• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Pencemaran Waduk

Waduk merupakan suatu badan penampung air, biasanya merupakan muara dari beberapa sungai. Air sungai yang mengisi waduk tersebut banyak yang sudah tercemar dan membawa masukan nutrisi, padatan, dan bahan kimia toksik yang akhirnya mengendap di dasar. Penampungan bahan-bahan tersebut berlangsung bertahun-tahun, sehingga menyebabkan proses pendangkalan (Darmono 2001 dalam Permana, 2012). Oleh sebab itu waduk sangat rentan terkena pencemaran air. Pencemaran air akan menurunkan kualitas air untuk berbagai macam pemanfaatan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 menyatakan bahwa :

Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan ataukomponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya

Sungai Utama yang mengairi Waduk Cirata yaitu sungai Citarum. Kondisi sumberdaya lingkungan perairan Derah Aliran Sungai (DAS) Citarum telah rusak/tercemar berat oleh sedimen dan berbagai limbah baik cair maupun padat yang langsung ataupun tidak langsung dibuang oleh manusia kedalamnya (Garno, 200). Menurut Garno (2000) secara umum limbah yang masuk ke perairan DAS Citarum dapat dikelompokan kedalam limbah yang berasal dari luar dan dalam sungai Citarum. Limbah yang berasal dari luar sumberdaya lingkungan perairan DAS Citarum meliputi limbah dari kegiatan pemenuhan hidup sehari-hari di pemukiman (domestik), limbah industri, limbah pertanian dan dampak pembukaan lahan (sedimentasi). Sedangkan limbah yang berasal dari dalam

14

sumberdaya lingkungan perairan DAS Citarum berasal dari kegiatan pembesaran ikan dengan keramba jaring apung (KJA).

Secara umum limbah yang masuk ke badan air dapat digolongkan dalam limbah anorganik dan organik. Selain mengakibatkan beberapa badan air (sungai & anak sungai) di hulu tidak lagi memenuhi peruntukannya; pencemaran dan sedimentasi juga mengancam keberlanjutan fisik dan fungsi waduk yang ada (Garno, 2000). Masuknya arus pekat ke dalam kolam waduk akan mendesak naik air waduk yang ada di dekat dasar kolam yang miskin oksigen dan kaya akan dekomposisi anaerobik. Air ini akan meracuni satwa air/ikan yang hidup di lapis atas kolam waduk dan dapat menimbulkan kematian masal ikan-ikan tersebut (Mulyanto, 2008).

Bukit dan Yusuf dalam Garno (2000) memperkirakan bahwa sungai Citarum setiap harinya mendapatkan limbah organik dari pemukiman sekitar 77.330 ton Biological oxigen Demand (BOD); sedangkan Ilyas dalam Garno (2000) memperkirakannya lebih besar lagi yakni sekitar 160.552 ton BOD. Sedangkan Industri di hulu sungai Citarum selain mangandung logam berat yang tinggi, juga mengandung kadar BOD dan Chemical Oxigen Demand (COD) yang tinggi. Diperkirakan pada periode 2000-2002 sumberdaya lingkungan perairan Citarum bagian hulu setiap harinya menerima limbah organik sekitar 81.330- 109.114 ton BOD. Pertanian juga menyumbang limbah nitrogen dan fosfor sebesar 6.460–187.852 ton N/th. dan 3.060–21.992 ton P/th. Pembukaan lahan untuk pertanian dan perkebunan serta penambangan pasir di hulu sungai Citarum menyebabkan permukaan tanah terkikis dan air yang masuk ke dalam sungai Citarum mengandung sedimen yang tinggi. Waduk yang merupakan bendungan dari sungai menjadi perangkap sedimen yang besar dari seluruh masukan sungai (Cole, 1988 dalam permana, 2012).

Sedimentasi di dalam waduk adalah fenomena yang tak terhindari dan pada kondisi normal diperhitungkan untuk menentukan umur ekonomi waduk, air yang memasuki waduk membawa angkutan sedimen hasil erosi pada DAS yang kemudian sebagian akan mengendap di dalam waduk berupa (Mulyanto, 2008) : 1. Wash Load / sedimen cuci yang berbutir sangat halus. Sedimen ini bersumber

15 diangkut oleh air dalam bentuk koloidal, sehingga sukar mengendap dalam waduk, mengalir ke hilir bersama air limpasan.

2. Suspended load / sedimen layang dengan butiran yang lebih kasar, kira-kira beberapa per seratus sampai dengan beberapa per puluhan millimeter, yang diangkut dalam suspense / keadaan melayang ke dalam waduk sebagian besar akan terendap di bagian hilir kolam waduk bersama dengan sebagian kecil wash load.

3. Bed load / sedimen dasar dengan besar butiran yang lebih besar dari butiran layang, menggelincir dan bergulingan (translating and rolling) pada dasar sungai. Hampir semua sedimen dasar akan mengendap di kolam waduk bagian hulu serta pada dasar alur sungai pemasok air waduk.

Ketika aliran-masuk sedimen (sediment inflow) besar dibandingkan dengan kapasitas waduknya, maka usia manfaat waduk tersebut akan pendek. Suatu waduk kecil pada sungai yang besar akan melewatkan sebagian besar alirannya sedemikian capat sehingga sedimen yang halus tidak akan mengendap, tetapi dialirkan ke hilir. Suatu waduk besar, sebaliknya, akan menahan air untuk beberapa tahun yang memungkinkan pemisahan sedimen terapung secara hampir sempurna. Efisiensi tangkapan suatu waduk akan berkurang sejalan dengan umurnya, karena kapasitas waduk akan dikurangi oleh tumpukan sedimen. Dengan demikian, pemenuhan waduk sepenuhnya oleh sedimen mungkin memerlukan waktu panjang, tetapi sebenarnya usia manfaat waduk telah berakhir pada waktu kapasitas simpanan yang diambil oleh sedimen telah cukup besar untuk mencegah waduk melaksanakan fungsinya. (Linsley, 1985). Pengendapan berlebihan di daerah genangan dapat mempengaruhi pembebanan pada bendungan dan mengganggu saluran muka kearah bangunan pelimpah ataupun fasilitas pengeluaran air (Litbang SDA, 2007).

Garno (2000) mengungkapkan bahwa pada periode 5 tahun terakhir, KJA di Waduk Cirata setiap tahunnya menghasilkan limbah organik sekitar 145.334,00 ton dengan kandungan nitrogen dan fosfor masing-masing sekitar 6.611.79 ton•N dan 1.041.42 kg•P. Limbah yang berasal dari luar badan air, karena proses bio- kimia yang dialami selama di perjalanan; maka sesampainya di badan air (sungai/waduk) jumlahnya diperkirakan banyak berkurang, sedangkan limbah

16

KJA tidak berkurang, karena limbah KJA langsung berada dalam badan air itu sendiri (Garno, 2000). Limbah oraganik yang masuk ke waduk meningkatkan konsentrasi nutrient terlarut pada badan air waduk-waduk tersebut (eutrofikasi). Eutrofikasi dipastikan akan memacu pertumbuhan tumbuhan hijau gulma air seperti enceng gondok (Eicornia crassipes) dan fitoplankton secara berlebihan. Pertumbuhan gulma air seperti enceng gondok secara belebihan akan menutupi permukaan air dan mempercepat proses pendangkalan.

Air limbah yaitu air dari suatu daerah pemukiman yang telah dipergunakan untuk berbagai keperluan, harus dikumpulkan dan dibuang untuk menjaga lingkungan hidup yang sehat dan baik. Air limbah yang harus dibuang dari suatu daerah pemukiman terdiri dari :

1. Air limbah rumah tangga (saniter), yaitu air limbah dari daerah perumahan serta sarana-sarana komersial, institusional, dan yang serupa dengannya. 2. Air limbah industri, yaitu bila bahan-bahan buangan industri merupakan

bagian terbesar.

3. Air resapan / aliran masuk, yaitu air dari luar yang masuk ke dalam sistem pembuangan dengan berbagai cara, serta air hujan yang tercurah dari sumber- sumber seperti talang dan drainasi pondasi.

4. Air hujan, hasil dari aliran curah hujan.

Ciri-ciri limbah terdiri dari ciri-ciri fisik, kimiawi, dan biologis yaitu : 1. Ciri-ciri fisik utama air limbah adalah kandungan bahan padat, warna, bau dan

suhunya. Bahan padat total terdiri dari bahan padat tak terlarut atau bahan padat terapung serta senyawa-senyawa yang larut dalam air. Warna adalah ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk mengkaji kondisi umum air limbah. Jika warnanya coklat muda, maka umur air kurang dari 6 jam. Warna abu-abu muda sampai setengah tua merupakan tanda bahwa air limbah sedang mengalami pembusukan atau telah ada dalam sistem pengumpul untuk beberapa lama. Bila warnanya abu-abu tua atau hitam, air limbah sudah membusuk setelah mengalami pembusukan oleh bakteri dengan kondisi anaerobik (tanpa adanya oksigen). Bau air limbah yang baru biasanya tidak begitu merangsang, tetapi berbagai senyawa yang berbau dilepaskan pada saat air limbah terurai secara biologis pada kondisi anaerobik. Suhu air limbah

17 biasanya lebih tinggi daripada air bersih, karena adanya tambahan air hangat dari pemakaian perkotaan.

2. Ciri-ciri kimiawi air limbah selain dapat diketahui melalui pengukuran BOD5, COD, dan Total Organic Carbon (TOC) dapat juga diketahui melalui pengujian kadar ammonia bebas, nitrogen organik, nitrit, nitrat, fosfor organik dan fosfor anorganik. Nitrogen dan fosfor telah umum diidentifikasikan sebagai bahan untuk pertumbuhan gulma air. Pengujian-pengujian lain seperti klorida, sulfat, PH serta alkalinitas diperlukan untuk mengkaji dapat tidaknya air limbah yang sudah diolah dipakai kembali. Pengukuran gas-gas yang ada, seperti hidrogen sulfida, oksigen metan dan karbon dioksida dilakukan untuk membantu operasi sistem yang bersangkutan.

3. Ciri-ciri biologis air limbah yaitu mengandung bakteri patogen yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit.

Dokumen terkait