• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

6. Variabel Mikro Ekonomi

Menurut Sadono Sukirno (2002) variabel mikro adalah cabang ilmu ekonomi yang mempelajari prilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan harga pasar dan kuantitas faktor input, barang dan jasa yang diperjual belikan. Menurut Mankiw (2008) mikro ekonomi adalah ilmu yang membahas tentang peran individu sebagai pelaku ekonomi, bagaimana rumah tangga dan perusahaan membuat keputusan, dan

26

bagaimana mereka berinteraksi di dalam pasar tertentu.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa mikro ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku individu dalam mengambil keputusan atau kebijakan yang berhubungan dengan aspek ekonomi untuk memajukan suatu lembaga.

Variabel mikro ekonomi yang dipakai dalam penelitian ini adalah variabel DPK dan FDR, serta variabel makro ekonomi yang dipakai dalam penelitian ini adalah tingkat Inflasi, dan Kurs terhadap dollar Amerika Serikat dan BI rate.

a. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana merupakan fokus utama kegiatan bank syariah. Oleh karena itu, untuk dapat menyalurkan dana secara optimal, bank harus memiliki kemampuan dalam menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK). Menurut Antonio (2001:146) dan Muhamad (2005:265) salah satu sumber dana yang bisa digunakan untuk pembiayaan adalah simpanan DPK. Dana yang dihimpun dari masyarakat merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank dan pemberian kredit merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan.

Dalam UU No. 21 Tahun 2008 Pasal 1 tentang perbankan syariah disebutkan bahwa,”Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh Nasabah kepada Bank Syariah dan/atau UUS berdasarkan akad

wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah

dalam bentuk giro, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu”. Nurjaya (2011:63) yang termasuk dalam dana pihak ketiga yaitu Giro, tabungan dan Deposito. Ketiga macam dana pihak ketiga tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

1) Giro

Giro adalah simpanan masyarakat baik dalam bentuk rupiah maupun valuta asing pada bank dalam transaksinya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM dengan cara pemindah bukuan. Menurut Fatwa

27

DSN, giro wadi’ah adalah bersifat titipan, titipan bisa diambil kapan saja, tidak ada imbalan yang disyaratkan Dana giro termasuk dana yang sensitive atau peka terhadap perubahan atau disebut juga dana yang labil yang sewaktu-waktu dapat ditarik atau disetor oleh nasabah. Dalam produk ini menggunakan akad

wadi’ah yad dhamanah

.

2) Tabungan

Tabungan yang dijalankan berdasarkan akad wadi’ah yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya. Berkaitan dengan produk tabungan wadi’ah, Bank Syariah menggunakan akad wadi’ah

yad dhamanah. Dalam hal ini, nasabah bertindak sebagai penitip

yang memberikan hak kepada bank syariah untuk menggunakan atau memanfaatkan uang atau barang titipannya, sedangkan Bank Syariah bertindak sebagai pihak yang dititipi dana atau barang yang disertai hak untuk menggunakan atau memanfaatkan dana atau barang tersebut. bank harus bertanggung jawab terhadap keutuhan harta titipan tersebut serta mengembalikannya kapan saja pemiliknya mengehendaki. Di sisi lain, bank juga berhak sepenuhnya atas keuntungan dari hasil penggunaan atau pemanfaatan dana atau barang tersebut.

3) Simpanan Berjangka (Deposito)

Deposito adalah simpanan pihak ketiga dalam rupiah maupun valuta asing yang diterbitkan atas nama nasabah kepada bank dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan. Simpanan berjangka termasuk deposito on call yang jangka waktunya relative singkat dan dapat diambil sewaktu-waktu dengan pemberitahuan sebelumnya. Dalam produk ini menggunakan akad mudharabah mutlaqah.

Berdasarkan pada penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa dalam perbankan syariah mengenai instrument penghimpunan dana

28

dari masyarakat secara langsung menggunakan tiga instrument simpanan yaitu giro, tabungan dan deposito. Berbeda dengan bank konvensional yang menggunakan bunga sebagai kontraprestasi bagi nasabah, maka dalam perbankan syariah menggunakan prinsip perjanjian dalam Islam yang didalamnya diyakini tidak mengandung unsure riba, maisyir, gharar, yaitu prinsip titipan dan prinsip bagi hasil.

b. Finnancing to Deposit Ratio (FDR)

Finnancing to Deposit Ratio (FDR) atau yang lebih dikenal

sebagai Loan Deposit Ratio dalam bank konvensional adalah rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini. Setiawan (2012) dalam Prastanto (2013:78) menyatakan bahwa FDR menggambarkan tingkat kemampuan bank syariah dalam mengembalikan dana kepada pihak ketiga melalui keuntungan yang diperoleh dari pembiayaan

murabahah.

Financing to Deposit Ratio menunjukkan sejauh mana kemampuan Bank Syariah dalam membayar kembali penarikan dana yang telah dilakukannya kepada nasabah deposan. Rasio ini dipergunakan untuk mengukur sampai sejauh mana dana pinjaman yang bersumber dari dana pihak ketiga disalurkan untuk membiayai pembiayaan. Dengan kata lain, Financing to Deposit Ratio ini digunakan untuk melihat seberapa jauh pembiayaan kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban untuk segera memenuhi hutang jangka pendeknya kepada nasabah deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan pembiayaan tersebut. Rasio ini juga digunakan untuk melihat kemampuan dan kerawanan dari suatu Bank Syariah. Penyaluran pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang direncanakan Financing to Deposit Ratio akan menunjukan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Rasio ini dipergunakan untuk mengukur sampai sejauh mana dana pinjaman

29

yang bersumber dari dana pihak ketiga (Muhammad, 2000 : 74). Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993, besarnya Financing to Deposit Ratio ditetapkan oleh Bank Indonesia tidak melebihi 110%. Hal ini berarti bank boleh memberikan kredit atau pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketigayang berhasil dihimpun asalkan tidak melebihi 110%.Berikut ini merupakan rumus yang digunakan untuk menghitungFinancing to Deposit Ratio:

FDR = Total Pembiayaan x 100% Dana Pihak Ketiga

Suatu bank dikatakan likuid apabila bank yang bersangkutan dapat memenuhi kewajiban utang-utangnya, dapat membayar kembali semua deposannya, serta dapat memenuhi semua permintaan pembiayaan/kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Perangkat yang digunakan oleh bank syariah untuk memenuhi likuiditasnya antara lain: surat berharga pasar modal, pasar uang antar bank syariah (PUAS), SBIS dan Islamic Interbank Money (Arifin, 2002).

Salah satu ukuran untuk menghitung likuiditas bank adalah dengan menggunakan Financing to Deposit Rasio (FDR) yaitu seberapa besar dana bank diberikan sebagai pembiayaan/kredit. Ketentuan Bank Indonesia tentang FDR yaitu perhitungan rasio 80% hingga dibawah 110%. Pemeliharaan kesehatan bank antara lain dilakukan dengan tetap menjaga likuiditannya sehingga bank dapat memenuhi kewajiban kepada semua pihak yang menarik atau mencairkan uangnya.

Tinggi rendahnya rasio ini menunjukkan tingkat likuiditas bank tersebut. Sehingga semakin tinggi angka FDR suatu bank, berarti digambarkan sebagai bank yang kurang likuid dibanding dengan bank yang mempunyai angka rasio lebih kecil (Veithzal Rivai, 2010 : 784).

30

Jika bank syariah memiliki FDR yang terlalu kecil maka bank akan kesulitan untuk menutup simpanan nasabah dengan jumlah pembiayaan yang ada. Sebaliknya jika bank memiliki FDR yang sangat tinggi maka bank akan mempunyai resiko tidak tertagihnya pinjaman yang tinggi dan pada titik tertentu bank akan mengalami kerugian (Susilo, 2000 : 185). Dengan kata lain, FDR yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya atau menjadi tidak likuid. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa bank meminjamkan seluruh dananya atau relatif tidak likuid. Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan.

Dokumen terkait