• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Hasil Analisis Alternatif Strategi Pengembangan

Pemilihan strategi priorritas pengembangan ditentukan melalui pertimbangan bertingkat dari semua kriteria pengembangan dan faktor pembatas dalam pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta. Keempat kriteria pengembangan dan keempat faktor pembatas pengembangan telah dianalisis pada bagian sebelumnya, dan semuanya hasil analisisnya mempengaruhi pemilihan strategi pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta. Mengacu kepada jumlah kriteria pengembangan (4 buah) dan faktor pembatas pengembangan (5 buah) tersebut, maka jumlah pertimbangan untuk setiap alternatif strategi pengembangan yang ditawarkan ada sekitar 16 pertimbangan. Kombinasi pertimbangan yang menyeluruh ini memberi indikasi bahwa strategi pengembangan yang dipilih akan lebih dapat mengakomodir semua kriteria, kepentingan, dan keterbatasan yang ada dalam pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta.

Pada Bagian 4.3.1 telah dijelaskan, alternatif strategi pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang yang ditawarkan di DKI Jakarta, yaitu adalah strategi stabilitas, strategi ekspansi, strategi diversifikasi, strategi pencuitan, dan strategi kombinasi. Hasil analisis pemilihan strategi prioritas untuk pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta setelah diolah menggunakan software TeamEC ditunjukkan pada Gambar 9.

Gambar 9 Hasil analisis pemilihan strategi pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta (berdasarkan urutan prioritas)

Berdasarkan Gambar 9, alternatif strategi diversifikasi mempunyai rasio kepentingan paling tinggi dibandingkan empat (4) alternatif strategi pengembangan lainnya, yaitu sekitar 0,267 pada inconsistency terpercaya 0,06. Sedangkan secara statistik, batas inconsistency yang diperbolehkan adalah tidak lebih dari 0,1. Terkait dengan ini, strategi diversifikasi merupakan strategi paling tepat untuk pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta (prioritas pertama).

Strategi ekspansi merupakan strategi prioritas kedua dalam mendukung pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta. Strategi ini dapat menjadi back-up

strategi diversifikasi untuk pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta, terutama bila banyak kendala untuk mengembangkan produk olahan baru, kemasan baru dan cara pelayanan baru produk.

Gambar 10 Matriks analisis uji banding berpasangan kelima alternatif strategi pengembangan produk olahan hasil perikanan dalam mengakomodir pembatas ketersediaan SDI terkait kriteria pertumbuhan (growth)

Tingginya rasio kepentingan strategi diversifikasi ini ini sudah terlihat dari interaksi beberapa faktor pembatas, seperti interaksi faktor pembatas ketersediaan SDI terkait kriteria pertumbuhan (growth) (Gambar 10) dan interaksi pembatas kekuatan modal terkait kriteria peningkatan daya saing (Gambar 11). Berdasarkan Gambar 10, strategi diversifikasi 2 (dua) kali lebih penting daripada strategi stabilitas, strategi ekspansi dan strategi kombinasi dalam mengakomodir pembatas ketersediaan SDI terkait kriteria pertumbuhan (growth). Hal ini menunjukkan bahwa untuk mensiasati kondisi sumber daya ikan terbatas, maka strategi diversifikasi dianggap strategi paling tepat untuk pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta. Diversifikasi ini memberi ruang untuk meningkatkan variasi dan nilai tambah produk olahan, memberi lapangan kerja, sehingga kegiatan perikanan tidak lagi terlalu difoksukan pada kegiatan penangkapan ikan (bila berlebihan

mengancamam ketersediaan SDI). Diversifikasi tersebut dapat dilakukan dalam bentuk memperbaiki kemasan produk, ukuran dan rasa produk, pola penyediaan produk, dan lainnya.

Gambar 11 Matriks analisis uji banding berpasangan kelima alternatif strategi pengembangan produk olahan hasil perikanan dalam mengakomodir pembatas kekuatan modal terkait kriteria peningkatan daya saing

Berdasarkan Gambar 11, strategi diversifikasi 3 (tiga) kali lebih penting daripada strategi stabilitas dan 2 (dua) kali lebih penting daripada strategi ekspansi dalam mengakomodir pembatas kekuatan modal terkait kriteria peningkatan daya saing. Hal ini menunjukkan bahwa strategi diversifikasi lebih dapat diandalkan daripada strategi lainnya dalam menyesiasati keterbatasan modal. Strategi diversifikasi menekankan pada penciptaan sesuatu yang baru baik terkait dengan produk, kemasan, maupun pangsa pasarnya. Hal ini tentu akan lebih menarik minat investor daripada hanya sekedar bertahan (stabilitas) maupun penjualan besar- besaran terhadap produk yang sama (ekspansi). Dahuri (2001) menyatakan bahwa kebaruan suatu produk akan memberi ruang bagi penciptaan pasar baru, dan penanaman modal investor akan mengikutinya. Secara jangka panjang hal ini akan berdampak pada percepatan

pembangunan ekonomi, yang pada bidang perikanan terlihat pada berkembangnya dengan pesat beberapa kawasan pesisir.

2. Hasil Uji Sensitivitas Strategi Pengembangan Terpilih

Hasil analisis sebelumnya menunjukkan strategi diversifikasi terpilih sebagai strategi pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang yang paling tepat di DKI Jakarta. Untuk lebih jauh mengetahui keunggulan strategi diversifikasi dalam pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta, maka perlu dilakukan analisis sensitivitas. Hasil analisis sensitivitas juga memberi petunjuk tentang hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan, terutama terkait kriteria pengembangan yang ada, sehingga strategi diversifikasi tersebut tetap bertahan sebagai strategi terbaik untuk pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta. Tabel 12 menyajikan hasil analisis sensitivitas strategi diversifikasi (strategi terpilih).

Tabel 12 Hasil analisis sensitivitas strategi diversifikasi

No.

Kriteria Pengembangan Rasio Kepentingan (RK) Awal Sensitivitas Range RK Stabil Range RK Sensitif

1 Pertumbuhan (growth) 0,288 0 – 1 Tidak Ada

2 Kesinambungan (sustainable)

0,207 0 – 1 Tidak Ada

3 Peningkatan daya saing produk

0,330 0 – 1 Tidak Ada

4 Peningkatan profit 0,175 0 – 1 Tidak Ada

Sumber : AHP

Berdasarkan Tabel 12 tersebut, intervensi kepentingan ditunjukkan oleh tuntutan pemenuhan terhadap berbagai kriteria pengembangan yang ada. Hal ini cukup wajar karena kriteria-kritera tersebut merupakan penentu atau ukuran keberhasilan dari suatu kegiatan pengembangan produk olahan hasil perikanan termasuk dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta. Pada Tabel 4.4, strategi diversifikasi stabil terhadap intervensi atau dinamika perubahan yang terjadi terkait kriteria

pertumbuhan (growth), kesinambungan (sustainable), peningkatan daya saing produk dan peningkatan profit. Hal ini ditunjukkan oleh rasio kepentingan (RK) stabil strategi diversifikasi ini yang berada pada range

0–1, yang berarti juga tidak ada RK sensitif untuk strategi diversifikasi ini. Terkait dengan ini, maka pada kondisi terburuk, strategi diversifikasi tetap menjadi strategi terbaik untuk pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta. Kondisi terburuk yang dimaksudnya, misalnya tingkat pertumbuhan (growth) usaha pengolahan 0 (nol), kesinambungan bahan baku (ikan segar) terancam, produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang tidak dapat bersaing di pasar, dan sebagainya.

Oleh karena sifatnya yang stabil terhadap perubahan/intervensi apapun yang terjadi dalam pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta ini, maka strategi diversifikasi ini dapat menjadi pilihan dalam mengembangkan usaha pengolahan dan pemasaran produk olahan dari jenis ikan asin dan pindang. Usaha ikan japuh asin, ikan pari asin, ikan jambal asin, ikan selar pindang, ikan tongkol pindang dan ikan etem pindang yang telah dinyatakan layak secara finansial di DKI Jakarta, dapat mengembangkan produknya dengan memberi perhatian utama pada diversifikasi produk olahan yang dihasilkan, baik terkait dengan variasi rasa dan ukuran produk, variasi kemasan, maupun variasi cara penyajian produk mulai dari konsumen pertama (pedagang perantara) hingga ke konsumen terakhir (masyarakat umum). Menurut Chaffee (1985), strategi pengembangan harus diarahkan pada pencapaian maksimal berbagai kebutuhan pelanggan, baik yang disampaikan secara eksplisit maupun secara implisit. Kemampuan membaca apa yang diinginkan pasar (pelanggan), akan menjamin keberlanjutan produk olahan hasil perikanan jenis ikan asin dan pindang di pasaran.

Dokumen terkait