• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembi naan Kons ep dalam IPS

Dalam dokumen Modul Kajian IPS.pdf (Halaman 130-137)

Pembinaan konsep, berarti mengajarkan aspek konotatif dari suatu konsep sampai membentuk suatu abstraksi pada diri siswa, merupakan proses yang memakan waktu. Pembinaan konsep ini berlangsung mulai dari keadaannya yang konkrit yang secara berangsur-angsur mengarah kepada pengertian abstrak. Untuk memenuhi tuntutan ini, guru IPS hams melakukan berbagai metode interaksi edukatif(multi-metode) dan berbagai media pengajaran (multi-media).

Agar lebih jelas lagi pengertian konsep dan pembinaan konsep kita gunakan contoh. Misalnya pada suatu pembahasan IPS guru bermaksud menanamkan kata sungai, industrialisasi, demokrasi dan pranata sosial sebagai konsep-konsep IPS. Dalam proses belajar mengajar, guru IPS hendaknya menerapkan multi-metode dan multi-media dalam melakukan pembinaan konsep. Dalam hal ini anak didik diarahkan untuk menangkap, menghayati, dan meresapkan konsep-konsep di atas pada pengertian konotatif yang luas mulai dari pengertian dan keadaannya yang konkrit sampai pada pengertian abstrak yang hidup dalam diri siswa yang bersangkutan. Sebagai suatu konsep, sungai memiliki pengertian yang tidak terbatas hanya pada anti kata dan fakta saja, melainkan harus mengungkapkan pula pengertian-pengertian yang lebih luas yang menyangkut jenis dan fungsinya bagi kehidupan sosial-ekonomi, penyebarannya di permukaan bumi, dan sebagainya. Pokoknya semua pengertian yang terkandung secara komprehensif dalam kata sungai merupakan suatu konsep. Demikian pula dengan konsep kata lainnya.

Agar anak didik dapat memahami pengertian konsep-konsep IPS dengan dan memadai lebih jelas dan memadai maka seorang guru hendaknya memperhatikan hal-hal penting dalam mengajarkan konsep-konsep IPS. Dalam hal ini Yelon (dalam Husein Achmad, 1982) mengemukakan bagaimana mengajar konsep yang baik sebagai berikut:

1) Merumuskan tujuan.

Guru hams menetapkan tujuan tertentu untuk masing-masing mata pelajaran.

Dalam mengajar konsep, guru hendaknya memberi kesempatan kepada siswa untuk menggunakan kemampuannya dalam memberikan atau memilih contoh-contoh tentang konsep

2) Menyadari adanya pengetahuan prasyarat yang akan membantu pemahaman konsep.

Syarat utama untuk mempelajari konsep adalah memilah-milah, yaitu membedakan antara obyek yang satu dengan obyek lainnya, antara simbol yang satu dengan simbol yang lain. Selanjutnya guru harus mengetahui pengetahuan prasyarat, yaitu bahwa siswa harus mampu menunjukkan atribut definisi dan memahami konsep. Misalnya untuk dapat memahami demokrasi, maka siswa hams dapat memberikan atribut definisi dari demokrasi dan memahami subkonsep-subkonsep demokrasi, seperti musyawarah, kedaulatan rakyat, pemungutan suara, dan sebagainya. 3) Menyajikan definisi dan contoh-contoh.

Guru harus menyajikan definisi contoh-contoh. Sebab konsep akan mudah dipahami apabila:

Aspek yang relevan dengan stimulus jelas dan aspek yang tidak relevan dengan stimulus kurang jelas atau kurang tajam.

Jumlah aspek yang tidak relevan dengan stimulus dikurangi Banyak menggunakan contoh-contoh yang positif

Memberikan definisi dan contoh atas obyek yang dipelajari

4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk merespon dan memberikan feedback.

Untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai konsep, maka sebaiknya diberikan contoh-contoh lainnya atau siswa didorong untuk memberikan atribut konsep atau memberikan informasi tentang konsep dengan menggunakan bahasa mereka sendiri.

C. Generalisasi

Elemen pengetahuan yang ketiga dari IPS dan dapat dikatakan hampir abstrak adalah generalisasi. Generalisasi menghubungkan beberapa konsep sedemikian rupa sehingga terbentuk suatu pola hubungan yang bermakna yang menggambarkan hal yang lebih luas. Artinya, dalam pikiran kita terbentuk pola-pola hubungan bermakna yang lebih luas (Djodjo Suradisastra 1991/1992:39). Menurut Nursid Sumaatmadja (1980:83), generalisasi adalah hubungan dua konsep atau lebih

Jadi dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan menyusun generalisasi, apabila orang itu menarik dua konsep atau lebih dengan sedemikian rupa sehingga saling berhubungan satu dengan Iainnya. Untuk lebih jelasnya kita ambil contoh berikut. Ada ungkapan : “Makin primitif suatu masyarakat, lingkungan hidupnya akan makin mempengaruhi cara hidup masyarakat itu”kita menemukan paling sedikit tiga konsep, yaitu:

1) Masyarakat primitif. 2) Lingkungan hidup. 3) Cara hidup.

Ketiga konsep tersebut saling berhubungan dan memberi keseimbangan antara yang satu dengan yang lain. Hubungan mereka sangat erat sekali. Berubah yang satu akan mengubah yang lain. Bila tingkat keprimitifan sekelompok orang itu berubah, maka kita akan mengantisipasi bahwa lingkungan akan kurang berpengaruh terhadap cara hidup masyarakat itu, karena masyarakat itu akan mengontrol secara baik lingkungan hidupnya.

Perlu diketahui bahwa generalisasi harus ditulis sedemikian rupa sehingga memiliki dasar keberlakuan yang luas. Generalisasi yang baik adalah generalisasi yang tidak menyebut orang, tempat atau benda. Alasannya, apabila kita menyebutkannya berarti generalisasj yang kita buat memiliki tingkat abstraksi yang rendah, tingkat keberlakuannya juga sempit atau rendah. Generalisasi harus ditulis

sedemikian rupa sehingga siswa dapat mengaplikasikannya dalam berbagai situasi yang bagaimanapun juga.

Contoh lain generalisasi yang tingkat abstraksinya rendah adalah kegiatan siswa mengumpulkan data tentang bagaimana keadaan geografi mempengaruhi cara hidup orang Irian Jaya dan menyimpulkan: “Keadaan geografi Irian Jaya berpengaruh terhadap cara hidup penduduk Irian Jaya “. Kesimpulan pertama ini jelas memiliki tingkat keberlakuan yang terbatas karena kesimpulan tersebut tidak berlaku bagi daerah-daerah lain atau tidak ada jaminan bahwa kesimpulan itu akan berlaku di daerah lain. Kesimpulan siswa tersebut sudah benar, tetapi tingkat

keberlakuannya terbatas atau sempit.

Seandainya penelitian siswa tersebut memberikan kesimpulan lain, maka akan dirumuskan (kesimpulan kedua) seperti berikut ini: “Makin tinggi peradaban penduduk suatu daerah, makin tinggi penduduk itu mengontrol hidupnya “. Kesimpulan ketiga dapat juga seperti berikut ini: ”Tingkah laku orang dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat tempat orang itu menjadi anggotanya”.Apabila kita bandingkan generalisasi (kesimpulan) pertama, kedua, dan ketiga, manakah yang paling abstrak ? generalisasi mana yang lebih bermanfaat atau lebih luas tingkat

keberlakuannya?. Jawabannya adalah bahwa generalisasi (kesimpulan) kedua dan ketiga memiliki tingkat abstraksi yang lebih tinggi tingkat keberlakuan lebih umum. Dengan demikian apabila dilihat dari tingkat keberlakuannya kita mengenal adanya generalisasi yang berlaku terbatas dan generalisasi yang bersifat umum. Namun harus diingat bahwa dalam penelitian dan dalam melakukan interaksi dengan data, setiap siswa mempunyai kemampuan yang tidak sama Dimungkinkan bahwa sebagian siswa menarik kesimpulan dengan ukuran sempit atau tingkat keberlakuan yang terbatas dan sebagian siswa lain menarik kesimpulan yang dengan lebih luas ukurannya atau tingkat keberlakuan yang umum.

Dari contoh-contoh di atas dapat disimpulkan bahwa fakta itu konkret, dan dapat diobservasi, disediakan, disentuh, dan dirasakan. Fakta bersifat khusus dan terjadi di tempat kita melakukan observasi. Sebaliknya generalisasi lebih abstrak, tidak dapat diobservasi secara langsung. Fakta dapat memberi penjelasan, melalui penjelasan itulah kita dapat menyusun generalisasi.

D. Teori

Setelah membahas fakta, konsep, dan generalisasi marilah kita meninjau tentang teori, terutama teori dalam IPS. Sebuah teori adalah sepasang proposisi yang berhubungan, dan menerangkan hubungan antara beberapa generalisasi.

Kekuatan teori terletak pada kemampuannya menerangkan dan meramalkan fenomena. Menurut Skager dan Weinberg , makin bersemangat lapangan inquiry makin mendekati kenyataan teori-teori tersebut (Husein Achmad, 1982:9).

Proposisi yang menghubungkan fakta merupakan teori yang lebih mudah dari pada proposisi yang menghubungkan konsep. Selanjutnya proposisi yang menghubungkan konsep, lebih mudah dari proposisi yang menghubungkan generalisasi. Sedangkan teori yang lebih tinggi akan mengembangkan bentuk konsep yang lebih umum.

Seperti halnya generalisasi, teori dapat juga disusun berdasarkan kekuatan--kekuatan yang ada pada teori- teori tersebut. Kriterianya adalah sebagai berikut (Fraenkel dalam Husein Achmad. 1982).

1) Bagaimana luasnya proposisi yang dihubungkan (breath). 2) Bagaimana kompleksnya proposisi yang dihubungkan (complexity). 3) Sampai sejauh mana teori tersebut dapat diterapkan pada daerah,

kejadian, orang, dan objek yang dikenal teori tertentu (Applicabilit). 4) Sampai seluas mana hubungan dari proposisi-proposisi melukiskan dan

5) Sampai sejauh mana teori membimbing ke arah pendalaman yang lain (depth).

6) Berapa banyak konsep yang diharapkan pada kenyataan yang ada dalam teori (conceptual strengt).

7) Sampai sejauh mana terujinya hipotesis yang dapat diambil dari proposisi yang dihubungkan dengan teori tersebut dapat teruji (testability). Menurut, David Easton (Djodjo Suradisastra, 1991/1992), teori terdiri dari tiga tingkatan yaitu genenalisasi singular, teori berdimensi sempit, dan teori berdimensi luas.

Generalisasi singular hanya menghubungkan dun konsep , oleh karena itu masih termasuk generalisasi biasa Agar generalisasi singular termasuk ke dalam teori, maka hams mengacu kepada pemikiran teoretis. Maksudnya, agar jangkaunnya lebih luas dan dapat dipakai untuk meramalkan sifat-sifat sesuatu gejala yang barn dihadapi.

Teori berdimensi sempit terbentuk oleh berbagai pernyataan yang terinterelasikan sedemikian rupa sehingga data yang belum tertata dalam pernyataan dapat dituangkan ke dalam suatu pernyataan umum. Oleh karena itu pernyataan umum dapat dipakai untuk menjelaskan pertautan informasi yang terangkum di dalamnya. Maksud penjelasan tersebut adalah untuk menjadikan himpunan informasi menjadi bermakna. Artinya, kita akan dapat memahami apa, mengapa, dan bagaimana mengenai informasi tersebut. Akan tetapi teori berdimensi sempit

memiliki jangkauan yang masih terbatas dalam satu cabang ilmu saja

Teori berdimensi luas menjangkau sesuatu yang lebih luas dari teori berdimensi sempit jangkauannya meliputi keseluruhan dalam suatu disiplin ilmu. Teori ini menghubungkan berbagai gejala dan informasi dalam keseluruhan tersebut sedemikian rupa sehingga menjadi suatu kesatuan yang utuh. Dalam IPS teori berdimensi luas jarang ditemukan, karena gejala-gejala dalam kehidupan masyarakat

sangat luas dan bertali-temali sangat rumit.

Setelah memahami teori, kita dapat lebih melihat keteraturan tentang gejala-gejala dalam masyarakat dengan lebih sempurna. Dengan demikian akan dapat membawa kita kepada pemikiran tentang sebab akibat dalam batas tertentu. Paling tidak kita akan dapat menemukan pola tertentu yang melandasi sesuatu gejala. Hal ini penting karena keteraturan sebenarnya merupakan hasil dan pemikiran. Keteraturan inilah yang akan memberi makna terhadap apa yang diamati.

Dalam IPS teori juga dapat dipakai untuk menjelaskan sesuatu gejala dalam kehidupan di masyarakat. Sebagai contoh mengapa timbul masalah-masalah sosial dalam masyarakat, dalam batas tertentu dapat dijelaskan. Dengan demikian para pakar ilmu sosial dapat mencari jalan untuk mengatasinya. Dengan adanya

kemampuan menjelaskan gejala-gej ala dalam masyarakat terdorong untuk memahami perilaku dan posisi kita di tengah masyarakat

Latihan

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi Subunit 1 mengenai konten IPS yang berisi tentang fakta, konsep, generalisasi, dan teori dalam IPS silahkan Anda mengerjakan latihan berikut ini!

1. Diskusikan dengan teman Anda; atas pertanyaan: Mengapa fakta, konsep dan generalisasi penting dalam IPS khususnya, dan ilmu pengetahuan pada umumnya.

2. Jelaskan perbedaan antara konsep disjungtif, konsep konjungtif dan konsep relesional dan berikan contoh masing-masing

3. Susunlah suatu statement yang dapat menggambarkan keterhubungan antar konsep disiplin ilmu sosial dalam bentuk generalisasi (topiknya bebas). 4. Rumuskan dengan kata-kata sendiri pengertian fakta, konsep dan generalisasi

dalam IPS kemudian posisikan perbedaan dan kesamaan suatu objek kajian dalam bentuk skematis untuk terlihat keterhubungannya.

Rambu Jawaban Latihan

Pertanyaan yang tercantum pada latihan di atas, tidak disediakan kunci jawabannya. Oleh karena itu Anda harus menggali jawaban sendiri melalui berdiskusi dengan sesama mahasiswa dan bahkan dengan dosen kunjung untuk

memperoleh jawaban atas persoalan-persoalan di atas. Anda dipersilahkan melakukannya.

Rangkuman

Fakta adalah sesuatu yang betul-betul ada dan bersifat khas, konkret, dan tidak berulang. Dalam IPS, fakta berhubungan dengan masyarakat dan lingkungannya, oleh karena itu jumlahnya tidak terbatas.

Konsep adalah sekelompok fakta yang mempunyai ciri-ciri sama dan dapat

dimasukkan dalam suatu nama label. Konsep satu dengan lainnya berbeda karena masing-masing konsep mempunyai atribut dan nilai atribut yang berbeda. Konsep dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu konsep konjungtif, disjungtif dan relasional.

Tanpa fakta dan konsep kita tidak dapat mempelajari ilmu pengetahuan, maka dalam memilih konsep yang akan diajarkan kepada siswa hendaknya didasarkan pada keperluan, ketepatan, kegunaan, dan kemudahan. Pembinaan konsep dimulai dari yang konkrit berangsur-angsur ke keadaan abstrak. Oleh karena itu guru IPS harus menggunakan berbagai metode dan media dalam pengajarannya

Untuk menyusun generalisasi diperlukan fakta dan konsep karena fakta dan konsep dapat memberi penjelasan. Dengan penjelasan barulah dapat disusun suatu generalisasi. Dilihat dari tingkat keberlakuannya generalisasi dibedakan menjadi dua, yaitu bersifat terbatas dan bersifat umum.

Teori adalah sepasang proposisi yang menghubungkan antara beberapa generalisasi. Kekuatan teori ada pada kemampuan menerangkan dan meramalkan fenomena. Teori itu ada tiga tingkatan, yaitu generalisasi singular, teori berdimensi sempit, dan teori berdimensi luas.

Untuk membina konsep dan mengembangkan generalisasi diperlukan keterampilan-keterampilan khusus. Dalam pengajaran IPS, keterampilan yang akan dikembangkan meliputi keterampilan motorik, keterampilan intelektual, dan keterampilan sosial.

Penanaman nilai dan sikap bertujuan untuk membina dan mengembangkan sikap mental yang baik. Dengan demikian siswa diharapkan akan menghayati, menyadari, dan memiliki nilai-nilai yang positif. Selanjutnya segala tindakan akan selalu dilandasi tanggung jawab baik terhadap diri sendiri maupun lingkungannya. Oleh karena itu penanaman nilai dan sikap harus bersifat berkesinambungan.

Dalam dokumen Modul Kajian IPS.pdf (Halaman 130-137)