• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

4.1.2.1.1 Pemberian Peraturan dalam Menentukan

Peraturan merupakan hal yang terpenting untuk dapat menciptakan keteraturan. Peraturan dapat dibuat kapan saja, dimana saja dan bagi siapa saja. Peraturan dapat digunakan dalam berbagai kegiatan individu, termasuk peraturan dalam menentukan waktu belajar anak yang agar melihat adakah aturan yang diberlakukan untuk belajar di rumah seperti dipaparkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 9 Pemberian Peraturan Dalam Menentukan Waktu Belajar Anak Di Desa dan Di Kota

Pernyataan Responden di Desa Responden di Kota Frekuensi Persen Frekuensi Persen

Ya 89 89 81 81

Ragu-ragu 3 3 6 6

Tidak 8 8 13 13

Tidak tahu - - - -

Total 100 100 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan Oktober 2009

Berdasarkan tabel di atas, responden yang menyatakan bahwa memberi peraturan untuk belajar yang wajib dilaksanakan setiap hari di wilayah desa sebesar 89% (89 orang), dan di kota sebesar 81% (81 orang). Sementara itu, responden yang menyatakan bahwa orang tua tidak memberi peraturan pada anak untuk belajar di wilayah desa sebesar 8% (8 orang), dan di kota sebesar 13% (13 orang). Kemudian, responden yang menyatakan bahwa orang tua memberi peraturan untuk belajar tetapi tidak wajib dilakukan setiap hari di wilayah desa sebesar 3% (3 orang), dan di kota sebesar 6% (6 orang). Maka, data yang tersebut di atas menunjukkan bahwa dalam hal pemberian peraturan pada anak untuk belajar, di wilayah desa mengalami frekuensi yang lebih tinggi daripada di kota. Hal tersebut dapat terjadi karena menurut orang tua di pedesaan, jika anak tidak diberikan peraturan dalam menentukan waktu belajar, maka mereka akan terus bermain dari pulang sekolah sampai dengan malam. Selain itu, di malam hari anak akan beralasan mengantuk sehingga mengakibatkan anak menjadi terlena untuk tidak belajar. Sedangkan bagi orang tua di perkotaan, anak lebih cenderung diberi sedikit kebebasan untuk menetapkan sendiri waktu belajar di rumah. Mereka lebih sibuk dengan kegiatan

kursus atau les mata pelajaran di sekolah dan kegiatan lainnya sehingga waktu belajar menjadi lebih sedikit.

4.1.2.1.2 Keberadaan Menanyakan Pekerjaan Rumah Setiap Hari

Menanyakan pekerjaan rumah bagi orang tua sebaiknya wajiblah dilakukan setiap hari. Mengingat anak yang masih duduk di bangku SD masih dalam masa bermain maka dari itu perlu dipertanyakan ada atau tugas mereka agar mereka tetap juga mengingat tugas yang diberikan oleh guru harus mereka kerjakan di rumah. Keberadaan mengenai adakah setiap hari orang tua menanyakan pekerjaan rumah anak dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 10 Menanyakan Pekerjaan Rumah Setiap Hari Di Desa dan Di Kota Pernyataan Responden di Desa Responden di Kota

Frekuensi Persen Frekuensi Persen

Ya 72 72 88 88

Ragu-ragu 25 25 7 7

Tidak 3 3 5 5

Tidak tahu - - - -

Total 100 100 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan Oktober 2009

Dalam hal menanyakan ada atau tidaknya pekerjaan rumah setiap hari, berdasarkan tabel di atas responden yang menyatakan secara rutin menanyakan ada atau tidaknya pekerjaan rumah setiap hari di wilayah desa sebesar 88% (88 orang), dan di kota sebesar 72% (72 orang). Sementara yang menyatakan jarang atau kadang-kadang menanyakan ada atau tidaknya pekerjaan rumah setiap hari di wilayah desa sebesar 7% (7 orang), dan di kota sebesar 25% (25 orang). Kemudian, responden yang menyatakan tidak ada sama sekali menanyakan ada atau tidaknya pekerjaan

rumah setiap hari, di wilayah desa sebesar 5% (5 orang), dan di kota 3% (3 orang). Dari data yang telah diuraikan tersebut menunjukkan bahwa frekuensi pernyataan responden di desa lebih tinggi yang menyatakan secara rutin menanyakan ada atau tidaknya pekerjaan rumah setiap hari, daripada di kota. Hal tersebut terjadi karena, responden di desa cenderung takut anak mereka akan lupa jika tidak ditanya, dengan kata lain responden di desa menganggap di saat mereka bertanya secara tidak langsung mengingatka anak akan pekerjaan rumah yang telah diberikan oleh guru di sekolah. Sedangkan responden di kota lebih cenderung tidak setiap hari menanyakan pekerjaan rumah si anak, karena kesadaran dan minat belajar anak cukup baik. Jadi anak mereka idak harus ditanya supaya ingat dan mau mengerjakannya.

4.1.2.1.3. Keberadaan Membantu Belajar Setiap Hari

Orang tua merupakan orang yang yang dapat mendidik dan mengajari anak dalam pendidikan selain guru di sekolah. Membantu belajar dapat meringankan tugas anak untuk mempelajari dan menguasai materi yang kurang paham diajarkan di sekolah. Pada saat ini anak yang duduk di bangku SD seharusnya mahir membaca, menulis, dan berhitung angka-angka sederhana dengan terampil dan teliti. Maka dari itu, untuk melihat keikutsertaan orang tua dalam membantu anak belajar dapat dilihat melalui tabel berikut ini :

Tabel 11 Membantu Belajar Setiap Hari Di Desa Dan Di Kota

Pernyataan Responden di Desa Responden di Kota Frekuensi Persen Frekuensi Persen

Ya 50 50 68 68

Ragu-ragu 26 26 18 18

Tidak 24 24 13 13

Tidak tahu - - 1 1

Total 100 100 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan Oktober 2009

Dari tabel tersebut di atas, responden yang menyatakan bahwa membantu anak belajar setiap hari, di wilayah desa sebesar 68% (68 orang), dan di kota 50% (50 orang). Sementara itu, yang menyatakan jarang atau kadang-kadang membantu anak belajar, di wilayah desa sebesar 18% (18 orang), dan di kota sebesar 26% (26 orang). Selain itu responden yang menyatakan bahwa tidak sama sekali membantu anak belajar, di wilayah desa sebesar 13% (13 orang), dan di kota sebesar 24% (24 orang). Kemudian, responden yang menyatakan bahwa tidak tahu atau tidak mau tahu membantu anak belajar hanya terdapat di wilayah desa sebesar 1% (1 orang). Maka disimpulkan bahwa frekuensi responden yang menyatakan membantu anak belajar setiap hari lebih besar di desa daripada di kota. Frekuensi responden berbeda karena perbedaan tingkat pendidikan, dimana responden di kota memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi daripada responden di desa. Sebagian responden di desa menyatakan bahwa anak mereka lumayan sulit dalam mempelajari mata pelajaran yang diberikan oleh guru, salah satunya adalah matematika. Dalam membantu belajar setiap hari, orang tua yang di desa ada yang menyatakan tidak tahu, dikarenakan responden tersebut tidak tahu mengajarkan pelajaran kepada anaknya yang sudah

kelas 6 SD. Bagi responden tersebut, materi pelajaran anak saat ini sudah lebih maju daripada saat dia masih sekolah dahulu.

4.1.2.1.4. Pemberian Latihan Untuk Mengulang Pelajaran di Rumah

Pada saat di sekolah, anak hanya memiliki waktu yang tidak banyak dalam mempelajari materi-materi yang diberikan oleh guru. Keikutsertaan orang tua diperlukan agar penguasaan materi dapat dilakukan anak secara maksimal. Latihan membaca, menulis dan menghitung angka-angka yang sederhana sangat penting, karena sangatlah tidak wajar jika anak lulusan SD tidak dapat membaca, menulis, dan berhitung. Orang tua hanya membutuhkan kesabaran dan waktu dalam memberi latihan, maka dari itu tabel di bawah ini akan memaparkan tentang kerajinan orang tua dalam memberi latihan pelajaran di rumah sebagai berikut :

Tabel 12 Pemberian Latihan Untuk Mengulang Pelajaran Di Rumah Di Desa Dan Di Kota

Pernyataan Responden di Desa Responden di Kota Frekuensi Persen Frekuensi Persen

Ya 46 46 56 56

Ragu-ragu 16 16 17 17

Tidak 34 34 26 26

Tidak tahu 4 4 1 1

Total 100 100 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan Oktober 2009

Dari tabel tersebut di atas diperoleh frekuensi responden yang menyatakan bahwa memberikan latihan untuk mengulang pelajaran di rumah, di wilayah desa sebesar 56% (56 orang), dan di kota sebesar 46% (46 orang). Sementara yang menyatakan jarang atau kadang-kadang memberikan latihan untuk mengulang pelajaran di rumah, di wilayah desa sebesar 17% (17 orang). Sementara yang

menyatakan tidak pernah memberikan latihan untuk mengulang pelajaran di rumah, di wilayah desa sebesar sebesar 26% (26 orang) dan di kota sebesar 36% (36 orang). Kemudian yang menyatakan tidak tahu sama sekali atau bahkan tidak peduli memberikan latihan untuk mengulang pelajaran di rumah, di wilayah desa sebesar 1% (1 orang ). Responden di kota yang lebih menyatakan tidak memberikan latihan untuk mengulang pelajaran di rumah, karena mereka sudah merasa tidak sempat membantu anak untuk mengulang pelajaran karena mereka sibuk bekerja. Orang tua di kota cenderung memiliki pandangan bahwa mereka harus bekerja keras bukan hanya sekedar untuk memperoleh biaya untuk menyekolahkan anak tetapi jugaa mengumpulkan dana agar dapat memberikan anak fasilitas yang baik, misalkan memiliki kalkulator, komputer, handphone, dan sebagainya. Fasilitas yang lengkap dapat membantu semangat belajar anak, akan tetapi dapat juga membuat anak malas belajar. Sedangkan responden di desa mengatakan sibuk bekerja untuk sulit memenuhi tidak hanya kebutuhan hidup tetapi juga kebutuhan akan pendidikan.

4.1.2.1.5. Kebiasaan Membaca Surat Kabar dan Majalah

Salah satu jalan yang baik digunakan bagi anak dalam melatih kelancaran membaca adalah dengan membaca surat kabar dan majalah. Selain dari itu, surat kabar dan majalah dapat memberikan segudang informasi dan pengetahuan umum bagi anak. Namun surat kabar dan majalah yang dibaca sebaiknya yang sesuai dengan usia anak seperti rubrik anak di surat kabar dan majalah anak-anak. Anak juga dapat terbiasa membaca surat kabar karena kebutuhan akan informasi dapat mengisi ketidaktahuan mereka yang tidak mereka peroleh di lingkungan keluarga, sekolah dan

teman bermain. Untuk melihat perhatian orang dalam membiasakan anak membaca surat kabar dan majalah dapat dipaparkan dalam tabel berikut :

Tabel 13 Membaca Surat Kabar Atau Majalah Di Desa Dan Di Kota Pernyataan Responden di Desa Responden di Kota

Frekuensi Persen Frekuensi Persen

Ya 36 36 28 28

Ragu-ragu 15 15 19 19

Tidak 45 45 49 49

Tidak tahu 4 4 4 4

Total 100 100 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan Oktober 2009

Berdasarkan dari tabel kebiasaan membaca surat kabar atau majalah di atas, frekuensi responden yang menyatakan bahwa mereka membiasakan anak membaca surat kabar atau majalah, di desa sebesar 28% (28 orang), dan di kota sebesar 36 % (36 orang). Sementara itu, frekuensi responden yang menyatakan jarang menyarankan anak membaca surat kabar atau majalah, di wilayah desa sebesar 19% (19 orang), dan di kota sebesar 15% (15 orang). Sementara itu, frekuensi responden yang menyatakan tidak membiasakan anak membaca surat kabar atau majalah, di wilayah desa sebesar 45% (45 orang), dan di kota sebesar 49 % (49 orang). Kemudian, frekuensi responden yang menyatakan tidak peduli dengan kebiasaan membaca surat kabar atau majalah, di wilayah desa sebesar 4% (4 orang), dan di kota 4% (4 orang). Dari dua kelompok responden yang berbeda lokasi dapat dilihat secara tidak langsung bahwa minat anak Sekolah Dasar dalam membaca surat kabar atau majalah rendah. Pernyataan tersebut dapat terlihat dengan membandingkan lebih besarnya frekuensi yang tidak membiasakan membaca daripada yang membiasakan membaca surat kabar dan majalah, baik di wilayah desa maupun di kota.

4.1.2.1.6. Kebiasaan Menonton Televisi yang berisi Pengetahuan Umum

Menonton televisi termasuk kegiatan yang disukai anak SD selain bermain. Karena melalui televisi anak mendapat hiburan yang menarik. Pada sat ini, stasiun televisi berlomba-lomba dalam menyuguhkan acara bagi pemirsa televisi. Namun sebagai orang tua sebaiknya membiasakan anak tidak hanya menonton acara yang bersifat menghibur saja, karena acara yang berisi ilmu pengetahuan juga penting dalam mengisi pengetahuan anak. Kebiasaan tersebut dapat ditunjukkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 14 Menonton Televisi Yang Berisi Pengetahuan Umum Di Rumah Di Desa Dan Di Kota

Pernyataan Responden di Desa Responden di Kota Frekuensi Persen Frekuensi Persen

Ya 48 48 65 65

Ragu-ragu 16 16 3 3

Tidak 31 31 24 24

Tidak tahu 5 5 8 8

Total 100 100 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan Oktober 2009

Dari tabel menonton televisi yang berisi pengetahuan umum, dapat diuraikan bahwa frekuensi responden yang menyatakan membiasakan anak menonton televisi yang berisi pengetahuan umum, di wilayah desa sebesar 48% (48 orang), dan di kota 65% (65 orang). Sementara itu frekuensi responden yang menyatakan jarang membiasakan anak menonton televisi yang berisi pengetahuan umum, di wilayah desa sebesar 16% (16 orang), dan di kota 3% (3 orang). Sementara frekuensi responden yang menyatakan tidak membiasakan anak menonton televisi yang berisi pengetahuan umum, di wilayah desa sebesar 31% (31 orang), dan di kota 24% (24 orang). Kemudian, yang menyatakan tidak peduli dengan kebiasaan menonton

televisi yang berisi pengetahuan umum, di wilayah desa sebesar 5% (5 orang), dan di kota sebesar 8% (8 orang).

Frekuensi responden yang menyatakan membiasakan anak untuk menonton televisi yang berisi pengetahuan umum lebih besar di kota daripada di desa. Karena menurut orang tua di kota, kebutuhan akan informasi dari media massa sebaiknya di tanamkan dari sejak dini. Kegunaan yang dapat diperoleh anatara lain, anak dapat memiliki pengetahuan umum yang tidak dapat di sekolah, anak dapat cepat dan lancar membaca, dan dapat memberi hiburan bagi anak. Namun, orang tua di desa kurang peduli dengan kebiasaan ini karena bagi mereka hal itu hanya membuang-buang waktu dan tenaga. Selain itu mereka beranggapan bahwa selama anak duduk di bangku Sekolah Dasar, anak sebaiknya dapat menikmati masa bermain.

4.1.2.2. Pengawasan Belajar di Rumah

Dokumen terkait