• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengendalian Mutu Bahan Baku Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX, Kebun Kaligua Paguyangan Brebes Jawa Tengah - Unika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengendalian Mutu Bahan Baku Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX, Kebun Kaligua Paguyangan Brebes Jawa Tengah - Unika Repository"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN MUTU BAHAN BAKU TEH

HITAM DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX,

KEBUN KALIGUA PAGUYANGAN BREBES

JAWA TENGAH

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

Oleh :

NATALIA ORYZA PERMATASARI 14.I1.0166

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

(2)
(3)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya, Penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek dengan judul “Pengendalian Mutu Bahan Baku Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua Paguyangan, Brebes Jawa Tengah dengan lancar dan tepat waktu. Kerja praktek ini dilaksanakan sebagai bentuk dalam pemenuhan syarat mata kuliah Kerja Praktek pada Program S1 Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Soegijapranta Semarang. Penulis menyadari bahwa tersusunnya laporan kerja praktek ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Ir. B. Soedarini, MP selaku dosen pembimbing kerja praktek yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam mengarahkan dan memberikan saran serta dukungan dari persiapan hingga akhir penyusunan laporan kerja praktek ini.

2. Ibu Meiliana S.Gz, MGz selaku koordinator kerja praktek.

3. Direksi PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua, Paguyangan, Kabupaten Brebes yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan Kerja Praktek.

4. Bapak Sigit Sujatmoko, SP selaku Administratur PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua.

5. Bapak sinder, dari mulai Bapak Agus Suswanto, Bapak Kiswanto, Bapak Yunianto, dan Bapak Budi Reing Wirawan, ST yang telah membantu memberikan arahan dalam melaksanakan Kerja Praktek.

6. Bapak Mandor besar, dari mulai Bapak Sakyo, Bapak Castro, Bapak Cahyanto beserta jajarannya yang telah membantu dalam menyelesaikan Kerja Praktek di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua.

(4)

8. Seluruh Mandor pabrik beserta jajarannya, diantaranya Bapak Suyono, Ibu Sutarsih, Bapak Dartum, Bapak Salim, Bapak Solehudin, Bapak Sukeri, yang telah membantu memberikan informasi dan pengetahuan selama pelaksanaan Kerja Praktek.

9. Orang tua dan keluarga penulis yang memberikan dukungan baik moril maupun materil.

10. Phoa Adelina Cynthia Santoso, Martina Irana sebagai teman seperjuangan yang telah memberikan dorongan, masukan, dan nasehatnya.

Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan adanya masukan berupa kritik dan saran yang bersifat mendukung, membangun dan bermanfaat guna menyempurnakan laporan kerja praktek ini. Penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan didalam penyusunan laporan kerja praktek ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umunya.

Semarang, 5 Juli 2017

Penulis

(5)

iv

1.1. Latar Belakang Kerja Praktek...1

1.2. PT Perkebunan Nusantara IX Kaligua...2

BAB 2 PENYEDIAAN BAHAN BAKU...15

2.1. Tanaman Teh...16

2.2. Pemetikan dan Pasca Pemetikan Daun Teh...18

2.3. Pengolahan Teh Hitam...26

2.4. Tanaman Menghasilkan...27

BAB 3 PROSES PRODUKSI TEH HITAM...31

3.1. Bahan Baku Pembuatan Teh Hitam...31

3.2. Penerimaan dan Penimbangan Bahan Baku...31

3.3. Proses Pengolahan Teh Hitam...33

BAB 4 PEMBAHASAN...46

4.1. Pengendalian Mutu Proses Produksi...46

4.2. Pengendalian Mutu Bahan Baku...47

4.3. Pengendalian Mutu Teh Hitam...50

4.4. Analisa Petikan...52

4.5. Analisa Pucuk...53

4.6. Pengaturan Sistem Daur Petik...54

4.7. Fungsi dan Tindak Lanjut Hasil Analisa Petik...55

BAB 5 PENUTUP...56

5.1. Kesimpulan...56

5.2. Saran...56

DAFTAR PUSTAKA...57

(6)

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan...59

Lampiran 2. Data Analisa Pucuk PTPN IX Kebun Kaligua 2017...60

Lampiran 3. Sertifikat SAN & RA...61

Lampiran 4. Sertifikat ISO...62

Lampiran 5. Struktur Organisasi Afdeling Kantor Secara Umum...63

Lampiran 6. Struktur Organisasi Afdeling Kantor...64

Lampiran 7. Struktur Organisasi Afdeling Ambar Suralaya...65

(7)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sejarah Perusahaan...5

Tabel 2. Jarak dari Kebun Kaligua ke beberapa Kota...6

Tabel 3. Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja PTPN IX Kebun Kaligua Tahun 2016...13

(8)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Kebun Kaligua...6

Gambar 2. Struktur Organisasi Afdeling Kaligua Sakub...10

Gambar 3. Petikan Daun Teh...21

Gambar 4. Jenis Petikan...25

Gambar 5. Penyakit Pada Daun Teh...29

Gambar 6. Penerimaan Pucuk Daun Teh...33

Gambar 7. Pengambilan dan Penimbangan AnalisA Pucuk Daun Teh Secara Acak...35

Gambar 8. Penimbangan Hasil Analisa Pucuk...35

Gambar 9. Pengelompokan Analisa Daun...36

Gambar 10. Hasil Analisa Petik Kebun...39

(9)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada jaman modern ini banyak sekali membawa perubahan serta perkembangan yang sangat pesat, terutama dalam bidang pangan. Telah banyak system produksi makanan dan minuman yang memakai teknologi canggih yang digunakan untuk memproduksi bahan pangan tersebut. Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi yang ada, maka kebutuhan dari konsumen dapat terpenuhi secara maksimal. Begitu juga dengan produksi teh yang dibuat menggunakan alat teknologi canggih, sehingga permintaan konsumen dapat terpenuhi seluruhnya. Dalm olahan teh produk yang dikembvangkan telah menjadi bagian penting dalam kehidupan pelaku industry supaya hasil produk teh dapat dikonsumsi dan dinikmati oleh seluruh masyarakat. Selain teorii mengenai proses produksi, bahan baku, serta analisanya maka mahasiswa Teknologi Pangan diharapkan mengenal industri pangan pada suatu perusahaan secara dekat dengan melaksanakan program Kerja Praktek (KP). Program Kerja Praktek ini merupakan salah satu mata kuliah wajib oleh Program Studi Teknologi Pangan Unika Soegijapranata dengan minimal 20 hari kerja. Dengan adanya kerja praktek ini diharapkan mahasiswa dapat terbekali ilmu serta pengalaman yang didapat. Sehingga nantinya telah siap memasuki dunia industri, dimana selama jangka waktu tersebut

mahasiswa mampu menumbuhkan, mengembangkan serta meningkatkan potensi kerja secara profesional dalam memenuhi kebutuhan dibidang pangan.

(10)

bahaya serta pencemaran mikroba pada produk teh. Selain itu, PT Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua Paguyangan, Brebes Jawa Tengah telah memenuhi persyaratan sesuai dengan ISO 9001:2008 dan Sertifikat SAN & RA. Sehingga hasil mutu teh akhir yang dihasilkan sangat terjamin kualitasnya.

1.2. PT Perkebunan Nusantara IX Kaligua

1.2.1. Tujuan Pelaksanaan Kerja Praktek

Tujuan pelaksanaan kegiatan kerja praktek di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua, Paguyangan, Kabupaten Brebes yaitu:

1. Mempelajari dan mengetahui secara langsung proses pengendalian mutu bahan baku pada pengolahan teh hitam, dari bahan baku sampai produk jadi yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua.

2. Mahasiswa dapat secara langsung melakukan berbagai pengujian maupun analisis yang dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua.

3. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang mutu produk teh hitam di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua.

1.2.2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kerja praktek dilaksanakan pada tanggal 30 januari 2017 sampai dengan 28 Februari 2017 di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua. Hari Kerja Senin

sampai Sabtu dengan jam kerja pukul 07.00-15.00 WIB. Ruang Lingkup pelaksanaan kerja praktek terdapat pada Kebun Teh, Pabrik Pengolahan Teh.

1.2.3. Metode Pelaksanaan

(11)

3

1.2.4. Materi Praktek Kerja Lapangan

Materi yang di diketahui selama kerja praktek adalah: a. Kondisi Umum Perusahaan

- Sejarah dan perkembangan perusahaan - Visi dan Misi Perusahaan

- Lokasi dan Tata Letak Perusahaan - Manajemen Perusahaan

b. Proses Produksi Teh Hitam - Bahan Baku

- Alat dan mesin produksi teh hitam - Proses Produksi Teh Hitam

- Analisa

- Pengemasan Teh Hitam

c. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan:

- Ikut berpartisipasi aktif/praktik langsung di PT Perkebunan Nusantara IX Kaligua, Brebes.

- Bertanya langsung kepada petugas, serta mandor yang menangani proses produksi serta pengendalian mutu di PT Perkebunan Nusantara IX Kaligua, Brebes.

(12)

1.2.5. Sejarah Perusahaan

Perkebunan Teh Kaligua didirikan pada tahun 1879 oleh NV. Cultur

Onderneming di Negara Nederland Belanda, untuk perwakilan di Indonesia ditunjuk

Van Jhon Pletnu dan CO yang bekedudukan di Batavia Jakarta. Setelah berdiri perkebunan teh, maka pada tahun 1889 Van De Jong berhasil mendirikan pabrik teh yang terletak di sebelah barat kaki Gunung Slamet tepatnya di Kaligua Desa Pandansari Kecamatan Paguyangan – Brebes.

Pada tahun 1901 mulai datang mesin – mesin pengolahan yang digunakan untuk proses pengolahan produksi teh, mesin besar yang pertama kali datang adalah Ketel Uap. Alat tersebut sampai sekarang masih dimanfaatkan untuk penampungan bahan bakar pengolahan dengan kapsitas tangki ± 10.000 lt. Saat pertama kali membawa mesin tersebut ditempuh dengan berjalan kaki dan mesin tersebut digotong beramai – ramai hingga memakan waktu ± 20 hari dengan jarak tempuh 15 kilometer. Dalam menggotong ketel uap tersebut diikutsertakan satu grup Ronggeng lengkap dengan gamelannya untuk menghibur para pekerja yang menggotong ketel uap tersebut pada saat istirahat dengan tujuan agar rasa lelah dan capai dapat terobati.

Sampai sekarang hiburan ronggeng masih selalu diadakan pada saat hari ulang tahun berdirinya teh hitam (setiap tanggal 1 juni). Disamping untuk menjaga kelestarian budaya tradisional, juga untuk bisa mengingatkan kepada generasi sekarang bagaimana perjuangan para nenek moyang kita dalam upaya membangun sebuah pabrik. Dalam perjalanannya sesuai dengan kondisi sosial politik dan ekonomi bangsa Indonesia serta

(13)

5

Tabel 1. Sejarah Perusahaan dari tahun 1942 sampai sekarang

No Periode Keterangan

1 Tahun 1942 -1945 Kebun kaligua diambil alih oleh jepang, banyak tanaman yang rusak dan diganti dengan aneka tanaman pangan.

2 Tahun 1945- 1951 Dikelola kembali oleh NV. Cultur Onderneming Van Jhon Pletnu & Co Yan

3 Tahun 1951 – 1957 Ditinggalkan pemiliknya karena adanya gangguan berupa pemberontakan DI/TII

4 Tahun 1958 – 1964 Dikelola oleh KODAM VII DIPONEGORO bekerja sama dengan PT. SIDOREJO – Brebes.

5 Tahun 1964 -1968 Dikelola oleh perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Aneka tanaman yang berkantor pusat di Semarang. 6 Tahun 1968 – 1972 Tanggal 16 April 1968 berubah menjadi PPN XVIII 7 Tahun 1972 – 1975 Dengan PP. No 23 Tahun 1972, (LN No : 31 Tahun

1972 berubah nama menjadi PTP XVIII).

8 Tahun 1995 Kebun Kaligua digabung dengan Kebun Semugih dengan kantor Induk berpusat di Semugih.

9 Tahun 1996 Melalui restrukturisasi perkebunan–perkebunan Negara tertuang dalam peraturan pemerintah No. 14 Tahun 1996 tanggal 15 februari 1996, pengelolaan Kebun Kaligua yang semula dibawah naungan PTP XVIII, dirubah menjadi PT. Perkebunan Nusantara IX yang berkantor pusat disemarang.

10 Tahun 1999 Kebun Semugih dan Kebun Kaligua dipisahkan kembali sampai sekarang sesuai dengan SK Direksi No : PTPN IX.0/SK/149/1999.SM Tgl.1 Juli 1999.

(14)

1.3. Keadaan Umum dan Tata Letak

Kebun kaligua terletak diantara 1090 0,6’ 58,5’’ Bujur Timur dan 070 16’ 58,5’’ Lintang Selatan. Tepatnya berada di Dusun Kaligua, Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Jarak kebun dengan beberapa kota dapat dilihat pada peta berikut ini:

Gambar 1. PETA KEBUN KALIGUA

Tabel 2. Jarak dari Kebun Kaligua ke beberapa kota

No Dari Ke Kota Jarak (km)

1 Kebun Paguyangan 18

2 Kebun Bumiayu 20

3 Kebun Brebes 95

4 Kebun Purwokerto 50

5 Kebun Semarang 264

Sumber: PTPN IX (Persero) Kebun Kaligu

Kebun Kaligua mempunyai topografi landai, miring sampai berbukit-bukit dan

berbatuan terjal dengan ketinggian antara 1.500-2.050 M dari permukaan laut. Suhu udara pada Legenda:

= Batas Afdeling/ Sungai = Jalan Produksi

(15)

7

Kebun Kaligua mencapai 20C-31o

Jenis tanah di Kebun Kaligua merupakan jenis tanah andosol yang mudah menyerap air

dengan keasaman tanah (pH) tanah normal yaitu 4,5 sampai 5,5. Areal Perkebunan Teh Kaligua

meliputi wilayah seluas 607,46 hektar, dimana areal tersebut terbagi kedalam tujuh daerah yaitu

Ambar, Suralaya, Kaligua, Sakub, Soka, Sirah dan Waslim. Ketujuh daerah tersebut terbagi

kedalam dua Afdeling, dimana satu sama lain terpisahkan oleh sungai yaitu:

C dengan kelembapan 70-90%, dengan curah hujan yang

cukup tinggi setiap tahunnya.

a. Afdeling Kaligua-Sakub, seluas 310,24 hektar. Meliputi daerah Kaligua, Soka, Sirah, Waslim dan Sakub.

b. Afdeling Ambar-Suralaya, seluas 297,22 hektar. Meliputi daerah Ambar, dan Suralaya.

Kebun Kaligua merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian berkisar antara 1500 mdpl sampai dengan puncak perkebunan tertinggi yaitu 2.050 mdpl. Kebun Kaligua memiliki iklim yang lembab berkisar antara 70 sampai dengan 90%.

1.4. Identitas, Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan

1.4.1. Identitas Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua adalah salah satu kebun yang dimiliki oleh PTPN IX Identitas dari kebun Kaligua adalah:

a. Nama Perusahaan : PT. Perkebunan Nusantara IX 2. Perwakilan/kebun : Kaligua

No. Telp. (08122999669) No. Fax. (0289)432417 d. Nama Kebun : Kaligua

e. Lokasi Kebun

1. Desa : Pandansari

(16)

f. Izin Usaha Industri

1. Perkebuanan : 1441/IUI/V/2008 2. Tanda Daftar Perusahaan Perseroan Terbatas

Nomor : 112414700187 Berlaku s/d Tanggal : 14 Desember 2016

1.4.2. Visi Perusahaan

Menjadikan PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua sebagai perusahaan Agribisnis yang berdaya saing tinggi dan tumbuh berkembang bersama mitra.

1.4.3. Misi Perusahaan

a. Memproduksi dan memasarkan produk karet, kopi, teh, gula, dan tetes ke pasar domestik dan internasional secara profesional untuk menghasilkan pertumbuhan laba (profit growth) dan mendukung kelestarian lingkungan.

b. Mengembangkan cakupan bisnis melalui diversifikasi usaha, yaitu produk hilir, wisata agro, dan usaha lainnya untuk mendukung kinerja perusahaan.

c. Mengembangkan sinergi dengan mitra usaha strategis dan masyarakat lingkungan usaha untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.

1.4.4. Tata Nilai

a. Integritas, keselarasan antara perkataan dan tindakan dalam melaksanakan

tanggungjawab.

b. Antusias, mampu menunjukkan semangat yang tinggi dalam mencapai tujuan

perusahaan.

c. Kerja Tim, kemauan dan kemampuan untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan

perusahaan.

d. Peduli, merasakan dan menunjukkan empati serta sikap ikhlas membantu seluruh

stakeholders.

e. Inovasi, cermat dalam membaca peluang dan mampu mengembangkan

(17)

9

1.4.5. Industri Hilir

Produksi Industri hilir dari Kebun Kaligua diantaranya: a) Teh Celup Kaligua

b) Teh Serbuk Kaligua c) Air Mineral Kaligua d) Teh Hijau Pucuk Merah e) Teh Putih

1.5. Struktur Organisasi

PT Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua dipimpin oleh seorang Administratur yang bertangung jawab kepada direksi PT Perkebunan Nusantara IX. Administratur dalam melaksanakan tugasnya menggunakan sistem organisasi garis. Sistem organisasi garis membagi kekuasaan dalam setiap tingkat.

(18)

STRUKTUR ORGANISASI AFDELING KALIGUA SAKUB

Keterangan : Garis wewenang/perintah --- Garis Koordinasi

Gambar 2. Struktur Organisasi Afdeling Kaligua Sakub

(19)

11

1.5.1. Tanggung Jawab dan Wewenang

Berikut ini merupakan uraian tugas, wewenang serta tanggung jawab dari Administratur, Sinder Kebun (Afdeling), Sinder Teknik dan Sinder Kantor yaitu sebagai berikut:

1) Administratur

Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua dengan memimpin unit pelaksana perusahaan kebun budidaya dalam melaksanakan tugas-tugas operasional perusahaan. Tugas dan kewajiban Administratur adalah sebagai berikut:

a) Mengkoordinir penyusunan rencana kerja dan rencana anggaran perusahaan unit pelaksana perusahaan untuk satu tahun periode anggaran dalam rangka penyusunan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) tahunan PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua atas dasar ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Direksi.

b) Mengkoordinir segala kegiatan yang ada di kantor, kebun maupun pabrik

c) Mengkoordinir segala sesuatu baik perencanaan, pendayagunaan dan pengembangan semua sumber daya di kebun.

d) Mengadakan hubungan dan kerjasama yang sebaik-baiknya dengan wakil-wakil karyawan, masyarakat desa di sekitar kebun, Pemda setempat, Instansi-instansi Sipil dan ABRI untuk mencapai kelancaran tugas unit, pelaksana perusahaan baik dalam bidang kultur teknis maupun non kultur teknis.

e) Melakukan verifikasi terhadap semua dokumen bukti-bukti yang dipergunakan oleh Sinder Kantor, Sinder Kebun dan Sinder Teknik untuk mengajukan permintaan uang

yang akan dibayarkan pada pihak ketiga untuk kepentingan tugasnya.

f) Melakukan verifikasi terhadap semua dokumen atau bukti-bukti yang diperlakukan untuk mengajukan permintaan barang dan uang ke kantor direksi PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua.

2) Sinder Kebun (Afdeling)

(20)

a) Menyusun rencana kerja dan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan bagian kebun untuk satu tahun periode anggaran dalam rangka penyusunan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan Unit Pelaksana Perusahaan.

b) Berdasarkan petunjuk-petunjuk Administratur, melaksanakan pekerjaan teknik budidaya di lapangan yang meliputi pengadaan bahan tanaman, persiapan lahan dan penanaman, pemeliharaan tanaman dan panen dengan menggunakan tenaga kerja baik yang berstatus karyawan bulanan, harian maupun lepas atau borong.

c) Melaksanakan sistem jaminan mutu (ISO-9001) bebas kontaminan mulai dari panen atau bahan baku panen atau bahan baku sampai dengan penyerahan di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) dalam pola manajemen PNT atau GKM.

d) Menyusun dan menghimpun administrasi tentang kegiatan kerja di dalam bagian kebun seperti administrasi pengupahan, penggunaan pupuk dan pencatatan kegiatan kerja lainnya yang diperlukan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

e) Menerima dan melaksanakan penugasan Administratur untuk mewakili kebun dalam berhubungan dengan masyarakat atau kepala desa di sekitar bagian kebun yang berhubungan dalam rangka kepentingan kebun.

f) Mengkoordinir dan melakukan pengawasan terhadap kegiatan kerja para pembantu Sinder Kebun, Mandor dan petugas bawahan lainnya agar dapat bekerja secara baik, efektif, dan efisiensi termasuk cara-cara penggunaan uang, barang-barang inventaris, alat-alat dan perlengkapan lainnya.

g) Memberi bimbingan dan pengawasan terhadap pembantu Sinder Kebun, Mandor dan

petugas bawahan lainnya agar mereka lebih mampu dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai dengan jabatan yang dipanggulkan atau dengan tugas yang harus dilaksanakannya.

1.5.2. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Karyawan

(21)

13

Tabel 3. Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja PT. PN IX Kebun Kaligua Tahun 2016

No Pendidikan Jumlah Orang

1 Sarjana (S1) 3

Sumber: Afdeling Kantor, 2016

Dari data tabel tingkat pendidikan tenaga kerja PT. PN IX Kebun Kaligua tahun 2016 di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki lebih didominasi oleh karyawan yang memiliki pendidikan tingkat SD dengan jumlah 496 orang. Untuk jumlah tingkat pendidikan yang paling sedikit yaitu karyawan yang memiliki tingkat pendidikan DIII/DII berjumlah 1 orang.

PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua memberikan fasilitas dan jaminan yang diberikan kepada karyawannya una untuk mensejahterakan dan memperlancar proses bekerja para karyawan. Berikut ini merupakan fasilitas dan jaminan yan diberikan antara lain:

- Gaji - Premi

- Bonus (diberikan 2 kali dalam kurung waktu satu tahun yaitu pada bula Maret dan Juni)

- Masa bebas tugas 6 bulan sebelum bebas - THR (Tunjangan Hari Raya)

- Pakaian kerja yang diberikan selama satu tahun sekali atau sesuai atau sesuai dengan keadaan.

- Jaminan kesehatan (BPJS)

- Melaksanakan pelatihan-pelatihan - Bantuan pendidikan untuk karyawan - CSR (Corporate Social Responsibility)

- Perumahan Dinas yang diberikan ke pegawai baik yang baru atau sudah lama bekerja - Sarana ibadah atau masjid

- Koperasi

(22)

1.5.3. Pemasaran Produk

Pemasaran dari hasil produksi ditujukan pada dua sasaran yaitu untuk tujuan pasar lokal dan ekspor. Dalam pemasaran teh hitam dilakukan dengan dua cara yaitu:

1) Lelang yang dikoordinasi oleh Kantor Pemasaran Bersama (KPB) 2) Pasar Lokal ada dua jenis:

a) Pasar Jenis BM dan Kawul, pembeli langsung ke pabrik

b) Produk hilir berupa teh celup merk Kaligua dikirim ke Kantor pusat PT. PN IX Semarang.

3) Pasar Luar Negeri

(23)

15

BAB 2

PENYEDIAAN BAHAN BAKU

Tanaman teh hitam dapat tumbuh pada daerah pegunungan atau puncak dengan ketinggian topografi yang sangat bervariasi antara 700-1000 meter diatas permukaan laut. Teh hitam merupakan salah satu produk unggulan yang di produksi di Indonesia. Teh sendiri merupakan hasil komoditas perkebunan Indonesia.

Kualitas dari mutu teh dipengaruhi oleh kondisi pucuk teh serta cara pengolahannya. Pucuk teh yang bermutu tinggi terdiri dari kuncup 2-3 daun mudayang mempunyai tingkat kerusakan rendah. Agar tingkat kerusakaan pucuk daun teh sampai dipabrik tetap rendah, maka perlu adanya penanganan pucuk teh sejak dari pemetikan, pengumpulan, pengangkutan

sampai penerimaan pucuk di pabrik harus dilakukan dengan baik.

Hasil survei yang dilakukan oleh BPS (2013) menunjukkan bahwa tingkat konsumsi teh rata-rata per kapita pada tahun 2009-2013 mencapai 13% per tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa kekayaan Indonesia merupakan sumber daya alam yang harus tetus dijaga kelestariannya.

Minuman teh merupakan produk yang terpopuler serta banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia ataupun masyarakat dunia, karena teh mempunyai cita rasa yang khas. Indonesia merupakan produsen teh yang menempati pada urutan kelima didunia. Manfaat dari teh itu sendiri ialah dapat menurunkan resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler serta menghambat perkembangan kanker, mempunyai efek untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut karena kandungan natural florida yang dimilikinya dapat mencegah terjadinya karies pada gigi (Besral et al, 2007).

Komposisi kimia didalam daun teh segar meliputi (dalam % berat kering) merupakan serat kasar, selulosa, lignin 22%, protein, asam amino sebanyak 23%, lemak 8%, kafein 4%, polifenol 30%, serta pektin 4%. Selain itu daun teh mengandung tiga komponen penting yang

dapat mempengaruhi mutu minuman teh yaitu tanin, kafein, dan polifenol (Sundari et al, 2009).

Pengolahan teh hitam menggunakan dua metode pengolahan diantaranya pengolahan dengan metode orthodox dan metode pengolahan CTC (Crushing, Tearing, Curling). Kedua metode tersebut dapat menimbulkan komponen kimia dalam jaringan daun teh yang

(24)

untuk memperoleh partikel bubuk teh yang berukuran kecil, sesuai dengan perkembangan pasar saat ini. Pengolahan teh melibatkan proses oksidasi terhadap pucuk daun teh, pembentukan teh dan pengeringan.

Perkembangan dipasar saat ini cenderung menginginkan teh dengan ukuran partikel yang lebih kecil (broken tea) dan cepat seduh (quick brewing). Sehingga dalam proses pengolahan teh hitam pada tahap penggilingan yang semula hanya menggunakan sistem

orthodox murni, sekarang berkembang menjadi orthodox rotorvane. Penggunaan alat

rotorvane ini untuk melakukan proses penghancuran yang lebih intensif sehingga teh yang dihasilkan memiliki ukuran partikel kecil dan lebih banyak.

PT Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua Brebes telah memproduksi jenis teh yang bermutu serta banyak diminati masyarakat dan pasar. Proses produksi teh di PT Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua Brebes telah melalui proses yang sistematis dan lengkap

sehingga dapat menghasilkan bubuk teh hitam yang telah standar sesuai SNI (Standar Nasional Indonesia).

2.1. Tanaman Teh

Tanaman teh (Camellia sinensis) familia dari Theaceae, diperkirakan berasal dari Cina. Tanaman teh ini dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis, dengan ketinggian 200-2.300 meter diatas permukaan laut (Noriko, 2013).

Tanaman teh membutuhkan iklim yang lembab, dan tumbuh baik pada temperatur yang

berkisar antara 22o

Teh mengandung kafein dan pada daun yang masih muda kandungan fosfornya sangat tinggi. Daun teh banyak mengandung mineral Al, Mn, K, Ca, Mg, Fe Zn, dan Cu. Ada 4 jenis teh yaitu teh putih, teh hijau, teh hitam dan teh olong. Terdapat perbedaan dari keempatnya yaitu pada pemrosesan daun teh setelah dipetik. Teh dibedakan berdasarkan proses fermentasinya. Semakin lama proses fermentasi, maka warna daun yang hijau akan berubah menjadi coklat dan akhirnya kehitaman (Sundari et al, 2009).

C. Tanaman teh memiliki usia ekonomi antara 50-60 tahun. Selain itu

faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan teh ialah curah hujan. Curah hujan yang optimum untuk pertumbuhan teh berkisar 223-417 mm per bulan (Supriadi, 2014).

(25)

17

mangan, kalsium, kalium dan potasium. Flavonoid merupakan kelompok antioksidan yang secara alamiah terdapat pada sayuran, buah-buahan, serta minuman seperti anggur dan teh.

Adapun beberapa manfaat teh antara lain:

- Untuk melancarkan buang air besar maupun buang air kecil.

- Mengurangi gangguan kekejangan pada anak-anak serta epilepsi. Menjaga kesehatan jantung.

- Mengurangi resiko keracunan serta mampu menekan pertumbuhan sel kanker ataupun tumor.

Minuman teh memiliki cita rasa yang enak, tetapi juga dapat menyegarkan serta meningkatkan gairah untuk makan. Teh merupakan salah satu minuman yang umumnya sering digunakan untuk minuman dalam menjamu tamu.

Daun teh berbau aromatik serta memiliki rasanya agak sepet, berikut ini mengenai uraian

makroskopisnya sebagai berikut:

a. Helai-helai daun teh dapat dikatakan cukup tebal, kaku, berbentuk sudip melebar dan memanjang, panjangnya tidak lebih tebal dari 5cm, dan bertangkai pendek.

b. Permukaan daun bagian atas mengkilat, pada daun muda permukaan bawahnya berambut sedangkan setelah tua menjadi licin.

c. Tepi daun bergerigi, agak tergulung kebawah.

Hasil dari penggilingan teh dapat menyebabkan daun teh terluka serta mengeluarkan getah. Ketika getah itu bersentuhan langsung dengan udara maka akan menghasilkan senyawa teaflavin dan teaburgin. Daun teh tersebut mengalami fermentasi sempurna. Warna hijau dapat berubah menjadi kecoklatan serta selama pengeringan daun teh berubah menjadi warna hitam. Teh hitam ini paling dikenal luas dan banyak dikonsumsi (Angraini dan Nanda, 2016).

Negara Indonesia sendiri memiliki 4 macam teh yang terdiri dari teh hitam, teh hijau, teh oolong, dan teh putih. Keempat macam teh tersebut dibedakan dari cara pengolahannya. Dalam proses pengolahan teh oolong dalam pengolahannya mengalami proses semi fermentasi dan teh putih dibuat tanpa melalui proses oksidasi enzimatis. Dimana pada pucuk daun putih diletakkan pada wadah yang terbuat dari anyaman bambu, kemudian dilayukan di tempat yang terdapat sinar mataharinya tidak terlalu panas. Teh hijau diproses tanpa fermentasi atau oksidasi enzimatis serta teh hitam diproses dengan fermentasi atau oksidasi enzimatis (Suryaningrum dalam Kusumaningrum, 2013).

Pengendalian mutu bahan baku sangat diperlukan agar produk yang dihasilkan sesuai

(26)

aroma, warna, manfaat), biologis (cemaran mikroba, kemurnian jaringan daun teh), dan inderawi (kenampakan, cita rasa, warna air seduhan, kenampakan ampas seduhan) yang dimiliki teh. Teh yang berkualitas tinggi sangat erat hubungannya dengan mutu teh itu sendiri. Mutu teh tergantung oleh cara pemrosesan daun (fermentasi, dijemur, dicampur) untuk mendapatkan aneka jenis teh, dengan metode pemetikan baik manual maupun menggunakan mesin, perawatan yang dilakukan terhadap tanaman teh, serta keadaan tanah, ketinggian tempat tumbuhnya teh dari permukaan laut. Dalam menjaga mutu teh tersebut, perlu adanya pengendalian mutu proses produksi bahan baku sampai produk jadi dan siap dipasarkan.

2.2. Pemetikan dan Pasca Pemetikan Daun Teh

Menurut Fernando dalam Wachjar (1998), pemetikan mempunyai hubungan yang sangat

penting terhadap hasil mutu teh jadi. Pada dasarnya pemetikan adalah pekerjaan pemungutan dari tunas-tunas teh beserta daun yang masih muda yang kemudian diolah menjadi daun teh kering. Fungsi dari pemetikan untuk membentuk kondisi tanaman teh supaya dapat berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Pemetikan yang benar tidak terlepas dari pengaturan siklus petik serta pengaturan cara petik yang tepat.

Banyaknya hasil daun teh yang didapat berdasarkan cara pemetikannya sehingga mempengaruhi mutu yang dihasilkan. Pemetikan daun teh dibedakan menjadi dua yaitu dengan cara petikan kasar dan cara pemetikan halus. Menurut Nazarudin dan Paimin (1993), pucuk daun teh harus dipastikan dalam keadaan baik, sebelum proses pengolahan daun teh dilakukan. Hal tersebut berarti bahwa pucuk daun teh dari pemetikan sampai ke lokasi pengolahan dijamin bahwa tidak akan terjadi perubahan. Kondisi tersebut sangat penting agar produksi akhir teh bermutu.

Sistem petikan adalah banyaknya hasil daun teh yang dipetik dibawah kuncup (peko) atau banyaknya daun teh yang tertinggal dibawah daun kepel pada ranting setelah dilakukan pemetikan. Pemetikan ranting juga dibagi menjadi ranting peko dan ranting burung. Ranting peko ialah ranting yang masih memiliki kuncup (peko), dimana daunnya masih tergulung dan merupakan ranting yang tumbuh aktif. Sedangkan ranting burung ialah ranting yang tidak mempunyai kuncup dan merupakan ranting yang tidak aktif (dorman).

Dalam pemetikan dilakukan 3 macam jenis petikan yaitu:

(27)

19

Petikan halus merupakan petikan pucuk daun teh dimana yang dipetik adalah kuncup yang masih tergulung (peko) + 1 helai daun muda.

- Petikan sedang

Petikan sedang merupakan petikan pucuk daun teh yang + dengan 2 helai daun teh tua atau 3 helai daun teh muda.

- Petikan kasar

Petikan kasar merupakan petikan pucuk daun teh + 3 helai daun teh tua atau lebih.

Proses pemetikan daun teh sangat penting dilakukan, karena pada tahap tersebut merupakan dasar dari suatu usaha perkebunan teh. Tanaman teh atau daun teh yang dibiarkan dan tidak dilakukan pemetikan maka akan tumbuh terlalu tinggi, sehingga akan susah untuk dilakukan pemanenan lanjutan. Pemetikan daun teh dilakukan setiap pagi pada pukul

07.00–10.30 WIB. Proses selanjutnya adalah pengangkutan daun teh naik kedalam bak truk yang terbuka menuju ke pabrik. Pada proses pemetikan ddaun teh kedua dilakukan pada pukul 11.00-13.30 WIB. Proses pengangkutan daun teh diusahakan secepat mungkin dan penyusunan waring daun teh di dalam bak truk diusahakan sedikit longgar, supaya sirkulasi udara tetap terjaga dan teh yang diangkut tetap dalam keadaan bagus. Apabila dalam penyusunan terlalu padat, maka dapat mengakibatkan panas yang membuat pucuk daun teh rusak serta dapat merusak fisik daun teh itu sendiri. Hal tersebut akan mempengaruhi mutu daun teh pada saat produksi, sehingga hasil mutu teh akhir akan menurun.

Pucuk daun teh hendaknya sampai dalam keadaan segar menuju ke pabrik agar dapat dioalah menjadi produk teh yang baik. Selanjutnya hasil pucuk teh tersebut ditimbang untuk menentukan besarnya upah pekerja dan sebagai data dalam proses pengolahan. Proses penimbangan dilakukan oleh mandor timbang. Pucuk daun teh harus diperlakukan dengan benar agar mutu yang dihasilkan pada akhirnya tidak menurun selama dilakukannya proses pengumpulan dan pengangkutan hingga penerimaan ke pabrik.

(28)

ialah sebagai penguapan air yang masih menempel pada daun teh, selain itu juga dapat berfungsi untuk menghindari agar daun teh tidak berubah warna menjadi merah.

Petikan daun teh harus dilakukan dengan benar karena hal tersebut merupakan kunci kesuksesan didalam produksi teh secara menyeluruh. Waktu pemetikan dau teh dihitung mualai hari pertama setelah pemetikan terakhir dialkukan di wilayah tersebut (Palgunadi dan Pratiwi, 2015).

Kecepatan pertumbuhan pucuk daun teh dipengaruhi oleh musim, kesuburan tanah, pemupukan serta umur pangkas tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhnya daun teh barudilhat dari tanah, kelembaban, cahya dan air. Lama rotasi petik yang diterapkan di kebun Kaligua adalah 20-25 hari untuk pemetikan menggunakan gunting. Rotasi petik ini diperlukan agar suplai bahan baku (pucuk daun teh) dapat diperoleh pabrik secara kontinyu. Pemetikan yang dilakukan dengan cara manual seperti pemetikan dengan menggunakan

tangan dan gunting petik. Hasil yang didapatkan relatif banyak namun cenderung kasar. Dalam pemetikan daun teh juga dilakukan dengan gilir petik. Gilir petik merupakan selang waktu pemetikan pertama dengan pemetikan berikutnya pada blok yang sama (Palgunadi dan Pratiwi, 2015).

Hasil produksi yang tinggi dengan waktu yang relatif pendek menggunakan mesin pemetik teh. Mesin pemetik teh hanya digunakan pada bulan maret, pemetikan menggunakan mesin petik dilakukan secara serentak agar hasilnya rata satu sama lain. Teknik pemetikan menggunakan alat gunting, manual dan mesin. Alat gunting merupakan alternatif untuk mengatasi kelangkaan tenaga petik. Secara teknis mekanisasi pemetikaan dengan mesin maupun gunting petik merupakan petikan berat yang perlu persyaratan untuk menjaga pertumbuhan pucuk daun teh. Pada pemetikan manual akan dihasilkan petikan halus namun para pemetik belum begitu trampil (Herawati dan Nurawan, 2009).

Petikan Menggunakan Gunting Petikan Menggunakan Tangan / Manual

(29)

21

Ada tiga cara dalam melakukan pemetikan daun teh yaitu: a. Pemetikan Jendangan

Pemetikan jedangan merupakan pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas. Tujuan dari pemetikan ini adalah untuk membentuk bidang petik yang rata dan lebar sehingga berpotensi untuk mendapat hasil produksi daun tinggi. Hasil petikan maksimum p+3m dan b+2m. Petikan tersebut sudah sesuai dengan syarat yang ditentukan. Apabila terdapat hasil diluar dari syarat petikan p+3m dan b+2m, maka hasilnya kurang baik. Petikan ini dilakukan 3 s.d 5 kali daur petik dengan ketinggian yang sama.

Hal yang perlu diperhatikan pada saat pemetikan jedangan berlangsung yaitu:

1) Proses pemetikan dilakukan secara hati-hati dan teliti serta secara halus dan ringan. 2) Usahakan tunas yang berada di pinggir perdu tidak dipetik agar hasil bidang petikan

menjadi lebar.

3) Petikan dilakukan beberapa kali hingga semua tunas sekunder terpetik

b. Pemetikan Produksi

Petikan produksi merupakan petikan yang dilakukan setelah lepas dari petikan jendangan sampai dengan menjelang petikan genesan. Pemetikan produksi mengacu pada standar petikan medium diamana pucuk daun teh yang telah dipetik langsung dimasukkan kedalam waring (keranjang) khusus.

Standar petikan daun teh yang digunakan dapat berbeda-beda berdasarkan syarat pengolahan. Standar petik halus yaitu petikan peko dengan satu hingga daun muda dan burung dengan satu daun muda. Standar petik medium yaitu peko dengan dua daun tua, peko dengan tiga helai daun muda, serta burung dengan stu hingga tiga daun muda. Sementara standar petik kasar adalah peko dengan tiga daun tua atau lebih dan burung dengan satu hingga dua daun tua. Standar petikan medium dapat menghasilkan produktivitas yang cukup tinggi (Abbas dalam Haq, 2013).

Tahap selanjutnya hasil petikan daun teh disimpan pada tempat yang teduh untuk menghindari kelayuan dan menyebabkan kerusakan pucuk daun teh. Pemetikan produksi ini dilakukan secara terus menerus dengan daur petik tertentu dan jenis petikan tertentu padasiklus 8-9 hari. Namun apabila menggunakan gunting, maka daur petik dilakukan dengan jangka waktu yang lebih lama yaitu sekitar 20-25 hari setelah petikan sebelumnya.

Petikan daun teh harus dilakukan dengan cermat bersih dan merata sesuai dengan bidang

(30)

hasil pertumbuhan tunas selanjutnya. Daur petik dipengaruhi oleh beberapa hal seperti keadaan iklim, sistem petikan yang diterapkan, serta potensi dari tanaman itu sendiri.

Umumnya, hasil petikan produksi lebih banyak menghasilkan jenis petikan medium.

Sistem petikan terdiri dari petikan halus, petikan medium, dan petikan kasar. Menurut Subarna dalam Anjasari (2016), menyatakan bahwa petikan daun teh kasar akan

memberikan produksi lebih tinggi dengan mutu pucuk rendah, sedangkan petikan daun halus daun teh memberikan produksi lebih rendah dengan mutu pucuk daun teh tinggi. Namun pada umumnya perkebunan teh lebih banyak menerapkan sistem petikan medium. Oleh karena itu petikan halus, medium dan kasar memberikan pengaruh terhadap mutu pucuk daun teh (presentase pucuk muda).

Pucuk yang dipetik adalah p+2t, p+3m, b+2m tanpa meninggalkan satu helai daun (K+1) diatas bidang petik, namun pucuk p+1, p+2m dan b+1m ditinggalkan untuk cadangan petik

pada daur petik selanjutnya. Pelaksanaan pemetikan produksi: 1. Standar petikan medium.

2. Menggunakan teknik dengan petikan kedua tangan (manual) atau menggunakan gunting dilakukan apabila tenaga kerjanya kurang dan kondisi tanaman memungkinkan. Selain itu juga dapat menggunakan kombinasi antara tangan dengan gunting. Namun karena pertumbuhan pucuk kurang seragam. Oleh karena itu, perlu dilakukan petik manual untuk memetik pucuk teh yang sudah masak dan setelah pertumbuhan pucuk teh rata, baru dilakukan petikan dengan menggunakan gunting.

3. Pucuk teh yang telah dipetik tidak boleh terlalu lama dalam kepalan dan segera dimasukkan dalam waring atau keranjang petik. Hasil petikan yang dimasukkan kedalam waring harus berada pada tempat yang teduh. Hal ini bertujuan untuk menjamin agar pucuk daun teh tetap dalam kondisi segar dan kapasitas isi waring maksimal yaitu 25 kg. 4. Dalam pemetikan harus dilakukan dengan cermat dan bersih. Semua daun peko dan

burung yang telah siap panen harus dipetik jangan sampai tertinggal. 5. Dilarang untuk memetik pucuk yang berada dibawah bidang petikan.

c. Pemetikan Genesan (sebelum pemangkasan)

Pemetikan genesan adalah pemetikan yang dilakukan 1-3 hari menjelang pangkasan. Pemetikan ini dilakukan pada tanaman teh dalam waktu satu sampai tiga hari menjelang

(31)

23

memperhatikan adanya tinggalan petikan. Terdapat beberapa kriteria bahan baku yang layak olah pada petikan genesan diantaranya pucuk tidak boleh rusak harus dalam kondisi segar, serta memenuhi standar petikan medium yaitu 70%, 20% petikan kasar serta10% petikan halus.

Petikan bertujuan untuk menjaga agar jangan sampai ada pucuk yang masih dapat diolah namun ikut terbuang saat dipangkas. Pemetikan dilakukan sesuai dengan rumus petik diantaranya:

- Pola kerja petik

Pola kerja petikan didasarkan cara petikan yang tidak akan merusak pertanaman perdu-perdu teh dikemudian hari. Umur berapa pucuk tersebut akan dipetik, sehingga petikan dapat menghasilkan daun pucuk yang dikehendaki.

Pucuk teh muncul dari tunas setelah atau daun kepel terbentuk, baru selanjutnya terus

tumbuh daun-daun lain. Pucuk burung merupakan tumbuhnya mata tunas baru yang berbentuk pucuk daun teh. Semakin banyak pertumbuhan pucuk maka akan semakin banyak pula daun-daunnya. Keadaan dimana perdu-perdu teh akan semakin banyak yang berhenti bertunas dan daun akan menjadi burung maka disebut dengan periode burung.

- Kriteria bahan baku layak olah

Kriteria bahan baku yang layak untuk diolah yaitu:  Dalam keadaan segar

 Tidak rusak

 Bebas dari bahan lain yang dapat menimbulkan kontaminasi

Dengan pucuk standar petikan medium:

- Petikan halus minimal 10% dilakukan menggunakan rumus (P+1, p+2m). P+1 artinya petikan memiliki peko dan 1 daun teh, sedangkan p+2m artinya petikan memiliki peko dan 2 daun teh muda.

- Petikan medium minimal 70%. Petikan ini terdiri dari pucuk peko dengan dua daun, tiga daun, serta pucuk burung dengan satu, dua atau tiga daun muda (P+2, P+3, B+1M, B+2M, B+3M). P+2 yang berarti petikan mengandung peko dan 2 daun teh begitu juga rumus P+3 yang ditambah 3 daun teh, untuk B+1M artinya petikan tanpa kuncup peko tetapi terdapat kuncup burung ditambah dengan 1 daun teh muda, sedangkan B+2M artinya petikan tanpa kuncup peko tetapi terdapat kuncup burung ditambah dengan 2 daun teh muda begitu juga dengan rumus B+3M yang ditambah dengan 3 daun muda. Bubuk teh dihasilkan dari

(32)

- Petikan kasar maksimal 20% (p+3, p+4, b+1t, b+2t, b+3t, b+4t ). Jika petikan pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan empat daun atau lebih, dan pucuk burung dengan beberapa daun tua, maka dapat ditulis menggunakan rumus {P+4 atau lebih, B+(1-4t)}. Rumus yang digunakan untuk petikan P+3 artinya dengan peko ditambah denagn 3 daun teh yang sudah tua, sedangkan P+4 artinya dengan peko ditambah 4 daun teh yang tua, suntuk rumus petikan B+1t adalah petikan tanpa kuncup peko tetapi hanya terdiri atas kuncup burung dan 1 daun teh tua. Begitu pula dengan rumus petikan B+2t, B+3t dan B+4t yang ditambah dengan daun teh sesuai angka pada rumusnya.

Petikan dilaksanakan dengan pembagian grup sehingga dapat menghasilkan produksi yang optimal pada masing-masing grup kemandoran dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan daur petik.

Organisasi tersebut dilaksanakan sebagai berikut:

1. Masing–masing afdelin dibagi menjadi beberapa grup kemandoran dengan luas lahan 50 ha.

2. Kebutuhan jumlah pemetik disesuaikan dengan luas areal petikan pada masing-masing grup kemandoran.

3. Hasil petikan jedangan harus dipisahkan dari hasil petikan lainnya.

4. Petikan pada masing-masing blok dilaksanakan secara “giring bebek” sehingga tetap terpisah antara grup A, B, C dan seterusnya sesuai dengan luas areal TM (tanaman menghasilkan). Giring bebek adalah pemetikan yang dilaksanakan di dua tempat namun saat pmetikan dilakukan serempak dan hasilnya di gabung bersama.

5. Setiap harinya para sinder kebun dan mandor kepala serta mandor petik harus mengetahui hasil analisa petikan daun teh yang telah dibuat oleh bagian pabrik. Apabila terjadi petikan dengan hasil yang kasar maka dapat segera diperbaiki untuk petikan berikutnya..

(33)

25

P+2t P+3m B+1m

B+2 B+3m P+2m

K+0 Lengkap K+1

Gambar 4. Jenis Petikan

2.3. Pengolahan Teh Hitam

Pengolahan teh hitam di Indonesia dapat dibagi menjadi dua, yaitu system orthodox

(34)

dalam pengolahan teh ialah oksidasi yang digunakan untuk menentukan rasa teh, dengan perawatan dan pemotongan pucuk daun teh yang dapat memengaruhi citarasa.

PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua mengolah teh hitam menggunakan sistem

orthodox rotorvane. Pengolahan tersebut terdiri dari:

- Penerimaan pucuk daun teh,

- Proses pelayuan

- Proses penggilingan,

- Proses sortasi basah,

- Proses fermentasi,

- Proses pengeringan daun teh,

- Proses sortasi kering,

- Penyimpanan dan,

- Pengemasan serta

- Proses analisa.

Jenis teh yang dihasilkan di Indonesia terdiri dari 3 jenis teh yaitu teh hitam (black tea),

teh hijau (green tea), dan teh wangi (jasmine tea). Proses dari ketiga jenis teh tersebut berdasrkan pada sistem pengolahanya yang terletak pada proses fermentasi. Teh hitam dihasilkan melalui pengolahan proses fermentasi, sedangkan teh wangi merupakan kelanjutan proses dari teh hijau yang ditambah dengan bunga melati. Teh hijau sendiri diolah tanpa melalui proses fermentasi. Pada pengolahan teh, polifenol merupakan suatu kelompok antioksidan yang secara alami terdapat didalam teh dan katekin yang merupakan salah satu antioksidan golongan flavanol dalam teh (Chang Rong dalam Khotimah 2014)

Teh dihasilkan dari pucuk-pucuk tanaman teh yang dipetik dengan siklus 7 sampai 14 hari sekali. Hal tersebut bergantung pada keadaan tanaman pada masing-masing daerah, karena dapat mempengaruhi jumlah hasil yang akan diperoleh. Sebelum proses pengolahan teh dilakukan maka harus diperhatikan bahwa pucuk daun teh harus dalam keadaan baik. Dimana pucuk daun teh yang didapat dari pemetikan hingga ke lokasi pengolahan diusahakan belum terjadi perubahan. Karena keadaan tersebut sangat penting dilakukan supaya memperoleh teh yang sangat bermutu tinggi.

Perlu diperhatikan beberapa hal untuk mencegah kerusakan daun teh saat pengkutan dilaksanakan yaitu:

(35)

27

- Usahakan saat membongkar pucuk daunteh tidak menggunakan barang-barang tajam dari besi maupun pisau, agar kondisi daun tidak sobek atau patah.

- Usahakan daun teh dihindarkan dari penyinaran terik matahari dengan waktu lama, yaitu lebih dari 3 jam. Agar mencegah terjadinya perubahan warna dan kimia serta bentuk daun teh menjadi kering.

2.4. Tanaman Menghasilkan

Tanaman menghasilkan (TM) merupakan tanaman yang telah dilakukan pemeliharaan selama kurang lebih 3 tahun dan dapat berproduksi secara normal. Pada tanaman menghasilkan masih diperlukan pemeliharaan agar dapat menghasilkan produksi sesuai dengan target. Kegiatan yang dilakukan pada saat pemeliharaan tanaman menghasilkan meliputi pengendalian hama penyakit, pemangkasan, serta kerik lumut. Hama yang

mengganggu tanaman teh adalah empoasca sp, ulat penggulung daun, ulat penggulung pucuk

daun dan penyakit yang sering ditemukan pada daun teh ialah cacar daun (Haq dan Karyudi, 2013).

Pemeliharaan tanaman teh tersebut meliputi:  Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan melalui penyemprotan daun. Penyemprotan daun dilakukan sesudah dan sebelum petikan. Hama atau penyakit yang biasa menyerang tanaman teh diantaranya:

 EWS (Early Warning System)

EWS atau yang disebut dengan sistem peringatan dini merupakan suatu sistem pengendalian yang dilakukan seawal mungkin sebelum serangan hama dan penyakit semakin menyebar luas. Pengendalian ini dilaksanakan dengan sangat cermat, intensif, dan konsisten terhadap areal yang merupakan sumber hama penyakit.

 Serentak

Hama penyakit pada tanaman teh dapat dikendalikan dengan melakukan secara serentak dan sepenuhnya dengan jangka waktu penyelesaian 7-9 hari sesuai dengan siklus petik, jika serangan hama penyakit yang timbul sangat luas.

 Terpadu

Hama penyakit pada tanaman teh dapat di atasi dengan sestem terpadu sehingga tidak menggangu keseimbangan ekosistem. Selain itu, Kesehatan tanaman juga perlu dijaga dan

(36)

Dalam mengendalikan hama dan penyakit ini dilakukan dengan penyemprotan. Penyemprotan dapat dilakukan setelah dan sebelum petikan. Jika dilakukan sebelum petikan maka penyemprotan harus dilakukan seminggu sebelum petikan. Bahan yang digunakan untuk penyemprotan sebelum petikan adalah pupuk daun “Beyvolan”. Sedangkan untuk penyemprotan setelah petikan menggunakan insektisida sesuai dengan hama penyakit yang menyerang. Tanaman teh yang telah di semprot akan terlihat mengalami perubahan setelah 3 hari. Perubahan yang terjadi tersebut antara lain tunas semakin tumbuh banyak, warna daun mengkilat, hama dan tanaman berkurang dan tanaman menjadi lebih mudah untuk dipetik karena ranting tidak keras. Berikut ini beberapa jenis hama penyakit yang sering menyerang pada tanaman teh diantaranya:

• Hama ulat penggulung

Gejala serangan hama ulat penggulung ini, apabila menyerang tanaman teh maka daun teh akan terlipat atau tergulung. Cara untuk mengendalikannya yaitu:

* Secara manual dengan melakukan peetikan daun teh yang terserang, pucuk dapat diolah dan daun tua dibakar.

* Penggunaan insektisida seperti Supracide 40 EC, Sevin 85 S, Bayrusil 250 EC dengan konsentrasi 0,2% dengan dosis 0,75 lt/ha.

• Hama Empoasca sp

Gejala dari serangan hama ini adalah tulang daun dari tanaman teh akan mengalami kloris (berwarna coklat). Apabila serangannya berat maka daun muda akan berwarna kuning kusam, mengering, dan terjadi kematian pada pinggir daun. Cara mengatasinya dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida “Confidor” dengan konsentrasi 1% dan dosis 1 kg/ha. Dapat pula dilakukan pemetikan genesan, namun tetap saja perlu diperhatikan kondisi tanaman dan berat ringannya dari serangan hama tersebut

• Penyakit Cacar Daun Teh

(37)

29

Kemudian bercak akan terus membesar hingga pada akhirnya pusat bercak akan menjadi berwarna cokelat, mengering, mati dan terlepas dari tangkainya.

Cara untuk pengendaliannya yaitu secara mekanis, dan kimiawi. Secara mekanis pengendaliannya dilakukan dengan cara, pemetikan dengan daur lebih pendek dari masa inkubasi cacar daun yaitu kurang dari 9 hari. Pengaturan pemangkasan dilakukan pada saat menjelang musim kemarau sehingga jedangan tepat dilakukan pada musim kemarau. Secara kimiawi dapat dilakukan dengan cara penyemprotan dengan insektisida sistemik setelah pemetikan pucuk daun teh, seperti Cupravit dan Nordix 56 WP, Perenox dosis 300 gr/ha dengan jarak interval 7-9 hari yang disemprotkan setelah pemetikan pucuk.

Ulat penggulung Hama Empoasca sp Cacar Daun

Gambar 5. Penyakit Pada Daun Teh

• Pemangkasan

Tujuan dari pemangkasan adalah untuk menurunkan bidang petikan supaya tanaman teh tidak tumbuh terlalu tinggi sehingga dapat dengan mudah untuk dilakukan pemetikan. Hal ini menyulitkan pemeliharaan dan pemetikan pucuk sehingga pemangkasan perlu dilakukan. Selain itu pangkasan juga berguna agar tanaman memiliki bidang petik yang luas untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas dan cabang-cabang yang baru serta membentuk lebih banyak kuncup maka dilakukan pemangkasan. Dengan dilakukannya pemangkasan, maka tanaman daun teh yang tumbuh akan semakin banyak, sehingga hasil yang diperoleh akan semakin banyak. Menurut Johan dalam Khotimah (2014) bahwa pemangkasan yang

dilakukan dimusim kemarau dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman teh seperti gugurnya daun teh, sehingga menyebabkan berkurangnya produksi pucuk daun teh. Pada saat melakukan pemangkasan, ada beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan yaitu:

a. Luka pangkasan Harus miring kedalam, cara memangkas dari atas ke bawah dengan memakai sabit atau pisau tajam.

(38)

c. Tidak diperbolehkan untuk memangkas bekas pangkasan yang lama (bungkul) yang telah membengkak.

d. Pemangkasan dilakukan dengan memotong batang dengan ketinggian 15-20 cm dari permukaan tanah.

Siklus pangkasan sendiri dilakukan 4-5 tahun. Adapun sistem pangkas yang digunakan yaitu:

- Pangkasan Bersih

Pangkasan bersih merupakan pangkasan dengan bidang pangkasan yang rata, tetapi pada bagian tengahnya agak rendah. Semua ranting yang berukuran kurang dari 1 cm dipotong dengan tinggi pangkasan sekitar 45-60 cm.

- Pangkas Setengah bersih

Pangkasan setengah bersih merupakan sistem pangkasan yang dilakukan dengan

membuang membuang ranting kecil berukuran kurang dari 1 cm atau sebesar pensil yang berada pada bagian tengah perdu. Sedangkan yang berada disisi perdu akan dibiarkan. Tinggi pangkasan sekitar 45-60 cm.

- Pangkasan Dalam

Pangkasan dalam dilakukan pada tanaman yang berumur 35 tahun, dengan tinggi pangkasan 40 cm dari permukaan tanah dengan memotong kayu tua yang tebal untuk memperbaiki dan memperbarui percabangan.

• Kerik Lumut

Kerik Lumut dilakukan pada waktu tanaman selesai dipangkas dan sebelum tunas baru (maksimum 2 minggu sesudah dipangkas). Tujuan dilakukannya kerik lumut adalah menghilangkan lumut yang menempel di bagian batang tanaman teh yang menyebabkan tunas baru dapat tumbuh dengan subur. Agar produktivitas dari pucuk daun teh semakin meningkat, maka kerik lumut perlu dilakukan. Lumut dibersihkan dengan menggunakan sapu

(39)

31

BAB 3

PROSES PRODUKSI TEH HITAM

Proses pengolahan teh hitam merupakan suatu tahap penting untuk menghasilkan bubuk teh yang sangat berkualitas. Tujuan dari pengolahan pucuk daun teh untuk mengubah komponen kimia dalam daun teh sehingga dapat menjadi hasil olahan yang dapat memunculkan sifat yang dikehendaki dari air seduhan seperti rasa, warna, dan aroma yang disukai dan berkualitas baik. Berikut ini 4 bahan kimia yang terdapat didalam daun teh yaitu, catechin dan flavanol (substansi bukan fenol), vitamin, pectin, resin, dan mineral (substansi fenol), enzim-enzim serta subtansi aromatik. Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Kaligua menggunakan sistem Ortodox Rotorvane.

Karena tuntutan pasar dunia yang telah beralih ke produk teh hitam maka sistem

pengolahan teh hitam sistem orthodox muri di Negara Indonesia sudah jarang dilakukan, umumnya dilakukan dengan sistem orthodox rotorvane. Kapasitas produksi sehari dapat mencapai ±1800 kg dan pabrik beroperasi selama 24 jam. Proses pengolahan tersebut dapat mengahasilkan bubuk teh dengan ukuran partikel lebih kecil melalui brnagai tahapan proses antara lain penerimaan serta penimbangan bahan baku, pelayuan pucuk teh, penggulungan, penggilingan, sortasi basah, fermentasi teh, pengeringan, sortasi kering, penyimpanan serta pengemasan.

1.1. Bahan Baku Pembuatan Teh Hitam

Perusahaan PTPN IX Kaligua menggunakan bahan baku dari pucuk daun teh segar yang diperoleh dari perkebunan. Untuk memperoleh hasil produksi yang bermutu bagus diperlukan petikan halus sebanyak mungkin. Bahan baku merupakan suatu bahan pokok dalam proses produksi yang nantinya akan diolah lebih lanjut dari bahan baku mentah sampai menjadi produk jadi. Maka penyediaan bahan baku sangat penting untuk diperhatikan. Selain itu ada beberapa pertimbangan yang harus terus dilakukan pengawasan yaitu pemetikan pucuk daun teh.

1.2. Penerimaan dan Penimbangan Bahan Baku

Kualitas pucuk daun teh sangat ditentukan oleh kondisi fisik dan kandungan zat kimia dari pucuk teh tersebut. Spesifikasi bahan baku yang diolah di PT Perkebunan Nusantara IX

(40)

dilakukan sebanyak dua kali yaitu pagi dan siang hari. Penerimaan pertama dilakukan pada pukul 10.00-12.00 WIB sedangkan penerimaan kedua pada pukul 13.00-14.00 WIB. Setelah itu truk yang tiba dipabrik ditimbang kembali.

Tujuan dari penimbangan tersebut adalah:

- Mengetahui produk pucuk teh yang diolah setiap hari.

- Mengetahui jumlah pucuk daun yang akan diisikan pada Withering Trough sesuai dengan kapasitasnya.

- Mengetahui ketepatan dalam penimbangan di kebun teh.

Setelah penimbangan bahan baku dilakukan, selanjutnya dilakukan analisa pucuk. Tujuan dilakukan analisa pucuk adalah untuk mengetahui prosentase keadaan pucuk serta mengidentifikasi jumlah kerusakan pada pucuk daun teh. Hasil prosentase pucuk dau teh dilihat dari jumlah pucuk kasar dan pucuk halus yang digunakan untuk mengetahui

prosentase kualitas pada produk akhir, seperti jumlah grade pertama dan kedua. Keadaan pucuk daun teh diidentifikasi jumlah pucuk kasar dan pucuk halus. Selain itu, analisa pucuk tersebut digunakan untuk memantau dari kinerja mandor. Hasil yang diperoleh dari analisa pucuk tiap mandor selanjutnya diserahkan ke bagian kebun untuk dievaluasi.

Usahakan pucuk teh yang telah diperoleh dari hasil pemetikan sebelumnya harus dalam keadaan segar dan tidak rusak sampai ke pabrik agar dapat diolah menjadi produk teh yang bagus dan baik. Pucuk daun teh harus diperlakukan dengan benar agar mutunya tidak menurun selama proses pengumpulan dan pengangkutan ke pabrik. Sebelum diangkut ke pabrik tiap-tiap waring harus ditimbang dahulu untuk mengetahui berat pucuk teh yang diperoleh serta untuk menentukan upah para pemetik. Penimbangan tersebut dilakukan oleh mandor timbang.

Pengumpulan hasil petikan daun teh tersebut menggunakan waring dengan berat 5-25 kg, agar tidak terlalu padat sehingga dapat menyebabakan kerusakan pada pucuk teh. Pengangkutan pucuk dari kebun menuju ke pabrik menggunakan kendaraan truk yang terbuka. Pengangkutan merupakan suatu proses transportasi untuk memindahkan petikan teh dari kebun menuju pabrik pengolahan. Pengangkutan tersebut diusahakan secepat mungkin dan penyusunan dibak truk juga harus longgar agar sirkulasi udara tetap terjaga sehingga pucuk daun teh masih tetap dalam keadaan segar. Apabila penyusunan terlalu padat maka dapat mengakibatkan panas yang menyebabakan pucuk daun teh rusak serta merusak fisik daun yang mengakibatkan fermentasi awal, sehingga mutu teh akan menurun.

(41)

33

b. Hindarkan pucuk daun teh dari penyinaran matahari secara langsung dengan memberi penutup pada bak truk.

c. Daun tidak boleh ditumpuk terlalu lama agar tidak terjadi proses oksidasi.

Gambar 6. Penerimaan Pucuk Teh

1.3. Proses Pengolahan Teh

1.3.1. Analisa Pucuk

Analisa Pucuk dilakukan dengan penerimaan pucuk daun teh dipabrik, sebelumnya dilakukan penimbangan truk yang berisi pucuk dau teh pada jembatan timbangan. Jembatan timbangan digunakan untuk mengecek ulang hasil timbangan dari kebun dengan dipabrik sama atau berbeda hasilnya. Selanjutnya pucuk daun teh basah diturunkan dari truk ke mono rel. Lakukan dengan sangat hati-hati dalam menurunkan pucuk daun teh supaya pucuk daun teh tidak tercecer. Kemudian dilakukan analisa Pucuk.

Analisa pucuk digunakan untuk:

- Melihat prosentase hasil pucuk daun teh yang dihasilkan serta untuk melihat kondisi dari pucuk daun teh yang akan diolah.

- Mengevaluasi kinerja para mandor .

- Mengawasi mutu pucuk teh sebelum masuk kedalam proses pengolahan.

- Melihat hasil petikan yang diperoleh dominan petikan kasar atau halus, maka mandor akan langsung mendapatkan teguran.

Dalam menganalisa pucuk daun teh dilakukan menggunakan peralatan sebagai berikut: - Timbangan

(42)

- Papan Analisa Pucuk Daun

Papan analisa pucuk daun digunakan untuk mengetahui baik atau tidaknya hasil pemetikan.

Analisa pucuk sendiri dilakukan dengan pemisahan bagian pucuk hasil petikan berdasarkan: - Bagian muda dan tua.

- Rusak muda dan tua. - Lembar muda dan tua. - Tangkai dan hama penyakit.

Metode pelaksanaan analisa pucuk meliputi: a. Pengambilan sampel

Pucuk daun teh yang diambil dengan acak dari tiap mandor sebanyak 1 kg, selanjuttnya dicampur jadi satu hingga rata. Diambil sampel sebanyak 200 gram dari sampel 1 kg yang

telah dicampur sebelumnya. b. Pengelompokan Pucuk

Selanjutnya pisahkan pucuk daun teh sesuai kriteria pucuk yang telah tertera dalam tabel analisa pucuk teh. Kriteria tersebut meliputi pucuk tua, pucuk muda, rusak tua, rusak muda, lembar muda, lembar tua, hama penyakit serta tangkai.

c. Penimbangan pucuk

Penimbangan pucuk daun teh yang telah dikelompokkan selanjutnya akan ditimbang satu per satu dengan timbangan digital.

d. Pencatatan hasil analisa serta perhitungan persentase

Hasil analisa meliputi petikan kasar dan petikan halus. Petikan halus meliputi pucuk muda, lembar muda serta rusak muda. Petikan kasaryang meliputi pucuk tua, lembar tua, rusak tua, hama penyakit serta tangkai.

Seluruh nilai hasil akhir tersebut dinyatakan dalm bentuk pesen%. Cara pengambilan sampel dilakukan setiap hari saat penerimaan pucuk daun teh dipabrik. Analisa yang dilakukan hampir sama dengan analisa petik, hanya berbeda pada jenis analisanya saja. Pengendalian mutu pada proses analisa pucuk perlu diperhatikan pada mesin timbang dan perhitungan hasil analisa.

Dalam melakukan perhitungan sangat dibutuhkan ketelitian dan kesabaran agar tidak terjadi kesalahan dalam perhitungan. Sebelum penimbangan dilakukan sebaiknya dicek terlebih dahulu kondisi timbangannya, apakah masih layak pakai atau tidak. Hal tersebut

(43)

35

Apabila terjadi kekeliruan pada saat pengelompokan maka akan mempengaruhi hasil kinerja dari para pemetik. Hasil kinerja pemetik tersebut sangat berpengaruh pada kondisi pucuk daun teh yang akan diolah selanjutnya.

Gambar 7. Pengambilan dan Penimbangan Aanalisa Pucuk Daun Teh Secara Acak

(44)

Gambar 9. Pengelompokan Analisa Daun

1.3.2. Analisa Petikan

Setelah daun teh dipetik maka dilakukan analisa petik. Analisa petikan dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan pengelompokan (pemisahan) pucuk dari hasil petikan yang didasarkan pada jenis pucuk (rumus petik) dan dinyatakan dalam presen (%). Analisa petikan dilaksanakan setiap hari oleh kebun dimana sampel pucuknya diambil dari pemetik di TPH.

Kegiatan analisa petik tersebut dilakukan setiap hari setelah pemetikan, yang dilakukan oleh juru analisa kebun dari tiap masing-masing afdelin. Sampel yang diambil dari beberapa waring pemetik sebanyak 1 kg.

Kemudian diambil secara acak sebanyak 200 gram untuk dilakukan analisa. Hasil dari analisa petik digunakan untuk melihat jenis petikan yang telah dipetik oleh pemetik, daur petikan tanaman teh, kondisi tanaman serta ketrampilan dari para pemetik. Hasil analisa saat itu langsung dilaporkan ke pabrik serta mandor yang bersangkutan untuk melakukan evaluasi.

Pengendalian mutu saat analisa petik yaitu pada pengelompokan serta pemisahan dari jenis analisanya, harus teliti melihat hasil petikan. Dengan adanya analisa yang dilakukan setiap hari, maka perusahaan dapat mengendalikan mutu teh supaya dapat terus terjaga mutu

dan kualitasnya. Selain itu perlu diperhatikan ketelitian dalam menghitung analisa petik guna mengurangi tingkat kesalahan pada laporan analisa petik dari setiap pemetikan.

Pengambilan sampel pucuknya yaitu dengan cara:

a. Masing-masing hasil pucuk daun teh yang telah dipetik dari tiap-tiap mandor diambil dengan acak, kemudian dicampur merata menjadi satu setelah itu diambil sampel daun teh sebanyak 1 kg.

(45)

37

Pada hasil pengelompokan sampel pucuk 200gr tersebut kemudian dilakukan pemisahan daun pucuk menjadi beberapa kelompok sesuai jenis pucuk atau rumus petik. Masing masing jenis pucuk kemudian ditampung pada kotak yang telah berlabel yang kemudian apabila telah selesai pengelompokannya maka timbang dan hitung prosentasenya (%). Berikut ini merupakan contoh analisa petik pada perkebunan Kaligua, yaitu:

Tabel 4. Analisa Petik Afdeling Kaligua Sakub

PTP NUSANTARA IX

ANALISA PETIK

(46)

Blok Petik Waslim 4 Waslim 4 Waslim 4 Waslim 4

Luas ( Ha ) 2 2 1 5

Kondisi Hama Penyakit

No Jenis Luas Inten Luas Inten Luas Inten Luas Inten

Hama / serang Serg Serang Serg serang Serg Serang Serg

Penyakit an % An % An % An %

1 Ulat PPC 0,44 2 1,75 8 2,19 10

2 Empoasca

3 Myte

4 Cacar Daun 0,78 4 0,78 4

Sumber: Vademecum Teh PTPN IX Kebun Kaligua, 2000 Keterangan:

PH=pucuk halus PM=pucuk medium PK= pucuk kasar

Keterangan:

Dari hasil analisa petik diatas dapat disimpulkan bahwa hasil yang memenuhi syarat petikan medium adalah Pak Gunawan dan Pak Darmoo. Rata-rata afdeling kebun kaligua sudah memenuhi syarat. Sedangkan untuk kondisi hama penyakit yang ada dikebun adalah ulat PPC dengan inten serangan 10% dan penyakit cacar daun dengan inten serangan 4%. Berapapun hasil inten serangan maka akan

(47)

39

Gambar 10. Hasil Analisa Petik Kebun

1.3.3. Hasil Analisa

Dari hasil analisa petik pada kebun kaligua yaitu dapat digunakan untuk mendeteksi antara lain mendeteksi jenis petikan, daur petikan, ketrampilan petikan, keterampilan pemetik, dan kondisi tanaman.

a. Jenis petikan

1. Pucuk medium minimal 70% (P+2, P+3m, B+1m, B+2m, B+3m)

Dari hasil data analisa petik yang diperoleh hasil pucuk medium mendapatkan prosentase sebesar 53% dimana syarat hasil dari petikan medium tersebut minimal sebesar 70%, maka dapat disimpulkan bahwa hasil petikan yang diperoleh belum cukup baik karena masih terlalu banyak petikan halus dan kasar bukan petikan medium.

2. Pucuk halus maksimal 10% (P+1, P+2m)

Dari data hasil analisa petik yang diperoleh dari pucuk halus mendapatkan prosentase sebesar 3% dimana syarat hasil prosentase dari petikan pucuk halus tersebut maksimal 10%, maka dapat disimpulkan bahwa petikan tersebut masih kurang baik, karena terlalu banyak petikan halus. Adapun rumus perhitungan yang digunakan untuk mengetahui persentase petikan halus ini adalah:

3. Pucuk Kasar Maksimal 20% (P+3, P+4, B+1t, B+2t, R, L)

Dari hasil analisa petik yang dilakukan diperoleh hasil prosentase pucuk kasar sebesar 45% dimana syarat dari hasil petikan pucuk kasar hasil memperoleh maksimal 20%, maka

(48)

4. Daur Petikan

2. Daur petikan tepat, syarat petik <10% (P+1, P+2m, B+1t, B+2t) Dari hasil analisa diperoleh:

(P+1= -, P+2m= 18, B+1t= 22, B+2t= 33 => 73 g)

Dengan ini dapat disimpulkan bahwa daur petikan memperoleh 36,5% dimana syarat

daur petikan <10%, maka petikan yang dilakukan belum tepat.

3. Daur petikan panjang, apabila prosentase pucuk kasar tanpa R L (P+3t, P+3m, P+4, B+1t,

B+2t) >15%.

Dari hasil anlisa diperoleh

(P+3t= 43, P+3m= 39, P+4= 28, B+1t= 22, B+2t= 33 => 165 g)

Dengan ini dapat disimpulkan bahwa daur petikan yang digunakan memperoleh 82,5% sedangkan syarat untuk daur petik prosentasenya mencapai >15%, maka dapat disimpulkan bahwa daur petikan yang digunakan adalah daur petikan panjang.

4. Daur petikan pendek, apabila prosentase pucuk halus (P+1, P+2m) >10% maka hasil analisa yang diperoleh:

(P+1= -, P+2m=18) => 18 g

Hasil analisa petik dikebun diperoleh prosentase sebesar 9 % dimana seharusnya syarat prosentase sebesar >10% dengan hasil ini dapat disimpulkan bahwa petikan tersebut tidak

menggunakan petikan daun petik pucuk namun menggunakan daun petik panjang.

a. Ketrampilan pemetik

(49)

41

(P+1= -, P+2M= 18) => 18g

Dari hasil analisa petik tersebut diperoleh prosentase sebesar 9% dengan syarat prosentase >3% maka pemetik dikatakan kurang trampil.

b. Kondisi tanaman

Tanaman yang kurang sehat ditandai prosentase pucuk burung meningkatkan dan prosentase pucuk peko menurun. Dengan catatan hasil petikan tersebut dari pemetik kategori

trampil. Apabila petikan masih kurang baik, hal itu disebabkan karena prosentase pucuk medium belum mencapai 55-60%.

Dengan Ketentuan:

- Pucuk peko > Pucuk burung= kondisi tanaman sehat - Pucuk peko > Pucuk burung= kondisi tanaman kurang sehat a. Pucuk Peko hasil diperoleh sebesar 60 g

b. Pucuk Burung hasil diperoleh sebesar 104g

c. Rusak hasil diperoleh sebesar 26g

d. Lembaran hasil diperoleh sebesar 10g

(50)

4.1. Proses Pelayuan

Proses pelayuan berlangsung 10-20 jam.

Dilakukan pembalikan daun teh, jika sudah layu.

Proses pembalikan dilakukan 1-2 kali.

Pembalikan pertama dilakukan 6 jam setelah proses pembeberan .

Pembalikan kedua dilakukan setelah 6 jam setelah proses pembalikan pertama.

Dilakukan sampai memperoleh standar derajat layu 44-46%, dan standar presentase layu 49-51%.

(51)

43

4.2. Penggulungan, Penggilingan, Sortasi Basah

Tahap pertama dilakukan proses penggulungan dengan tujuan untuk menggulung pucuk daun teh layu menjadi bentuk bubuk basah yang seragam dan memperkecil ukuran pucuk daun teh

Dilakukan penggilingan untuk mengecilkan ukuran pucuk daun teh menjadi bubuk sesuai dengan jenis mutu yang

ditentukan.

Pengolahan basah diawali dengan proses penggulungan menggunakan mesin OTR selama 50 menit.

Kemudian dipindah ke Double Indian Ball Breaker Nasortir

untuk pengayakan, dan diperoleh bubuk 1.

Bubuk tidak lolos ayakan dimasukkan ke Press Cup Roller 30 menit untuk memeroleh bubuk II

Bubuk dimasukkan kembali ke Double Indian Ball Breaker Nasortir, kemudian dimasukkan ke dalam Rotor Vane 25

menit.

Diayak kembali menggunakan Rotary Roll Breaker hingga diperoleh bubuk III

Bubuk tidak lolos diayak lagi di RotorVane 25 menit, lalu diayak di Rotary Roll Breaker untuk memperoleh bubuk IV

(52)

4.3. Fermentasi

4.4. Pengeringan

Suhu fermentasi yang digunakan 20-25oC. Kelembapan udara berkisar 90-98%.

Lakukan sampai bubuk teh berwarna merah tembaga, dan proses fermentasi selesai.

Dilakukan selama 110-180 menit dalam mesin Open Top Roller. Kelembapan udara dan suhu diperhatikan.

Mesin pertama untuk mengeringkan bubuk I dan II, mesin kedua untuk mengeringkan bubuk III dan IV, mesin pengering

ketiga untuk mengeringkan badag.

Mesin pengering dialiri udara panas dihasilkan dari pembakaran kayu bakar.

Pemanasan tungku dilakukan selama ± 1 jam. Hingga tercapai suhu inlet 90-100oC dan suhu outlet ± 50-55 oC.

Bubuk yang kering disimpan di dalam hopper

(53)

45

4.5. Sortasi kering

4.6. Pengemasan

Sortasi kering dipisah menjadi 2 line

Line I untuk bubuk I, II, III, dihasilkan bubuk teh mutu 1 yaitu BP, BOP, BT, PF dan Dust.

Line II untuk bubuk IV, dihasilkan bubuk teh dengan mutu II yaitu PF II, BP II, Fann II, Dust II, Dust IV dan badag.

Hasil bubuk teh yang lolos sortasi disimpan dalam peti miring.

Bubuk teh dikelurkan dari corong peti miring menuju tea bulker. Dan dikemas menggunakan paper sack yang telah

diberi label sesuai jenis bubuk teh yang dihasilkan.

Paper sack berisi bubk teh ditimbang kenudian ditutup memakai lakban pada ujungnya. Paper sack ditidurkan diatas

Gambar

Tabel 4. Analisa Petik Afdeling Kaligua...........................................................................37
Tabel 1. Sejarah Perusahaan dari tahun 1942 sampai sekarang
Tabel 2. Jarak dari Kebun Kaligua ke beberapa kota
Gambar 2. Struktur Organisasi Afdeling Kaligua Sakub
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya serta hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Laporan Kerja