• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unit penangkapan ikan merupakan satu kesatuan teknis dalam operasi penangkapan ikan, yang terdiri atas kapal, alat penangkapan ikan dan nelayan. Ketiga unsur tersebut akan saling berkaitan dan akan berpengaruh terhadap keberhasilan operasi penangkapan ikan.

2.6.1 Kapal

Kapal merupakan suatu bangunan terapung yang dapat digunakan untuk kegiatan pencarian fishing ground, pengoperasian alat penangkapan ikan, mengejar gerombolan ikan dan wadah hasil tangkapan. Menurut Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian atau eksplorasi perikanan. Perahu atau kapal penangkap ikan adalah perahu atau kapal yang digunakan untuk kegiatan operasional penangkapan ikan atau binatang laut atau tanaman air lainnya (Ayodhyoa 1981).

13 2.6.2 Alat penangkapan ikan

Alat penangkapan ikan merupakan suatu alat atau peralatan yang digunakan untuk kegiatan menangkap atau mengumpulkan ikan (Diniah 2008). Jenis alat penangkapan ikan yang dioperasikan di PPN Karangantu adalah jaring rampus, dogol, bagan perahu, bagan tancap, payang, pancing, sero, jaring insang tetap, dan alat tangkap lainnya. Alat penangkapan ikan yang dioperasikan dengan

trip sehari di PPP Karangantu adalah dogol dan jaring rampus (PPN Karangantu

2011a). 1) Dogol

Dogol merupakan suatu jenis alat penangkapan ikan yang menyerupai payang, tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil. Konstruksi alat tangkap dogol berbentuk kerucut, terdiri atas bagian kantong (bag), badan jaring (body), dua lembar sayap (wing) yang berada di kedua sisi mulut jaring, dan tali penarik (warp) (Subani dan Barus 1989). Desain alat tangkap dogol untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.

a b c d

A B

Keterangan gambar :

A : Kantong (bag) b : Tali ris bawah (ground rope) B : Kaki atau sayap (wing) c : Bibir atas (upperlip)

a : Tali ris atas (head rope) d : Bibir bawah (underlip) Catatan : Bibir atas lebih menonjol ke depan

Sumber: Subani dan Barus (1989)

Gambar 2 Desain alat tangkap dogol.

Alat tangkap dogol dioperasikan dengan cara melingkari dasar perairan yang ditujukan untuk menangkap jenis ikan demersal dan udang. Dalam

14 pengoperasiannya, alat tangkap dogol ditarik ke arah perahu sehingga hasil tangkapannya akan dinaikkan ke atas geladak perahu (Subani dan Barus 1989). 2) Jaring Rampus

Jaring rampus merupakan jenis dari alat tangkap jaring insang yang dioperasikan di dasar perairan dengan cara menghadang ruaya ikan. Berdasarkan pola renang ikan, pengoperasian jaring insang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu jaring insang hanyut yang ditujukan untuk menangkap jenis ikan pelagis dan jaring insang dasar yang ditujukan untuk menangkap jenis ikan demersal (Ayodhyoa 1981).

Menurut Nomura dan Yamazaki (1977), jaring rampus yang dioperasikan di dasar perairan diklasifikasikan ke dalam jaring insang dasar. Konstruksi jaring rampus berbentuk empat persegi panjang yang memiliki ukuran mata jaring yang sama pada seluruh bagian jaring, terdiri atas pelampung yang berada di bagian atas jaring dan pemberat yang berada di bagian bawah jaring (Subani dan Barus 1989). Konstruksi alat tangkap jaring rampus untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.

d

e

Keterangan gambar :

a : Badan jaring (mono filament) b : Pelampung

c : Tali ris atas d : Tali ris bawah e : Pemberat

Sumber: Subani dan Barus (1989)

Gambar 3 Konstruksi alat tangkap jaring rampus. b

c

15 Proses pengoperasian alat tangkap jaring rampus terdiri atas dua tahap, yaitu setting dan hauling. Pada waktu setting dilakukan penurunan alat tangkap jaring rampus, tali ris atas yang terdapat pelampung dan tali ris bawah yang terdapat pemberat. Ketika hauling dilakukan pengangkatan jangkar, tali ris atas, tali pemberat, dan hasil tangkapannya (Direktorat Jenderal Perikanan 1994b).

2.6.3 Nelayan

Nelayan merupakan orang yang secara langsung melakukan operasi penangkapan ikan. Berdasarkan asal daerahnya, nelayan dikelompokkan menjadi nelayan asli dan nelayan pendatang. Nelayan asli merupakan penduduk setempat yang telah turun temurun memiliki profesi sebagai nelayan, sedangkan nelayan pendatang merupakan nelayan yang berasal dari luar wilayah tersebut (Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas (Undang-Undang-(Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan). Berdasarkan waktu kerjanya, nelayan dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu nelayan penuh, nelayan sambilan utama dan nelayan sambilan tambahan. Nelayan penuh adalah nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Nelayan sambilan utama adalah nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Nelayan sambilan tambahan adalah nelayan yang sebagian kecil waktu kerjanya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan (Diniah 2008).

16

3 KERANGKA PENDEKATAN STUDI

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu di Kota Serang menyediakan fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan berupa pelayanan kebutuhan BBM, air bersih, es, dermaga, TPI dan keranjang, serta memberikan pelayanan yang optimal sesuai kebutuhan nelayan untuk mencapai pemenuhan kepuasan nelayan. Kepuasan nelayan yang terbentuk merupakan hasil dari penilaian kinerja pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan di PPN Karangantu. Penilaian didasarkan pada tanggapan nelayan terhadap atribut pelayanan yang ditawarkan dan dikelompokkan menjadi lima dimensi, yaitu : 1) Dimensi reliability (keandalan), meliputi:

(a) Ketersediaan produk atau kapasitas fasilitas (b) Keterampilan pegawai

2) Dimensi responsiveness (cepat tanggap), meliputi: (a) Ketepatan waktu dan kecepatan penyediaan produk (b) Ketepatan jumlah produk yang disediakan

3) Dimensi insurance (jaminan), meliputi: (a) Keramahan pegawai

(b) Keamanan

4) Dimensi emphaty (empati), meliputi:

(a) Kemudahan untuk proses pemesanan atau penggunaan fasilitas (b) Kemudahan penyampaian keluhan

5) Dimensi tangible (kasat mata), meliputi: (a) Biaya pelayanan atau harga produk (b) Kondisi fasilitas

(c) Kebersihan fasilitas

Tanggapan nelayan terhadap atribut pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan di PPN Karangantu, dianalisis menggunakan importance and

17 nilai tingkat kepentingan dan nilai tingkat pelaksanaan (kinerja) terhadap atribut pelayanan yang diberikan. Nilai-nilai yang didapat dimasukkan ke dalam diagram kartesius importance and performance yang terbagi menjadi empat kuadran. Tingkat kepuasan nelayan PPN Karangantu secara keseluruhan dianalisis menggunakan customer satisfaction index (CSI), yaitu pendekatan yang mempertimbangkan tingkat kepentingan dari atribut-atribut kualitas jasa yang diukur. Kerangka pendekatan studi dapat dilihat pada Gambar 4.

Pengelola Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu Kota Serang

Keragaan teknik dan produktivitas unit penangkapan dogol dan jaring rampus

Pelayanan kebutuhan operasional penangkapan ikan pada saat keberangkatan (BBM, air bersih dan es) dan pada saat kembali (dermaga, TPI dan keranjang)

Atribut pelayanan dikelompokkan menjadi lima dimensi: 1) Dimensi reliability (keandalan), meliputi:

(a) Ketersediaan produk atau kapasitas fasilitas (b) Keterampilan pegawai

2) Dimensi responsiveness (cepat tanggap), meliputi: (a) Ketepatan waktu dan kecepatan penyediaan produk (b) Ketepatan jumlah produk yang disediakan

3) Dimensi insurance (jaminan), meliputi: (a) Keramahan pegawai

(b) Keamanan

4) Dimensi emphaty (empati), meliputi:

(a) Kemudahan untuk proses pemesanan atau penggunaan fasilitas (b) Kemudahan penyampaian keluhan

5) Dimensi tangible (kasat mata), meliputi: (a) Biaya pelayanan atau harga produk (b) Kondisi fasilitas

(c) Kebersihan fasilitas

Penilaian nelayan terhadap pelayanan

Tingkat kepentingan Tingkat kinerja

Importance and Performance Analysis (IPA) & Customer Satisfaction Index (CSI)

Tingkat Kepuasan nelayan terhadap atribut pelayanan

18 --- = Ruang lingkup penelitian

Gambar 4 Kerangka pendekatan studi.

4 METODOLOGI PENELITIAN