• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan penunjang untuk cedera kepala antara lain : a. Pemeriksaan diagnostic

Pemeriksaan diagnostic yang diperlukan pada klien dengan cedera kepala menurut Wijaya dan Yessie (2013) meliputi :

1) CT scan (dengan atau kontras)

Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan, ventrikuler dan perubahan jaringan otak

2) MRI

MRI digunakan sama dengan CT scan dengan / tanpa kontras radioaktif

3) Cerebral Angiopraphy

Menunjukkan anomaly sikrulasi serebral seperti perubahan jaringan otak sekunder menjadi emea, perdarahan dan trauma 4) Serial EEG

Pemeriksan yang dapat melihat perkembangan patologis pasien

5) Sinar –X

Untuk mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan/edema), fragmen tulang 6) BAER

Untuk pemeriksaan mengoreksi batas fungsi korteks dan otak kecil

7) PET

Pemeriksaan untuk Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak

8) CSS

Lumbal pungsi dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan 9) Kadar Elektrolit

Cedera kepala dapat dihubungkan dengan gangguan regulasi natrium, retensi Na dapat berakhir beberapa hari, diikuti dengan dieresis Na, peningkatan letargi, konfusi dan kejang akibat ketidakseimbangan elektrolit

10) Untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai peningkatan tekanan intracranial

11) Screen Toxicology

Untuk mendeteksi pengaruh obat yang menyebabkan penurunan kesadaran

12) Rontgen thorax 2 arah ( PA/AP dan lateral)

Rontgen thorak menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleura

13) Analisa gas darah (AGD)

Analisa gas darah adalah salah satu tes diagnostik untuk mencantumkan status respirasi. Status respirasi yang dapat digambarkan melalui permeriksaan AGD adalah status oksigenasi dan status asam basa ( Muttaqin, 2011).

11. Penatalaksaan

Menurut Rendy dan Margareth (2012 Terapi yang dapat diberikan pada pasien dengan cedera kepala adalah :

a. Memberikan oksigen

b. Monitor tingkat kesadaran dengan GCS

c. Terapi hiperventilasi untuk mengurangi vasodilatasi

d. Glukokortikoid biasanya deksametason dan metilprednison untuk mengurangi edema otak

e. Mengontrol metabolisme otak dapat diberikan barbiturate, pentobarbital atau thiopental untuk mencegah hipoksia dan iskemia.

f. Pemberian antibiotik yang mengandung barrier darah otak seperti penicilin dan untuk infeksi anaerob diberikan metrodinazol

g. Monitor tanda-tanda vital h. Monitor intake dan output

i. Berikan pasien istirahat yang cukup

B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian

Menurut Rendi dan Margareth (2012), asuhan keperawatan pasien cedera kepala meliputi :

a. Identitas pasien

Berisi biodata pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, golongan darah, pendidikan terakhir, agama, suku, status pekawinan, pekerjaan, alamat.

b. Identitas penanggung jawab

Berisi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, hubungan dengan klien, pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat.

c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya saat dilakukan pengkajian klien mengalami penurunan kesadaran, latergi, mual dan muntah, sakit kepala, wajah tiak simetris, lemah, paralysis, perdarahan, fraktur, hilang keseimbangan, sulit menggenggam, amnesia seputar kejadian, tidak bias beristirahat, kesulitan mendengar, mengecap dan mencium bau, sulit mencerna dan menelan makanan.

2) Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya klien mengalami trauma yang mengenai kepala akibat dari kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, trauma langsung ke kepala. Perlu dilakukan pengkajian tentang riwayat hipertensi, riwayat cedera kepala sebelumnya, jantung koroner, diabetes mellitus, aemia.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya cedera kepala tidak dipengaruhi oleh riwayat anggota penyakit keluarga, namun perlu diakaji adanya anggota keluarga yang mempunyai riwayat hipertensi, diabee mellitus, jantung koroner yang dapat memperlambat proses pemulihan. d. Pengkajian persistem dan pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Biasanya pada pasien dengan cedera kepala pada umumnya mengalami penurunan kesadaran

2) Pemeriksaan head to toe

a) Kepala : biasanya ada luka atau laserasi pada kulit kepala b) Mata : biasanya mata simetris kiri kanan, dan inspeksi

konjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik atau tidak, reflek pupil.

c) Hidung : biasanya ada pernafasan cuping hidung d) Telinga : inspeksi apakah ada darah yang keluar

dari telinga

e) Mulut : biasanya bibir pasien pucat dan kerin f) Leher : observasi adanya cidera servikal dan

observasi adanya distensi vena jugularis g) Dada : inspeksi dinding dada, kaji kualitas dan

kedalaman, pernafasan, kaji kesemetrisan pergerakkan dinding dada dan auskultasi bunyi nafas.

h) Abdomen : inspeksi ada luka , catat adanya distensi dan adanya memar

khususnya di organ vital seperti limfa dan hati, dan auskultasi bising usus.

i) Ekstremitas : inspeksi adanya perdarahan, udema nyeri di ektremitas, cek capillary refil

pada ujung kuku, dan cek reflek seperti bisep, trisep dan patella. 3) Fungsi Motorik

Biasanya pada pasien cedera kepala kekuatan ototnya berkisar antara 0 sampai 4 tergantung tingkat keparahan cedera kepala yang dialami pasien.

4) Aspek neurologis

a) Kaji GCS : biasanya pasien cedera kepala GCS nya tergantung berat, sedang, ringannya (cedera kepala ringan 14-15, cedera kepala sedang 9-13, cedera kepala berat 3-8)

b) Perubahan status mental

c) Nervus carnialis (biasanya pasien yg mengalami cedera kepala pola bicara abnormal)

d) Perubahan pupil atau penglihatan kabur, diplopia, foto pobia, kehilangan sebagian lapang pandang

e) Perubahan tanda – tanda vital : biasanya tekanan darah pasien cedera kepala naik/turun

f) Biasanya pasien mengalami gangguan pengecapan dan penciuman, serta pendengaran

g) Pasien mengalami adanya tanda – tanda peningkatan TIK seperti : penurunan kesadaran, gelisah letargi, sakit kepala, muntah proyektif, pelambatan nadi, pelebaran tekanan nadi, peningkatan tekanan darah sistolik

h) Aspek kardiovaskuler

Biasanya pasien mengalami perubahan TD, denyut nadi tidak teratur, TD naik, TIK naik

i) Sistem pernafasan : Biasanya pasien mengalami perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi), irama dan frekuensi nafas lemah

Biasanya pasien mengalami gangguan emosi terhadap penyakit yang dideritanya, elirium, perubahan tingkah laku atau kepribadian

k) Pengkajian sosial

Mengkaji bagaimana hubungan pasien dengan orang terdekat, kemampuan komunikasi pasien dengan orang lain.

l) Nyeri / kenyamanan : biasanya pasien mengalami sakit kepala dengan intensitas dan lokasi berbeda, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah

5) Pemeriksaan Nervus cranial a. N.I (Olfaktorius)

Adanya mengalami penurunan daya penciuman atau tidak

b. N.II (Optikus)

Pada trauma frontalis memperlihatkan terjadi penurunan penglihatan

c. N. III (okulomotorius) ,IV (trokhlearis), VI (abducens) Menyebabkan penurunan lapang pandang, reflek cahaya menurun, perubahan ukuran pupil, bola mata tidak dapat mengikuti perintah, anisokor.

d. N.V (trigeminus)

Apakah adanya gangguan mengunyah atau tidak e. N.VII (Fasialis)

Mengalami gangguan lemahnya penutupan kelopak ata, hilangnya rasa pada 2/3 anterior lidah

f. N.VIII (Akustikus)

Pasien mengalami penurunan pendengaran dan keseimbangan tubuh

g. N.IX (glosofaringeus), X (vagus), XI (assesorius) Gejala tersebut jarang ditemukan karena penderita akan

meninggal apabila trauma mengenai saraf tersebut. Adaya cekungan karena kompresi pada nervus vagus, yang menyebabkan kompresi spasmodic dan diafragma. Cekungan yang terjadi biasanya akan mengalami oeningkatan intrakranial.

h. N. XII (hipoglosus)

Gejala biasa timbul adalah jatuhnya lidah kesalah satu sisi, disfagia dan disartria. Hal ini akan menyebabkan kesulitan menelan (Rendi dan Margareth, 2012).

2. Pemeriksaan penunjang

Dokumen terkait