• Tidak ada hasil yang ditemukan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Pasal 5 berbunyi sebagai berikut :

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak

Selanjutnya berbicara mengenai perlindungan anak dalam hal

pembinaan anak di LAPAS tidak terlepas dari bagaimana untuk melindungi

yang di tempatkan di lembaga pemasyarakatan ,penjelasan Undang-undang

Nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak telah berisikan

prinsip perlindungan hukum terhadap anak dan menyatakan harus sesuai

dengan komvensi hak-hak anak (convention on the rights of child)

sebagaimana telah diratifikasi oleh pemerintah RI dengan keputusan

Presiden Nomor 36 tahun 1990, tentang pengesahan convention on the rights

of child (konvensi hak-hak anak)195

Dengan disebutkannya konvensi hak-hak anak tersebut dalam

pertimbangan ditetapkan nya Undang-undang Nomor 11 tahun 2012,(UU

tentang sistem peradilan pidana anak) dan penjelasan umumnya, maka baik

langsung maupun tidak langsung Undang-undang Nomor 11 tahun 2012

merupakan penjabaran dari konvensi hak-hak anak .Oleh karena untuk

menerapkan Undang-undang Nomor 11 tahun 2012 harus memperhatikan

pula ketentuan yang terdapat dalam konvensi hak-hak anak. Yaitu umtuk

melindungi hak-hak anak

Pasal 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014

Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak menentukan bahwa asas atau prinsip konvensi hak-hak

anak , meliputi sebagai berikut :

1. Non-diskriminasi.

195 R, wiyono,2016, Sistem Peradilan Pidana Anak Di Indonesia, Timur, Sinar Grafika, Jakarta ,hlm 30-32

Dalam hal ini yang dimasud dengan asas non diskriminasi adalah semua

hak yang diakui dan terkandung dalam konvensi hak-hak anak harus

diberlakukan kepada setiap anak tampa pembedaan apa pun196 Prinsip ini Artinya semua hak yang diakui dan terkandung dalam Konvensi Hak Anak

harus diberlakukan kepada setiap anak tanpa pembedaan apapun. Prinsip ini tertuang dalam Pasal 2 ayat (1) Konvensi Hak Anak, yakni

“Negara-negara peserta akan menghormati dan menjamin hak-hak yang diterapkan

dalam konvensi ini bagi setiap anak yang berada dalam wilayah hukum

mereka tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun, tanpa memandang ras,

warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pandangan politik atau

pandangan-pandangan lain, asal-usul kebangsaan, etnik atau sosial, status

kepemilikan, cacat atau tidak, kelahiran atau status lainnya baik dari si anak sendiri atau dari orang tua atau walinya yang sah”. Pasal 2 ayat (2)

berisi ketentuan bahwa, Negara-negara peserta akan mengambil semua

langkah yang perlu untuk menjamin agar anak dilindungi dari semua

bentuk diskriminasi atau hukuman yang didasarkan pada status, kegiatan,

pendapat yang dikemukakan atau keyakinan dari orang tua anak, walinya

yang sah atau anggota keluarganya.

2. Kepentingan yang terbaik bagi anak,

Dalam hal ini yang dimaksud dengan asas kepentingan yang terbaik bagi

anak adalah bahwa dalam semua tindakan yang menyangkut anak

196 Hadi Supeno,2010, Kriminalisasi Anak, Gramedia Pustaka Utama, cetakan ke-1 ,Jakarta, hlm 54

dilakukan oleh pemerintah, masyarakat , badan legislatif , dan badan

yudikatif, maka kepentingan yang terbaik bagi anak harus menjadi

pertimbangan utama197. Prinsip yang terbaik bagi anak (best interest of the

child). Pasal 3 ayat (1) berisi ketentuan bahwa, dalam semua tindakan yang

menyangkut anak yang dilakukan oleh lembaga-lembaga kesejahteraan

sosial pemerintah atau badan legislatif, kepentingan yang terbaik bagi anak

harus menjadi pertimbangan utama (Pasal 3 ayat (1))

3. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan

Perkembangan adalah hak asasi yang paling mendasar bagi anak yang di

lindungi oleh negara, pemerintah, masyarakat, keluarga,dan orang tua.198 Prinsip atas hak hidup, kelangsungan dan perkembangan (the rights to life,

survival and development). Pasal 6 ayat (1) berisi ketentuan bahwa,

Negara-negara peserta mengakui bahwa setiap anak memiliki hak yang

melekat atas kehidupan. Pasal 6 ayat (2) berisi ketentuan bahwa,

negara-negara peserta akan menjamin sampai batas maksimal kelangsungan hidup

dan perkembangan anak.

4 Penghargaan terhadap pendapat anak

Dalam hal ini yang di maksud dengan asas penghargaan terhadap pendapat

anak adalah penghormatan atas hak-hak anak untuk berpartisipasi dan

menyatakan pendapatnya dalam pengambilan keputusan, terutama jika

197 Penjelasan Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

198 Penjelasan Pasal 2 Hurup C Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

menyangkut hal-hal yang mempengaruhi kehidupannya 199 Prinsip penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the views of the child),

Pendapat anak, terutama jika menyangkut hal-hal yang mempengaruhi

kehidupannya, perlu diperhatikan dalam setiap pengambilan keputusan.

Prinsip ini tertuang dalam Pasal 12 ayat (1) Tujuan dari Konvensi Hak

Anak, yaitu : Negara-negara peserta akan menjamin agar anak-anak yang

mempunyai pandangan sendiri akan memperoleh hak untuk menyatakan

pandangan-pandangannya secara bebas dalam semua hal yang

mempengaruhi anak, dan pandangan tersebut akan dihargai sesuai dengan

tingkat usia dan kematangan anak. Prinsip ini sesuai dengan implementasi

dari Pasal 6 Konvensi Hak Anak, yang seterusnya dengan cara eksplisit

dianut juga sebagai prinsip-prinsip sumbernya yang terdapat dalam

Undang-undang Perlindungan anak, Kemudian prinsip ini juga

dituangkan dalam norma hukum Pasal 4. Undang-undang Republik

Indonesia nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang

nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak . yang menyatakan “ Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan

berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.”200

199 Penjelasan Pasal 2 Hurup d Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

200 Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Jikalau dibandingkan, norma hukum pada Pasal 4 Undang-undang

perlindungan anak tersebut, hal ini jelas mengacu & bersumber pada Pasal 28 B

ayat I & ayat 2 Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945. Semua ini

adalah ujud nyata prinsip-prinsip konsep pembinaan narapidana di lembaga

pemasyarakatan yang bertujuan membentuk kepribadian anak yang lebih baik

dan bermartabat201

Pelaksanaan Pembinaan narapidana tidak dapat disamakan dengan

pembinaan narapidana dewasa, karena perbedaan fisik dan mental si anak,

diharapkan dengan adanya peraturan khusus pembinaan narapidana anak

tersebut anak mendapat perlindungan yang dapat menumbuhkan seluruh

kemampuan dan bakat yang terkandung dalam diri anak, juga dapat tumbuh

dengan wajar secara lahir bathin, bebas dari segala bentuk ancaman dan

gangguan.

Kenyataan terlihat pada tabel rekapitulasi penghuni di LAPAS di

Indonesia masih menempatkan narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan

tidak memungkinkan untuk mendapatkan hak - haknya sebagaimana yang di

tegaskan pada Pasal 20 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan menunjukan adanya pembinaan

terhadap Anak Pidana di LAPAS Anak dilakukan penggolongan atas dasar :

a. umur;

b. jenis kelamin;

c. lama pidana yang dijatuhkan; d. jenis kejahatan; dan

e. kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan pembinaan

Berdasarkan data laporan penghuni narapidana masih banyak di

daerah kabupaten /kota di Indonesia yang menempatkan narapidana anak di

lembaga pemasyarakatan dewasa. Dengan demikian perioritas kebijakan

penempatan anak di LAPAS memberi gambaran seberapa buruk kondisi

anak-anak yang berstatus sebagai narapidana, terlebih apabila anak pidana di

tempakan di LAPAS dewasa. karena rentan anak atas segala perlakuan yang

tidak layak dan terancam pembelajaran prilaku kriminal dari

narapidana-narapidana dewasa.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2012