• Tidak ada hasil yang ditemukan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

Pasal 5 berbunyi sebagai berikut :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

BAB III

PENGANTURAN HUKUM TENTANG PEMBINAAN NARAPIDANA ANAK DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN TIDAK MENGAKOMODIR

HAK-HAK ANAK.

A Pengaturan Hukum Tentang Pembinaan Narapidana Anak Di Lembaga Pemasyarakatan

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.

Sejak tahun 1917, baru tahun 1964 Indonesia melahirkan apa yang

dinamakan Sistem Pemasyarakatan. Dalam rangka mewujudkan sistem

pemasyarakatan tersebut pemerintah berusaha mengganti secara

keseluruhan ketentuan perundang-undangan yang masih mendasarkan pada

sistem kepenjaraan dengan peraturan yang berdasarkan nilai pancasila dan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, maka tanggal 30

Desember 1945 dibentuklah undang-undang Pemasyarakatan yaitu

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

yang terdiri dari 8 bab dan 54 pasal.187

Menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995,

Sistem Pemasyarakatan adalah :

“Suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaann warga binaan pemsyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina dan masyarakatan untuk meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak dipidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat. Dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab”

Dari rumusan Pasal 1 ayat (2) tersebut terlihat bahwa sistem

pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara

pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang

dilaksanakan secara terpadu antara pembinaan yang dibina dan

masyarakatan, untuk mewujudkan suatu peningkatan warga binaan

pemasyarakatan yang menyadari kesalahannya, memperbaiki diri dan tidak

mengulangi tindak pidana sehingga dapt diterima kembali oleh lingkungan

masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup

secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab

Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa unsur-unsur sistem

pemasyarakatan adalah pembinaan (personil/staf lembaga pemasyarakatan,

yang dibina (narapidana)) dan pemasyarakatan, selanjutnya Menurut Pasal

1 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1995

menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pemasyarakatan adalah :

“kegiatan untuk melakukan pembinaan warga binaan

pemasyaraktan berdasarkan sistem, kelembagaan dan cara pembinaan yang

merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana”.188 Sistem pemasyarakatan yang diselenggarakan adalah dalam rangka membentuk warga binaan pemesyarakatan agar menjadi manusia

seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi

tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan

masyarakatat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup

secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab,

sebagaimana di atur dalam Pasal 2.

Dalam Pasal 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1995 di sebutkan bahwa yang dimaksud dengan “agar menjadi

manusia seutuhnya adalah upaya untuk memulihkan narapidana dan anak

188.Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

didik Pemasyarakatan kepada fitrahnya dalam hubungan manusia dengan

pribadinya, manusia dan sesamanya manusia dengan lingkungannya.189 Sistem pemasyarakatan yang dimuat dalam ketentuana pasal 1

ayat (2) tersebut dalam melaksanakan pembinaan terhadap narapidana di

dasarkana pada beberapa hal sebagaimana dalam Pasal 5 Undang-undang

Nomor 12 tahun 1995 menyatakan, bahwa; Sistem Pemasyarakatan

dilaksanakan berdasarkan atas ;

a. Pengayoman;

b. Persamaan perlakuan dan pelayanan; c. Pendidikan;

d. Pembimbingan;

e. Penghormatan harkat dan martabat manusia;

f. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan dan;

g. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu.190

Dalam Penjelasan Pasal 5 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995,

di jelaskan sebagai berikut :

a. ”Pengayoman” adalah perlakuan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan dalam rangka melindungi masyarakat dari kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh Warga Binaan Pemasyarakatan, juga memberikan bekal hidupnya terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan agar menjadi warga yang berguna bagi masyarakat.

b. ”Persamaan perlakuan dan pelayanan” adalah pemberian perlakuan dan pelayanan yang sama kepada Warga Binaan Pemasyarakatan tanpa membeda-bedakan orang.

c. ”Pendidikan” adalah bahwa penyelenggara pendidikan dan bimbingan dilaksanakan berdasarkan Pancasila, antara lain penanaman jiwa kekeluargaan, keterampilan, pendidikan kerohanian, dan kesempatan untuk menunaikan ibadah.

189Pasal 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

190Pasal 5 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1995 tentang masyarakatan

d. penghormatan harkat dan martabat manusia” adalah bahwa sebagai orang yang tersesat. Warga Binaan Pemasyarakatan harus tetap diperlakukan sebagai manusia.

e. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya

penderitaan”adalah Warga Binaan Pemasyarakatan harus berada dalam LAPAS untuk jangka waktu tertentu, sehingga mempunyai kesempatan penuh untuk memperbaikinya. Selama di LAPAS, (Warga Binaan Pemasyarakatan tetap memperoleh hak-haknya yang lain seperti layaknya manusia, dengan kata lain hak perdatanya tetap dilindungi seperti hak memperoleh perawatan kesehatan, makan, minum, pakaian, tempat tidur, latihan, keterampilan, olahraga, atau rekreasi

f. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu” adalah bahwa walaupun Warga Binaan Pemasyarakatan berada di LAPAS, tetapi harus didekatkan dan dikenalkan dengan masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat, antara lain berhubungan dengan masyarakat dengan bentuk kunjungan, hiburan ke dalam LAPAS dari anggota masyarakat yang bebas, dan kesempatan berkumpul bersama sahabat dan keluarga seperti program cuti mengunjungi keluarga191

Untuk mewujudkan sistem pembinaan pemasyarakatan tersebut,

maka secara tegas undang-undang Republik Indonesia nomor 12 tahun

1995 tentang pemasyarakatan mengatur tentang hak-hak yang dimiliki

oleh narapidana. Pasal 14 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 ini

Menyatakan Bahwa :

1. Narapidana berhak :

a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaan. b. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani. c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

d. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak e. Menyampaikan keluhan

f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak terlarang.

g. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan.

191 Penjelasan Pasal 5 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995, tentang Pemasyarakatan

h. Menerima kunjungan keluarga penasehat hukum atau orang tertentu lainnya.

i. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi)

j. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti, mengunjungi keluarga

k. Mendapatkan pembebasan bersyarat l. Mendapatkan cuti menjelang bebas

m. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.192

Terlihat Pasal 5 dan pasal 14 pada Undang-undang Nomor

Republik Indonesia 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan secara tegas

telah menyatakan hak-hak narapidana , hal ini adalah bertujuan 193agar narapidana dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan masyarakat

sehingga pada waktu yang bersangkutan kembali ke masyarakat nantinya

telah memiliki sifat-sifat positif dan dapat berpartisifasi dalam

pembangunan.

Secara umum Sistem Pemasyarakatan tersebut berlaku untuk

warga binaan yaitu narapidana dan anak pidana yang ditempatkan di lembaga Pemasyarakatan. pada Pasal 5 Huruf f Manyatakan “Kehilangan

kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan”194 , tetapi dalam kenyataannya tidak dapat menjamin kehilangan kemerdekaan adalah

satunya penderitaan , karena tidak dapat dipungkiri narapidana anak yang

ditempatkan di lembaga pemasyarakatan ,pastinya akan kehilangan haknya

sebagai anak normal karena pada saat putusan inkracht langsung menjadi

192Pasal 14 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

193A.Josias Simon R, Thomas sunaryo, 2011, Lubuk Agung, Bandung,hlm.31

194 Pasal 5 Huruf f Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

status narapidana dan di tempatkan di lembaga pemasyarakaant, mereka

akan hidup terpisah dari orang tuanya , keluarga dan lingkungan

masyarakatnya.

Kenyataan cukup sulit untuk tetap dapat dianggap sebagai anggota

masyarakat yang hidup bebas dan diperkenankan untuk berkumpul

bersama sahabat dan keluarga seperti program cuti mengunjungi keluarga

(CMK ) yang tertuang pada 5 huruf g Pada Undang-undang ini Juga (UU

RI No 12 tahun 1995), sementara ini adalah suatu konsep pembinaan yang

berjiwakan pancasila yang memiliki sifat-sifat positif dan membangun ,

tetapi kenyataan pada pelaksanaan pembinann narapidana anak yang

berstasus narapidana anak tidaklah mudah untuk mendapatkan hak ini,

karena selama ini narapidana pembinaannya hanya berada di dalam

LAPAS , dan akan berkumpul dengan keluarga setelah selesai menjalani

pidananya., jadi dengan hal yang demikian jelas narapidana anak yang

ditempatkan di LAPAS hilang haknya artinya habislah hak-hak mereka

sebagai anak, yang diketahui anak seharusnya mendapatkan perlindungan

sebagai anak, yang senantiasa harus mendapat perhatian khusus dari

keluarga, masyarakatnya, dan lingkungannya,

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang