• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemenuhan rasio pencadangan (PPAP) mencapai 103% Pembiayaan UKM dan Mikro diproyeksikan akan tumbuh terutama setelah Bank

Dalam dokumen Annual Report 2008 Bank Mega Syariah (Halaman 52-55)

Mega Syariah melakukan pembukaan distrik dan unit baru.

b. Rate of return

Trend penurunan BI Rate belum terlalu berpengaruh terhadap biaya dana, sehingga walaupun terjadi peningkatan pendapatan (nisbah, margin dan hasil sewa) tetapi beban biaya dana juga meningkat. Kondisi ekonomi Indonesia yang tidak terlalu menggantungkan sumber pendapatan dari ekspor merupakan faktor positif yang dapat menahan pengaruh eksternal baik volatilitas harga minyak maupun krisis ekonomi Amerika. BI Rate diperkirakan akan terus turun sehingga akan sangat membantu sektor riil yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tingkat pendapatan Bank.

c. Likuiditas

Pertumbuhan pembiayaan yang cukup tinggi diimbangi dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga yang cukup tinggi pula sehingga Bank tidak terlalu terpengaruh risiko Likuiditas. Beberapa faktor yang mendukung keamanan likuiditas Bank antara lain posisi secondary reserve dalam bentuk SBIS dan Surat Berharga yang dapat dijaga pada tingkat aman dan ketentuan BI yang memperbolehkan dilakukannya repo terhadap SBSN. Perkembangan pasar keuangan syariah dalam bentuk penerbitan berbagai macam surat berharga syariah dan yield SBIS yang semakin menarik juga semakin membantu pengelolaan likuiditas Bank.

b. Rate of return

The decrease trend of BI rate was not much influencing

against cost of funds, despite of increase of return (nisbah, margin and lease return) cost of funds was also increased. The condition of Indonesian economy being not so much dependent on the source of income from export was a positive factor to hold back external effects, both the volatile oil prices and American economic crisis. BI rate was estimated to go down that much supportive

to the real sector and ultimately influencing the

Bank’s level of income.

c. Liquidity

High growth of financing in balance with high growth

of Third Party Funds made the Bank not so much influenced by liquidity risk. Some factors supporting

the security of Bank’s liquidity were, among others, the position of secondary reserve in form of SBIS and Commercial Papers to be maintained at secured level and BI regulation allowing repo (repurchase) of SBSN. The development of sharia money market by the issuance of various sharia commercial papers and also SBIS yield which was getting more attractive was much helpful in managing the Bank’s liquidity.

d. Operasional

Peningkatan volume pembiayaan setelah bank meluncurkan strategi pembiayaan terhadap sektor mikro akan meningkatkan eksposur risiko operasional. Salah satu sumber peningkatan adalah proses internal terutama sumber daya manusia. Sementara, faktor eksternal dapat berupa perubahan kondisi ekonomi makro maupun kebijakan pemerintah. Mitigasi risiko dilakukan melalui proses analisa bisnis dalam penentuan lokasi outlet-outlet Mega Mitra Syariah (M2S).

Profil risiko kepatuhan dapat dijaga pada kondisi baik, hal ini terlihat pada beberapa indikasi seperti:

• Tidak terdapat pelanggaran kepatuhan terhadap

kebijakan, prosedur internal, ketentuan BI dan UU serta standard etika bisnis yang dapat mempengaruhi reputasi Bank.

• Posisi CAR dan pemenuhan PPAP dan GWM diatas ketentuan yang wajib dipenuhi, NPF dibawah

ketentuan maksimal Bank Indonesia, serta tidak adanya pelampauan maupun pelanggaran BMPK.

• Monitoring penerapan KYC sudah berjalan efektif.

Proses manajemen risiko selama tahun 2008

Substansi dari proses manajemen risiko adalah mengurangi dampak (mitigasi) dan mengendalikan risiko pada setiap aktifitas operasional bank agar sesuai dengan risk appetites. Langkah utamanya adalah bank berpegang pada prinsip kehati-hatian dan comply terhadap setiap ketentuan-ketentuan terkait. Secara umum proses manajemen risiko mencakup identifikasi, pengukuran, pengendalian dan pemantauan risiko, di mana diperlukan adanya aktivitas antara lain sebagai berikut: a. Memahami aspek-aspek penting risiko dan memiliki komitmen yang dikomunikasikan pada setiap level organisasi dalam rangka membangun budaya risiko yang efektif dan sehat.

b. Antisipatif dan responsif serta dapat mengambil tindakan yang tepat terhadap perubahan-perubahan, ketentuan-keterntuan serta isu-isu terkait Bank. c. Continuous improvement utamanya pada proses operasi, sistem teknologi informasi dan

pengendalian internal.

d. Kaji ulang secara berkala terhadap strategi, prosedur, proses data, contingency plan dan praktek

operasional lainnya.

d. Operations

Increase of financing volume upon the launching of the Bank’s financing strategy toward micro sector will improve the exposure of operational risk.

One of the sources of increase was the internal process in particular human resources. Meanwhile, external factor might be in form of change to macro economic condition as well as government policy. Risk mitigation was made through business analysis process in determining the locations of outlets of Mega Mitra Syariah (M2S).

Compliance risk profile could be maintained in good condition, as seen in some indications, such as:

• No breach of policy, internal procedure, BI regulations

and Law as well as standard business ethic that may

influence the Bank’s reputation.

• Position of CAR and fulfillment of Provision for

Earning Assets Losses (PPAP) and Statutory Reserves

(GWM) above requirement, NPF position below BI’s

maximum requirement, and no excess or violation of Legal Lending Limit (BMPK).

• Monitoring KYC application in effective manner.

Risk Management Process in 2008

The substance of risk management process is to reduce the impact (mitigation) and control risk on each bank’s operational activity to be in line with risk appetites. The main step is that bank observes the prudential principle and complies with all related provisions. In general risk management process includes identification, measurement, control and monitoring of risk, which requires activities of, among others, as follows:

a. Understanding the important aspects of risk and having the commitment to be communicated to each level of the organization in the framework of creating an effective and sound risk culture.

b. Antisipative and responsive, and able to take accurate action against changes, provisions and issues related to the Bank.

c. Continuous improvement, particularly in operational process, information technology system and internal control.

d. Periodic review on the strategy, procedure, data processing, contingency plan and other operational practices.

e. Melakukan assessment risiko terhadap setiap produk dan aktifitas baru yang akan diluncurkan, sehingga risiko dapat diidentifikasi lebih dini berikut mitigasinya.

Langkah-langkah untuk mengurangi risiko di tahun 2009

• Diversifikasi jenis pembiayaan dengan mengeluarkan

jenis pembiayaan baru yaitu pembiayaan pensiun dan meneruskan program pembiayaan gadai dan UKM.

• Mengurangi jenis pembiayaan korporat dan komersil

dan memfokuskan pembiayaan sektor usaha kecil dan mikro.

• Manajemen pricing dana dan pembiayaan yang lebih

baik dimana bank akan berusaha memperbesar jumlah dana murah dan mengurangi dana mahal. Perbaikan juga dilakukan di sisi pembiayaan dimana bank hanya akan memberikan pembiayaan

untuk sektor yang telah dikuasai dengan baik dan menghindari pembiayaan untuk sektor yang sama sekali baru.

• Pelatihan dasar manajemen risiko untuk pegawai baru.

e. Conducting risk assessment on each product and new activity to be launched, and that it enables the Bank to identify risk and its mitigation at earlier stage.

Measures to reduce risk in 2009

• Diversification of financing by issuing new type of

financing, i.e. pension financing and continuing pawn and UKM financing program.

• Decreasing corporate and commercial financing

and focusing on the financing of small and micro business sector.

• Better fund management pricing and financing

whereby Bank will attempt increasing cheap funds and decreasing expensive funds. Recovery is made to the financing side in which Bank will only render financing to the sector it knows well and avoids financing to a brand new sector.

Program sertifikasi manajemen risiko

Salah satu faktor penentu kualitas pelaksanaan manajemen risiko adalah pemahaman dan pengetahuan pegawai mengenai risiko. Risk-awareness yang tinggi bagi Pengurus dan Pejabat bank bukan sekedar pemenuhan kewajiban BI melainkan kebutuhan mutlak bagi operasional bank.

Sesuai ketentuan Bank Indonesia dalam PBI No. 7/25/ PBI/2005 dan PBI No. 8/9/PBI/2006 tentang Sertifikasi Manajemen Risiko bagi pengurus dan pejabat Bank Umum, pada tahun 2009, Bank Mega Syariah akan melanjutkan program sertifikasi pegawai sehingga Bank Mega Syariah dapat mensertifikasi seluruh pejabat. Proyeksi pemenuhan tingkat

sertifikasi adalah:

• Level 3 sebanyak 36% • Level 2 sebanyak 28% • Level 1 sebanyak 100%

Risk management certification program

One factor determining the quality of risk management is the understanding and knowledge of employee concerning risk. High risk awareness for Bank Management and Officers is not just to meet BI requirement but it is an abosute requirement for bank operation.

Pursuant to Bank Indonesia provision in Bank Indonesia Regulations No. 7/25/PBI/2005 and No. 8/9/PBI/2006 concerning Risk Management Certification for Management and Officers of Commercial Bank, in 2009 Bank Mega Syariah will continue the certification program for employees and that the Bank can include all officers in the certification program. Projected certification is as follows:

• Level 3 - 36% • Level 2 - 28% • Level 1 - 100%

This basic principle is the foundation for Bank Mega Syariah in conducting

Dalam dokumen Annual Report 2008 Bank Mega Syariah (Halaman 52-55)