BAB I PENDAHULUAN
D. Pemberian Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas
2. Pemberian Cuti Menjelang Bebas
Pembebasan Bersyarat berbeda dengan Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat adalah Cuti Menjelang Bebas tidak bertujuan untuk mengakhiri hukuman, sebab Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan (kecuali Anak Sipil) yang telah selesai menjalani Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat akan kembali lagi ke dalam Lembaga Pemasyarakatan untuk menyelesaikan masa hukumannya, sedangkan Pembebasan Bersyarat bertujuan untuk mengakhiri hukumannya.126
Sama halnya dengan Pembebasan Bersyarat, pengaturan tentang Cuti Menjelang Bebas sebagai hak dari Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan UUP hanya diatur dalam 1 (satu) Pasal dan ayat saja yaitu Pasal 14 ayat (1) huruf l yang menyatakan bahwa, “ Narapidana berhak mendapatkan Cuti Menjelang Bebas”. Dan untuk pengaturan lebih lanjut, maka pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan (selanjutnya disebut PP No. 32 Tahun 1999) yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan (selanjutnya disebut PP No. 28 Tahun 2006).
126
Wawancara dengan Sugianto pada tanggal 08 Januari 2009, Kepala Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
Bagi setiap Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan berhak mendapatkan cuti.127 Ada beberapa cuti yang dapat diberikan kepada Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan yang meliputi, antara lain128 :
a. Cuti Mengunjungi Keluarga. b. Cuti Menjelang Bebas.
Tidak setiap Narapidana dapat diberikan Cuti Mengunjungi Keluarga. Narapidana yang tidak dapat diberikan Cuti Mengunjungi Keluarga adalah Narapidana yang melakukan tindak pidana anatara lain129 :
a. Terorisme.
b. Narkotika dan Psikotropika. c. Korupsi.
d. Kejahatan terhadap keamanan Negara. e. Kejahatan Hak Asasi Manusia yang berat. f. Kejahatan transnasional terorganisasi lainnya.
Sedangkan untuk Cuti Menjelang Bebas, tidak setiap Anak Didik Pemasyarakatan dapat diberikan Cuti Menjelang Bebas. Anak Sipil tidak dapat diberikan hak Cuti Menjelang Bebas sebagaimana diberikan kepada Anak Pidana dan Anak Negara.130 Hal ini menurut berdasarkan hasil wawancara dengan Sugianto dikarenakan Anak Sipil
127
Pasal 41 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
128
Pasal 41 ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
129
Pasal 41 ayat (3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
130
Pasal 41 ayat (4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
tersebut keberadaannya di Lembaga Pemasyarakatan atau Lembaga Pemasyarakatan Anak maupun di Balai Pemasyarakatan bukan untuk menjalani hukuman, melainkan hanya semata-mata menjalani pembinaan anak sebagaimana yang diatur dalam UUP agar Anak Sipil tersebut dapat melakukan perbuatan yang positif di tengah-tengah masyarakat.131
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sugianto, ada beberapa hal yang diatur dalam PP No. 28 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Cuti Menjelang Bebas yang meliputi, antara lain132 :
a. Setiap Narapidana dan Anak Negara dapat diberikan Cuti Menjelang Bebas apabila telah memenuhi persyaratan antara lain :
1) Telah menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga), dengan ketentuan 2/3 (dua per tiga) masa pidana tersebut tidak kurang dari 9 (sembilan) bulan.133
2) Berkelakuan baik selama menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 9 (sembilan) bulan terakhir dihitung sebelum tanggal 2/3 (dua per tiga) masa pidana.134
131
Wawancara pada tanggal 08 Januari 2009, Kepala Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
132
Wawancara dengan Sugianto pada tanggal 08 Januari 2009, Kepala Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
133
Pasal 42A ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
134
Pasal 42A ayat (1) huruf b Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
3) Lamanya Cuti Menjelang Bebas sebesar remisi terakhir, paling lama 6 (enam) bulan.135
b. Bagi Anak Negara yang tidak mendapatkan Pembebasan Bersyarat akan diberikan Cuti Menjelang Bebas, dengan ketentuan sekurang-kurangnya telah mencapai usia 17 (tujuh belas) tahun 6 (enam) bulan dan berkelakuan baik selama menjalani pembinaan.
c. Terhadap Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap Negara dan kejahatan Hak Asasi Manusia yang berat, dan kejahatan transnasional terorganisasi lainnya, diberikan Cuti Menjelang Bebas dilakukan oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia, apabila telah memenuhi syarat antara lain136 :
1) Telah menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga), dengan ketentuan 2/3 (dua per tiga) masa pidana tersebut tidak kurang dari 9 (sembilan) bulan.
2) Berkelakuan baik selama menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 9 (sembilan) bulan terakhir dihitung sebelum tanggal 2/3 (dua per tiga) masa pidana.
3) Lamanya Cuti Menjelang Bebas sebesar remisi terakhir, paling lama 3 (tiga) bulan.
135
Pasal 42A ayat (1) huruf c Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
136
Pasal 42A ayat (3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
4) Telah mendapat pertimbangan dari Direktur Jenderal Pemasyarakatan.
d. Pertimbangan yang diberikan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan tersebut, wajib memperhatikan kepentingan keamanan, ketertiban umum dan rasa keadilan masyarakat.137
e. Pemberian Cuti Menjelang Bebas tersebut ditetapkan oleh Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.138
f. Terhadap Cuti Menjelang Bebas tersebut dapat dicabut apabila Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan (kecuali Anak Sipil) melanggar ketentuan Cuti Menjelang Bebas.139
Selain dari PP No. 28 Tahun 2006 tersebut, maka untuk Pembebasan Bersyarat peraturan pelaksana lainnya diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat (selanjutnya disebut PerMen No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007).
Menurut Madong Gorat pemberian Cuti Menjelang Bebas sama halnya dengan pemberian Pembebasan Bersyarat kepada Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan (kecuali Anak Sipil), apabila yang bersangkutan telah memenuhi syarat substantif dan syarat administratif, hal tersebut sesuai Pasal 5 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata
137
Pasal 42A ayat (4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
138
Pasal 42A ayat (5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
139
Pasal 42A ayat (6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.140
Berdasarkan hasil wawancara dengan Madong Gorat, ada beberapa syarat substantif yang diberikan untuk Cuti Menjelang Bebas kepada Narapidana dan Anak Pidana meliputi antara lain141 :
a. Telah menunjukkan kesadaran dan penyesalan atas kesalahan yang menyebabkan dijatuhi pidana.142
b. Telah menunjukkan perkembangan budi-pekerti dan moral yang positif.143
c. Berhasil mengikuti program kegiatan pembinaan Narapidana dan Anak Pidana yang bersangkutan.144
d. Masyarakat dapat menerima program kegiatan pembinaan Narapidana dan Anak Pidana yang bersangkutan.145
140
Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
141
Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
142
Pasal 6 ayat (1) huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
143
Pasal 6 ayat (1) huruf b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
144
Pasal 6 ayat (1) huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
145
Pasal 6 ayat (1) huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
e. Berkelakuan baik selama menjalani pidana dan tidak pernah mendapat hukuman disiplin untuk Cuti Menjelang Bebas sekurang-kurangnya dalam waktu 9 (sembilan) bulan terakhir dan .146
f. Masa pidana yang telah dijalani untuk Cuti Menjelang Bebas adalah 2/3 (dua per tiga) dari masa pidananya, dan jangka waktu Cuti sama dengan remisi terakhir paling lama 6 (enam) bulan dengan ketentuan apabila selama menjalani cuti melakukan tindak pidana baru, maka selama di luar Lembaga Pemasyarakatan tidak dihitung sebagai masa menjalani pidana.147
Sementara untuk Anak Negara persyaratan substantif dalam pemberian Cuti Menjelang Bebas meliputi, antara lain :
a. Telah menunjukkan kesadaran dan penyesalan atas kesalahan yang menyebabkan dijatuhi pidana.148
b. Telah menunjukkan perkembangan budi-pekerti dan moral yang positif.149 c. Berhasil mengikuti program kegiatan pendidikan dan pelatihan dengan
146
Pasal 6 ayat (1) huruf e Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
147
Pasal 6 ayat (1) huruf f Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
148
Pasal 6 ayat (2) huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
149
Pasal 6 ayat (2) huruf b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
tekun dan bersemangat.150
d. Masyarakat dapat menerima program pembinaan Anak Negara yang bersangkutan.151
e. Berkelakuan baik.152
f. Masa pendidikan yang telah dijalani di Lembaga Pemasyarakatan Anak untuk Cuti Menjelang Bebas sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan.153
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sugianto, persyaratan administratif yang dilakukan dalam pemberian Cuti Menjelang Bebas sama halnya dengan Pembebasan Bersyarat untuk Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan yang melitputi yaitu154 : a. Kutipan Putusan Hakim (ekstrak vonis).155
b. Laporan penelitian yang dibuat pembimbing kemasyarakatan atau laporan perkembangan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan
150
Pasal 6 ayat (2) huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
151
Pasal 6 ayat (2) huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
152
Pasal 6 ayat (2) huruf e Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
153
Pasal 6 ayat (2) huruf f Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
154
Wawancara dengan Sugianto pada tanggal 08 Januari 2009, Kepala Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
155
Pasal 7 huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
(kecuali Anak Sipil) yang bersangkutan.156
c. Surat pemberitahuan ke Kejaksaan Negeri tentang rencana pemberian Pembebasan Bersyarat terhadap Narapidan dan Anak Didik Pemasyarakatan (kecuali Anak Sipil) yang bersangkutan.157
d. Salinan register F (daftar yang memuat tentang pelanggaran tata tertib yang dilakukan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan (kecuali Anak Sipil) selama menjalani masa pidana atau pendidikan) dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara.158
e. Susunan daftar perubahan atau pengurangan masa pidana, seperti grasi, remisi dan lain-lain dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Rumah Tahanan Negara.159 f. Surat pernyataan kesanggupan dari pihak yang akan menerima Narapidana dan Anak
Didik Pemasyarakatan (kecuali Anak Sipil), seperti pihak keluarga, sekolah, instansi pemerintah atau swasta dengan diketahui oleh pemerintah daerah setempat serendah- rendahnya Lurah atau Kepala Desa.160
156
Pasal 7 huruf b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
157
Pasal 7 huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
158
Pasal 7 huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
159
Pasal 7 huruf e Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
160
Pasal 7 huruf f Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
g. Terhadap Narapidana dan Anak Pidana Warga Negara Asing diperlukan syarat tambahan yang meliputi antara lain 161:
1) Surat Jaminan dari Kedutaan Besar/Konsulat Negara orang asing yang bersangkutan bahwa Narapidana dan Anak Pidana Pemasyarakatan tidak melarikan diri atau mentaati syarat-syarat selama menjalani Pembebasan Bersyarat.
2) Surat Keterangan dari Kepala Kantor Imigrasi setempat mengenai status keimigrasian yang bersangkutan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sugianto, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan pemberian Cuti Menjelang Bebas, Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Bersyarat tidak diberikan kepada162 :
a. Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan (kecuali Anak Sipil) yang kemungkinan akan terancam jiwanya.
b. Narapidana yang sedang menjalani pidana penjara seumur hidup.
c. Warga Negara Asing yang dimasukkan dalam daftar pencegahan dan penangkalan (CEKAL) pada Direktorat Jenderal Imigrasi.
Sementara itu, berdasarkan hasil wawancara dengan Madong Gorat wewenang dalam pemberian Cuti Menjelang Bebas tersebut ada pada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang pelaksanaannya didelegasikan kepada setiap
161
Pasal 7 huruf g Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
162
Wawancara dengan Sugianto pada tanggal 08 Januari 2009, Kepala Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Haksasi Manusia Republik Indonesia, dan untuk Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai didelegasikan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia wilayah Sumatera Utara.163 Dan hal tersebut juga sesuai dengan Pasal 10 PerMen No. M.01.PK.04.10 Tahun 2007.
Bedasarkan hasil wawancara dengan Madong Gorat, ada beberapa tahapan dalam pemberian Cuti Menjelang Bebas yang meliputi, antara lain164 :
a. Tim Pengamat Pemasyarakatan (selanjutnya disebut TPP) Lembaga Pemasyarakatan atau TPP Rumah Tahanan Negara, setelah mendengar pendapat anggota TPP dan mempelajari laporan perkembangan pembinaan dari Wali Pemasyarakatan, mengusulkan pemberian Cuti Menjelang Bebas kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara.165
b. Apabila Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara menyetujui usulan dari pihak TPP Lembaga Pemasyarakatan atau TPP Rumah Tahanan Negara, maka usulan tersebut diteruskan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia setempat166 (untuk Lembaga
163
Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
164
Wawancara pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
165
Pasal 11 huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
166
Pasal 11 huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai, maka Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara).
c. Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dapat menolak atau menyetujui usulan pemberian Cuti Menjelang Bebas setelah mempertimbangkan hasil sidang TPP Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia setempat.167
d. Apabila Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia menolak tentang Cuti Menjelang Bebas, maka dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak diterimanya usulan tersebut, memberitahukan penolakan itu beserta dengan alasannya kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara yang bersangkutan.168
e. Apabila Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia menyetujui tentang usulan Cuti Menjelang Bebas, maka Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia menerbitkan Surat Keputusan tentang Cuti Menjelang Bebas.169
Sebagaimana halnya dengan Pembebasan Bersyarat, maka Keputusan mengenai Cuti Menjelang Bebas tersebut ditandatangani langsung oleh Direktur Jenderal
167
Pasal 11 huruf e Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
168
Pasal 11 huruf f Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
169
Pasal 11 huruf g Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
Pemasyarakatan atas nama Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.170 Selanjutnya, sebelum Cuti Menjelang Bebas tersebut dilaksanakan oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Kepala Rumah Tahanan Negara, maka ada beberapa hal yang wajib dilakukan antara lain :
a. Memberikan petunjuk agar Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan berprilaku positif di dalam masyarakat dan tidak melanggar persyaratan yang ditetapkan.171 b. Menandatangani surat untuk menjalani Cuti Menjelang Bebas berdasarkan
Keputusan dari Direktur Jenderal Pemasyarakatan.172
c. Menyerahkan Narapidana atau Anak Didik Pemasyarakatan yang menjalani Cuti Menjelang Bebas kepada BAPAS dan membuat berita acara penyerahan yang disertai laporan perkembangan pembinaan dan catatan penting lainnya.173
Pada tahap selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara dengan Madong Gorat adalah masalah pengawasan. Untuk pengawasan terhadap Narapidana dan Anak Pidana yang sedang menjalani Cuti Menjelang Bebas dilakukan oleh BAPAS setempat, hal
170
Pasal 12 huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
171
Pasal 17 huruf a Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
172
Pasal 17 huruf b Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat
173
Pasal 17 huruf d Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat
tersebut sesuai dengan yang disebutkan dalam Pasal 19 PerMen No. M.01.PK.04-10 Tahun 2007.174
Setelah mengetahui beberapa hal yang dilakukan dalam pelaksanaan Cuti Menjelang Bebas, maka ada baiknya untuk melihat Cuti Menjelang Bebas yang telah diberikan oleh Lembaga Pemasyarakatan kepada Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan dalam tabel berikut ini :
Tabel 5 : Jumlah Penerima Cuti Menjelang Bebas di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai (tahun 2004 s/d 2008)
No. 1. 2. Tahun 2004 2005 3. 2006 4. 2007 5. 2008 Jumlah 4 Orang 5 Orang 7 Orang 10 Orang 6 Orang
Jenis Tindak Pidana 1. Psikotropika : 1 Kasus. 2. Penipuan : 1 Kasus. 3. Perampokan : 2 Kasus. 1. Psikotropika : 2 Kasus. 2. Penipuan : 1 Kasus. 3. Pemerasan : 1 Kasus. 4. Penadahan : 1 Kasus. 1. Psikotropika : 4 Kasus. 2. Penggelapan : 1 Kasus. 3. Pencurian : 2 Kasus. 1. Psikotropika : 4 Kasus. 2. Pembuhan : 1 Kasus. 3. Perampokan : 2 Kasus. 4. Penggelapan : 2 Kasus. 5. Narkotika : 1 Kasus. 1. Psikotropika : 5 Kasus. 2. Penipuan : 1 Kasus. Sumber Data : Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai (2004-2008)
Berdasarkan tabel 6 di atas, menurut Madong Gorat dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 bahwa penerima Cuti Menjelang Bebas masih sangat minim. Hal
174
Wawancara dengan Madong Gorat pada tanggal 07 Januari 2009, Kepala Sub Seksi Register dan Bimbingan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai.
tersebut dikarenakan banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat mengajukan Cuti Menjelang Bebas.175
Sebagaimana yang telah diutarakan di atas, maka dalam pemberian Cuti Menjelang Bebas di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjung Balai Berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1999 jo Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan serta Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.01.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.