• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

4.1.2.2.1. Pentingnya Kursus Atau Les Di Luar

4.1.2.2. Pengawasan Belajar di Rumah

4.1.2.2.1. Pentingnya Kursus Atau Les Di Luar Sekolah

Pada saat ini, kebutuhan akan ilmu pendidikan sangat besar. Selain itu, tantangan dan persaingan akan memperoleh pendidikan yang lebih baik membutuhkan kerajian dalam belajar yang juga meningkat. Pendidikan formal akan mendapat hasil yang lebih maksimal jika diikuti pendidikan tambahan seperti pendidikan nonformal yaitu kursus atau les atau bembingan belajar dan sejenisnya. Penting atau tidaknya pendidikan nonformal tersebut bagi anak sebagai berikut:

Tabel 15 Pentingnya Kursus / Les Di Luar Sekolah Di Desa Dan Di Kota Pernyataan Responden di Desa Responden di Kota

Frekuensi Persen Frekuensi Persen

Ya 91 91 93 93

Ragu-ragu 1 1 - -

Tidak 8 8 7 7

Tidak tahu - - - -

Total 100 100 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan Oktober 2009

Dari tabel tersebut di atas, responden yang menyatakan kursus atau les merupakan hal yang penting, di wilayah desa sebesar 91% (91 orang), dan di kota sebesar 93% (93 orang). Sementara itu frekuensi responden yang menyatakan bahwa kursus atau les tidak begitu penting, di wilayah desa sebesar 1% (1orang). Sementara responden yang menyatakan tidak penting kursus/les, di wilayah desa sebesar 8% (8 orang), dan di kota sebesar 7% (7 orang). Di kedua wilayah memang mengalami jumlah frekuensi yangbeda sedikit jumlahnya, namun sebagian besar responden mengatakan kursus atau les itu penting karena menurut mereka kursus atau les membantu anak dalam melengkapi kebutuhan ilmu pengetahuan selain dari ilmu pengetahuan yang diperoleh dari sekolah formal.

4.1.2.2.2. Pemberian Izin Untuk Kursus Atau Les Di Luar Sekolah

Kursus atau les dipandang baik dan penting untuk diikuti menurut oleh sebagian besar responden dalam pertanyaan di atas. Akan tetapi, pemberian izin atau mengikuti les atau kursus atau bimbingan di luar sekolah anak-anak dari responden tersebut, seperti yang dipaparkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 16 Pemberian Izin Kursus/Les Di Luar Sekolah Di Desa Dan Kota Pernyataan Responden di Desa Responden di Kota

Frekuensi Persen Frekuensi Persen

Ya 50 50 69 69

Ragu-ragu 3 3 8 8

Tidak 47 47 21 21

Tidak tahu - - 2 2

Total 100 100 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan Oktober 2009

Dari tabel tersebut di atas, frekuensi responden yang menyatakan bahwa memberikan izin kursus/les di luar sekolah, di wilayah desa sebesar 50% (50 orang), dan di kota sebesar 69% (69 orang). Sementara frekuensi responden yang menyatakan ragu-ragu dalam memberikan izin kursus/les di luar sekolah, di wilayah desa sebesar 3% (3 orang), dan di kota sebesar 8% (8orang). Sementara frekuensi responden yang menyatakan tidak memberikan izin kursus/les di luar sekolah, di wilayah desa sebesar 47% (47 orang), dan di kota sebesar 2% (2 orang). Kemudian yang tidak tahu atau tidak peduli dengan pemberian izin kursus/les di luar sekolah ahanya di wilayah kota yaitu sebesar 2% (2 orang). Bagi responden yang di desa, pemberian izin untuk mengikuti kursus atau les di luar sekolah, namun anak-anak tidak semua yang benar-benar mengikuti kegiatan tersebut dengan semestinya. Mereka hanya memiliki semangat di awal kegiatan, tak berapa lama kemudian untuk pertemuan selanjutnya mereka malas untuk mengikutinya. Secara tidak sengaja responden di kota memberi ijin untuk mengikuti kursus atau les di luar sekolah mencapai 50% . Mereka merasa anak membutuhkan pendidikan luar sekolah untuk melengkapi apa yang di dapat oleh siswa.

4.1.2.2.3. Pemberian Kegiatan Keagamaan di Luar Sekolah

Agama menjadi hak yang paling hakiki bagi setiap individu. Kegiatan keagamaan diberikan orang tua sejak dini baik di keluarga, sekolah, dan di luar sekolah. Dalam melihat pemberian kegiatan keagamaan di luar sekolah pada anak akan dipaparkan dalam tabel berikut:

Tabel 17 Kegiatan Keagamaan Di Luar Sekolah Di Desa Dan Di Kota Pernyataan Responden di Desa Responden di Kota

Frekuensi Persen Frekuensi Persen

Ya 41 41 51 51

Ragu-ragu 1 1 9 9

Tidak 55 55 36 36

Tidak tahu 3 3 4 4

Total 100 100 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan Oktober 2009

Dari tabel tersebut di atas, responden yang menyatakan bahwa frekuensi responden menyetujui anak melakukan kegiatan keagamaan di luar sekolah, di wilayah desa sebesar 41% (41 orang), dan di kota sebesar 51% (51 orang). Sementara itu, frekuensi responden yang menyatakan ragu-ragu saat menyetujui anak melakukan kegiatan keagamaan di luar sekolah, dimana orang tua melihat mau atau tidaknya anak melakukan kegiatan tersebut dan tidak memaksakan, di wilayah desa sebesar 1% (1 orang), dan di kota 9% (9orang). Sementara itu, frekuensi responden yang yang menyatakan bahwa sama sekali tidak setuju jika anak melakukan kegiatan keagamaan di luar sekolah, di wilayah desa sebesar 55% (55 orang), dan di kota. Kemudian, frekuensi responden yang menyatakan tidak peduli sama sekali dengan kegiatan keagamaan di luar sekolah yang dilakukan anak, di wilayah desa sebesar 3% (3 orang), dan di kota sebesar 4% (4 orang). Frekuensi responden di desa yang

menyatakan bahwa mereka menyetujui jika anak melakukan kegiatan keagamaan di luar sekolah lebih sedikit daripada di kota, karena responden di desa beranggapan bahwa anak belum saatnya di bebani kegiatan keagamaan di luar sekolah. Selain itu, responden di desa juga beranggapan bahwa anak mereka sudah cukup mendapat pelajaran keagamaan di sekolah saja. Sedangkan, responden di kota menganggap bahwa anak sebaiknya melakukan kegiatan keagamaan tidak hanya di rumah maupun di sekolah, tetapi akan menjadi lebih baik jika di berikan juga di luar sekolah. bagi mereka, kegiatan bertujuan untuk menanamkan kebiasaan untuk memperdalam iman dan keyakinan anak terhap Tuhan Yang Maha Esa melalui kegiatan keagamaan yang sesuai dengan agama dan kepercayaan yang di anut. Hal tersebut dilakukan agar anak terbiasa dari sejak kecil untuk melakukan setiap ajaran dan menjauhi larangan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak menjadi nakal

4.1.2.2.4. Minat, Bakat, dan, Prestasi di Bidang Tertentu

Setiap orang memiliki minat dan bakat tertentu dalam bidang masing-masing. Hal itu merupakan salah satu anugerah bagi seseorang. Setiap anak dapat diperhatikan ada atau tidaknya memiliki bibit-bibit dalam minat dan bakat tertentu. Apalagi jika minat dan bakat tertentu pernah membuahkan prestasi sebagai awal memperoleh keahlian dan keterampilan di masa yang akan datang. Dalam tabel berikut menunjukkan perhatian orang tua dalam melihat minat, bakat dan prestasi anak di bidang tertentu sebagai berikut :

Tabel 18 Minat, Bakat Dan Prestasi Pada Bidang Tertentu Di Desa Dan Di Kota Pernyataan Responden di Desa Responden di Kota

Frekuensi Persen Frekuensi Persen

Ya 73 73 58 58

Ragu-ragu 3 3 13 13

Tidak 20 20 22 22

Tidak tahu - - 7 7

Total 100 100 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan Oktober 2009

Dari tabel tersebut di atas, responden yang menyatakan selalu mengetahui perkembangan minat, bakat, dan prestasi anak pada bidang tertentu, di wilayah desa sebesar 73% (73 orang), dan di kota sebesar 58% (58 orang). Sementara itu, responden yang menyatakan ragu-ragu atau jarang mengetahui perkembangan minat, bakat, dan prestasi anak pada bidang tertentu, di wilayah desa sebesar 7% (7 orang), dan di kota sebesar 13% (13 orang). Kemudian, responden yang menyatakan tidak tahu perkembangan minat, bakat, dan prestasi pada bidang tertentu, di wilayah desa sebesar 20% (20 orang), dan di kota sebesar 22% (22 orang). Namun, responden di kota ada yang menyatakan sama sekali tidak peduli dengan perkembangan minat, bakat, dan prestasi anak pada bidang tertentu sebesar 7% (7 orang). Responden baik di desa maupun di kota yang menyatakan tidak karena mereka mengatakan belum tahu bagaimana bakat sampai saat ini karena mereka masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Beberapa dari responden di desa yang menyatakan selalu mengetahui perkembangan minat, bakat, dan prestasi anak pada bidang tertentu mengatakan bahwa anak mereka memiliki minat dan bakat dalam berhitung, seni, bahasa asing, dan olah raga. Diantara anak-anak tersebut memiliki prestasi di sekolah dan di lingkungan tempat mereka tinggal. Namun, anak-anak tersebut tidak dapat mengasah

kepandaian karena alasan dari orang tua seperti kurang mampu dari segi biaya dan beberapa di antara orang tua tidak menyukai dan menyetujui bakat dari anak tersebut dikembangkan.

4.1.2.2.5. Mengetahui Perkembangan Nilai Pelajaran Selama Ini

Nilai-nilai pelajaran menunjukkan sejauh mana kemampuan anak dalam menguasai materi pelajaran yang sudah diberikan oleh guru. Unuuk melihat sejauh mana orang tua mengetahui nilai-nilai pelajaran sampai pada saat penelitian dilakukan dapat terlihat sebagai berikut :

Tabel 19 Mengetahui Perkembangan Nilai Pelajaran Selama Ini Di Desa Dan Di Kota

Pernyataan Responden di Desa Responden di Kota Frekuensi Persen Frekuensi Persen

Ya 66 66 75 75

Ragu-ragu 27 27 13 13

Tidak 4 4 10 10

Tidak tahu 3 3 2 2

Total 100 100 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan Oktober 2009

Dari tabel tersebut di atas, responden yang menyatakan bahwa mereka selalu mengetahui perkembangan nilai pelajaran selama ini, di wilayah desa sebesar 68% (68 orang), dan di kota 75% (75 orang). Sementara itu, responden yang menyatakan tidak selalu atau jarang mengetahui perkembangan nilai pelajaran selama ini di wilayah desa sebesar 27% (27 orang), dan di kota sebesar 13% (13orang). Kemudian, responden yang menyatakan tidak mengetahui perkembangan nilai pelajaran selama ini sebesar 3% (3 orang). Responden di kota lebih banyak menyatakan bahwa mereka mengetahui perkembangan nilai pelajaran selama ini daripada di desa karena

sebagian besar diantara mereka rajin atau mau meluangkan waktu untuk berkunjung ke sekolah anak. Sedangkan responden di desa mengatakan bahwa mereka kurang teliti untuk mengetahui perkembangan nilai pelajaran. Responden tersebut ingin mengetahui secara langsung dari beberapa guru wali maupun guru bidang studi tentang perkembangan nilai anak. Mengetahui perkembangan nilai anak sangat penting, selain sebagai informasi dalam hal prestasi anak di sekolah, terdapat nilai lain, dimana menurut beberapa responden setelah mereka mengetahui perkembangan nilai anak maka sebagai orang tua akan membantu memeperbaiki nilai-nilai yang kurang bahkan tidak memuaskan selama anak belajar.

4.1.2.2.6. Kegiatan Bermain Anak di Rumah

Masa bermain merupakan masa yang paling menyenangkan apalagi bagi anak-anak SD yang memang masih dalam menikmati masa tersebut. Untuk melihat jawaban responden mengenai kegiatan bermain anak di rumah setiap hari, dipaparkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 20 Kegiatan Bermain Di Rumah Di Desa Dan Di Kota

Pernyataan Responden di Desa Responden di Kota Frekuensi Persen Frekuensi Persen

Ya 36 36 58 58

Ragu-ragu 12 12 7 7

Tidak 49 49 33 33

Tidak tahu 3 3 2 2

Total 100 100 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan Oktober 2009

Dari tabel tersebut di atas, responden yang menyatakan bahwa anak mereka bermain setelah pulang sekolah setiap hari, di wilayah desa sebesar 36% (36 orang),

dan di kota sebesar 58% (58 orang). Sementara yang menyatakan bahwa anak mereka kadang-kadang bermain setelah pulang sekolah, di wilayah desa sebesar 12% (12 orang), dan di kota 7% (7orang). Sementara itu, responden yang menyatakan bahwa anak mereka tidak bermain setelah pulang sekolah setiap hari, di wilayah desa sebesar 49% (49 orang), dan di kota sebesar 2% (2 orang). Kemudian, hanya responden di kota yang menyatakan tidak tahu dengan kegiatan anak setelah pulang sekolah, di wilayah kota sebesar 2% (2 orang). Frekuensi responden yang menyatakan bahwa anak mereka bermain setelah pulang sekolah setiap hari lebih besar di kota daripada di desa. Responden di desa mengatakan anak-anak tersebut lebih banyak membantu orang tua di ladang daripada di kota yang sibuklah dengan kursus atau les yang lebih dari satu mata pelajaran.

4.1.2.2.7. Kegiatan Belajar Anak di Rumah

Waktu belajar anak sangat besar di rumah setiap hari. Belajar merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan sebagai pelajar. Untuk melihat keberadaan belajar anak setiap hari, dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 21 Data Kegiatan Belajar Di Rumah Di Desa Dan Di Kota

Pernyataan Responden di Desa Responden di Kota Frekuensi Persen Frekuensi Persen

Ya 40 40 45 45

Ragu-ragu 17 17 27 27

Tidak 40 40 28 28

Tidak tahu 3 3 - -

Total 100 100 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan Oktober 2009

Dari tabel tersebut di atas, responden yang menyatakan bahwa anak mereka belajar setelah pulang sekolah setiap hari, di wilayah desa sebesar 40% (4o orang),

dan di kota sebesar 45% (45 orang). Sementara yang menyatakan bahwa anak mereka kadang-kadang belajar setelah pulang sekolah, di wilayah desa sebesar 17% (17 orang), dan di kota 27% (27orang). Sementara itu, responden yang menyatakan bahwa anak mereka tidak belajar setelah pulang sekolah setiap hari, di wilayah desa sebesar 40% (40 orang), dan di kota sebesar 28% (28 orang). Kemudian, hanya responden di desa yang menyatakan tidak tahu dengan kegiatan anak setelah pulang sekolah, di wilayah kota sebesar 2% (2 orang).

Dari beberapa responden baik di desa maupun di kota mengatakan bahwa anak mereka cenderung jarang belajar setelah pulang sekolah dengan alasan sudah capek belajar di sekolah. Masa bermain merupakan masa yang masih ingin terus mengisi hari-hari mereka daripada belajar, orang tua memaklumi hal tersebut karena waktu bermain memang cocok dalam usia mereka sekarang. Para responden mengatakan bahwa anak-anak mereka sebagian besar akan belajar jika memiliki pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru.

Dokumen terkait