• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 PENYEDIAAN BAHAN BAKU

2.4. Tanaman Menghasilkan

- Usahakan saat membongkar pucuk daunteh tidak menggunakan barang-barang tajam dari besi maupun pisau, agar kondisi daun tidak sobek atau patah.

- Usahakan daun teh dihindarkan dari penyinaran terik matahari dengan waktu lama, yaitu lebih dari 3 jam. Agar mencegah terjadinya perubahan warna dan kimia serta bentuk daun teh menjadi kering.

2.4. Tanaman Menghasilkan

Tanaman menghasilkan (TM) merupakan tanaman yang telah dilakukan pemeliharaan selama kurang lebih 3 tahun dan dapat berproduksi secara normal. Pada tanaman menghasilkan masih diperlukan pemeliharaan agar dapat menghasilkan produksi sesuai dengan target. Kegiatan yang dilakukan pada saat pemeliharaan tanaman menghasilkan meliputi pengendalian hama penyakit, pemangkasan, serta kerik lumut. Hama yang mengganggu tanaman teh adalah empoasca sp, ulat penggulung daun, ulat penggulung pucuk

daun dan penyakit yang sering ditemukan pada daun teh ialah cacar daun (Haq dan Karyudi, 2013).

Pemeliharaan tanaman teh tersebut meliputi:  Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan melalui penyemprotan daun. Penyemprotan daun dilakukan sesudah dan sebelum petikan. Hama atau penyakit yang biasa menyerang tanaman teh diantaranya:

 EWS (Early Warning System)

EWS atau yang disebut dengan sistem peringatan dini merupakan suatu sistem pengendalian yang dilakukan seawal mungkin sebelum serangan hama dan penyakit semakin menyebar luas. Pengendalian ini dilaksanakan dengan sangat cermat, intensif, dan konsisten terhadap areal yang merupakan sumber hama penyakit.

 Serentak

Hama penyakit pada tanaman teh dapat dikendalikan dengan melakukan secara serentak dan sepenuhnya dengan jangka waktu penyelesaian 7-9 hari sesuai dengan siklus petik, jika serangan hama penyakit yang timbul sangat luas.

 Terpadu

Hama penyakit pada tanaman teh dapat di atasi dengan sestem terpadu sehingga tidak menggangu keseimbangan ekosistem. Selain itu, Kesehatan tanaman juga perlu dijaga dan ditingkatkan.

Dalam mengendalikan hama dan penyakit ini dilakukan dengan penyemprotan. Penyemprotan dapat dilakukan setelah dan sebelum petikan. Jika dilakukan sebelum petikan maka penyemprotan harus dilakukan seminggu sebelum petikan. Bahan yang digunakan untuk penyemprotan sebelum petikan adalah pupuk daun “Beyvolan”. Sedangkan untuk penyemprotan setelah petikan menggunakan insektisida sesuai dengan hama penyakit yang menyerang. Tanaman teh yang telah di semprot akan terlihat mengalami perubahan setelah 3 hari. Perubahan yang terjadi tersebut antara lain tunas semakin tumbuh banyak, warna daun mengkilat, hama dan tanaman berkurang dan tanaman menjadi lebih mudah untuk dipetik karena ranting tidak keras. Berikut ini beberapa jenis hama penyakit yang sering menyerang pada tanaman teh diantaranya:

• Hama ulat penggulung

Gejala serangan hama ulat penggulung ini, apabila menyerang tanaman teh maka daun teh akan terlipat atau tergulung. Cara untuk mengendalikannya yaitu:

* Secara manual dengan melakukan peetikan daun teh yang terserang, pucuk dapat diolah dan daun tua dibakar.

* Penggunaan insektisida seperti Supracide 40 EC, Sevin 85 S, Bayrusil 250 EC dengan konsentrasi 0,2% dengan dosis 0,75 lt/ha.

• Hama Empoasca sp

Gejala dari serangan hama ini adalah tulang daun dari tanaman teh akan mengalami kloris (berwarna coklat). Apabila serangannya berat maka daun muda akan berwarna kuning kusam, mengering, dan terjadi kematian pada pinggir daun. Cara mengatasinya dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida “Confidor” dengan konsentrasi 1% dan dosis 1 kg/ha. Dapat pula dilakukan pemetikan genesan, namun tetap saja perlu diperhatikan kondisi tanaman dan berat ringannya dari serangan hama tersebut

• Penyakit Cacar Daun Teh

Tanaman teh yang terserang cacar daun memiliki gejala yang akan timbul seperti tampak adanya bintik-bintik yang mula-mula berukuran kecil tembus cahaya. Bercak tersebut dengan pusat yang tidak berwarna, dibatasi oleh cincin yang berwarna hijau menonjol kebawah.

29

Kemudian bercak akan terus membesar hingga pada akhirnya pusat bercak akan menjadi berwarna cokelat, mengering, mati dan terlepas dari tangkainya.

Cara untuk pengendaliannya yaitu secara mekanis, dan kimiawi. Secara mekanis pengendaliannya dilakukan dengan cara, pemetikan dengan daur lebih pendek dari masa inkubasi cacar daun yaitu kurang dari 9 hari. Pengaturan pemangkasan dilakukan pada saat menjelang musim kemarau sehingga jedangan tepat dilakukan pada musim kemarau. Secara kimiawi dapat dilakukan dengan cara penyemprotan dengan insektisida sistemik setelah pemetikan pucuk daun teh, seperti Cupravit dan Nordix 56 WP, Perenox dosis 300 gr/ha dengan jarak interval 7-9 hari yang disemprotkan setelah pemetikan pucuk.

Ulat penggulung Hama Empoasca sp Cacar Daun

Gambar 5. Penyakit Pada Daun Teh

• Pemangkasan

Tujuan dari pemangkasan adalah untuk menurunkan bidang petikan supaya tanaman teh tidak tumbuh terlalu tinggi sehingga dapat dengan mudah untuk dilakukan pemetikan. Hal ini menyulitkan pemeliharaan dan pemetikan pucuk sehingga pemangkasan perlu dilakukan. Selain itu pangkasan juga berguna agar tanaman memiliki bidang petik yang luas untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas dan cabang-cabang yang baru serta membentuk lebih banyak kuncup maka dilakukan pemangkasan. Dengan dilakukannya pemangkasan, maka tanaman daun teh yang tumbuh akan semakin banyak, sehingga hasil yang diperoleh akan semakin banyak. Menurut Johan dalam Khotimah (2014) bahwa pemangkasan yang dilakukan dimusim kemarau dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman teh seperti gugurnya daun teh, sehingga menyebabkan berkurangnya produksi pucuk daun teh. Pada saat melakukan pemangkasan, ada beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan yaitu:

a. Luka pangkasan Harus miring kedalam, cara memangkas dari atas ke bawah dengan memakai sabit atau pisau tajam.

c. Tidak diperbolehkan untuk memangkas bekas pangkasan yang lama (bungkul) yang telah membengkak.

d. Pemangkasan dilakukan dengan memotong batang dengan ketinggian 15-20 cm dari permukaan tanah.

Siklus pangkasan sendiri dilakukan 4-5 tahun. Adapun sistem pangkas yang digunakan yaitu:

- Pangkasan Bersih

Pangkasan bersih merupakan pangkasan dengan bidang pangkasan yang rata, tetapi pada bagian tengahnya agak rendah. Semua ranting yang berukuran kurang dari 1 cm dipotong dengan tinggi pangkasan sekitar 45-60 cm.

- Pangkas Setengah bersih

Pangkasan setengah bersih merupakan sistem pangkasan yang dilakukan dengan membuang membuang ranting kecil berukuran kurang dari 1 cm atau sebesar pensil yang berada pada bagian tengah perdu. Sedangkan yang berada disisi perdu akan dibiarkan. Tinggi pangkasan sekitar 45-60 cm.

- Pangkasan Dalam

Pangkasan dalam dilakukan pada tanaman yang berumur 35 tahun, dengan tinggi pangkasan 40 cm dari permukaan tanah dengan memotong kayu tua yang tebal untuk memperbaiki dan memperbarui percabangan.

• Kerik Lumut

Kerik Lumut dilakukan pada waktu tanaman selesai dipangkas dan sebelum tunas baru (maksimum 2 minggu sesudah dipangkas). Tujuan dilakukannya kerik lumut adalah menghilangkan lumut yang menempel di bagian batang tanaman teh yang menyebabkan tunas baru dapat tumbuh dengan subur. Agar produktivitas dari pucuk daun teh semakin meningkat, maka kerik lumut perlu dilakukan. Lumut dibersihkan dengan menggunakan sapu lidi atau dengan sabut kelapa. Saat pengerikan dianjurkan agar tidak terlalu keras dalam pengerjaan agar tanaman tidak terluka akibat tergores dari sabut ataupun sapu lidi.

31

Dokumen terkait