BAB IV PEMELIHARAAN HARIAN MESIN PENGGELAR ASPAL
4.3 Pemeriksaan Keliling
a. Baut pengikat yang kendor atau rusak
Setiap baut pengikat dikencangkan sampai ukuran kekencangan tertentu yang diukur berdasarkan momen puntir dari mur/ baut yang bersangkutan.Baut pengikat kendor adalah baut pengikat yang kekencangannya kurang dari yang seharusnya.
b. Baut pengikat yang harus diperiksa
Sebagai pengikat komponen ke unit (misalnya) digunakan baut-baut pengikat.Mesin penggelar aspal memiliki begitu banyak komponen, sehingga pada unit/ mesin penggelar aspal terdapat begitu banyak baut pengikat.Akan tetapi yang harus diperiksa hanya sebagian daripada itu.
Baut pengikat yang harus diperiksa adalah baut-baut pengikat yang cukup rawan kendor akibat gerakan komponen yang diikatnya.
Sebagai contoh :
• Baut-baut pengikat roda ban.
• Baut-baut pengikat track.
• Dan baut-baut pengikat komponen yang banyak terkena getaran atau terkena gesekan (misalnya dengan tanah).
c. Pemeriksaan baut pengikat.
Baut-baut pengikat diperiksa secara visual tanpa menggunakan alat/
tools untuk kemungkinan ada yang kendor. Pemeriksaan dilakukan tiap hari sebelum mulai dengan kegiatan pekerjaan penggelaran aspal panas.
Bila dari pemeriksaan visual terdapat baut yang diragukan kekencangannya, barulah diperiksa dengan menggunakan tools yang sesuai.
Salah satu tanda bahwa kekencangannya meragukan adalah mur/baut pengikat terlihat bergeser dari posisi semula (tanda fisik).
d. Tindak lanjut sesuai hasil pemeriksaan.
Pemeriksaan baut-baut pengikat dapat memberikan hasil :
• Tidak ada terlihat kendor atau rusak.
• Baut pengikat rusak atau hilang.
• Baut pengikat terlihat kendor.
Semua hasil pemeriksaan harus ditindak lanjuti :
• Dilaporkan bahwa tidak ada kelainan.
• Dilaporkan bahwa ada kelainan.
• Ditangani baru dilaporkan.
Laporan terhadap hasil laporan tersebut dilakukan dengan menuliskan pada format LHO pada kolom yang disediakan.
4.3.2 Pemeriksaan kebocoran minyak pelumas, minyak hidrolik, bahan bakar dan air pendingin
a. Kebocoran minyak pelumas, minyak hidrolik, bahan bakar dari air pendingin.
Kebocoran minyak pelumas, minyak hidrolik, bahan bakar dari air pendingin dari sistem terjadi melalui sambungan pipa yang yang rusak tempat penampungan yang berlubang atau dengan cara yang lain, baik sedikit (rembes, menetes) atau banyak.
Kebocoran-kebocoran dari cairan tersebut tidak boleh terjadi, karena dapat membahayakan sistem dan juga menimbulkan pencemaran.
b. Pendeteksian kebocoran.
Prosedur pendeteksian kebocoran dapat dijelaskan sebagai berikut :
• Tentukan komponen dan sistem pemipaannya yang akan dideteksi.
• Lakukan pemeriksaan dengan teliti pada komponen dan sistem pemipaannya, terutama pada tempat-tempat rawan bocor.
• Lakukan analisis terhadap kebocoran yang terjadi.
c. Tindak lanjut sesuai hasil pemeriksaan.
Setelah dilakukan pemeriksaan, maka tindak lanjut harus dilakukan sesuai dengan prosedur.
1) Prosedur tindak lanjut.
a) Setiap ditemukan ada kelainan pada pemeriksaan yang dilakukan,kelainan harus dicatat dan dilaporkan kepada atasan.
b) Jangan melakukan perbaikan bila tidak ada perintah atau izin dari atasan atau perbaikan yang diluar wewenang operator.
c) Melakukan kerjasama dengan petugas yang menangani kelainan yang ditemukan (mekanik).
2) Tindak lanjut bila ditemukan ada kelainan pada pemeriksaan kebocoran cairan.
a) Periksa lebih teliti tempat-tempat rawan bocor bila ditemukan adanya kelainan/kebocoran cairan.
b) Catat kebocoran yang ditemukan dan laporan kondisi kebocoran c) Laporkan hasil pemeriksaan lanjut dan temuan yang didapat
serta tindakan sementara yang dilakukan untuk mencegah kerusakan.
d) Sementara mesin jangan dioperasikan dahulu, menunggu hasil pemeriksaan dan perbaikan yang dilakukan oleh petugas / mekanik yang ditunjuk untuk menangani masalah.
e) Lakukan kerjasama dalam pelaksanaan perbaikan dengan petugas/mekanik yang ditunjuk untuk menangani kebocoran cairan.
4.3.3 Pemeriksaan kondisi ban, tekanan angin dan baut roda/ roda track.
Roda dalam hal ini diartikan sebagai suatu kesatuan dari bagian-bagian roda, yaitu :
• Rim atau peleg (velg).
• Ban.
• Baut pengikat roda/ track shoe.
a. Jenis-jenis kerusakan roda.
Kerusakan roda yang mungkin terjadi adalah :
• Rim retak, pecah, luka pukul, sobek dan sebagainya.
• Ban robek, pecah, luka karena benturan dengan batu atau benda keras lainnya, kelep ban/pentil bocor dan sebagainya.
• Baut pengikat patah, mur, baut pengikat hilang, kendor atau rusak ulirnya.
• Karet shoe pada roda track pecah.
b. Penentuan kondisi roda ban.
Untuk dapat menentukan kondisi roda ban perlu dilakukan pemeriksaan roda dengan teliti dan menyeluruh. Pemeriksaan dilakukan secara visual dan dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan menggunakan alat/
tools bila ditemukan hal yang meragukan.
Tata cara penentuan kondisi roda :
• Bersihkan roda dari segala kotoran yang menempel : sisa-sisa campuran aspal, tanah yang kemungkinan menempel di bagian roda, debu yang menutupi bagian roda.
• Lakukan pemeriksaan visual secara teliti dan menyeluruh (mencakup semua bagian roda).
• Tentukan kondisi roda dari hasil pemeriksaan : rusak berat, rusak sedang dan rusak ringan atau tidak ada kelainan.
Hasil pemeriksaan tersebut harus dimasukkan dalam lembar laporan pemeriksaan untuk pembuatan laporan selanjutnya.
c. Penanganan tindak lanjut sesuai hasil pemeriksaan.
Hasil pemeriksaan harus dilaporkan, dalam arti dicatat dalam formulir laporan pada tempat yang disediakan. Apabila ditemukan adanya kerusakan atau kelainan maka tindak lanjut yang tepat harus segera dilakukan dan bila tidak ditemukan adanya kerusakan, maka cukup dituliskan :tidak ada kelainan dalam kolom yang tersedia.
Prosedur tindak lanjut :
• Hasil pemeriksaan visual dipelajari dengan baik.
• Kelainan yang terjadi dipahami dengan benar.
• Lakukan langkah tindak lanjut sesuai dengan hasil pemeriksaan.
Dalam hal ini tindak lanjut merupakan pekerjaan perbaikan atau kegiatan yang diluar kemampuan operator (karena tidak dibekali ilmu untuk itu atau tidak dibekali sarana untuk perbaikannya), maka tindak lanjut diserahkan kepada mekanik yang bersangkutan.
4.3.4 Pemeriksaan screed dan pemanas screed
Pemeriksaan screed maupun pemanas screed ini dilakukan secara visual atau yang diperiksa adalah fisik saja tanpa menggunakan alat-alat (tools) khusus untuk pemeriksaan. Khusus untuk pemanas screed, maka perlu dikenali dulu jenis-jenis pemanas screed, karena sasaran pemeriksaan akan berbeda antara jenis pemanas screed yang satu dengan jenis yang lain :
a. Jenis-jenis pemanas yang digunakan.
Dikenal 2 jenis pemanas screed yaitu :
• Pemanas dengan pemanasan gas (elpiji).
Jenis pemanas ini dilengkapi dengan ruang pembakaran (combustion tube), sedangkan untuk memanaskannya digunakan pembakar gas atau gas burner.
• Pemanas dengan pemanasan listrik.
Jenis pemanas ini menggunakan tenaga listrik (menggunakan elemen pemanas listrik) untuk memanaskan pelat dasar screed.
b. Bagian screed yang harus diperiksa.
Screed merupakan suatu unit pemadat dan penghalus (finisher) permukaan aspal digelar diatas permukaan jalan dengan auger.
Screed unit terdiri dari dasar screed (screed base), vibrator, alat pengontrol tebal gelaran, kendali kemiringan gelaran (crown control) dan pemanas screed.
Pada dasarnya pemeriksaan screed dilakukan secara visual terhadap semua bagian-bagian screed akan tetapi yang harus diperiksa dengan lebih teliti adalah pelat dasar screed, dimana bagian ini berfungsi disamping untuk pemadatan juga untuk menghaluskan permukaan aspal.
c. Pemeriksaan screed.
Langkah-langkah pemeriksaan screed adalah sebagai berikut :
• Posisikan mesin penggelar aspal ditempat yang rata dan bersih.
• Naikkan screed sampai ketinggian bisa mudah untuk pemeriksaan dasar screed.
• Netralkan semua alat kendali (agar tidak alat kerja yang bekerja).
• Matikan engine.
• Lakukan pemeriksaan visual screed beserta bagian-bagiannya.
• Lakukan pemeriksaan pelat dasar screed dengan teliti untuk kemungkinan ada kerusakan atau kelainan.
d. Penentuan kondisi screed.
Untuk dapat menentukan kondisi screed, maka harus dilakukan pemeriksaan secara visual atas unit screed (semua bagian-bagian screed).
Hasil pemeriksaan dipakai untuk menentukan kondisi screed, yaitu bisa beberapa kemungkinan :
1) Rusak berat.
Artinya ada bagian screed yang rusak sehingga screed tidak dapat berfungsi lagi dan memerlukan perbaikan yang memakan waktu lama.
2) Rusak sedang.
Artinya ada bagian-bagian screed yang rusak, sehingga screed tidak dapat dioperasikan. Dalam hal ini perbaikan kerusakan tidak memerlukan waktu yang lama.
3) Rusak ringan.
Screed mengalami kerusakan kecil dan tidak mengganggu operasinya screed, namun demikian harus diperbaiki sehingga kerja screed normal kembali.
4) Tidak ada kelainan atau kondisi baik.
e. Pemeriksaan pemanas screed
Pada pemeriksaan pemanas screed, lebih ditekankan pada pemanas screed yang menggunakan kompor pemanas (burner), sedangkan untuk pemanas screed listrik, diperiksa bila pemanas tidak berfungsi.
Langkah pemeriksaan pemanas screed :
• Tempatkan mesin penggelar aspal ditempat yang rata dan bersih.
• Tutup katup gas dan buka katup.
• Periksa pada sambungan-sambungan pipa untuk kemungkinan ada kebocoran gas.
• Atur tekanan gas ditabung gas dengan menyetel katup pengatur tekanan, sampai meter tekanan menunjukan angka sekitar 0,4 (kg/cm2).
• Buka katup penyalaan dan nyalakan batang penyala dengan korek api.
• Kemudian buka katup tiap tabung pembakaran dengan menggunakan batang penyala.
• Perhatikan hasilnya. Semua kompor harus menyala dengan baik.
(1) Main valve
(2) Pressure regulator (3) Pressure gauge
Gambar 4.2 : Tabung Gas
Gambar
f. Penentuan kondisi pemanas
Untuk menentukan kondisi pemanas
pemeriksaan dengan langkah sebagaimana diutarakan diatas.
Hasil pemeriksaan dipergunakan untuk menentukan kondisi pemanas screed.
g. Tindak lanjut
Setiap hasil pemeriksaan harus ditindak lanjuti, bila ditemukan ada kelainan pada pemeriksaan yang dilakukan.
Prosedur tindak lanjut :
• Hasil pemeriksaan dipergunakan untuk pelaksanaan tindak lanjut.
• Kelainan yang ditemukan dalam
atasan atau mekanik yang bertugas segera untuk perbaikannya.
• Bila tidak ditemukan kelainan, maka pada tempat yang disediakan dari laporan harian, ditulis tidak ada kelainan.
4.3.5 Pemeriksaan kondisi rantai Rantai dalam hal ini
menggerakan konveyor yang membawa aspal dari a. Kondisi rantai konveyor
Bila pemakaian mesin penggelar aspal sudah cukup lama, maka rantai konveyor pun sudah cukup lama
bos (bushing)
rantai menjadi memanjang atau kendor.
Kondsi yang demikian itu dikatakan sudah tidak baik lagi.
b. Pemeriksaan fisik rantai konveyor.
Lakukan pemeriksaan fisik
• Tempatkan mesin penggelar aspal ditempat yang rata.
• Amati rantai dan perhatikan lendutan/ kekendoran lantai.
• Lendutan/kekendoran rantai menentukan kondisi fisik rantai konveyor.
(1) Cock
(2) Combustion tube (3) Ignition bar
Gambar 4.3 : Screed Heater Penentuan kondisi pemanas screed
Untuk menentukan kondisi pemanas screed, perlu dilakukan pemeriksaan dengan langkah sebagaimana diutarakan diatas.
Hasil pemeriksaan dipergunakan untuk menentukan kondisi pemanas
Tindak lanjut sesuai hasil pemeriksaan.
Setiap hasil pemeriksaan harus ditindak lanjuti, bila ditemukan ada kelainan pada pemeriksaan yang dilakukan.
Prosedur tindak lanjut :
Hasil pemeriksaan dipergunakan untuk pelaksanaan tindak lanjut.
Kelainan yang ditemukan dalam pemeriksaan dilaporkan kepada atasan atau mekanik yang bertugas segera untuk perbaikannya.
Bila tidak ditemukan kelainan, maka pada tempat yang disediakan dari laporan harian, ditulis tidak ada kelainan.
Pemeriksaan kondisi rantai
Rantai dalam hal ini adalah rantai konveyor, yaitu rantai untuk menggerakan konveyor yang membawa aspal dari hopper
Kondisi rantai konveyor
Bila pemakaian mesin penggelar aspal sudah cukup lama, maka rantai konveyor pun sudah cukup lama pula.Hal ini menyebabkan b
(bushing) dan pena-pena rantainya menjadi aus, mengakibatkan rantai menjadi memanjang atau kendor.
Kondsi yang demikian itu dikatakan sudah tidak baik lagi.
Pemeriksaan fisik rantai konveyor.
Lakukan pemeriksaan fisik rantai konveyor sebagai berikut : Tempatkan mesin penggelar aspal ditempat yang rata.
Amati rantai dan perhatikan lendutan/ kekendoran lantai.
Lendutan/kekendoran rantai menentukan kondisi fisik rantai konveyor.
Combustion tube Ignition bar
, perlu dilakukan pemeriksaan dengan langkah sebagaimana diutarakan diatas.
Hasil pemeriksaan dipergunakan untuk menentukan kondisi pemanas
Setiap hasil pemeriksaan harus ditindak lanjuti, bila ditemukan ada
Hasil pemeriksaan dipergunakan untuk pelaksanaan tindak lanjut.
pemeriksaan dilaporkan kepada atasan atau mekanik yang bertugas segera untuk perbaikannya.
Bila tidak ditemukan kelainan, maka pada tempat yang disediakan
adalah rantai konveyor, yaitu rantai untuk hopper ke auger.
Bila pemakaian mesin penggelar aspal sudah cukup lama, maka kerja pula.Hal ini menyebabkan bos-pena rantainya menjadi aus, mengakibatkan
Kondsi yang demikian itu dikatakan sudah tidak baik lagi.
rantai konveyor sebagai berikut : Tempatkan mesin penggelar aspal ditempat yang rata.
Amati rantai dan perhatikan lendutan/ kekendoran lantai.
Lendutan/kekendoran rantai menentukan kondisi fisik rantai
Gambar 4.4 : Pemeriksaan Rantai Conveyor c. Penentuan kondisi rantai konveyor.
Menentukan kondisi rantai konveyor.
• Lakukan pemeriksaan rantai konveyor mengikuti langkah diatas.
• Perhatikan lendutan rantai konveyor. Lendutan rantai dipakai untuk menentukan kondisi rantai konveyor.
• Lendutan kecil, kondisi masih cukup baik, lendutan besar kondisi kurang baik.
d. Tindak lanjut sesuai dengan hasil pemeriksaan.
• Hasil pemeriksaan menentukan tindak lanjut yang perlu diambil.
• Bila lendutan cukup banyak, harus dilakukan tindak lanjut perbaikannya yaitu penyetelan rantai.
• Penyetelan dapat dilakukan dengan memutar baut penyetel.
4.3.6 Pemeriksaan push roller a. Kondisi push roller.
Kondisi push roller tidak selamanya baik. Push rollerakan selalu berputar pada asnya dengan beban berat ketika sedang mendorong dump truck selama proses pengisian aspal panas kedalam hopper.
Karena tugas berat tersebut kondisi push rollerakan menurun, baik berkaitan dengan bushing roller maupun rollernya sendiri.
b. Pemeriksaan visual push roller.
Push roller harus diperiksa tiap hari sebelum mulai dengan pekerjaan penggelar aspal :
• Posisikan mesin penggelar aspal ditempat yang rata.
• Lakukan pemeriksaan fisik push roller dengan sasaran utama roller dan roller bushing.
• Perhatikan dengan baik kondisi rollernya dari kemungkinan terdapat kerusakan.
• Cek dan tes fungsi bushing dengan mencoba memutar roller dengan teliti.
c. Penentuan kondisi push roller
Hasil pemeriksaan termaksud butir b dipakai untuk menentukan kondisi push roller.
• Pelajari dengan baik hasil pemeriksaan push roller.
• Tentukan kondisi push roller terkait dengan kondisi roller maupun kondisi bearing/ bushing.
d. Tindak lanjut sesuai hasil pemeriksaan.
Tindak lanjut harus segera dilakukan sesuai dengan hasil pemeriksaan :
• Pelajari dengan teliti hasil pemeriksaan push roller.
• Hasil pemeriksaan roller dipakai untuk menentukan kondisi fisik roller.
• Hasil pemeriksaan bearing/ bushing dipakai untuk menentukan kondisi fisik bushing.
• Bila hasil pemeriksaan menunjukan adanya kelainan, maka harus segera ditindak lanjuti.
• Bila tidak ditemukan adanya kelainan, maka dilaporkan melalui format laporan pekerjaan.
4.4 Pemeriksaan Batere/Accu, Air Radiator, Minyak Pelumas Engine, Minyak