Pasal 5 berbunyi sebagai berikut :
2) Pembinaan kemandirian
Pembinaan ini diberikan melalui program-program :
2.1. Keterampilan untuk mendukung usaha-usaha mandiri misalnya
kerajinan tangan, industri rumah tangga, referasi mesin dan alat-alat
elektronik dan sebagainya.
2,2. Keterampilan untuk mendukung usaha-usaha industri kecil, contoh
mengolah rotan menjadi perabotan rumah tangga, pembuatan batu
bata, genteng dan batako dan lain sebagainya.
2.3. Keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan bakat
masing-masing misalnya memiliki bakat dibidang seni maka diusahakan
untuk disalurkan ke perkumpulan seniman untuk dapat
mengembangkan bakatnya sekaligus mendapatkan nafkah.
2.4. Keterampilan untuk mendukung usaha-usaha industri atau kegiatan
pertanian misalnya industri kulit, sepatu, usaha tambak udang dan
lain-lain.9)
Bahwa setiap program pembinaan yang diberikan kepada warga
binaan terutama narapidana anak harus sesuai dengan bakat dan minat
narapidana tersebut, serta jenis pembinaan yang diberikan harus bersifat
positif dan bukan hanya sekedar mengisi waktu, akan tetapi benar-benar
9) Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.02.PK.04.10 tahun 1990. Tentang Pola Pembinaan Narapidana
bermanfaat bagi pengembangan diri, perbaikan akhlak dan tingkah laku
narapidana tersebut.
Berbicara mengenai Pembinaan diberikan pada napi anak tidak
semua berjalan sebagaimana yang termuat pada peraturan pemerintah karena
selain sarana dan prasarana yang kurang memadai seperti di LAPAS khusus
anak, juga tidak terpenuhinya hak-hak anak karena tidak semua barapidana
anak ditempatkan di lembaga khusus anak, permaalahan keterbatasan
Lembaga khusus anak di Indonesia, karenanya narapidana anak masih
ditempatkan di Lembaga pemasyarakatan dewasa, dengan demikian
pelaksanaan pembinaan yang di jalankan seperti program pada
narapidana dewasa. Pembinaan untuk narapidana anak hanya
sebatas :
a) Pembinaan kesadaran beragama.
Usaha ini diperlukan agar dapat ditunjukan imannya terutama
mamberikan pengertian agar narapidana anak tersebut dapat menyadari
akibat-akibat dari perbuatan yang salah. Pada dasarnya narapidana
yang ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan di pacu untuk tetap
berbuat baik, di.beri bimbingan kerohanian , dengan mendatangkan
penceramah-penceramah yang terjadawal dari syariat Islam yang
berkerja sama antara pihak LAPAS pada PEMDA setempat ,maupun
penceramah dari luar daerah202.
202 Ngadi , Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas II-B Kota cane, Aceh Tenggara, tanggal 2 maret 2017
b) Pembinaan mengintegrasikan diri dengan masyarakat.
Hal ini dapat dilihat dari kepatuhan untuk terus beribadah melakukan
usaha sosial secara gotong royong203.
c) Untuk masalah kepatuhan beibadah dan melakukan kegiatan gotong
royong di setiap lembaga pemasyarakatan telah di sediakan
tempat-tempat beribadah , mengenai mengintegrasikan diri dengan masyarakat.
, setiap hari libur senatiasa di agendakan untuk berbaur dengan
masyarakat dengan cara bergotong royong bersama pegawai LAPAS di lingkungan luar ‘LAPAS 204
d) Pembinaan kemandirian.
Dapat berupa pelatihan bagi narapidana anak laki-laki hanya membuat
keterampilan kerajinan tangan seperti buat kapalan-kapalan dari bambu
dan ikut berpartisifan buat kolam ikan dengan narapidana dewasa205. bagi yang tidak ke sekolah lagi juga dengan keterampilan kerja lainnya,
yang tidak membahayakan si anak tidak semua LAPAS melaksanakana
pembinaan kemandirian terutama narapidana yang ditempatkan di
LAPAS dewasa ,hal ini sesuai dengan isiatif di Ka. LAPAS nya
masing-masing.lembaga pemasyarakatannya
203 Modong, Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Kelas II-B sebagai Staf , tanggal 2 maret 2017
204 Feri Panji Iskandar. S.H, Pegawai LAPAS Kelas II-B Langsa, bagiann anggota Pengamanan , Kota Langsa 21 April 2018
205 Firman , Narapidana Anak Kasus Pencurian di LAPAS kelas II-B kualasimpang, kota kualasimpang, tanggal 30 september 2017
Pembinaan Narapdana anak tidak dapat dilaksanakan sebagaimana
yang diatur pada Pada Peraturan Pemeruntah Nomor 99 tahun 2012 tentang
perubahan kedua atas pereturan Pemerintah Nomor 32 tahaun 1999, dan
berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI No.M,02-PK.04.10 Tahun
1990 tentang Pola Pembinaan narapidana dan tahanan,.karena selain LAPAS
kelas II-B diperuntukan untuk narapidana dewasa juga karena fasilitas tidak
tersedia
Dalam hal pelaksanaan Pembinaan narapidana di lembaga
Pemasyarakatan telah disuaikan dengan surat keputusan Menteri Kehakiman
RI No.M,02-PK.04.10 Tahun 1990, tentang Pola Pembinaan Narapidana
yang membagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu pembinaan kepribadian
dan pembinaan kemandirian.
Menteri Kehakiman Republik Indonesia. telah membentuk pola
Pembinaan narapidana dan tahanan., yaitu pembinaan Kepribadian dan
pembinaan kemandirian. Yang dinyatakan ; Sistem Pemasyarakatan
dilaksanakan dalam rangka membentuk Warga binaan kemasyarakatan agar
menjadi manusia seutuhnya, dan menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan
tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali di
masyarakatnya, untuk tercapainya pembinaan di lembaga pemasyarakatan,.
Pelaksanaan Pembinaan kepribadian adalah Pembinaan kesadaran
beragama; Pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara,; Pembinaan
mengintegrasikan diri dengan masyarakat . Sedangkan Pembinaan
Kemandirian ini diberikan melalui program-program antara lain yaitu :
4. Keterampilan untuk mendukung usaha-usaha mandiri misalnya
kerajinan tangan, industri rumah tangga, referasi mesin dan
alat-alat elektronika dan sebagainya., Keterampilan untuk mendukung
usaha-usaha industri kecil contoh mengolah rotan menjadi
perabotan rumah tangga, pembuatan batu bata, genteng dan bataku
dan lain sebagainya
5. Keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan bakat
masing-masing misalnya memiliki bakat dibidang seni, maka diusahakan
untuk disalurkan ke perkumpulan seniman untuk dapat
mengembangkan sekaligus mendapatkan nafkah;
3 Keterampilan untuk mendukung usaha-usaha industri atau Warga
binaan terutama narapidana anak harus sesuai dengan bakat dan
minat Narapidana tersebut, serta jenis pembinaan yang diberikan
harus bersifaf positif dan bukan hanya sekedar mengisi waktu, akan
terapi benar-benar bermanfaat bagi pengembangan diri, perbaikan
akhlak dan tingkah laku narapidana tersebut .206
Namun pada kenyataannya sifat pembinaan masih berupa sistem
pemenjaraan, sehingga institusi yang dipergunakan sebagai tempat
pembinaan adalah rumah penjara bagi narapidana dan rumah pendidikan
206 Keputusan Menteri Kehakiman RI No.M,02-PK.04.10 Tahun 1990,tentang Pola Pembinaan Narapidana dan tahanan
negara bagi anak yang bersalah, karena secara faktual hal yang diharapkan
tersebut tidak bisa terealisasi dengan baik, karena menurut hasil penelitian
data yang diperoleh narapidana anak di Indonesia masih ada yang di
tempatkan di lembaga pemasyarakatan dewasa karena tidak semua daerah
kabupaten /kota tersedia lembaga pemasyarakatan anak sehingga anak
yang bermasalah dengan hukum dan berstatus sebagai narapidana anak
menjalankan pidananya di Lembaga Pemasyarakatan dewasa207 (di lampiran)
4 Menteri Hukum dan HAM RI Nomor. M.2.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang syarat dan tata cara pelaksanaan asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas dan cuti bersyarat
Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor : .01.Pk.04.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat
Dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat , Cuti
Menjelang Bebas Dan Cuti Bersyarat menjelaskan narapidana dapat
memperoleh hak-haknya untuk mendapatkan cuti bersyarat maupun
pembebasan bersyarat apabila telah memenuhi syarat substantif dan syarat
administratif.
Narapidana atau anak didik pemasyarakatan dapat diberikan
pembebasan bersyarat dan cuti menjelang bebas apabila telah memenuhi
persyaratan substantif dan administratif. Berdasarkan Pasal 6 Peraturan
207 Sumber dari data penghuni LAPAS tahun 2016 di seluruh `Indonesia (pada Lampiran)
Menteri Hukum dan HAM RI No. M.2.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang
syarat dan tata cara pelaksanaan asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti
menjelang bebas dan cuti bersyarat adapun yang menjadi persyaratan
substantif yaitu :
a. Telah menunjukkan kesadaran dan penyesalan atas kesalahan yang
menyebabkan dijatuhi pidana ;
b. Telah menunjukkan budi pekerti dan moral yang positif ;
c. Masyarakat dapat menerima program kegiatan pembinaan narapidana
dan anak pidana yang bersangkutan ;
d. Berkelakuan baik selama menjalani pidana dan tidak pernah mendapat
hukuman disiplin.
Selain persyaratan substantif di atas, berdasarkan ketentuan Pasal 7 dari
peraturan Menteri Hukum dan HAM di atas, maka narapidana atau anak
didik pemasyarakatan juga harus memenuhi persyaratan administratif,
diantaranya : 1. Kutipan putusan hakim (ekstrak vonis) ;
2. Laporan penelitian kemasyarakatan yang dibuat oleh pembimbing
kemasyarakatan atau laporan perkembangan pembinaan narapidana dan
anak didik pemasyarakatan yang dibuat oleh wali pemasyarakatan
Surat pemberitahuan ke kejaksaan negeri tentang rencana pemberian
pembebasan bersyarat, cuti bersyarat dan cuti menjelang bebas terhadap
3. Salinan register F (daftar yang memuat pelanggaran tata tertib yang
dilakukan narapidana dan anak didik pemasyarakatan selama menjalani
masa pidana) dari kepala lapas ;
4. Salinan daftar perubahan atau pengurangan masa pidana, seperti grasi,
remisi, dan lain-lain dari kepala Lapas ;
5. Surat pernyataan kesanggupan dari pihak yang akan menerima
narapidana dan anak didik pemasyarakatan, seperti pihak keluarga,
sekolah, instansi pemerintah atau swasta dengan diketahui oleh
Pemerintah Daerah setempat serendah-rendahnya lurah atau kepala
desa.
Selanjutnya salah satu persyaratan administratif yang terlebih
dahulu harus dipersiapkan oleh narapidana untuk dapat diberikan
program pembinaan di luar lembaga pemasyarakatan adalah surat
jaminan dari pihak keluarga terdekat dari narapidana tersebut. Surat
jaminan yang di buat oleh keluarga narapidana yang menyatakan bahwa
keluarga narapidana bersedia untuk menerima kembali narapidana yang
bersangkutan untuk bertempat tinggal di alamat penjamin dan akan
membantu penghidupan narapidana baik moril maupun materil. Surat
jaminan yang dibuat oleh keluarga narapidana nantinya akan dibawa ke
kelurahan setempat yang dimaksudkan agar pihak pemerintah setempat
sedang menjalani pidana di LAPAS dan akan dilaksanakan program
pembinaan bebas bersyaratnya oleh pihak LAPAS.208
6. Keputusan Menteri Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia Nomor