dihitung sebelum tanggal 2/3 (dua per tiga) masa pidana.

c. Telah mendapat pertimbangan dari Direktur Jenderal Pemasyarakatan.

84

Pasal 43 ayat (3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

85

Pasal 43 ayat (4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

5. Pemberian pertimbangan yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan tersebut, wajib memperhatikan kepentingan keamanan, ketertiban umum dan rasa keadilan masyarakat.86

6. Pembebasan Bersyarat yang diberikan kepada Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan kecuali Anak Sipil ditetapkan dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Repulik Indonesia.

7. Pembebasan Bersyarat tersebut dapat dicabut sewaktu-waktu apabila Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan melanggar ketentuan tentang Pembebasan Bersyarat.87

Selain dari PP No. 28 Tahun 2006 tersebut, maka untuk Pembebasan Bersyarat peraturan pelaksana lainnya diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat (selanjutnya disebut PerMen No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007).

Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat bertujuan, antara lain88 :

a. Membangkitkan motivasi atau dorongan pada diri Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan kearah pencapaian tujuan pembinaan.

86

Pasal 43 ayat (5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

87

Pasal 43 ayat (7) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

88

Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

b. Memberikan kesempatan pada Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan untuk pendidikan dan ketrampilan guna mempersiapkan diri untuk hidup mandiri di tengah masyarakat setelah bebas menjalani pidana.

c. Mendorong masyarakat untuk berperan serta secara aktif dalam penyelenggaraan Pemasyarakatan.

Menurut Madong Gorat pemberian Pembebasan Bersyarat kepada Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan (kecuali Anak Sipil), apabila yang bersangkutan telah memenuhi syarat substantif dan syarat administratif, hal tersebut sesuai Pasal 5 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04- 10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.89

Syarat substantif yang diberikan untuk Pembebasan Bersyarat kepada Narapidana dan Anak Pidana meliputi antara lain :

a. Telah menunjukkan kesadaran dan penyesalan atas kesalahan yang menyebabkan dijatuhi pidana.90

b. Telah menunjukkan perkembangan budi-pekerti dan moral yang positif.91

89

Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.

90

Pasal 6 ayat (1) huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

91

Pasal 6 ayat (1) huruf b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

c. Berhasil mengikuti program kegiatan pembinaan Narapidana dan Anak Pidana yang bersangkutan.92

d. Masyarakat dapat menerima program kegiatan pembinaan Narapidana dan Anak Pidana yang bersangkutan.93

e. Berkelakuan baik selama menjalani pidana dan tidak pernah mendapat hukuman disiplin untuk Pembebasan Bersyarat sekurang-kurangnya dalam waktu 9 (sembilan) bulan terakhir.94

f. Masa pidana yang telah dijalani untuk Pembebasan Bersyarat adalah 2/3 (dua per tiga) dari masa pidananya, dengan ketentuan 2/3 (dua per tiga) masa pidana tersebut tidak kurang dari 9 (sembilan) bulan.95

Sementara untuk Anak Negara persyaratan substantif dalam pemberian Pembebasan Bersyarat meliputi, antara lain :

a. Telah menunjukkan kesadaran dan penyesalan atas kesalahan yang menyebabkan dijatuhi pidana.96

92

Pasal 6 ayat (1) huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

93

Pasal 6 ayat (1) huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

94

Pasal 6 ayat (1) huruf e Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

95

Pasal 6 ayat (1) huruf f Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

96

Pasal 6 ayat (2) huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

b. Telah menunjukkan perkembangan budi-pekerti dan moral yang positif.97

c. Berhasil mengikuti program kegiatan pendidikan dan pelatihan dengan tekun dan bersemangat.98

d. Masyarakat dapat menerima program pembinaan Anak Negara yang bersangkutan.99 e. Berkelakuan baik.100

f. Masa pendidikan yang telah dijalani di Lembaga Pemasyarakatan Anak untuk Pembebasan Bersyarat sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun.

Persyaratan administratif yang dilakukan dalam pemberian Pembebasan Bersyarat untuk Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan melitputi yaitu :

a. Kutipan Putusan Hakim (ekstrak vonis).101

b. Laporan penelitian yang dibuat pembimbing kemasyarakatan atau laporan perkembangan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan (kecuali Anak Sipil) yang bersangkutan.102

97

Pasal 6 ayat (2) huruf b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

98

Pasal 6 ayat (2) huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

99

Pasal 6 ayat (2) huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

100

Pasal 6 ayat (2) huruf e Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

101

Pasal 7 huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

102

Pasal 7 huruf b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

c. Surat pemberitahuan ke Kejaksaan Negeri tentang rencana pemberian Pembebasan Bersyarat terhadap Narapidan dan Anak Didik Pemasyarakatan (kecuali Anak Sipil) yang bersangkutan.103

d. Salinan register F (daftar yang memuat tentang pelanggaran tata tertib yang dilakukan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan (kecuali Anak Sipil) selama menjalani masa pidana atau pendidikan) dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara.104

e. Susunan daftar perubahan atau pengurangan masa pidana, seperti grasi, remisi dan lain-lain dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Rumah Tahanan Negara.105 f. Surat pernyataan kesanggupan dari pihak yang akan menerima Narapidana dan Anak

Didik Pemasyarakatan (kecuali Anak Sipil), seperti pihak keluarga, sekolah, instansi pemerintah atau swasta dengan diketahui oleh pemerintah daerah setempat serendah- rendahnya Lurah atau Kepala Desa.106

103

Pasal 7 huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

104

Pasal 7 huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

105

Pasal 7 huruf e Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

106

Pasal 7 huruf f Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

g. Terhadap Narapidana dan Anak Pidana Warga Negara Asing diperlukan syarat tambahan yang meliputi antara lain 107:

1) Surat Jaminan dari Kedutaan Besar/Konsulat Negara orang asing yang bersangkutan bahwa Narapidana dan Anak Pidana Pemasyarakatan tidak melarikan diri atau mentaati syarat-syarat selama menjalani Pembebasan Bersyarat.

2) Surat Keterangan dari Kepala Kantor Imigrasi setempat mengenai status keimigrasian yang bersangkutan.

Perhitungan Pembebasan Bersyarat berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.HH.01.PK.05.06 Tahun 2008 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.01.PK.04.10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat antara lain :

Dasar Perhitungan yang lama : 2/3 dari (Hukuman – Remisi yang didapat).

contohnya : Cuhay ditahan sejak tanggal 28-08-2005. Masa pidana atau hukuman 3 tahun. Remisi yang didapat keseluruhan Cuhay 5 bulan, jadi Hukuman 3 tahun – Remisi 5 bulan = 2 tahun 7 bulan. 2/3 dari 2 tahun 7 bulan = 1 tahun 8 bulan 20 hari.

107

Pasal 7 huruf g Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

Terhitung sejak 28-08-2005 + 1 tahun 8 bulan 20 hari. Jadi tanggal 2/3 masa pidana Cuhay = 15-05-2007.

Dasar Perhitungan yang baru : (2/3 dari Hukuman) – Remisi yang didapat.

contohnya : Cuhay ditahan sejak tanggal 28-08-2005. Masa pidana atau hukuman 3 tahun. Remisi yang didapat keseluruhan Cuhay 5 bulan. (2/3 dari hukuman 3 tahun = 2 tahun)- Remisi 5 bulan = 1 tahun 7 bulan. Terhitung sejak 28-08-2005 + 1 tahun 7 bulan. Jadi tanggal 2/3 masa pidana Cuhay = 26-03-2007.

Sementara itu, menurut Madong Gorat wewenang dalam pemberian Pembebasan Bersyarat tersebut ada pada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang pelaksanaannya didelegasikan kepada setiap Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Haksasi Manusia Republik Indonesia, dan untuk Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai didelegasikan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia wilayah Sumatera Utara.108 Dan hal tersebut juga sesuai dengan Pasal 10 PerMen No. M.01.PK.04.10 Tahun 2007.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Madong Gorat, ada beberapa tahapan dalam pemberian Pembebasan Bersyarat yang meliputi, antara lain109 :

a. Tim Pengamat Pemasyarakatan (selanjutnya disebut TPP) Lembaga Pemasyarakatan atau TPP Rumah Tahanan Negara, setelah mendengar pendapat anggota TPP dan mempelajari laporan perkembangan pembinaan dari Wali Pemasyarakatan,

108

Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.

109

Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.

mengusulkan pemberian Pembebasan Bersyarat kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara.110

b. Apabila Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara menyetujui usulan dari pihak TPP Lembaga Pemasyarakatan atau TPP Rumah Tahanan Negara, maka usulan tersebut diteruskan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia setempat111 (untuk Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai, maka Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara).

c. Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dapat menolak atau menyetujui usulan pemberian Pembebasan Bersyarat setelah mempertimbangkan hasil sidang TPP Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia setempat.112

d. Apabila Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia menolak tentang Pembebasan Bersyarat, maka dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak diterimanya usulan tersebut, memberitahukan penolakan itu

110

Pasal 11 huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

111

Pasal 11 huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

112

Pasal 11 huruf e Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

beserta dengan alasannya kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara yang bersangkutan.113

e. Apabila Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia menyetujui tentang usulan Pembebasan Bersyarat, maka dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak diterimanya usulan tersebut, meneruskan usulan tersebut kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan.114

f. Apabila Direktur Jenderal Pemasyarakatan menolak tentang usulan Pembebasan Bersyarat tersebut, maka dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggap penetapan memberitahukan penolakan tersebut beserta alasannya kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara setempat.115 g. Apabila Direktur Jenderal Pemasyarakatan menyetujui tentang usulan Pembebasan

Bersyarat, maka Direktur Jenderal Pemasyarakatan menerbitkan Keputusan tentang Pembebasan Bersyarat.116

Keputusan mengenai Pembebasan Bersyarat tersebut ditandatangani langsung oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan atas nama Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

113

Pasal 11 huruf f Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

114

Pasal 11 huruf h Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

115

Pasal 11 huruf i Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

116

Pasal 11 huruf j Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

Republik Indonesia.117 Selanjutnya, sebelum Pembebasan Bersyarat tersebut dilaksanakan oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara, maka ada beberapa hal yang wajib dilakukan antara lain :

a. Memberikan petunjuk agar Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan berprilaku positif di dalam masyarakat dan tidak melanggar persyaratan yang ditetapkan.118

b. Menandatangani surat untuk menjalani Pembebasan Bersyarat berdasarkan Keputusan dari Direktur Jenderal Pemasyarakatan.119

c. Menyerahkan Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan yang menjalani Pembebasan Bersyarat kepada Kejaksaan Negeri setempat.120

d. Menyerahkan Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan yang menjalani Pembebasan Bersyarat kepada BAPAS dan membuat berita acara penyerahan yang disertai laporan perkembangan pembinaan dan catatan penting lainnya.121

Pada tahap selanjutnya menurut Madong Gorat adalah masalah pengawasan. Untuk pengawasan terhadap Narapidana dan Anak Pidana yang sedang menjalani Pembebasan Bersyarat dilakukan oleh pihak Kejaksaan Negeri setempat (dalam hal ini Kejaksaan

117

Pasal 12 huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

118

Pasal 17 huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

119

Pasal 17 huruf b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat

120

Pasal 17 huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

121

Pasal 17 huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat

Negeri Tanjung Balai) dan BAPAS setempat, hal tersebut sesuai dengan yang disebutkan dalam Pasal 18 ayat (1) PerMen No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007.122 Sedangkan untuk pengawasan terhadap Anak Negara yang sedang menjalani Pembebasan Bersyarat, hanya dilakukan oleh BAPAS, hal ini juga sesuai dengan yang disebutkan dalam Pasal 18 ayat (2) PerMen No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007.123

Setelah mengetahui beberapa hal yang dilakukan dalam pelaksanaan Pembebasan Bersyarat, maka ada baiknya untuk melihat Pembebasan Bersyarat yang telah diberikan oleh Lembaga Pemasyarakatan kepada Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan (kecuali Anak Sipil) dalam tabel berikut ini :

122

Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai

123

Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.

Tabel 4 : Jumlah Penerima Pembebasan Bersyarat di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai (tahun 2004 s/d 2008)

No. 1. 2. Tahun 2004 2005 Jumlah 4 Orang 4 Orang 3. 2006 6 Orang 4. 2007 9 Orang 5. 2008 140 Orang

Jenis Tindak Pidana 1. Pencurian : 2 Kasus. 2. Perjudian : 2 Kasus. 1. Psikotropika : 1 Kasus. 2. Pencurian : 2 Kasus. 3. Penadahan : 1 Kasus. 1. Psikotropika : 1 Kasus. 2. Pembunuhan : 1 Kasus. 3. Perampokan : 1 Kasus. 4. Narkotika : 1 Kasus. 5. Pencurian : 2 Kasus. 1. Psikotropika : 4 Kasus. 2. Penggelapan : 1 Kasus. 3. Pencurian : 2 Kasus. 4. Penipuan : 2 Kasus. 1. Psikotropika : 55 Kasus. 2. Perjudian : 15 Kasus. 3. Penggelapan : 15 Kasus 4. Penipuan : 15 Kasus. 5. Narkotika : 25 Kasus. 6. Pencurian : 15 Kasus. Sumber Data : Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai (2004-2008)

Setelah melihat tabel 4 di atas, maka dapat dikatakan bahwa untuk tahun 2004 dan 2005 di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai memberikan Pembebasan Bersyarat dengan jumlah masing-masing 4 (empat) orang pada tahun tersebut atau dengan kategori intensitas yang masih kecil jumlahnya karena menurut Madong Gorat, para Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan (kecuali Anak Sipil) masih dalam tahap penyesuaian memenuhi kriteria yang telah ditentukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.124 Sementara untuk tahun 2006 Pembebasan

Dokumen terkait