• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5. Pembiayaan Murabahah

a. Pengertian Murabahah

Secara bahasa murabahah berasal dari kata “ar-ribhu” yang berarti

an-namaa’ yang berarti tumbuh dan berkembang. Atau murabahah juga

berarti “al-irbaah” karena salah satu dari dua orang yang bertransaksi memberikan keuntungan kepada yang lainnya. Sedangkan secara istilah,

bai’ul murabahah adalah jual beli dengan harga awal disertai dengan

18

Akad murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual menyebutkan menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian menjual kepada pihak pembeli dengan mensyaratkan keuntungan yang diharapkan sesuai jumlah tertentu. Dalam akad

murabahah, penjual menjual barangnya dengan meminta kelebihan atas

harga beli dengan harga jual. Perbedaan antara harga beli dan harga jual barang disebut dengan margin keuntungan (Ismail, 2011: 138).

Menurut Abdullah Saeed (1996) murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli yang bersifat amanah. Menurut Syafi’i Antonio (2001) murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam jual beli murabahah, penjual harus memberi tahu harga produk yang dibeli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya

.

Menurut Andrian Sutedi murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Murabahah dapat dilakukan secara tunai, bisa juga secara bayar tangguh atau bayar dengan angsuran. Murabahah merupakan produk perbankan Islam dalam pembiayaan pembelian barang local maupun Internasional. Bank mendapatkan keuntungan dari harga barang yang dinaikkan. Bank membiayai pembellian barang dengan membeli barang itu atas nama nasabahnya dan menambahkan suatu mark upsebelum menjual barang itu kepada nasabah atas dasar

cost-plus profit.

Imam Syafi’i berpendapat, jika seseorang menujukkan suatu barang kepada orang lain dan berkata : ”belikan barang seperti ini untukku dan aku akan memberi mu keuntungan sekian”. Kemudian orang itu pun membelinya, maka jual beli ini adalah sah. Imam Syafi’I menamai transaksi sejenis ini (murabahah yang dilakukan untuk pembelian secara pemesanan) dengan istilah al-murabahah li al-amir bi asy-syira’ (Syafi’i Antonio, 2001: 102).

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pembiayaan murabahah adalah akad jual beli barang

19

pada harga asal ditambahkan dengan keuntungan yang disepakati antara penjual dan pembeli dimana penjual memberitahu kepada pembeli tentang harga asal barang, yang pembayarannya dapat dilakukan secara tunai maupun secara tangguh.

b. Landasan Hukum

Dasar hukum pelaksanaan akad murabahah terdapat dalam beberapa sumber utama hukum Islam, antara lain :

1) Landasan Al-Quran

وَب ِّ رلٱ َم َّرَح َو َعۡيَبۡلٱ ُ َّللَّٱ َّلَحَأ َو Dalam surah al-Baqarah ayat 275 yang isinya “...dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (Departemen Agama RI, Alqur’an dan Terjemahnya, Jakarta : PT Intermasa, 1974: 69).

2) Landasan Hadist

ةكربلا نهيف ثلاث : لاق ملسو هيلع الله ىلص يبنلا ن نع هجام نبا هور{ عيبلل لا تيبلل ريعشلاب ربلا طلاخأو ,ةضراقملاو ,لجأ ىلِّا عيبلا

}بيهص Alhadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dari Sholeh bin Suhaib ar-Rumi ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tiga hal yang di dalam terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual” (Wiroso, 2005: 15).

3) Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)

Pembiayaan murabahah telah diatur dalam Fatwa DSN No. 04/DSNMUI/IV/2000. Dalam fatwa tersebut disebutkan ketentuan umum mengenai murabahah, yaitu sebagai berikut:

a) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.

b) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam.

20

barang yang telah disepakati kualifikasinya.

d) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. e) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan

pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. f) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah

(pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.

g) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati. h) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan

akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.

i) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank. c. Rukun dan Syarat Murabahah

1) Rukun Murabahah

Sebagai bagian dari jual beli, maka pada dasarnya rukun dan syarat jual beli murabahah juga sama dengan rukun dan syarat jual beli secara umum. Rukun jual beli menurut mazhab Hanafi adalah ijab dan qabul yang menunjukkan adanya pertukaran atau kegiatan saling memberi yang menempati kedudukan ijab dan qobul itu (Wiroso, 2005: 16).

Adapun untuk rukun jual beli murabahah itu sendiri penjual (Ba’i), Pembeli (Musytari), Objek jual beli (Mabi’), Harga (Tsaman), ijab qobul (Muhammad, 2009: 58).

2) Syarat Murabahah

Syarat melakukan jual beli adalah sesuai dengan rukun jual beli, yaitu:

21

a) orang yang akan melakukan akad harus berakal, cakap hukum dan tidak dalam keadaan terpaksa.

b) barang yang diperjualbelikan bukan barang yang haram dan jenis maupun jumlahnya jelas.

c) harga barang harus dinyatakan secara transparan dan cara pembayarannya harus disebutkan dengan jelas.

d) pernyataan serah terima atau ijab qabul harus jelas dengan menyebutkan secara spesifik kepada pihak-pihak yang berakad (Veithzal Rifai, 2010:146-147).

d. Teknis Pembiayaan Murabahah

Adapun pembiayaan murabahah dalam teknis perbankan adalah sebagai berikut (Heri Sudarsono, 2003: 63):

1) Bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari produsen ditambah keuntungan. Kedua pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran.

2) Harga jual dicantumkan dalam akad dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlaku akad. Dalam perbankan,

murabahah lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran

cicilan (bitsaman ajil).

3) Dalam transaksi ini, Apabila barang yang di inginkan nasabah telah ada, maka pihak bank menyerahkan kepada nasabah sedangkan pembayaran dilakukan secara tanggu.

Pembiayaan murabahah berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 13/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 september: 1) Ketentuan Umum Uang Muka:

a) Dalam akad pembiayaan murabahah, LKS dibolehkan untuk meminta uang muka apabila kedua belah pihak sepakat.

b) Besarnya jumlah uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan.

c) Jika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah harus memberi ganti rugi kepada LKS dari uang muka tersebut.

22

d) Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, LKS dapat meminta tambahan kepada nasabah.

e) Jika jumlah uang muka lebih besar dari kerugian, LKS harus mengembalikan kelebihannya kepada nasabah.

2) Jika salah satu pihak tidak menuanaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Berdasarkan sumber dana yang digunakan, pembiayaan

murabahah pada bank syariah dibedakan menjadi tiga kelompok,

yaitu (Rimsky K Judisseno, 2002: 131-132): 1) Dana Sendiri (Dana Pihak Kesatu)

Sumber dana yang bersumber dari bank itu sendiri merupakan sumber dana dari modal sendiri. Modal sendiri maksudnya adalah modal setoran dari para pemegang saham, apabila saham yang terdapat dalam portepel belum habis terjual, sedangkan kebutuhan dana masih perlu, maka pencariannya dapat dilakukan dengan menjual saham kepada pemegang saham lama, Akan tetapi jika tujuan perusahaan untuk melakukan ekspansi, maka perusahaan dapat mengeluarkan saham baru dan menjual saham baru tersebut di pasar modal. Secara garis besar dapat disimpulkan pencarian dana yang bersumber dari bank itu sendiri.

2) Dana Pinjaman (Dana Pihak Kedua)

Dana Pinjaman adalah dana yang berasal dari pihak yang memberikan pinjaman kepada bank. Dana pinjaman ini diterima dari bank lain (dalam atau luar negeri), Bank Indonesia atau lembaga keuangan (dalam atau luar negeri) serta pihak lain dengan kewajiban pembayaran kembali berdasarkan persyaratan perjanjian pinjaman.

23

Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang umunya berupa giro atau tabungan. Pada umumnya motivasi utama orang menitipkan dana pada bank adalah untuk keamanan dana mereka dan memperoleh keleluasaan untuk menarik kembali dananya sewaktu-waktu.

e. Jenis-jenis Murabahah

Dalam konsep di perbankan syariah maupun di Lembaga Keuangan Syariah, jual beli murabahah dapat dibedakan menjadi 2 (Wiroso, 2005: 37) yaitu:

1) Murabahah Tanpa Pesanan

Murabahah tanpa pesanan adalah jenis jual beli murabahah

yang dilakukan dengan tidak melihat adanya nasabah yang memesan (mengajukan pembiayaan) atau tidak, sehingga penyediaan barang dilakukan oleh bank syariah sendiri dan dilakukan tidak terkait dengan jual beli murabahah sendiri.

Dengan kata lain, dalam murabahah tanpa pesanan, bank syariah menyediakan barang atau persediaan barang yang akan diperjualbelikan dilakukan tanpa memperhatikan ada nasabah yang membeli atau tidak (Wiroso, 2005: 39). Sehingga proses pengadaan barang dilakukan sebelum transaksi/ akad jual beli

murabahah dilakukan. Pengadaan barang yang dilakukan

bank syariah ini dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:

a)

Membeli barang jadi kepada produsen (prinsip murabahah).

b)

Memesan kepada pembuat barang/ produsen dengan pembayaran dilakukan secara keseluruhan setelah akad (Prinsip salam).

c)

Memesan kepada pembuat barang/ produsen dengan pembayaran yang dilakukan di depan, selama dalam masa pembuatan, atau setelah penyerahan barang (prinsip isthisna).

24

d)

Merupakan barang-barang dari persediaan mudharabah atau musyarakah.

2) Murabahah Dengan Pesanan

Sedangkan yang dimaksud dengan murabahah

berdasarkan pesanan adalah jual beli murabahah yang dilakukan setelah ada pesanan dari pemesan atau nasabah yang mengajukan pembiayaan murabahah (Wiroso, 2005: 41). Jadi dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank syariah atau BMT melakukan pengadaan barang dan melakukan transaksi jual beli setelah ada nasabah yang memesan untuk dibelikan barang atau asset sesuai dengan apa yang diinginkan nasabah tersebut.

f. Skema Murabahah

Secara umum, aplikasi perbankan dari pembiayaan murabahah dapat digambarkan dalam skema berikut ini:

Gambar 2.1

Skema Pembiayaan Murabahah

1. NEGOSIASI & PERSYARATAN

2. AKAD JUAL BELI

BANK 6. BAYAR NASABAH

5. TERIMA BARANG

& DOKUMEN

3. BELI BARANG 4. KIRIM

SUPLIER/PENJUAL

25

Manfaat pembiayaan murabahah bagi bank adalah sebagai salah satu bentuk penyaluran dana untuk memperoleh pendapatan dalam bentuk margin, dan manfaat bagi nasabah sebagai penerima fasilitas adalah salah satu cara untuk memperoleh barang tertentu melalui pembiayaan dari bank. Nasabah dapat mengangsur pembayaran dengan jumlah angsuran yang tidak berubah selama masa perjanjian. Di antara kemungkinan resiko yang harus diantisipasi antara lain sebagai berikut:

1)

Default atau kelalaian, nasabah sengaja untuk tidak membayarkan kewajibannya (angsuran).

2)

Fluktuasi harga komparatif, hal ini terjadi apabila harga suatu barang naik setelah membelikannya untuk nasabah, tetapi bank tidak bisa mengubah harga jual tersebut karena sudah terjadi kesepakatan harga diawal.

3)

Penolakan nasabah, barang yang dikirim atau diterima nasabah bisa saja ditolak dengan beberapa alasan. Bisa terjadi kerusakan dalam pengiriman, sehingga nasabah menolaknya. Karena itu sebaiknya dilindungi oleh asuransi. Kemungkinan lain nasabah merasa barang yang diterima tidak sesuai dengan kualifikasi yang dipesan.

4)

Dijual, karena murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apapun terhadap asset miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya.

Dokumen terkait