• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendahulu untuk Persepsi Tuturan

Dalam dokumen tumbuh di atas tanah kering (Halaman 109-116)

Episode VII (pada no 26) mengisahkan akhir dari sebuah perjalanan panjang Dewi Sekardadu atau Mbok Randa Gondang,

PERKEMBANGAN FONOLOGI DALAM PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA

D. Pendahulu untuk Persepsi Tuturan

Menjelang usia dua minggu, bayi mampu membedakan suara manusia dari suara lainnya- dari bel, siulan misalnya. Meraka akan berhenti menangis jika seseorang berbicara tetapi tidak berhenti menangis jika seseorang membunyikan bel atau menggoyangkan mainan (Wolff, 1966 dalam Clark & Clark, 1977). Tetapi apa itukah bayi mendeskriminasikan suara ketika mereka berhenti menangis? Apakah mereka sedang hadir untuk memberi batasan suara manusia? Untuk tujuan kontur ditempatkan pada apa yang dikatakan? Atau adakah piranti akustik tertentu yang menjadikan mereka sensitif? Pada akhirnya, mereka harus belajar untuk menerima

perbedaan antara suara tuturan dan terdapat bukti bahwa mereka dapat melakukan ini dengan baik sebelum mereka belajar berbicara. Kemampuan untuk mendeskriminasikan perbedaan adalah satu syarat dasar untuk pemerolehan suara tuturan spesifik dari bayi berusia dua belas bulan.

Sebagian besar studi tentang anak kecil menerima tuturan bergantung pada observasi pada usia anak (E. Kaplan and Kaplan 1970 dalam Clark & Clark, 1977). Satu hal adalah lokasi suara: bayi menolehkan kepalanya ke arah sumber suara pada waktu hari-hari pertama kelahirannya. Di dalam usia dua minggu; mereka tampak mendeskriminasikan suara dari suara lain. Menjelang usia sekitar dua bulan, mereka tampak merespons perbedaan kualitas emosional suara manusia: suara kemarahan cenderung mendorong bayi menangis. Menjelang usia empat bulan, mereka tampak mampu membedakan suara orang laki-laki dan perempuan dan pada usia enam bulan atau lebih, bayi mulai memperhatikan intonasi dan ritmik dalam tuturan ketika mereka kemudian mulai memproduk serangkaian suara celoteh dengan sebuah kontur melodis. E. Data Fonologis

Perkembangan fonologi bisa diamati secara jelas pada akhir periode berceloteh, yaitu usia 1;6 – 4;0, berawal dari anak memproses ujaran kata tunggal dalam bentuk fonologis yang sangat sederhana menuju kepada ujaran multikata sampai kepada ujaran untuk menghasilkan bunyi-bunyi seperti tuturan orang dewasa (Yulianto, 2010:27). Anak sudah mampu mengendalikan intonasi, modulasi nada, dan kontur bahasa yang dipelajarinya.

Tahap perkembangan fonologis menurut Ingram (dalam Yulianto, 2010:27) adalah, 1) tahap vokalisasi pralinguistik dan persepsi (usia 0;0 – 1;0), 2) tahap fonologi 50 kata pertama (usia 1;0 – 1;6), dan 3) tahap fonologi morfem tunggal (usia 1;6 – 40). Contoh yang disajikan adalah sebagai data adalah kegiatan Dani (1;2); mewakili perkembangan bahasa pada tahap linguistik I,

dan tahap linguistik II (2;0 – 3-0) diwakili Alfad. Untuk tahap linguistik selanjutnya, akan disajikan pada kesempatan yang lain.

1. Dani (1;2)

Dani mewakili perkembangan bahasa pada tahap linguistik I, mulai menggunakan serangkai bunyi berulang – ulang tanpa arti sambil bermain lidah dengan mengucapkan utuk- utuk-utuk. Ujaran-ujaran yang mengandung kata- kata tunggal diucapkan untuk mengacu pada benda-benda yang dijumpai sehari-hari seperti da- da-da, sambil menunjuk sepeda roda tiga kepunyaannya dan ingin naik diajak jalan-jalan, demikian juga ketika merengek meminta naik sepeda montor dengan bapaknya, mam-mam

ketika saya tunjukkan dan memberinya krupuk. Menurut pendapat beberapa peneliti bahasa anak, kata-kata dalam tahap ini mempunyai tiga fungsi, yaitu kata-kata itu dihubungkan dengan perilaku anak itu sendiri atau suatu keinginan untuk suatu perilaku, untuk mengungkapkan suatu perasaan, untuk memberi nama kepada suatu benda. Dani pada saat ini ketika menangis sudah mulai diselingi dengan teriakan berupa vokal aaaa, uuuu, dengan intonasi dan volume swara yang dibuat-buat, naik turun untuk menarik perhatian. 2. Alfad ( berusia 2;6)

Alfad mewakili perkembangan bahasa pada tahap linguistik II, anak sudah mampu mengucapkan satu kata dua kata, memahami dan menjawab. Pada tataran semantik Alfad telah mampu memahami dan menjawab pertanyaan penulis tetapi masih berupa ujaran belum merupakan susunan kalimat lengkap. Clark and Clark mengungkapkan bahwa mulai usia 2 th mereka mulai berbicara ttg apa yang telah mereka

ketahui. Anak-anak juga berdasar pada apa yang mereka ketahui tentang komunikasi tanpa bahasa ketika mereka memulai komunikasi dengan bahasa (1977:296).

Sementara Baldwin (dalam Yulianto, 2010:29) menyatakan pada usia 2;0 anak mulai memperoleh konsonan (p,b,m,n,w) dan pada usia 2;6 disusul memperoleh (t,d,k,g,ŋ,h). Itu ditunjukkan ketika Alfad masuk rumah penulis, penulis sedang makan dan Alfad melihat sambil berkerut wajahnya.Ketika ditanya Alfad mampu menjawab pertanyaan. Lengkapnya sebagai berikut :

P : lha pa Fad, wis maem? A : Wis.

P : maem karo iwak apa? A : gak iwak.

P : lha apa? A : mi.

P : maem maneh ya? dulang mbah Bu. A : emoh, mas miko?

P : mas Miko gak ana, melok Make.

A : mantuk. Dengan wajah cemberut Alfad pergi keluar rumah.

F. Simpulan

Proses pemerolehan bahasa pada anak seluruh dunia mempunyai urutan yang sama. Kesamaan itu dilandasi oleh kesamaan bilogi, neuorologi, juga LAD yang merupakan bekal alamiah sejak lahir.

Anak-anak harus belajar menerima dan memproduksi suara bahasa mereka. Dalam melakukan ini, meraka menata beberapa bentuk representasi dalam memori untuk kata-kata yang mereka dengar. Mereka kemudian menggunakan representasi ini dalam mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan oleh orang lain dan dalam mencoba melafalkan kata-kata seperti yang

dilakukan oleh orang dewasa. Representasi ini memainkan peran utama dalam pemerolehan sistem suara anak-anak.

Dalam persepsi suara tuturan, usia dua bulan mampu membuat diskriminasi kesamaan untuk kategori berbeda yang dibuat oleh orang dewasa. Hal ini mungkin membantu anak-anak ketika mereka sampai pada diskriminasi dan mengenali perbedaan segmen fonetik bahasa yang mereka peroleh. Mereka mulai mengidentifikasi kata-kata orang dewasa secara dini dan segera menunjukkan bukti mampu membedakan kata-kata orang dewasa yang beda melalui segmen tunggal, misalnya mouse dan mouth.

Dalam produksi suara tuturan, anak-anak memproduk kata-kata pertama yang mereka kenal sekitar usia satu tahun. Pada mulanya, pengasaan perbedaan segmen mereka kurang meyakinkan dan beberapa kata mungkin dilafalkan dengan cara berbeda. Ketika mereka menguasai lebih banyak segmen dan oposisi dan mulai membangun suku kata dan kata lebih banyak, kata-kata mereka mulai bersuara seperti orang dewasa dan mudah diidentifikasi. Pada tahap pemerolehan awal, anak-anak umumnya memproduksi versi sederhana kata-kata orang dewasa dengan meninggalkan konsonan akhir, mengurangi kluster konsonan ke segmen tunggal, meninggalkan suku kata yang tanpa tekanan, dan kadang- hadang mengulang suku kata. Anak-anak juga praktik pemerolehan segmen baru dan mampu mengoreksi dirinya ketika pelafalannya salah. Hal ini karena kesadaran anak atas kesalahan pelafalan sebagaimana orang dewasa tidak melafalkan seperti itu.

Daftar Pustaka

Brown, H. Douglas. 2007, Principles Language learing and Teaching, Fifth Edition, San Francisco Univercity.

Clark, Harbert H and Clark, Eve V. 1977. Psychology and Language: An Introduction to Psycholinguistics. USA:HBC, Publishers

Campbel, dkk. 2006. Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Depok: Intuisi Press.

Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik:Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.

Dardjowidjojo, Soenjono. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor.

Fromkin Victoria dan Robert Rodman. 1993. An Introduction to Language. Florida: Harcourt Brace Jovanovich Collage.

PERKEMBANGAN PEMEROLEHAN BAHASA ANAK (fonologi, Sintaksis dan Semantik)

A.PENDAHULUAN

Pemerolehan bahasa biasanya merujuk pada pemerolehan bahasa pertama yang mengkaji pemerolehan anak terhadap bahasa ibu mereka dan bukan pemerolehan bahasa kedua yang mengkaji pemerolehan bahasa tambahan oleh anak-anak atau orang dewasa. Penelitian tentang permerolehan bahasa pertama telah dilakukan sejak pertengahan abad kedelapan belas dan mengasilkan suatu studi tentang perkembangan pemerolehan bahasa secara umum. Studi tentang pemerolehan bahasa pertama (B1), mengacu pada tiga teori psikologi belajar yaitu, 1) Pendekatan behaviorisme, teori Verbal Behavior dari B.F. Skinner, dengan konsep utama conditioning operant 2) pendekatan nativis, berdasar pada psikologi belajar mentalisme, dipelopori oleh Noam Chomsky, dengan konsep utama setiap orang mempunyai LAD (language acquisition device), 3) Pendekatan fungsional dengan perspektif konstrutivistik, teori dasarnya psikologi belajar kognitifisme. Pendekatan fungsional dipelopori oleh Lois Bloom.Berlaku hampir pada semua bahasa yang berkedudukan sebagai bahasa pertama atau bahasa ibu (selanjutnya disingkat B1). Proses pemerolehan bahasa dimulai dari bayi (0 bulan), sampai dengan usia sekolah (5-7 tahun), pada tahap ini proses pemerolehan bahasa pada anak mengalami perkembangan yang sangat menakjubkan. Dari mulai belajar mengoceh sampai pada belajar tidak mengatakan apa dan mengatakan apa ketika mulai mempelajari fungsi- fungsi social bahasa mereka (B1).

Pemerolehan bahasa (bahasa Inggris: language acquisition) adalah proses manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi. Kapasitas ini melibatkan berbagai kemampuan seperti sintaksis, fonetik, dan kosakata yang luas. Bahasa yang diperoleh bisa berupa vokal seperti

pada bahasa lisan atau manual seperti pada bahasa isyarat (id.wikipedia. org). Kemampuan itu diperoleh melalui tahap – tahap perkembangan bahasa anak.

Penelitian tentang perkembangan pemerolehan bahasa anak telah banyak dilakukan dan menghasilkan pola perkembangan yang berbeda pada periodesasinya, pada tahap subtansi linguistik relatif sama (Yulianto, 2010:21).

B.PERKEMBANGAN PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA

Dalam dokumen tumbuh di atas tanah kering (Halaman 109-116)