• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

7. Variabel Makro Ekonomi

Menurut Hosen (2009) pembiayaan pada bank syariah dipengaruhi oleh beberapa faktor makro ekonomi yang diantaranya faktor tingkat inlasi dan suku bunga. Secara otomatis produk pembiayaan murabahah juga dipengaruhi oleh faktor tersebut.

Makro ekonomi adalah studi yang mempelajari bagaimana setiap rumah tangga dan perusahaan mengambil keputusan terkait pemenuhan kebutuhan dan berinteraksi di pasar, maka makro ekonomi mengenai kepada isu-isu yang bersifat makro atau lebih luas lagi (Karl E. Case dan Ray C. Fair, 2002: 8). Sedangkan menurut Sadono sukirno (2000) makro ekonomi adalah salah satu cabang ilmu ekonomi yang khusus mempelajari kegiatan ekonomi secara komprehensif tentang berbagai macam masalah pertumbuhan perekonomian.

Makro ekonomi merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang mengkhususkan mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian sebagai suatu keseluruhan. Dengan demikian hubungan-hubungan kausal yang ingin dipelajari oleh ilmu ekonomi makro pada pokoknya ialah hubungan-hubungan antara varabel-variabel ekonomi agregatif. Diantara variabel-variabel ekonomi agregaif yang banyak dipersoalkan dalam ekonomi makro antara lain tingkat pendapatan nasional, tingkat kesempatan kerja, pengeluaran konsumsi rumah tangga, saving, investasi nasional, jumah

31

uang yang beredar, tingkat harga, tigkat bunga, neraca pembayaran internasional, hutang pemerintah (Soediyono, 1981: 2).

Jadi makro ekonomi adalah ilmu ekonomi yang mempelajari kegiatan ekonomi secara global yang berbicara tentang hubungan antar variabel agregat seperti pada penelitian ini tingkat inflasi, BI rate, dan kurs.

a. Inflasi

Definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus (Mankiw, 2008: 145). Hal ini tidak berarti bahwa setiap harga barang yang naik selalu sama presentase kenaikannya. Kenaikan harga barang tersebut dapat terjadi tidak bersamaan, yang penting terdapat kenaikan harga barang secara terus menerus selama periode tertentu. Kenaikan yang terjadi sekali saja walaupun presentasenya besar bukan termasuk inflasi.

Menurut Agus (2005) tingkat inflasi merupakan salah satu indikator yang digunakan oleh para pelaku ekonomi untuk menilai baik atau tidaknya kondisi perekonomian di suatu negara. Oleh karena itu, keputusan seorang investor untuk melakukan investasi di suatu negara dipengaruhi oleh tingkat inflasi di negara tersebut.

Macam-macam ukuran Inflasi, Nurjaya (2011:70), yaitu sebagai berikut :

1) Inflasi ringan : Dibawah 10% (single digit) 2) Inflasi sedang : 10% - 30%

3) Inflasi tinggi : 30%- 100% 4) Hiperinflasi : >100%

Laju inflasi tersebut bukanlah suatu standar yang secara mutlak dapat mengindikasikan parah tidaknya dampak inflasi bagi perekonomian di suatu wilayah tertentu, sebab hal itu sangat bergantung pada berapa bagian dangolongan masyarakat manakah yang terkena imbas dari inflasi yang sedang terjadi.

Nurjaya (2011:75) dalam pembiayaan murabahah, bank syariah yang bertindak sebagai investor harus terlebih dahulu melakukan pembelian terhadap barang yang akan dibeli nasabah dan menghitung

32

prospek usaha yang akan didanai oleh pembiayaan bagi hasil dan pembiayaan jual beli. Maka inflasi akan berpengaruh dalam pelaksanaan pembiayaan murabahah yaitu, sebagai berikut :

1) Inflasi secara langsung berpengaruh pada harga barang yang menjadi objek transaksi.

2) Inflasi akan berpengaruh terhadap kemampuan nasabah dan bank kemudian hari dalam melakukan cicilan.

3) Inflasi akan berpengaruh terhadap tingkat keuntungan bank. b. Kurs (Nilai Tukar)

Frank J. Fabozzi dan Franco Modigliani memberikan definisi mengenai nilai tukar sebagai berikut “An exchange rate is defined as the amount of one currency that can be exchanged per unit of another currency, or the price of one currency in terms of anothercurrency” (Frank J. Fabozzi, 2002).

Nilai tukar atau kurs (foreign exchange rate) antara lain dikemukakan oleh Abimanyu adalah harga mata uang suatu negara relatifterhadap mata uang negara lain (Yoopi Abimanyu, 2004). Karena nilai tukar ini mencakup dua mata uang, maka titik keseimbanganya ditentukan oleh sisi penawaran dan permintaan dari kedua mata uang tersebut.

1) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar (Kurs)

Keseimbangan kurs akan berubah mengikuti perubahan pada skedul permintaan dan penawaran. Oleh karena itu, untuk dapat menjelaskan mengapa terjadi perubahankurs, maka harus mengetahui faktor-faktoryang mempengaruhi skedul permintaan dan penawaran mata uang. Beberapa faktor yang mempengaruhi skedul permintaan dan penawaran mata uang adalah:

a) Laju Inflasi Relatif

Secara sederhana pengaruh laju inflasi relatif dapat digambarkan sebagai berikut jika laju inflasi di Amerika Serikat meningkat cukup besar, sementara laju inflasi di Inggris relatif tetap. Kenaikan laju inflasi di Amerika Serikatmembuat harga produk buatan Amerika Serikat menjadi sangat mahal.

33

Akibatnya, konsumen di Amerika Serikat akan mengalihkan pembeliannya ke produk substitusi buatan Inggris, karena harganya relatif lebih murah. Dilain pihak, konsumen di Inggris akan enggan membeli produk buatan Amerika Serikat, karena harganya lebih mahal dibandingkanproduk buatan Inggris. Fenomena inimemiliki implikasi ganda. Pertama, permintaan terhadap £ akan meningkat. Karena ekspor Inggris ke Amerika Serikat akan melonjak. Eksportir Inggris yang menerima pembayaran dari importir Amerika Serikat akan menukarkan US$ yang diterima ke £. Kedua, penawaran £ akan berkurang, karena penurunan animo masyarakat terhadap produk Amerika Serikat akan menurunkan impor produk dari Amerika Serikat (Sri Handaru Yuliati, Handoyo Prasetya, 2009).

Pada umumnya negara yang mempunyai tingkat inflasi yang tinggi mempunyai kecenderungan nilai mata uang yang melemah (depresiasi). Ada beberapa perkecualian seperti ketika tahun 1980-an. Tingkat inflasi di Amerika Serikat melaju lebih cepat dibandingkan dengan inflasi di Jepang, tetapi mata uang dolar justru mengalami apresiasi terhadap mata uang yen Jepang. Dalam hal ini ada faktor lain yang bekerja melawan arah inflasi, sehingga pengaruh inflasi menjadi tidak kelihatan (Mahmadah M. Hanafi, 2003).

b) Tingkat Bunga Relatif

Kenaikan tingkat bunga di Amerika Serikat (misalnya dalam bentuk deposito) menjadi semakin menarik, relatif jika dibandingkan dengan investasi dalam £ investor Inggris (baik individu maupun perusahaan) akan mengalihkan investasinya dari £ ke US$. Sementara itu investor Amerika Serikat akan engan menyimpan dana dalam £ dan menalihkannya dalam US$.7Fenomena iniakan menurunkan permintaan dan menaikkan penawaran terhadap £. Kurs baru yang terbentuk akan ditentukan oleh seberapa menariknya perbedaan tingkat bunga (di Amerika

34

Serikat dan di Inggris) di mata investor. Selain tingkat bunga nominal, analisis juga sering menggunakan tingkat bunga rill untuk mengukur dampak perubahan kurs mata uang.

c) Tingkat Pendapatan Relatif

Faktor yang ketiga yang mempengaruhi kurs adalah tingkat pendapatan relatif. Pemerintah dapat mempengaruhi keseimbangan kurs melalui beberapa cara, antara lain:

(1) Pengenaan hambatan-hambatan dalam pergerakan valuta asing.

(2) Pengenaan hambatan-hambatan dalam perdagangan luar negeri.

(3) Intervensi dalam pasar valuta asing.

(4) Perumusan kebijakan yang mempengaruhi variabel-variabel ekonomimakro, seperti inflasi, suku bungadan tingkat pendapatan.

d) Pengharapan Pasar

Pengharapan pasar mempunyai peran yang signifikan dalampenentuan nilai suatu mata uang. Nilai mata uang pada saat ini akan sangat dipengaruhioleh pengharapan pasar terhadap pergerakan kurs dimasa yang akan datang. Pengharapan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya kondisi perekonomian, stabilitas politik, kondisi sosial, dsb.

Pengaruh pengharapan pasar dalam penentuan kurs terasasignifikan karena mata uang pada hakikatnya merupakan asset financial. Harga sebuah asset financial sangat ditentukan oleh beberapa banyak orang yang mau membeli atau memegang aset tersebut, dimana hal ini tergantung pada berapa nilai aset tersebut dimasa mendatang. Semakin banyak orang yang tertarik untuk menyimpan sebuah aset finansial, nilai aset tersebut semakin tinggi. Dengan demikian, kesediaan orang untuk memegang suatu mata uang akan ditentukan oleh pengharapan pasar terhadap nilai mata uang tersebut dimasa yang akan

35

datang.Pasar valuta asing sangat responsifterhadap informasi baru. Sebagai contoh, adanya isu kenaikan laju inflasi di Indonesia akan mendorong penjualan Rupiah untuk mengantisipasi penurunan nilai Rupiah.

e) Spekulasi

Spekulasi oleh operator pasar utama merupakan faktor penting yang mempengaruhi nilai tukardi pasar valas, proporsi transaksi yang berkaitan langsung dengan kegiatan perdagangan internasional relatif rendah.Sebagian besar transaksi sebenarnya tradingspekulatif yang menyebabkan pergerakan mata uang dan tingkat pengaruh tukar. Ketika pasar memprediksi bahwa mata uang tertentu akan naik nilainya, mungkin memicu kegilaan membeli yang mendorong mata uang dan memenuhi prediksi. Sebaliknya, jika pasar mengharapkan penurunan nilai mata uang tertentu, orang akan mulai menjualnya pergi dan mata uang akan terdepresias (Sadono Sukirno, 2002).

2) Transaksi Kurs Dalam Perbankan Syariah

Salah satu fungsi bank syariah adalah memberikan pelayanan jasa kepada orang yang memerlukan baik nasabah maupun non nasabah. Produk pelayanan jasa bank syariah dalam bentuk penukaran mata uang asing ialah sharf. Secara harfiah sharfberarti penambahan, penukaran, penghindaran, pemalingan, atau transaksi jual beli. Sharf artinya transaksi jualbeli antara mata uang yang satu dengan matauang yang lain. transaksi sharfdapat dibedakan bila sesuai dengan persyaratan antara lain (Ismail, 2011: 219):

a) Nilai tukar antar mata uang yang akan diperjualbelikan telah dikuasai secara langsung oleh penjual dan pembeli. Penguasaan dimaksud ialah terkait dengan fisik maupun hukumnya.

b) Bila pertukaran antara mata uang sejenis, maka jumlah dan nilainya harus sama.

c) Dalam sharftidak boleh ada tenggang waktu antara transaksi dan saat penyerahan uang, artinya pertukaran harus dilakukan secara

36

tunai.

d) Transaksi sharf tidak untuk spekulasi, akan tetapi transaksi itu terjadi karena kedua pihak saling membutuhkan untuk melakukan jual beli mata uang.

c. BI Rate (Tingkat Suku Bunga)

BI rate menurut Bank Indonesia adalah Suku bunga kebijakan moneter yang ditetapkan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Menurut siamat (2005) “BI Rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa, BI rate berfungsi sebagai sinyal dari kebijakan moneter Bank Indonesia, dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa respon kebijakan moneter dinyatakan dalam kenaikan, penurunan, atau tidak berubahnya BI rate tersebut.

BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).

Penetapan BI Rate sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi. Bank Indonesia akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di atas sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rateapabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan. Jadwal penetapan dan penentuan BI rate:

1) Penetapan respons (stance) kebijakan moneter dilakukan setiap bulan melalui mekanisme RDG (rapat dewan gubenur) bulanan dengan cakupan materi bulanan.

2) Respon kebijakan moneter (BI rate) ditetapkan berlaku sampai dengan RDG berikutnya.

37

3) Penetapan respon kebijakan moneter (BI rate) dilakukan dengan memperhatikan efek tunda kebijakan moneter dalam mempengaruhi inflasi.

4) Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG bulanan melalui RDG mingguan.

Menurut kasmir (2010) faktor–faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah:

1) Kebutuhan dana

Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga simpanan secara otomatis akan meningkatkan bunga pinjaman. Namun apabila dana yang ada simpanan banyak sementara permohonan simpanan sedikit maka bunga simpanan akan turun. 2) Kualitas jaminan

Kualitas jaminan juga diperuntukkan untuk bunga pinjaman. Semakin likuid jaminan yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya.

3) Target laba

Yang diinginkan faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Apabila dana yang ada dalam simpanan di bank banyak, sementara permohonan pinjaman sedikit, maka bunga simpanan akan turun karena hal ini merupakan beban dan berlaku sebaliknya apabila dana yang ada dalam simpanan di bank sedikit, sementara permohonan pinjaman banyak, maka bunga simpanan akan naik.

4) Jangka waktu

Faktor jangka waktu sangat menentukan. Semakin panjang jangka waktu pinjaman, akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko macet dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya, jika pinjaman berjangka pendek, bunganya relatif rendah.

38

5) Persaingan

Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana, sementara tingkat persaingan dalam memperebutkan dana simpanan cukup ketat, maka bank harus bersaing keras dengan bank lainnya. Untuk bunga pinjaman, harus berada di bawah bunga pesaing agar dana yang menumpuk dapat tersalurkan, meskipun margin laba mengecil. 6) Produk yang kompetitif

Untuk produk yang kompetitif, bungakredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. Hal ini disebabkan produk yang kompetitif tingkat perputaran produknya tinggi sehingga pembayarannya diharapkan lancar.

7) Hubungan baik

Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan faktor kepercayaan kepada seseorang atau lembaga. Dalam praktiknya, bank menggolongkan nasabah antara nasabah utama dan nasabah biasa. Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta loyaritas nasabah yang bersangkutan kepada bank. Nasabah yang memiliki hubungan baik dengan bank tentu penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa.

8) Jaminan pihak ketiga

Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada bank untuk menanggung segala resiko yang dibebankan kepada penerima kredit. Biasanya apabila pihak yang memberikan jaminan bonafid, baik dari segi kemampuan membayar, nama baik maupun loyaritasnya terhadap bank, maka bunga yang dibebankanpun berbeda.

9) Kebijaksanaan pemerintah

Dalam menentukan baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman banktidak boleh melebihi batasanyang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

10) Reputasi perusahaan

Reputasi perusahaan juga sangat menentukan suku bunga terutama untuk bunga pinjaman. Bonafiditas suatu perusahaan yang akan

39

memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan risikokredit macet di masa mendatang relatif kecil dan sebaliknya

Dokumen terkait