• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 PENYEDIAAN BAHAN BAKU

2.2. Pemetikan dan Pasca Pemetikan Daun Teh

Menurut Fernando dalam Wachjar (1998), pemetikan mempunyai hubungan yang sangat penting terhadap hasil mutu teh jadi. Pada dasarnya pemetikan adalah pekerjaan pemungutan dari tunas-tunas teh beserta daun yang masih muda yang kemudian diolah menjadi daun teh kering. Fungsi dari pemetikan untuk membentuk kondisi tanaman teh supaya dapat berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Pemetikan yang benar tidak terlepas dari pengaturan siklus petik serta pengaturan cara petik yang tepat.

Banyaknya hasil daun teh yang didapat berdasarkan cara pemetikannya sehingga mempengaruhi mutu yang dihasilkan. Pemetikan daun teh dibedakan menjadi dua yaitu dengan cara petikan kasar dan cara pemetikan halus. Menurut Nazarudin dan Paimin (1993), pucuk daun teh harus dipastikan dalam keadaan baik, sebelum proses pengolahan daun teh dilakukan. Hal tersebut berarti bahwa pucuk daun teh dari pemetikan sampai ke lokasi pengolahan dijamin bahwa tidak akan terjadi perubahan. Kondisi tersebut sangat penting agar produksi akhir teh bermutu.

Sistem petikan adalah banyaknya hasil daun teh yang dipetik dibawah kuncup (peko) atau banyaknya daun teh yang tertinggal dibawah daun kepel pada ranting setelah dilakukan pemetikan. Pemetikan ranting juga dibagi menjadi ranting peko dan ranting burung. Ranting peko ialah ranting yang masih memiliki kuncup (peko), dimana daunnya masih tergulung dan merupakan ranting yang tumbuh aktif. Sedangkan ranting burung ialah ranting yang tidak mempunyai kuncup dan merupakan ranting yang tidak aktif (dorman).

Dalam pemetikan dilakukan 3 macam jenis petikan yaitu: - Petikan halus

19

Petikan halus merupakan petikan pucuk daun teh dimana yang dipetik adalah kuncup yang masih tergulung (peko) + 1 helai daun muda.

- Petikan sedang

Petikan sedang merupakan petikan pucuk daun teh yang + dengan 2 helai daun teh tua atau 3 helai daun teh muda.

- Petikan kasar

Petikan kasar merupakan petikan pucuk daun teh + 3 helai daun teh tua atau lebih.

Proses pemetikan daun teh sangat penting dilakukan, karena pada tahap tersebut merupakan dasar dari suatu usaha perkebunan teh. Tanaman teh atau daun teh yang dibiarkan dan tidak dilakukan pemetikan maka akan tumbuh terlalu tinggi, sehingga akan susah untuk dilakukan pemanenan lanjutan. Pemetikan daun teh dilakukan setiap pagi pada pukul 07.00–10.30 WIB. Proses selanjutnya adalah pengangkutan daun teh naik kedalam bak truk yang terbuka menuju ke pabrik. Pada proses pemetikan ddaun teh kedua dilakukan pada pukul 11.00-13.30 WIB. Proses pengangkutan daun teh diusahakan secepat mungkin dan penyusunan waring daun teh di dalam bak truk diusahakan sedikit longgar, supaya sirkulasi udara tetap terjaga dan teh yang diangkut tetap dalam keadaan bagus. Apabila dalam penyusunan terlalu padat, maka dapat mengakibatkan panas yang membuat pucuk daun teh rusak serta dapat merusak fisik daun teh itu sendiri. Hal tersebut akan mempengaruhi mutu daun teh pada saat produksi, sehingga hasil mutu teh akhir akan menurun.

Pucuk daun teh hendaknya sampai dalam keadaan segar menuju ke pabrik agar dapat dioalah menjadi produk teh yang baik. Selanjutnya hasil pucuk teh tersebut ditimbang untuk menentukan besarnya upah pekerja dan sebagai data dalam proses pengolahan. Proses penimbangan dilakukan oleh mandor timbang. Pucuk daun teh harus diperlakukan dengan benar agar mutu yang dihasilkan pada akhirnya tidak menurun selama dilakukannya proses pengumpulan dan pengangkutan hingga penerimaan ke pabrik.

Setelah daun teh sampai dipabrik proses selanjutnya adalah hasil petikan pucuk daun teh kembali ditimbang. Tujuan dilakukannya penimbangan tersebut adalah untuk mengontrol keakuratan data penimbangan saat dikebun, merencanakan proses pengolahan, menentukan hasil teh kering yang akan diperoleh, menentukan pucuk daun teh yang jatuh, serta hilang atau mengalami kerusakan selama pengangkutan. Pucuk yang telah ditimbang selanjutntya dibongkar dan dihamparkan pada tempat penghamparan. Fungsi dari proses penghamparan

ialah sebagai penguapan air yang masih menempel pada daun teh, selain itu juga dapat berfungsi untuk menghindari agar daun teh tidak berubah warna menjadi merah.

Petikan daun teh harus dilakukan dengan benar karena hal tersebut merupakan kunci kesuksesan didalam produksi teh secara menyeluruh. Waktu pemetikan dau teh dihitung mualai hari pertama setelah pemetikan terakhir dialkukan di wilayah tersebut (Palgunadi dan Pratiwi, 2015).

Kecepatan pertumbuhan pucuk daun teh dipengaruhi oleh musim, kesuburan tanah, pemupukan serta umur pangkas tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhnya daun teh barudilhat dari tanah, kelembaban, cahya dan air. Lama rotasi petik yang diterapkan di kebun Kaligua adalah 20-25 hari untuk pemetikan menggunakan gunting. Rotasi petik ini diperlukan agar suplai bahan baku (pucuk daun teh) dapat diperoleh pabrik secara kontinyu. Pemetikan yang dilakukan dengan cara manual seperti pemetikan dengan menggunakan tangan dan gunting petik. Hasil yang didapatkan relatif banyak namun cenderung kasar. Dalam pemetikan daun teh juga dilakukan dengan gilir petik. Gilir petik merupakan selang waktu pemetikan pertama dengan pemetikan berikutnya pada blok yang sama (Palgunadi dan Pratiwi, 2015).

Hasil produksi yang tinggi dengan waktu yang relatif pendek menggunakan mesin pemetik teh. Mesin pemetik teh hanya digunakan pada bulan maret, pemetikan menggunakan mesin petik dilakukan secara serentak agar hasilnya rata satu sama lain. Teknik pemetikan menggunakan alat gunting, manual dan mesin. Alat gunting merupakan alternatif untuk mengatasi kelangkaan tenaga petik. Secara teknis mekanisasi pemetikaan dengan mesin maupun gunting petik merupakan petikan berat yang perlu persyaratan untuk menjaga pertumbuhan pucuk daun teh. Pada pemetikan manual akan dihasilkan petikan halus namun para pemetik belum begitu trampil (Herawati dan Nurawan, 2009).

Petikan Menggunakan Gunting Petikan Menggunakan Tangan / Manual

21

Ada tiga cara dalam melakukan pemetikan daun teh yaitu: a. Pemetikan Jendangan

Pemetikan jedangan merupakan pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas. Tujuan dari pemetikan ini adalah untuk membentuk bidang petik yang rata dan lebar sehingga berpotensi untuk mendapat hasil produksi daun tinggi. Hasil petikan maksimum p+3m dan b+2m. Petikan tersebut sudah sesuai dengan syarat yang ditentukan. Apabila terdapat hasil diluar dari syarat petikan p+3m dan b+2m, maka hasilnya kurang baik. Petikan ini dilakukan 3 s.d 5 kali daur petik dengan ketinggian yang sama.

Hal yang perlu diperhatikan pada saat pemetikan jedangan berlangsung yaitu:

1) Proses pemetikan dilakukan secara hati-hati dan teliti serta secara halus dan ringan. 2) Usahakan tunas yang berada di pinggir perdu tidak dipetik agar hasil bidang petikan

menjadi lebar.

3) Petikan dilakukan beberapa kali hingga semua tunas sekunder terpetik

b. Pemetikan Produksi

Petikan produksi merupakan petikan yang dilakukan setelah lepas dari petikan jendangan sampai dengan menjelang petikan genesan. Pemetikan produksi mengacu pada standar petikan medium diamana pucuk daun teh yang telah dipetik langsung dimasukkan kedalam waring (keranjang) khusus.

Standar petikan daun teh yang digunakan dapat berbeda-beda berdasarkan syarat pengolahan. Standar petik halus yaitu petikan peko dengan satu hingga daun muda dan burung dengan satu daun muda. Standar petik medium yaitu peko dengan dua daun tua, peko dengan tiga helai daun muda, serta burung dengan stu hingga tiga daun muda. Sementara standar petik kasar adalah peko dengan tiga daun tua atau lebih dan burung dengan satu hingga dua daun tua. Standar petikan medium dapat menghasilkan produktivitas yang cukup tinggi (Abbas dalam Haq, 2013).

Tahap selanjutnya hasil petikan daun teh disimpan pada tempat yang teduh untuk menghindari kelayuan dan menyebabkan kerusakan pucuk daun teh. Pemetikan produksi ini dilakukan secara terus menerus dengan daur petik tertentu dan jenis petikan tertentu padasiklus 8-9 hari. Namun apabila menggunakan gunting, maka daur petik dilakukan dengan jangka waktu yang lebih lama yaitu sekitar 20-25 hari setelah petikan sebelumnya.

Petikan daun teh harus dilakukan dengan cermat bersih dan merata sesuai dengan bidang petikan dimana semua daun peko dan burung yang telah masak harus segera dipetik. Namun pucuk yang berada dibawah bidang petikan tidak boleh dipetik, karena akan mempengaruhi

hasil pertumbuhan tunas selanjutnya. Daur petik dipengaruhi oleh beberapa hal seperti keadaan iklim, sistem petikan yang diterapkan, serta potensi dari tanaman itu sendiri.

Umumnya, hasil petikan produksi lebih banyak menghasilkan jenis petikan medium.

Sistem petikan terdiri dari petikan halus, petikan medium, dan petikan kasar. Menurut Subarna dalam Anjasari (2016), menyatakan bahwa petikan daun teh kasar akan

memberikan produksi lebih tinggi dengan mutu pucuk rendah, sedangkan petikan daun halus daun teh memberikan produksi lebih rendah dengan mutu pucuk daun teh tinggi. Namun pada umumnya perkebunan teh lebih banyak menerapkan sistem petikan medium. Oleh karena itu petikan halus, medium dan kasar memberikan pengaruh terhadap mutu pucuk daun teh (presentase pucuk muda).

Pucuk yang dipetik adalah p+2t, p+3m, b+2m tanpa meninggalkan satu helai daun (K+1) diatas bidang petik, namun pucuk p+1, p+2m dan b+1m ditinggalkan untuk cadangan petik pada daur petik selanjutnya.

Pelaksanaan pemetikan produksi: 1. Standar petikan medium.

2. Menggunakan teknik dengan petikan kedua tangan (manual) atau menggunakan gunting dilakukan apabila tenaga kerjanya kurang dan kondisi tanaman memungkinkan. Selain itu juga dapat menggunakan kombinasi antara tangan dengan gunting. Namun karena pertumbuhan pucuk kurang seragam. Oleh karena itu, perlu dilakukan petik manual untuk memetik pucuk teh yang sudah masak dan setelah pertumbuhan pucuk teh rata, baru dilakukan petikan dengan menggunakan gunting.

3. Pucuk teh yang telah dipetik tidak boleh terlalu lama dalam kepalan dan segera dimasukkan dalam waring atau keranjang petik. Hasil petikan yang dimasukkan kedalam waring harus berada pada tempat yang teduh. Hal ini bertujuan untuk menjamin agar pucuk daun teh tetap dalam kondisi segar dan kapasitas isi waring maksimal yaitu 25 kg. 4. Dalam pemetikan harus dilakukan dengan cermat dan bersih. Semua daun peko dan

burung yang telah siap panen harus dipetik jangan sampai tertinggal. 5. Dilarang untuk memetik pucuk yang berada dibawah bidang petikan.

c. Pemetikan Genesan (sebelum pemangkasan)

Pemetikan genesan adalah pemetikan yang dilakukan 1-3 hari menjelang pangkasan. Pemetikan ini dilakukan pada tanaman teh dalam waktu satu sampai tiga hari menjelang pangkasan dilakukan dengan cara semua pucuk daun teh siap diolah dipetik terlebih dahulu tanpa memperhatikan tinggalan petikan. Semua pucuk yang akan diolah dipetik tanpa

23

memperhatikan adanya tinggalan petikan. Terdapat beberapa kriteria bahan baku yang layak olah pada petikan genesan diantaranya pucuk tidak boleh rusak harus dalam kondisi segar, serta memenuhi standar petikan medium yaitu 70%, 20% petikan kasar serta10% petikan halus.

Petikan bertujuan untuk menjaga agar jangan sampai ada pucuk yang masih dapat diolah namun ikut terbuang saat dipangkas. Pemetikan dilakukan sesuai dengan rumus petik diantaranya:

- Pola kerja petik

Pola kerja petikan didasarkan cara petikan yang tidak akan merusak pertanaman perdu-perdu teh dikemudian hari. Umur berapa pucuk tersebut akan dipetik, sehingga petikan dapat menghasilkan daun pucuk yang dikehendaki.

Pucuk teh muncul dari tunas setelah atau daun kepel terbentuk, baru selanjutnya terus tumbuh daun-daun lain. Pucuk burung merupakan tumbuhnya mata tunas baru yang berbentuk pucuk daun teh. Semakin banyak pertumbuhan pucuk maka akan semakin banyak pula daun-daunnya. Keadaan dimana perdu-perdu teh akan semakin banyak yang berhenti bertunas dan daun akan menjadi burung maka disebut dengan periode burung.

- Kriteria bahan baku layak olah

Kriteria bahan baku yang layak untuk diolah yaitu:  Dalam keadaan segar

 Tidak rusak

 Bebas dari bahan lain yang dapat menimbulkan kontaminasi Dengan pucuk standar petikan medium:

- Petikan halus minimal 10% dilakukan menggunakan rumus (P+1, p+2m). P+1 artinya petikan memiliki peko dan 1 daun teh, sedangkan p+2m artinya petikan memiliki peko dan 2 daun teh muda.

- Petikan medium minimal 70%. Petikan ini terdiri dari pucuk peko dengan dua daun, tiga daun, serta pucuk burung dengan satu, dua atau tiga daun muda (P+2, P+3, B+1M, B+2M, B+3M). P+2 yang berarti petikan mengandung peko dan 2 daun teh begitu juga rumus P+3 yang ditambah 3 daun teh, untuk B+1M artinya petikan tanpa kuncup peko tetapi terdapat kuncup burung ditambah dengan 1 daun teh muda, sedangkan B+2M artinya petikan tanpa kuncup peko tetapi terdapat kuncup burung ditambah dengan 2 daun teh muda begitu juga dengan rumus B+3M yang ditambah dengan 3 daun muda. Bubuk teh dihasilkan dari petikan medium. Petikan medium dilakukan sebagai upaya memenuhi jumlah produksi supaya sesuai dengan jumlah permintaan pasar serta standar mutu teh kering.

- Petikan kasar maksimal 20% (p+3, p+4, b+1t, b+2t, b+3t, b+4t ). Jika petikan pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan empat daun atau lebih, dan pucuk burung dengan beberapa daun tua, maka dapat ditulis menggunakan rumus {P+4 atau lebih, B+(1-4t)}. Rumus yang digunakan untuk petikan P+3 artinya dengan peko ditambah denagn 3 daun teh yang sudah tua, sedangkan P+4 artinya dengan peko ditambah 4 daun teh yang tua, suntuk rumus petikan B+1t adalah petikan tanpa kuncup peko tetapi hanya terdiri atas kuncup burung dan 1 daun teh tua. Begitu pula dengan rumus petikan B+2t, B+3t dan B+4t yang ditambah dengan daun teh sesuai angka pada rumusnya.

Petikan dilaksanakan dengan pembagian grup sehingga dapat menghasilkan produksi yang optimal pada masing-masing grup kemandoran dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan daur petik.

Organisasi tersebut dilaksanakan sebagai berikut:

1. Masing–masing afdelin dibagi menjadi beberapa grup kemandoran dengan luas lahan 50 ha.

2. Kebutuhan jumlah pemetik disesuaikan dengan luas areal petikan pada masing-masing grup kemandoran.

3. Hasil petikan jedangan harus dipisahkan dari hasil petikan lainnya.

4. Petikan pada masing-masing blok dilaksanakan secara “giring bebek” sehingga tetap terpisah antara grup A, B, C dan seterusnya sesuai dengan luas areal TM (tanaman menghasilkan). Giring bebek adalah pemetikan yang dilaksanakan di dua tempat namun saat pmetikan dilakukan serempak dan hasilnya di gabung bersama.

5. Setiap harinya para sinder kebun dan mandor kepala serta mandor petik harus mengetahui hasil analisa petikan daun teh yang telah dibuat oleh bagian pabrik. Apabila terjadi petikan dengan hasil yang kasar maka dapat segera diperbaiki untuk petikan berikutnya..

Tempat pemungutan hasil (TPH), untuk meningkatkan serta mempertahankan mutu dari pucuk segar dan prestasi pemetik diperlukannya TPH yang cukup memadai sesuai dengan kondisi dilingkungan.

Dokumen terkait