• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

4.1.2.3. Memberikan motivasi belajar di rumah

4.1.2.3.5. Pemberian Hadiah Jika mendapat

Orang tua sangat senang jika memiliki anak yang mendapatkan ranking kelas di sekolahnya. Orang tua juga merasakan kebanggaan tersendiri pada saat itu. Untuk memperoleh kebanggaan tersebut tidak jarang orang tua menjanjikan akan memberikan hadiah jika anak mereka mendapatkan ranking di kelas. Pemberian hadiah menjadi salah satu motivasi bagi anak agar lebih giat lagi dalam belajar untuk mendapatkan ranking kelas. Pada tabel ini akan dipaparkan keberadaan orang tua dalam pemberian hadiah jika anak mendapatkan ranking kelas, yaitu sebagai berikut : Tabel 27 Pemberian Hadiah Jika Anak Mendapat Ranking Kelas Di Desa Dan

Di Kota

Pernyataan Responden di Desa Responden di Kota Frekuensi Persen Frekuensi Persen

Ya 70 70 76 76

Ragu-ragu 15 15 16 16

Tidak 15 15 8 8

Tidak tahu - - - -

Total 100 100 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan Oktober 2009

Berdasarkan tabel pemberian hadiah jika anak mendapat ranking kelas yang dipaparkan di atas, frekuensi responden yang menyatakan bahwa selalu memberikan hadiah jika anak mendapat ranking kelas, di wilayah desa sebesar 70% (70 orang), dan di kota 76% (76 orang). Sementara yang menyatakan frekuensi responden yang menyatakan bahwa tidak selalu atau kadang-kadang memberikan hadiah jika anak mendapat ranking kelas, wilayah desa sebesar 15% (15 orang), dan di kota sebesar

16% (16 orang). Kemudian, frekuensi responden yang menyatakan bahwa tidak memberikan hadiah jika anak mendapat ranking kelas sebesar 15% (15 orang), dan di kota sebesar 8% ( orang).

Frekuensi responden yang menyatakan bahwa selalu memberikan hadiah jika anak mendapat ranking kelas lebih besar di desa daripada di kota. Hal tersebut terjadi dikarenakan responden di desa mengalami kesulitan dalam memberikan hadiah pada anaknya dari segi ekonomi. Kadang kala mereka tidak dapat memberikan apa yang menjadikan hadiah sesuai keinginan anak mereka namun tidak jarang juga mereka tidak dapat memenuhi sama sekali janji untuk memberikan hadiah. Namun, beberapa responden baik di desa maupun di kota mengatakan bahwa mereka akan berusaha memberikan hadih walaupun dengan benda-benda sederhana. Para responden yang kurang beruntung dari segi ekonomi menjadi lebih bersemangat dalam mengerjakan pekerjaan untuk dapat memenuhi permintaan atau janji yang sudah disepakati dengan anak mereka.

4.1.2.3.6. Pemberian Hukuman Jika Nilai atau Peringkat Kelas Turun

Pada saat orang tua mengalami kekecewaan pada anaknya, maka anak akan diberikan hukuman sesuai dengan kesalahannya. Pada saat kecewa jika ranking atau peringkat kelas anak turun, rasa kecewa pada orang tua pasti ada, maka dari itu orang tua mau memberikan hukuman pada anak. Pada tabel di bawah dapat terlihat keberadaan orang tua yang memberikan hukuman jika nilai anak atau ranking kelas turun sebagai berikut :

Tabel 28 Pemberian Hukuman Jika Nilai Atau Peringkat Kelas Turun Di Desa Dan Di Kota

Pernyataan Responden di Desa Responden di Kota Frekuensi Persen Frekuensi Persen

Ya 37 37 31 31

Ragu-ragu 16 16 8 8

Tidak 44 44 57 57

Tidak tahu 3 3 4 4

Total 100 100 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan Oktober 2009

Berdasarkan tabel rencana pemberian hukuman jika nilai atau peringkat kelas turun yang dipaparkan di atas, frekuensi responden di desa yang menyatakan bahwa selalu memberi hukuman jika nilai atau peringkat kelas turun, di wilayah desa sebesar 37% (37 orang), dan di kota sebesar 31% (31 orang). Sementara itu, frekuensi responden di desa yang menyatakan bahwa tidak selalu atau jarang memberi hukuman jika nilai atau peringkat kelas turun, di wilyah desa sebesar 16% (16 orang), dan di kota sebesar 8% (8 orang). Selain itu, frekuensi responden yang menyatakan frekuensi responden di desa yang menyatakan bahwa tidak ada memberi hukuman jika nilai atau peringkat kelas turun, di wilayah desa sebesar 44% (44 orang), dan di kota sebesar 57% (57 orang). Kemudian, frekuensi responden yang menyatakan frekuensi responden di desa yang menyatakan bahwa tidak peduli akan memberi hukuman atau tidak jika nilai atau peringkat kelas turun, di wilayah desa sebesar 3% (3 orang), dan di kota sebesar 4% (4 orang).

Orang tua tidak memiliki dendam dengan memberikan hukuman pada anaknya, tetapi menjadi sebuah teguran agar tidak melakukan kesalahan itu kembali. Pada dasarnya, pemberian hukuman yang sewajarnya memiliki nilai positif agar terjadi perubahan ke arah yang lebih baik pada anak, namun akan menjadi nilai

negatif jika pemberian sudah melewati batas kewajaran misalnya memberikan hukuman fisik sudah menjadi tidak baik bagi perkembangan jiwa anak. Baik responden di desa maupun di kota tidak banyak yang menyatakan ya pada saat memberikan hukuman jika nilai atau ranking kelas anak turun dengan alasan mereka tidak terlalu memaksakan anak untuk mendapat ranking atau nilai yang selalu naik. Selain itu hukuman tidak menjadi salah satu cara yang baik untuk memberi motivasi anak dalam belajar.

4.1.2.3.7. Pemberian Waktu Hiburan Anak Setiap Hari

Anak suka sekali dengan hiburan baik itu bermain, menoton televisi dan lain-lain. Karena dalam masa yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar, anak masih berada dalam masa bermain. Orang tua menempatkan waktu hiburan menjadi salah satu kegiatan anak selain kegiatan belajar. Untuk melihat keberadaan pemberian waktu hiburan anak setiap hari, maka akan dipaparkan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 29 Pemberian Waktu Hiburan Anak Setiap Hari Di Desa Dan Di Kota

Pernyataan Responden di Desa Responden di Kota Frekuensi Persen Frekuensi Persen

Ya 90 90 80 80

Ragu-ragu 6 6 6 6

Tidak 2 2 11 11

Tidak tahu 2 2 3 3

Total 100 100 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan Oktober 2009

Berdasarkan tabel rencana pemberian waktu hiburan anak setiap hari dipaparkan di atas, frekuensi responden yang menyatakan selalu memberikan waktu hiburan anak setiap hari, di wilayah sebesar 90% (90 orang), dan di kota sebesar 80%

(80 orang). Sementara itu frekuensi responden yang menyatakan tidak setiap hari memberikan waktu hiburan anak, di wilayah sebesar 6% (6 orang), dan di kota sebesar 6% (6 orang). Selain itu, frekuensi responden yang menyatakan tidak memberikan waktu hiburan anak, di wilayah desa sebesar 2% (2 orang), dan di kota 11% (11 orang). Kemudian, frekuensi responden yang menyatakan tidak peduli terhadap pemberian waktu hiburan pada anak, di wilayah desa sebesar 2% (2 orang), dan di kota sebesar 3% (3 orang). Pada responden di desa maupun di kota pemberian waktu hiburan menjadi bagian yang tidak terlepaskan setiap hari. Karena kebutuhan hiburan masih menjadi salah satu hal yang ajar di usia mereka saat ini.

4.1.2.3.8. Penyediaan Meja dan Kursi Untuk Belajar Anak di Rumah

Meja dan kursi untuk belajar sebagai salah satu media belajar di rumah. Pada saat anak belajar, mereka memerlukan kenyamanan agar kegiatan belajar menjadi menarik. Meja dan kursi untuk belajar diperlukan agar pada saat anak belajar tidak mengalami sakit dengan posisi belajar yang baik. Jika anak belajar sambil tiduran dapat menyebabkan anak tidak nyaman karena mereka dapat mengalami sakit pada bagian dada dan pundak. Untuk mengetahui keberadaan penyediaan meja dan kursi untuk belajar pada anak di rumah, dapat dilihat dlam tabel berikut ini:

Tabel 30 Penyediaan Meja Dan Kursi untuk Belajar Anak Di Rumah Di Desa dan Di Kota

Pernyataan Responden di Desa Responden di Kota Frekuensi Persen Frekuensi Persen

Ya 83 83 80 80

Tidak 16 16 11 11

Tidak tahu 1 1 3 3

Total 100 100 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan Oktober 2009

Berdasarkan tabel yang dipaparkan di atas, frekuensi responden yang menyatakan penyediaan meja dan kursi untuk belajar anak secara khusus, di wilayah desa sebesar 83% (83 orang), dan di kota sebesar 83% (83 orang). Sementara itu, frekuensi responden yang menyatakan tidak menyediakan meja dan kursi secara khusus untuk belajar anak (anak belajar di tempat yang disukainya), hanya di wilayah kota sebesar 6% (6 orang). Sementara itu, frekuensi responden yang menyatakan tidak menyediakan meja dan kursi untuk belajar anak, di wilayah desa sebesar 16% (16 orang), dan di kota sebesar 11% (11 orang). Kemudian itu, frekuensi responden yang menyatakan tidak peduli dengan menyediakan meja dan kursi untuk belajar anak, di wilayah desa sebesar 1% (1 orang), dan di kota sebesar 3% (3 orang). Pada responden yang menyatakan tidak, mereka beranggapan bahwa anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar belum pantas memiliki meja dan kursi untuk belajar, sehingga anak-anak mereka hanya belajar di meja dan kursi yang bukan untuk tempat belajar, misalnya meja dan kursi tamu.

4.1.2.3.9. Penyediaan Makanan Empat Sehat Setiap Hari

Makanan merupakan sumber energi untuk semua organ tubuh manusia. Makanan yang sehat berpengaruh pada pertumbuhan setiap orang termasuk pada anak

Sekolah Dasar. Selain untuk pertumbuhan pada organ tubuh, makanan juga mempengaruhi fungsi otak sebagai dalam berpikir. Anak yang masih di dalam masa pertumbuhan tidak hanya sekedar membutuhkan makanan tetapi makanan empat yang sehat yang terdiri atas nasi, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan. Untuk melihat keberadaan penyediaan makanan empat sehat setiap hari yang diberikan pada anak melalui tabel berikut ini :

Tabel 31 Penyediaan Makanan Empat Sehat Setiap Hari Di Desa Dan Di Kota Pernyataan Responden di Desa Responden di Kota

Frekuensi Persen Frekuensi Persen

Ya 56 56 70 70

Ragu-ragu 21 21 22 22

Tidak 23 23 7 7

Tidak tahu - - 1 1

Total 100 100 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan Oktober 2009

Berdasarkan tabel yang dipaparkan di atas, frekuensi responden yang menyatakan selalu menyediakan makanan empat sehat setiap hari, di wilayah desa sebesar 56% (56 orang), dan di kota sebesar 70% (70 orang). Sementara itu, frekuensi responden yang menyatakan selalu menyediakan makanan empat sehat tidak setiap hari, di wilayah desa sebesar 21% (21 orang), dan di kota sebesar 22% (22 orang). Kemudian, frekuensi responden yang menyatakan tidak tahu menyediakan makanan empat sehat setiap hari sebesar 1% (1 orang). Sementara itu frekuensi responden yang menyatakan tidak menyediakan makanan empat sehat setiap hari, di wilayah desa sebesar 23% (23 orang), dan di kota sebesar 7% (7 orang). Kemudian, frekuensi responden yang menyatakan tidak peduli penyediaan makanan empat sehat setiap hari dan yang menyatakan tidak tahu sebesar 1% (1 orang). Responden di desa merasakan

kesulitan dalam pemenuhan makanan empat sehat sehari-hari yaitu buah-buahan yang kadang kali dapat dipenuhi sekali dalam seminggu atau bahkan tidak ada sama sekali dalam seminggu. Mereka cenderung memberikan makanan yang seadanya dikarenakan kemampuan ekonomi yang terbatas. Berbeda dengan sebagian responden di kota, walaupun tidak setiap hari tetapi mereka tetap mengusahakan meyediakan buah-buahan ada dalam seminggu.

4.1.2.3.10. Penyediaan Minuman Lima Sempurna Setiap Hari

Selain daripada pemenuhan makanan empat sehat, terdapat bagian kelima yang berfungsi menyempurnakannya makanan yang sudah sehat, yaitu susu. Susu merupakan minuman berenergi yang sangat baik untuk tubuh terutama pada anak yang duduk di bangku Sekolah Dasar yang dalam usia di masa pertumbuhan. Komponen dalam susu sangat berguna dalam menyempurnakan makan empat yang sudah dikonsumsi. Keberadaan penyediaan minuman lima sempurna setiap hari dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 32 Penyediaan Minuman Lima Sempurna Setiap Hari di Desa dan Kota Pernyataan Responden di Desa Responden di Kota

Frekuensi Persen Frekuensi Persen

Ya 35 35 60 60

Ragu-ragu 13 13 16 16

Tidak 52 52 23 23

Tidak tahu - - 1 1

Total 100 100 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan Oktober 2009

Berdasarkan tabel yang dipaparkan di atas, frekuensi responden yang menyatakan selalu menyediakan minuman lima sempurna setiap hari, di wilayah desa

sebesar 35% (35 orang), dan di kota sebesar 60% (60 orang). Sementara itu, frekuensi responden yang menyatakan bahwa tidak selalu atau jarang menyediakan minuman lima sempurna setiap hari, di wilayah desa sebesar 13% (13 orang), dan di kota sebesar 16% (16 orang). Selain itu, frekuensi responden yang menyatakan bahwa tidak ada menyediakan minuman lima sempurna, di wilayah desa sebesar 52% (52 orang), dan di kota sebesar 23% (23 orang). Kemudian, frekuensi responden yang menyatakan bahwa tidak peduli dalam menyediakan minuman lima sempurna hanya terdapat di wilayah kota sebesar 1% (1 orang).

Responden di desa tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli susu sehingga anak-anak menjadi terbiasa tidak minum susu lagi, padahal mereka masih membutuhkan susu karena masih di masa pertumbuhan. Selain itu, baik responden di desa maupun di kota sebagian besar mengatakan bahwa anak mereka ada yang tidak begitu suka lagi meminum sehingga jarang diminum, namun ada juga yang sama sekali tidak lagi menyukai susu walaupun sudah disediakan.

4.1.2.3.11 Penyediaan Minuman Air Bersih

Air merupakan komponen terpenting yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Air yang bersih untuk dikonsumsi oleh tubuh. Keberadaan penyediaan minuman air bersih dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 33 Penyediaan Minuman Air Bersih Di Desa Dan Di Kota

Pernyataan Responden di Desa Responden di Kota Frekuensi Persen Frekuensi Persen

Ya 98 98 99 99

Tidak - - - -

Tidak tahu - - 1 1

Total 100 100 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan Oktober 2009

Berdasarkan tabel yang dipaparkan di atas, frekuensi responden yang menyatakan bahwa sudah menyediakan air bersih, di wilayah desa sebesar 98% (98 orang), dan di kota sebesar 99% (99 orang). Kemudian, frekuensi responden yang menyatakan bahwa belum sepenuhnya dapat menyediakan air bersih (sumber air masih menggunakan sumber air hujan), dimana keadaan ini hanya terdapat di wilayah desa sebesar 2% (2 orang). Selain itu, frekuensi responden yang menyatakan bahwa tidak peduli dengan penyediaaan air bersih ada juga di wilayah kota sebesar 1% (1 orang). Penyediaan minuman air bersih menjadi salah satu hal pokok yang diutamakan dalam memenuhi kebutuhan hidup akan air. Responden yang mengatakan ragu-ragu dan tidak memberi alasan bahwa sumber mata air mereka masih menggunakan air tanah.

4.1.2.3.12 Penyediaan Seragam Sekolah yang Lengkap

Seragam sekolah merupakan salah satu kebutuhan yang wajib disediakan sebagi pakaian yang akan dikenakan di sekolah. Seragam sekolah yang lengkap meruapak pakaian yang baik sesuai ketentuan yang berlaku di setiap sekolah:

Tabel 34 Penyediaan Seragam Sekolah Yang Lengkap Di Desa Dan Di Kota Pernyataan Responden di Desa Responden di Kota

Frekuensi Persen Frekuensi Persen

Ya 100 100 100 100

Tidak - - - -

Tidak tahu - - - -

Total 100 100 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan Oktober 2009

Berdasarkan tabel penyediaan seragam sekolah yang lengkap yang dipaparkan di atas, responden di desa dan di kota yang menyatakan sudah melengkapi kebutuhan akan pakaian seragam. Dalam memenuhi kebutuhan akan seragam sekolah yang lengkap memenuhi harus diperhatikan. Jika tidak disediakan kelengkapannya maka anak mendapat hukuman dari pengajar di sekolah. Bagi responden yang tinggal di desa yang tidak memiliki dana yang cukup memiliki alternatif lain untuk mendapatkan harga yang murah, salah satunya dengan membeli pakaian bekas di pekan. Pakaian tersebut alaupun sudah pernah dipakai tetapi masih dapat dipakai dan harganya terjangkau.

4.1.2.3.13 Penyediaan Alat Tulis

Alat tulis merupakan salah satu perlengkapan yang dipergunakan setiap siswa dalam melakukan proses belajar dan mengajar dengan baik. Alat tulis terdiri atas buku tulis, buku gambar, pulpen, pensil, penggaris, dan lain sebagainya. Jika anak memiliki alat tulis yang lengkap maka ia tidak akan mengalami kesulitan dalam megikuti proses belajar. Untuk melihat keberadaan penyediaan alat tulis, dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 35 Penyediaan Alat Tulis di Desa dan di Kota

Pernyataan Responden di Desa Responden di Kota Frekuensi Persen Frekuensi Persen

Ya 98 98 98 98

Ragu-ragu - - - -

Tidak - - - -

Tidak tahu 2 2 2 2

Total 100 100 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan Oktober 2009

Berdasarkan tabel yang dipaparkan di atas, frekuensi responden yang menyatakan bahwa sudah melengkapi penyediaan alat tulis anak untuk belajar, wilayah desa sebesar 98% (98 orang), dan di kota sebesar 98% (98 orang). Kemudian, frekuensi responden yang menyatakan bahwa tidak peduli dengan penyediaan alat tulis anak untuk belajar, wilayah desa sebesar 2% (2 orang), dan di kota sebesar 2% (2 orang). Menurut responden di desa, alat tulis anak lengkap namun, harganya murah. Akan tetapi, dikarenakan harga yang murah tersebut, alat tulis menjadi cepat rusak. Dalam hal penyediaan alat tulis responden di kota mengatakan sudah memberikan alat tulis kepada anak, akan tetapi anak yang tidak menyimpan dengan baik. Karena anak masih belum dapat menjaga barang yang diberikan dengan baik sehingga tak jarang responden menjadi kecewa karena terus menerus membeli peralatan yang hilang.

Dokumen terkait