• Tidak ada hasil yang ditemukan

tumbuh di atas tanah kering

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "tumbuh di atas tanah kering"

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

TUMBUH DI ATAS TANAH KERING

(Kumpulan Tulisan Tentang Sastra Dan Pembelajaran Bahasa Jawa) A. Sastra :

1. Cerita perjalan mbok Randha Gondang : Analisis Struktur naratif Levi- Strauss

2. Cerita Rakyat Endang Roro Tompe: Analisis Struktur Naratif Valdimir Propp.

3. Pengaruh Ekspresionisme Dalam Karya Sastra Jawa 4. The Dragon: klasfikkai Tipologi Cerita Rakyat

Indonesia

5. Balesan Layang Saka Kekasih: Mendeme R. Djoko Prakosa

6. Struktur Cerita Kidang Alas Ngrayudan: Analisis struktur Maranda

B. Bahasa :

1. Makna Aspektualitas Bentukan Sa- Kriya Dalam Bahasa Jawa

2. Perkembangan Fonologi Dalam Permerollehan Bahasa Pertama

3. Pembentukan Watak Dan Karater Bangsa Melalui Pengajaran Bahasa Dan Sastra Jawa.

4. Kebudayaan Sebagai Kponten Dan Konteks Pendidikan

5. Manungsa Pinangka Jejer Ing Pamulangan

(2)

Judul : TUMBUH DI ATAS TANAH KERING

Lamongan, 28 Oktober 2013 Koordinator Perpustakaan, Penulis,

Bambang Sukoco S.E, MM.Pd Dra. Rini Murwati

(3)

Cerita Perjalanan Mbok Randha Gondang: Analisis Struktur naratif Levi-Strauss

Pendahuluan

Kisah Perjalanan Mbok Randha Gondhang, merupakan cerita rakyat yang berkembang di tengah masyarakat desa Gondang Lor, Kecamatan Sugio, Kabupaten Lamongan dan sekitarnya, diwariskan secara turun temurun dari mulut ke mulut. Kelestarian cerita ini sampai sekarang masih terjaga dengan baik di kalangan generasi tua, kelestarian itu didukung dengan keberadaan makam yang dianggap sebagai makam Mbok Randha Gondang.

Keberadaan makam itu dilegalitas bukan hanya oleh masyarakat Gondang Lor dan sekitarnya saja tetapi juga oleh masyarakat dari luar daerah, dibuktikan dengan banyak peziarah yang datang ke makam MBok Randha Gondhang dan mengadakan tahlilan pada malam-malam tertentu. Para peziarah itu datang dari Gresik, Tuban, Surabaya, dan sekitarnya. Bukti legalitas dari Pemerintah Daerah tersebut diwujudkan dalam kegiatan ziarah menjelang Hari Jadi kabupaten lamongan, yang dilakukan oleh Bupati dan para petinggi di tingkat pemerintahan Kabupaten lamongan. Mbok Randha Gondang diakui sebagai tokoh pejuang yang memperjuangkan agama Islam, di wilayah Kabupaten Lamongan,

(4)

dan fungsinya cerita perjalanan Mbok Randha Gondang bagi masyarakat Gondanglor dan masyarakat sekitarnya sebagai bentuk pemertahanan sebuah nilai kearifan lokal.

Teori Struktur fungsi yang digunakan untuk mengkaji cerita ini adalah teori struktur naratif Levis strauss dan teori fungsi yang dikemukakan oleh William P Bascom.

Sebagai cerita lisan, cerita ini masuk dalam salah satu tradisi lisan yang dapat diteliti dengan cara kerja filologi, khususnya filologi lisan.

Kajian Teori 1. Filologi Lisan

Hutomo dalam bukunya berjudul Filologi Lisan, menyatakan bahwa cerita lisan bisa ditelaah secara kerja filologi, sebuah cabang ilmu yang mempelajari kebudayaan suatu bangsa melalui bahasa bangsa yang bersangkutan dan bukan sekedar perbandingan teks untuk mencari asal – usul teks, maka setiap versi teks mempunyai fungsi yang berbeda-beda di setiap tempat dan pada waktu yang berbeda. Jika begitu halnya versi lisan pun berhak diteliti secara filologis (Hutomo, 1999:4) Mnac Edward Leach (dalam Hutomo, 1991: 14) berpendapat bahwa sastra lisan itu sebagai a lively fossil which refuses to die, teks-teks sastra lisan juga mengandung ‘kekunoan’ di samping’kekinian’. Dengan dasar itu dikenallah istilah filologi lisan sebagai cabang filologi tulis karena sastra sebagai kajiannya tidak hanya berupa sastra tulis tetapi juga sastra lisan.

(5)

masyarakatnya, 7) terdiri atas berbagai versi, dan 8) bahasa, menggunakan gaya bahasa lisan (sehari – hari) mengandung dialek, kadang – kadang tidak lengkap. Cerita Perjalanan Mbok randha Gondang sebagai cerita lisan akan dianalisis menggunakan analisis struktur naratif ala Levi-Strauss yaitu sebuah teori analisis struktur naratif dongeng yang berfokus pada analisis formulasi plot dan fungsi (peran).

2. Struktur naratif

Struktur adalah hubungan antara unsur-unsur pembentuk dalam susunan keseluruhan. Hubungan antar unsur tersebut dapat berupa hubungan dramatik, logika maupun waktu (Hutomo dalam Sudikan, 2001:25) Analisis struktur adalah menganalisis hubungan unsur-unsur pembentuk dalam susunan keseluruhan. Analisis struktur naratif adalah menganalisis hubungan unsur – unsur pembentuk dalam susunan keseluruhan sebuah teks/cerita/dongeng untuk menemukan struktur dasar seperti alur/plot atau fungsi (seperti fungsi karakter) yang mengatur operasional tesk/cerita/dongeng. Dalam dongeng bentuk formulasi plot, seperti konflik dan pemecahannya, perjuangan dan rekonsiliasi, dan perpisahan dan penyatuan. Bila dihubungkan dengan fungsi, fungsinya untuk melukiskan kontradiksi tertentu dalam kehidupan, dan kemudian memecahkan kontradiksi itu. 3. Analisis Struktur Naratif Levi-Strauss

(6)

bercerita. Pada tataran sinkronis dongeng merupakan mytheme-mytheme yang secara struktur saling terkait.

Fokus analisis struktur naratif Levi strauss adalah relasi antar struktur. Relasi antar stuktur ini yang melatarbelakangi fenomena kenyataan dalam kehidupan sehari-hari. Selain memiliki muatan naratif, dongeng (mite/legenda) juga mengandung semacam amanat yang dikodekan. Tugas penelliti selain menganalisis muatan naratif juga mengurai kode itu juga menyingkap maknanya.

4. Fungsi Cerita Dalam Masyarakat

Menurut Bascom dalam Sudikan (2001:109), Sastra Lisan mempunyai empat fungsi yaitu, 1) sebagai sebuah bentuk hiburan, 2) sebagai alat pengesahan pranata sosial, 3)sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga –lembaga kebudayaan, 4) sebagai pengawas dan pemaksa agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.

Pembahasan

1 Analisis Struktur Naratif

Analisis didasarkan pada fokus analisis Levi-Strauss dengan pembacaan terhadap keseluruhan narasi cerita untuk menangkap kesan cerita, tokoh-tokoh dan berbagai tindakan yang dilakukan dan membagi menjadi beberapa bagian episode, dilanjutkan dengan pengumpulan ceriteme – ceriteme atau mytheme-mytheme, yakni mengumpulkan kalimat-kalimat dalam cerita yang mengandung deskripsi tindakan, pemikiran atau segala sesuatu yang memperlihatkan relasi-relasi antar elemen, selanjutnya menarik hubungan relasi antar elemen untuk mengkonstruk sebuah makna internal, terakhir menarik kesimpulan, dengan memaknakan cerita-cerita internal dengan kesimpulan referensial atau kontekstual.

(7)

Gresik , dan c) di desa Gondanglor, Kec. Sugio Lamongan, dan mungkin masih banyak lagi di tempat lain, 2) setting waktu yang dimulai pada abad 12 sampai dengan abad 15.

Kisah perjalanan ini adalah sebuah cerita tentang tokoh yang sangat berpengaruh yang bernama Dewi Sekardadu atau yang kemudian disebut sebagai Mbok Randa Gondang, yang berkelana mencari putranya yang bernama Raden Paku. Dan kemudian sampai di sebuah desa bernama Gondanglor, Kec. Sugio. Kabupaten Lamongan. Dewi Sekardadu itu diceritakan seorang putra putri dari Raja Blambangan yang bernama Minak Sempuyu, yang berkuasa di Blambangan sekitar abad 15. Putra dari Dewi Sekardadu itu adalah Raden Paku, yang pada akhirnya bergelar sebagai Sunan Giri.

Cerita dari Perjalanan Mbok Randha Gondang mencari putranya di bawah ini merupakan terjemahan bebas dari hasil wawancara dengan narasumber dan dari buku cerita yang ditulis narasumber. Dan dibagi-bagi menurut episode yang mengandung tindakan/peran. Pembagiannya seperti di bawah ini.

1. Sang Raja Menak sembuyu bingung dan bersedih hati karena rakyatnya mendapat musibah penyakit yang sangat hebat demikian juga satu-satunya putri sekar kedaton yang bernama Dewi Sekardadu sakit parah, dan masyarakat Blambangan dan belum dapat disembuhkan.

Dewi Sekardadu ingkang aslinipun saking Blambangan putra dari Menak Sembuyu. Rikala semanten Raja Menak Sempuyu ingkang agamanipun Hindu Budha ingkang penyebaranipun sangat pesat, kagungan putra setunggal naminipun Dewi Sekardadu. Ayuning rupa wonten negari Blambangan termasuk boten wonten bandinganipun (5).

(8)

akhiripun tlatah banyuwangi Blambangan wonten naminipun penyakit pageblug ingkang sonten seger kuwarasan, enjing pejah, enjing seger kuwarasan sonten pejah. Kacarita Raja Menak Sempuyu bingung mikiraken warga masyarakat ingkang kados makaten, inggih punika kenging pageblug kalawau, akhiripun adeg patembaya, sapa bae bisa nglerepaken pageblug ana ing tlatah Banyuwangi termasuk putrinipun piyambak inggih sakit. (5-10)

3. Banyak raja dari Negara tetangga dan juga para patih, tidak terkecuali putra Mahapatih Blambangan sendiri megikuti sayembara itu. Tetapi tidak ada satupun yang berhasil. 4. Seorang musyafir alim yang bernama Syeh Maulana Iskak

datang le Blambangan bertujuan untuk syiar agama Islam, karena banyak mengalami rintangan beliau untuk memutuskan meminta petunjuk kepada Alloh dengan bertafakur di puncak Gunung.=

Kacarita ing sasat niku Syeh maulana Iskak dipun prentah dening Jeng Sunan Ampel, atas idinipun ngislamaken daerah tlatah banyuwangi blambangan. Ing ngriku piyambakipun munajat wonten ing nginggilipun redi, sholat ta’aruf dhateng ngarsane Alloh SWT. Saat menika lah ratu Blambangan mangutus bende wara – wara, lajeng ketingal wonten ing nginggilipun redi wonten sinar putih lajeng piyambakipun punggawa kraton sami murugi dhateng arah sinar kalawau, dumadakan boten sanes wonten priyagung ingkang nemba semedi utawi ta’aruf dhumateng ngarsanipun Alloh. (15 – 20)

(9)

kepada raja. Raja mengutus Mahapatih untuk memanggil Syeh Maulana Iskak untuk diajak ke istana.

6. Syeh Maulana Iskak diminta untuk mengobati Sang Dewi Sekardadu, dan bila mampu akan dijadikan menantu. Syeh Maulana Iskak mau dan sanggup mengobati Dewi Sekardadu, dengan imbalan Sang Raja beserta rakyatnya mau mengikuti ajaran yang diajarkan oleh Syeh Maulana Iskak, yaitu ajaran Islam. Sang raja berjanji mau mengikuti ajaran Islam. Atas ijin Alloh SWT, Syeh Maulana Iskak mampu mengobati Dewi Sekardadu.

akhiripun dipunuluk salam kaliyan anak buahipun raja Blambangan kalawau. Ing akhire crita piyambakipun, matur bilih negeri Blambangan saat menika wonten pageblug penyakit ingkang sanget agengipun. Akhiripun Jeng Syeh Maulana Iskak kalawau matur, piyambakipun saguh ngusadani Dewi Sekardadu maupun wonten Blambangan penyakit kalawau (20 – 25)

7. Setelah sembuh kemudian Dewi sekardadu dinikahkan dengan Syeh Maulana Iskak, seluruh rakyat blambangan bersuka cita, kecuali Mahapatih Blambangan. Beliau sangat marah, karena sebenarnya Mahapatih menginginkan putranya sendiri yang menikah dengan Dewi Sekardadu, dengan harapan setelah putranya menikah dengan Dewi sekardadu bisa menggantikan kedudukan Raja Blambangan. Diam-diam Mahapatih menyusun rencana untuk mewujudkan keinginan itu.

Akhiripun piyambakipun ngusadani Mbah Siti Sekardadu termasuk putranipun Menak sempuyu. Dengan izin Alloh SWT piyambakipun berangsur-angsur saras lan pageblug ing negeri Blambangan ugi semanten, icalidi pangestunipun Alloh SWT kelantaran Syeh Maulana Iskak kalawau. Akhiripun dipundhaupaken inggih punika Syeh Maulana Iskak kaliyan Mbah Dewi Sekrdadu (30 – 35)

(10)

Sekardadu mengandung. Tetapi kebahagian itu tidak lama mereka rasakan, karena Raja Menak Sempuyu berniat mengusir Syeh maulana Iskak merasa malu telah mengingkari janji dan tidak mau memeluk agama Islam.

Raja menak Sempuyu memange syahadatin niku lisane memang inggih, nanging batinipun taksih agami Hindu, aslinipun lingsem kepingin ngusir inggih punika mantunipun. Sajeg kalawau Menak Sempuyu ngutus dhateng patihe supados ngreka daya dospundi caranipun medal saking negeri Blambangan (35 – 40)

9. Syeh Maulana Iskak medengar dan melihat gelagat seperti itu, di suatu tengah malam, berpamitan kepada istrinya untuk meniggalkan Blambangan, meneruskan perjalanan syiar agama Islam dan berpesan bila putranya lahir supaya diberi nama Raden Paku. Dengan hati sedih Dewi Sekardadu melepas kepergian Syeh maulana Iskak.

Sanalika Syeh maulana Iskak cekak-cukupipin terusir medal saking negeri Blambangan dan wasiat inggih punika dhateng istrinipun menaawi kakung mangke piyambakipun badhe nengeri ingkang putra inggih punika Ainul Yakin. Salajengipun Syeh Maulana Iskak medal saking Blambangan, dengan istrinipun trenyuh sanget, saking awratipun kalih kangmmasipun termasuk Syeh Maulana Iskak medal saking negeri (45 – 50)

(11)

putra Mahapatih, Dewi Sekadadu hanya mampu mengiyakan dengan meminta waktu sampai melahirkan putra yang dikandungnya. Mahapatih bergirang hati, demikian juga raja Minak Sembuyu. Raja Minak Sembuyu berharap dengan menikah lagi kesedihan Dewi sekardadu akan terobati.

11. Sesampai di keputren Dewi Sekardadu memanggil pengasuhnya, dan menyusun rencana untuk menggagalkan keinginan Mahapatih.

12. Mahapatih juga menyusun rencana setelah Dewi Sekardadu melahirkan, bayi tiu harus segera disingkirkan agar kelak tidak menjadi gangguan bagi putranya Mahapatih kembali menghasut Raja menak Semputu dengan mengatakan bahwa dia bermimpi bahwa akan lahir seorang bayi laki-laki yang akan merobohkan kerajaan blambangan.

Boten dangu bobotanipun sampun meh sangang sasi, ing ngriku patih Blambangan nyupena mbok bilih badhe wonten bayi kakung ingkang lahir ing benjangipun badhe ngrubuhaken kerajaan Blambangan. Salajengipun mekaten Raja Menak Sempuyu wara-wara malih mbok bilih ing benjang menawi wonten bayi kakung lahir supados diperjaya sedaya (45 – 55)

13. Di Suatu malam, hanya ditemani para emban, Dewi Sekardadu melahirkan sseorang putra. Demi keselamatan putranya dengan berat hati memerintahkan salah satu emban berserta suaminya untuk membawa putranya keluar dari istana dan menghanyutkan putra yang telah diberi nama Ainul Yakin di samudra, dan memasrahkan keselamatan putranya hanya kepada Alloh SWT semata. Dengan pesan untuk tetap mengawasi (ngulati) putranya itu sampai mengetahui bahwa putranya telah ditemukan oleh seseorang yang kebetulan melintas di laut itu. Dan juga harus berusaha mengetahui siapa yang menemukan. 14. Bayi yang dilarung dilaut kemudian ditemukan oleh awak

(12)

bahwa kapal dagang itu kepunyaan Nyai Ageng Panitih, seorang saudagar wanita yang belum mempunyai anak dan anak yang ditemukan itu nanti akan diserahkan kepada Juragannya yaitu Nyai Panitih. Dan diberi nama Jaka Samodra. Setelah itu segeralah embok emban tersebut pulang ke istana dan menghadap Dewi Sekardadu, menjelaskan semua yang terjadi. Giranglah hati Sang Dewi, karena mengetahui putranya telah selamat.

Crita ngenani bayi kakung kalawau dipanggihaken dening saudagar sugih ingkang saking Gresik inggih punika Pinatih, Mbok Randha Pinatih, saking Gresik akhiripun Mbok Randha Pinatih kalawau kleresan boten kagunga putra, saking remenipun manahipun digulawentah dididik ngantos dewasa, dhateng Mbok Randha Pinatih wonten Gresik (60 – 65)

15. Episode selanjutnya dimulai dengan kepergian Dewi Sekardadu ditemani embok Emban meninggalkan istana dengan diam - diam selain untuk menghindari pernikahanan yang sudah direncanakan bertahun-tahun oleh ayahandanya dan mahapatih, tujuan utamanya adalah mencari suaminya dan putranya.

Nurut crita ingkang dipunasta Mbah dewi Sekardadu, sasampunipun dipuntilar ingkang garwa lan putranipun, piyambake lara wuyung, kepingin manggihi, madosi putra lan garwanipun kalawau sahengga piyambakipun kaliyan bekal syariat agami Islam ingkang sampun dipunparingaken dene Syeh maulana Iskak (70 – 75) 16. Untuk menghindari para prajurit Blambangan yang tentu

(13)

lama, sambil berdakwah kepada masyarakat setempat, yang saat itu belum beragama Islam.

17. Selama hampir selama 15 tahun waktu berlalu dari mulai meninggalkan Blambangan sampai mesanggrah di Lawang, Dewi Sekardadu merasa cukup untuk kembali meneruskan kembali perjalanannya mencari putra dan suaminya. Dengan ditemani abdinya kembali berjalan menuju utara, mencari daerah yang bernama Gresik. Sesampai di pelabuhan sedayu, segeralah utusan kepada abdinya untuk mencari kabar tentang keberadaan putranya dan Nyai Pinatih. Sementara Dewi Sekardadu beristirahat di desa Barang.

kaliyan bekal syariat agami Islam ingkang sampun dipunparingaken dene Syeh maulana Iskak, piyambakipun terus mlampah mengaler-mengaler sampek ndugi Kenjeran, ten mriku nggih napa niku ngulang ngaos, dhateng tlatah Glagah termasuk madepok wonten Baranggayam inggih ngulang ngaos, mangidul sampek ndugi Lamongan, Kembangbahu,

sampeyan tingali tulisan kula ten mriku jelas (75 – 80). 18. Abdi Dewi Sekardadu, mendapat kabar bahwa Nyai Pinatih,

ibu angkat putranya telah meninggal dunia. Sementara putranya setelah berguru kepada Sunan Ampel dan bertemu ayahnya Syeh Maulana Iskak, sekarang bertempat tinggal dan mendirikan pesantren yang kemudian menjadi kedaton Giri. Bergelar Sunan Giri. Kabar itu segera disampaikan kepada Dewi Sekardadu. Dewi Sekardadu segera kembali mengutus abdinya untuk sowan ke kedaton Giri.

19. Sesampai di kedaton Giri abdi dewi Sekardadu tersebut menceritakan semua dari awal riwayat pernikahan ibunda dan ayahanda Sunan Giri, serta kelahiran Sunan Giri. Setelah mendengar semuanya Sunan Giri segera bersiap untuk menemui ibundanya di desa Barang.

(14)

tetapi Dewi sekardadu menolak, dan ingin melanjutkan perjalanan sambil terus berdakwah.

21. Perjalanan Dewi Sekardadu bersama rombongan yaitu embok emban yang mengikutinya sejak dari Blambangan, ditambah Mbah Buyut Gading dan dua orang abdi yang berasal dari desa Barang, dengan membawa seperangkat gamelan, dilanjutkan ke barat, melewati hutan glagah, sekarang menjadi nama desa Glagah, Kec. Glagah. Sesampai di Deket sekarang istirahat beberapa hari. Melanjutkan perjalanan ke arah barat sampai ke wilayah yang sangat singit (kramat) sekarang bernama desa Kramat. 22. Perjalanan terus ke selatan sampai ke sebuah hutan yang penuh dengan kembang yang berbahu harum dan berputar sejenak untuk menikmati bahu arum kembang yang ada di hutan tersebut. Sekarang wilayah itu bernama desa Puter Kec. Kembangbahu. Perjalanan dilanjutkan keselatan, mendaki gunung menyusuri tepian sebuah sungai, yang airnya mengalir dari atas gunung tersebut. Sampailah Dewi Sekardadu bersama rombongan di sebuah mata air yang sangat jernih yaitu di sendang Tretes mantup. Di situ rombongan Dewi Sekardadu mesanggrah beberapa waktu.

kaliyan bekal syariat agami Islam ingkang sampun dipunparingaken dene Syeh maulana Iskak, piyambakipun terus mlampah mengaler-mengaler sampek ndugi Kenjeran, ten mriku nggih napa niku ngulang ngaos, dhateng tlatah Glagah termasuk madepok wonten Baranggayam inggih ngulang ngaos, mangidul sampek ndugi Lamongan, Kembangbahu,

sampeyan tingali tulisan kula ten mriku jelas daerah Lawangaagung, ngantos Deketagung (75 – 80)

(15)

Deketagung bekas pesanggrahan, dan berhenti di suatu tempat yang agak tinggi tetapi disamping ada sebuah telaga yang sangat jernih airnya. Dan memerintah rombongan untuk berhenti, beristirahat dan untuk selanjutnya untuk bersiap-siap membuat pondok di tempat itu, “Daerah Lawangaagung, ngantos Deketagung, cumandhok wonten ing dusun Gondang. Ing teng nriki Dewi Sekardadu empun ketingalipun sreg, kalih ngajari masyarakat sekitaripun dusun Gondang masalah syariat agami Islam”.

24. Selanjutnya, di situlah (yang kemudian hari bernama desa Gondang) Dewi Sekardadu memutuskan untuk tinggal dan mendirikan pondok sebagai sarana meneruskan cita-cita suaminya yaitu Syeh Maulana Iskak, meskipun sampai saat itu belum dapat bertemu dengan suaminya itu. Selain itu Dewi Sekardadu berniat membantu kehidupan masyarakat di situ yang dilihatnya sangat kekurangan.

25. Setelah beberapa waktu Dewi Sekardadu terkenal kaya raya tetapi juga sangat dermawan, siapapun yang meminta pertolongan selalu dibantu.Sepertinya kekayaan itu tidak ada habisnya. Demikian juga sebagai Guru Ngaji/Nyai, pondok Dewi sekadadu sangat terkenal, santrinya banyak dan berasal dari luar wilayah. Yang membuat orang kagum adalah ketika para santri makan dan ketika mengadakan kenduri yang dihadiri oleh para penggembala yang berjumlah 40 orang, Dewi Sekardadu hanya menyediakan nasi sacething (satu bakul nasi) dan satu kendhil sayuran, tetapi berapapun orang yang makan selalu cukup tidak pernah kurang/ habis.

(16)

siji njupuk siji njupuk, sampek akhir”. Tapi nyatane wong lare-lare angen, lare kemroka mantun didoai kiyambakipun kain mori empun diseret, artane disaki, sekule ditubleg, lauke ditubleg teng ngriku kosong. Pun mundur ternyata sik penuh utuh, kados awala kalawau, dados lare kalawau bergiliran ngantos telase lare nembe kendhil saged kosong (145 – 150)

26. Kekayaan dan kesaktian Dewi Sekardadu yang hanya seorang janda, membuatnya sangat terkenal. Sehingga ada sekelompok perampok yang mencoba merampok di kediam Dewi Sekardadu, tetapi tidak berhasil karena kadahuluan pagi menjelang. Hal itu membuatnya dewi Sekardadu semakin terkenal, sebagai seorang janda yang terusir (ka-gondang) tetapi sangat kaya raya. Pada akhirnya Dewi sekardadu terkenal dengan sebutan Mbok Randa Gondang, dan tempat itu pun bernama Gondang.

27. Seiring waktu berlalu Mbok Randa Gondang semakin tua dan pada akhirnya meninggal dunia dan dimakamkan di situ. Sebelum meninggal Mbok Randa Gondang 1) meminta untuk dikubur bersama gamelan dan teken serta beberapa barang miliknya, 2) dan apabila masyarakat ingin membalas budinya cukup membuang segenggam tanah diatas makamnya.

(17)

penyaur utang kalawau. Niku wasiate Mbah dewi Sekardadu (120 – 130)

Pengelompokan episode sesuai dengan ceritheme-ceritheme (mengandung tema tertentu).

Episode I (pada no 2,6 dan 8) digambarkan tokoh raja Minak Sembuyu, yang telah berjanji tetapi tidak menepati janji (ingkar) , dan (pada no 7, 9, 10, 11,12 ) digambarkan tokoh mahapatih yang sangat licik, dan selalu berfikir untuk mencari keuntungan meskipun dengan jalan mengingkari janji atau bertindak yang keji terhadap orang lain. Sifat-sifat yang demikian itu tidak akan mendapat hasil yang sesuai dengan keinginanannya, andaikan berhasilpun hanya sementara waktu.Sementara (pada no 8 ) digambarkan tokoh Dewi Sekardadu yang menepati janji mau diperistri dan mau mengikuti ajaran Syeh Maulana Iskak. (pada no 6-7) digambarkan Syeh Maulana Iskak adalah seorang yang jujur dan bertanggungjawab terhadap apa yang menjadi tugasnya meskipun hasilnya mungkin tidak dapat dipetik sekarang, mungkin yang akan merasakan anak cucunya kelak. Dapat digambarkan :

MS dan MP : tidak mau menepati janji dan licik, ingin memang sendiri

DS dan SMI : menepati janji, dan jujur/bertanggungjawab, mengalah.

Hal tersebut menjadi sebuah kebalikan bila dibandingkan antara tokoh-tokoh tersebut. Kebalikan dalam hal sifat tokoh, sifat ingkar dan licik dibandingkan dengan sifat menepati janji dan jujur/bertanggungjawab.

Dilihat dari sudut pandang budaya Jawa, seorang itu bila berjanji jangan sampai mengingkari apalagi seorang bangsawan (orang terpandang) terutama bagi seorang pemimpin atau raja,

(18)

Pada episode I ini dilihat dari struktur naratif merupakan tahap perkenalan.

Episode II (pada no 7,9,10,11,12) digambarkan tokoh mahapatih , seorang abdi yang berkianat kepada gustinya, (pada no 13- 15) digambarkan tokoh mbok Emban, abdi yang begitu setia kepada gustinya. Dalam tradisi Jawa, kesetiaan seorang abdi terhadap tuannya adalah sebuah keniscayaan, seperti halnya manusia sebagai hamba Alloh, dan bila terjadi pelanggaran akibat terburuk pasti diterimanya. Episode II ini merupakan hubungan … . MS : menolak menepati janjinya untuk mengikuti ajaran SMI

SMI dan DS : menikah, berbahagia. DS : Hamil

Di episode ini, fungsi pengontrol berlaku, dan apakah nilai-nilai itu sekarang masih berlaku atau tidak pada masyarakat Jawa pada masa sekarang,merupakan sebuah pertanyaan yang dapat dijawab dengan melihat dan merasakan apa yang terjadi ditengah-tengah masyarakat Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. Pada episode II ini merupakan tahap pemunculan konflik.

Episode III (pada no 10, 11, 13, 14 15) menggambarkan bagaimana keikhlasan, kesetian dan kebulatan tekad Dewi Sekardadu untuk tetap mempertahankan keutuhan dan esucian rumah tangganya. Dengan keiklasan penuh merelakan kepergian suami tercintanya untuk berdakwah dengan menghindari konflik dengan ayahandanya, juga keiklasan hati ketika harus melepaskan putranya untuk dilarung di lautan dengan memasrahkan seluruh keselamatan putranya pada kuasa Alloh SWT. Dan kemudian bertekat untuk menemukan kembali suami dan putranya walaupun menyadari tidaklah mudah jalan yang akan ditempuh.

(19)

dengan sifat dan sikap postif yang lain seperti, ikhlas, pasrah, mengalah dan kebulatan tekad. Manusia Jawa baru dikatakan njawa, bila berada pada posisi positif, selaras dengan berbagai falsafah orang Jawa, seperti ngundhuh wohing pakarti, sapa jujur bakal mujur, nrima ing pandum, sabaya mukti sabaya mati, wani ngalah luhur wekasane, sura dira jayaning rat, lebur dening pangastuti dan masih banyak lagi lainnya. Pada episode II dan II peningkatan konflik sudah mulai terlihat.

MP : menghasut MS untuk membunuh/mengusir SMI dan berencana membunuh putra SMI dan DS.

SMI : berpamitan kepada DS, DS sedih hatinya.

DS : melahirkan dan menghanyutkan putranya di selat Bali.

Fungsi pengontrol, pengukuhan dan penegasan pada apa yang menjadi keyakinan dan falsafah masyarakat Jawa, terkukuhkan untuk terus dipegang teguh oleh masyarakat pendukungnya.

(20)

MP : menginginkan DS untu dinikahkan dengan putranya.

MS : menyetujui permintaan MP.

DS : mengiyakan permintaan MP, tetapi dalam hatinya menolak dan menyusun rencana untuk menggalakan pernikahan itu. Semua kesedihan dan penderitaan diterima dengan sikap keikhlasan yang luar biasa sebagai perempuan. Sebagai tanggungjawab seorang istri dan ibu,

DS : memutuskan untuk mencari suami dan putranya. RP : diasuh oleh Nyai Pinatih

RP : berguru ke Sunan Ampel dan bertemu dengan ayahnya SMI

DS : bertemu dengan putranya RP.

Episode V (pada no 20,21, 22, 23) menceritakan bagaimana kebulatan tekad dan ketabahan Dewi Sekardadu ketika memutuskan menolak permintaan putranya untuk menetap di Kedaton Giri. Dewi Sekardadu memilih melanjutkan perjalanan untuk meneruskan dakwah/syiar agama Islam, meneruskan perjuangan suami tercinta yang tidak bisa ditemuinya, sebagai bentuk baktinya sebagai seorang istri. Juga kepasrahan menerima dan menjalani takdir dari Alloh SWT.

Pada episode IV dan episode V, ini tergambar dengan jelas bagai sebaiknya seseorang yang merupakan bagaian dari masyarakat Jawa, harus menyadari bahwa semua peristiwa yang dialami manusia di bumi ini (kesedihan, kebahagian, jodoh, kelahiran, rezeki, dan kematian) hanyalah mengikuti takdir yang sudah digariskan oleh Alloh SWT, dengan tetap harus berikhtiar semaksimal mungkin sesuai dengan batas akhir kemampuan yang diberikan Alloh SWT. Episode ke IV dan V merupakan konflik. Sampai pada klimaks

RP : mengajak ibundanya untuk tinggal di Pesantren Giri. DS : bersikukuh untuk mengikuti takdirnya, sebagai

seorang istri yang berkuwajiban meneruskan perjuangan suami.

(21)

Episode VI (pada no 23, 24 dan 25) pada episode ini Dewi sekardadu sudah menetap di desa Gondang dan terkenal dengan nama Mbok Randa Gondang, diceritakan bagaimana Mbok Randa Gondang menebar kebaikan kepada masyarakat sekitar dan kepada siapapun yang meminta pertolongan, juga ketekunannya mengajar mengaji kepada masyarakat sekitar juga kepada seluruh santrinya yang datang dari luar wilayah Gondang. Kelebihan, kesaktian, kekayaan, kebaikan, kedermawan dan ketekunan itu membuatnya menjadi terkenal. Hal tersebut mengundang niat jahat penjahat untuk merampok hartanya. Tetapi atas kuasa Alloh SWT niat jahat itu tidak kesampaian. Fungsi pengukuhan terhadap suatu kepercayaan kolektif masyarakat Jawa masih sangat percaya orang baik selalu dilindungi oleh Yang Maha Kuasa. Itu hal yang menarik yang dapat ditemui dalam episode VI ini. Apakah nilai kepercayaan itu masih berlaku sampai sekarang? Masih relevankah? Bila realita yang dihadapi masyarakat sekarang adalah bisa saja orang baik dianggap dan dijadikan jahat, sementara orang jahat, ditokohkan menjadi orang baik, hanya karena demi kepentingan seseorang atau kelompok. Demikian juga orang yang mempunyai kelebihan, kesaktian, ketabahan, kebaikan yang luar biasa, pastilah bukan orang sembarangan, tentu mempunyai latar belakang silsilah yang paling tidak keturunan para raja/bangsawan atau minimal keturunan orang alim. Kepercayaan ini juga masih diyakini oleh masyarakat Jawa. Tetapi betulkah dalam realita social pada masa sekarang, karena ternyata tidak semua keturunan orang baik akan menjadi baik, demikian juga tidak semua keturunan orang jahat menjadi jahat, seperti sebuah peribahasa tunggak jati mati, tunggak jarak mrajak, tentu saja dengan berbagai sebab, akibat ulah manusia itu sendiri. Pada episode VI sampai pada anti klimak.

DS: menetap di desa Gondang, membantu kesulitan hidup masyarakat Gondang dan sekitaranya.

DS : mendirikan pondok dan mengajar ngaji

(22)

dalam menjalani takdirnya sebagai manusia yang taat dan menerima takdir dari Alloh SWT. Sebagai tahap penyelesaian terangkum dalam episode VII ini.

DS : meninggal Dunia 2. Fungsi Cerita Bagi Masyrakat

Kisah perjalanan ini sama seperti cerita-cerita mite atau dongeng yang lain, mempunyai fungsi (Ahimsa Putra dalam Sudikan, 2001: 35) bagi masyarakatnya. 1) sebagai alat pengesahan pranata sosial, 2)sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga –lembaga kebudayaan, 3) sebagai pengawas dan pemaksa agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.

Fungsi ceritanya ini sebagai pengesahan pranata-pranata dan pengukuhan nilai budaya yang selama ini menjadi falsafah orang Jawa umumnya dan umat Islam pada khususnya di wilayah desa Godang sekitarnya.

Dalam budaya Jawa seorang wanita ideal Masyarakat Jawa memandang wanita Jawa itu selain cantik lahiriyah juga cantik batiniyah. Wanita cantik secara fisik adalah wanita sebagai makhluk indah yang dengan kecantikannya menunjukkan sisi keserasian dan keindahan. Wanita adalah bumi yang subur, yang siap menumbuhkan tanaman. Wanita adalah bunga yang indah, menebarkan bau harum mewangi dan membuat senang siapa saja yang melihatnya.

(23)

Sampai-sampai untuk menyebut pasangan digunakan istilah garwa, sigarane nyawa, atau belahan jiwa. Istilah garwa ini untuk menepis anggapan bahwa wanita dalam budaya Jawa hanya sekedar kanca wingking, walau posisinya seringkali tetap di urutan kedua.

Dalam kehidupan nyata tidak semua wanita Jawa memenuhi semua kriteria itu, sebagai manusia biasa tentu ada kelebihan dan kekurangannya, ada sisi positif dan ada sisi negatif, kontradiksi seperti itu selalu saja ada, dan menimbulkan konflik baik secara individual wanita Jawa itu sendiri, wanita Jawa pada khususnya dan masyarakat Jawa umumnya. Tidak semua wanita terlahir cantik secara fisik menurut kriteria umum, karena cantik secara fisik itu relatif bagi maing-masing orang yang memandang. Sementara kriteria cantik batiniyah itu disepakati bersama secara kolektif oleh masyarakat Jawa. Kriteria-kriteria itu bagi wanita Jawa sangatlah sulit untuk memenuhi semuanya. Salah satu contoh kriteria sifat nrima (dari sisi negatif maupun positif), itu sangat sulit sekali dilaksanakan, karena keinginan berontak, memenuhi keinginan, dan menunjukkan jati dirinya lebih dominan. Seperti halnya Dewi Sekardadu, yang dalam posisi lemah, tidak serta merta menerima apa yang dikehendaki oleh orang lain (Ayahnya dan Patih), dan menyikapinya secara positif dengan kehalusan sikap dan ketetapan hatinya mampu menentukan dan memutuskan apa yang harus dilakukan, dengan menyadari betul resiko yang harus dihadapinya.

Sasampunipun dipuntilar ingkang garwa lan putranipun, piyambake lara wuyung, kepingin manggihi, madosi putra lan garwanipun kalawau sahengga piyambakipun kaliyan bekal syariat agami Islam ingkang sampun dipunparingaken dene Syeh maulana Iskak, piyambakipun terus mlampah mengaler-mengaler sampek ndugi Kenjeran, ten mriku nggih napa niku ngulang ngaos, dhateng tlatah Glagah termasuk madepok wonten Baranggayam (75 – 80)

(24)

dengan menerima begitu saja kehendak orang lain, atau kalau tidak mungkin bunuh diri dan lain sebagainya.

Penokohan Dewi Sekardadu oleh masyarakat Gondhang ini untuk memenuhi harapan dan impian mereka akan sebuah sosok wanita ideal yang sesungguhnya dan bisa djadikan panutan. Sebagai wanita yang mampu menjaga kehormatan dirinya, sebagai seorang istri yang patuh dan taat pada suami dan mampu menjaga kesucian rumah tangganya, sebagai seorang ibu yang sangat bertanggungjawab terhadap putranya, dengan demikian memenuhi kriteria sebagai wanita Jawa yang ideal,

Sanalika Syeh maulana Iskak cekak-cukupipin terusir medal saking negeri Blambangan dan wasiat inggih punika dhateng istrinipun menaawi kakung mangke piyambakipun badhe nengeri ingkang putra inggih punika Ainul Yakin. Salajengipun Syeh Maulana Iskak medal saking Blambangan, dengan istrinipun trenyuh sanget, saking awratipun kalih kangmmasipun termasuk Syeh Maulana Iskak medal saking negeri (40 – 45)

Dewi Sekardadu adalah juga seorang muslimah. Sebagai seorang muslimah yang taat dan bertanggungjawab, yang hidup ketika itu, dimana hampir semua masyarakat masih menganut agama Hindu dan Budha, mempunyai kewajiban untuk mensyiarkan agama Islam yang dianutnya. Sehingga penokohan Mbok Randha Gondang itu sebagai lambang perjuangan syiar agama Islam di desa Gondang dan sekitarnya.

Sasampunipun dipuntilar ingkang garwa lan putranipun, piyambake lara wuyung, kepingin manggihi, madosi putra lan garwanipun kalawau sahengga piyambakipun kaliyan bekal syariat agami Islam ingkang sampun dipunparingaken dene Syeh maulana Iskak, piyambakipun terus mlampah mengaler-mengaler sampek ndugi Kenjeran, ten mriku nggih napa niku ngulang ngaos, dhateng tlatah Glagah termasuk madepok wonten Baranggayam (75 – 80 ).

(25)

dan perjuangan Mbok Randha Gondang juga diakui oleh sebagian masyarakat di Kab. Lamongan, terbukti setiap Hari Jadi Kabupaten Lamongan, para petinggi ziarah di makam Mbok Randha Gondang, pada hari-hari dan bulan-bulan tertentu ada peziarah yang terdiri dari jamaah tarekat dari daerah lain juga melakukan ritual di situ.

Termasuk mbah Dewi Sekardadu menika leluhur, termasuk perjuangan dengan gigih dengan ajaran Syeh maulana Iskak piymbakipun asal agama Budha gantos Islam. Samngke makamipun taksih dipunziarahi, dipunuri-uri inggih punika tiap tahunipun dipunperingati saking Kabupaten Lamongan mbok bilih Mbah dewi Sekardadu adalah pejuang, pejuang negara dan pejuang Islam di tlatah kabupaten Lamongan (115 – 120).

Sebagai penegasan nilai utama wanita Jawa, Cerita Perjalanan Mbok Randha Gondang bisa ditafsirkan sebagai sebuah upaya untuk menegaskan bagaimana seharusnya seorang wanita muslimah Jawa, bersikap dan mendudukkan dirinya sebagai seorang wanita tama, yaitu seorang wanita yang mampu menjaga kehormatan dirinya dalam kondisi apapun, mampu menjadi istri yang baik, mampu menjadi ibu yang baik, dan mampu menjadi seorang pejuang yang tangguh dalam memperjuangkan agama, cita-cita dan harapannya.

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis tentang formulsi plot dan fungsinya/perannya dari keseluruhan kisah perjalanan Mbok Randha Gondang mencari putranya ini

(26)

sebagai umat manusia tidak akan mampu memilih, tetapi wajib berikhitiyar, dimana kesedihan, dan kebahagiaan, kesetiaan dan pengkianatan, kejujuran da kelicikan, akan datang silih berganti.

2. Sebagai alat mendidik generasi muda tentang sosok contoh wanita ideal, adalah wanita yang cantik lahir dan batin, lembut, penyayang, tetapi teguh dalam pendirian dan tangguh dalam berjuang. .

(27)

DAFTAR PUSTAKA Danandjaja,James

1991 Folklor Indonesia: ilmu gosip, dongeng dan lain-lain Jakarta. Jakarta: Grafitipers

Sudikan, Setya Yuwana

2001 Metode Penelitian Sastra Lisan: paradigma,

(28)

ANALISIS STRUKTUR NARATIF VALDIMIR PROPP: Cerita Rakyat Endang Rara Tompe

A. Pendahuluan

Cerita Endang Rara Tompe (ERT), ini adalah satu dari varian cerita yang bersumber dari cerita Panji. Dengan tokoh utama yang sama yaitu Raden Panji Asmarabangun dan Dewi candra Kirana. Cerita Panji adalah sebuah legenda yang termasuk legenda perorangan. Legenda ini berkisah tentang seorang pangeran dari Kerajaan Kahuripan, yang selalu kehilangan istrinya Dewi Candra Kirana/Dewi Sekartaji, atau juga Dewi Candra Kirana yang selalu kehilangan suaminya. Sehingga menimbulkan banyak versi, seperti ‘Ande-ande Lumut’, dan Kethek Oglerng (seorang pangeran yang menjelma menjadi seekor kera) (Danandjaya, 1991:74). Cerita Panji telah ditelaah oleh para ahli, santara lain, C.C.Berg (1928) yang memaparkan masa penyebaran cerita Panji di Nusantara yang berkisar antara tahun 1277 M (peristiwa Pamalayu) hingga ± 1400 M. C.C.Berg menambahkan bahwa cerita Panji berkembang di kalangan istana raja-raja Jawa Timur,

dan juga dalam lingkungan istana-istana

(29)

‘Ande-ande Lumut’ ini termasuk cerita dengan tipe Cinderella Jawa tipe 510A (1991:99).

Cerita ERT yang akan dianalisis ini,tokoh dan peran Kethek Ogleng tidak sama dengan yang disebutkan oleh Danadjaya. Danandjaya menyebutkan bahwa Kethek Ogleng adalah jelmaan dari seorang pangeran (Danandjaya, 1991:74), sementara dalam ERT Kethek Ogleng adalah jelmaan dari seorang Dewa yaitu Bathara Narada.

ERT akan dianalisis dengan menggunakan analisis struktur naratif dari Valdimir Propp. Analisis ini bertujuan untuk menemukan fungsi pelaku dan penyebarannya dari cerita ERT. B. Teori Struktur Naratif Ala Valdimir Propp

Prinsip dasar analisis struktur Valdimir Propp adalah sebuah dongeng itu pada prinsipnya mempunyai tipe yang sama dalam struktur plotnya. Sehingga dalam sebuah cerita dongeng itu para pelaku dan sifat-sifatnya bisa berubah tetapi perbuatan dan peran mereka tetap sama, dalam arti sama atau mengisyaratkan perbuatan yang sama. Perbuatan itu disebut fungsi (Sudikan, 2001:67).

Menurut Propp ada 31 satu fungsi. Skema fungsi yang dikembangkan oleh Propp ini berlaku untuk umum untuk semua jenis dongeng. Akan tetapi tidak semua dongeng harus memiliki semua fungsi, ada juga dongeng yang jumlahyang terbatas (Sudikan, 2001:68). Ketiga puluh fungsi itu adalah :

1. Seorang anggota keluarga meninggalkan rumah 2. Satu larangan diucapkan kepada ksatria

3. Larangan dilanggar

4. Penjahat mencoba mendatangi

5. Penjahat menerima pemberitahuan tentang mangsanya 6. Penjahat mencoba memperdaya mangsanya dengan tujuan untuk memiliki ( menjadikan isteri atau suami ) atau merampok hartanya

(30)

8. Penjahat menyusahkan atau menciderai seorang anggota keluarga (8a) Seorang anggota keluarga yang sama kekurangan sesuatu atau ingin memiliki sesuatu 9. Kecelakaan atau kekurangan dimaklumi, ksatria diminta

atau diperintah , ia boleh pergi atau disuruh pergi 10. Percari bersepakat atau memutuskan untuk membalas 11. Kesatria meninggalkan rumah

12. Kesatria diuji, ditanya, diserang dan lain-lain yang menggiring kesatria kearah penerimaan yang sama ada sesuatu alat magis atau pembantu

13. Kesatria membalas orang yang memberi tindakan sesuatu tersebut

14. memperoleh agen sakti

15. Ksatria dipindahkan, diantar atau dipandu ke tempat-tempat objek yang dicari

16.Ksatria dan penjahat terlibat dalam pertarungan 17.Ksatria ditandai

18.Penjahat dibunuh

19.Kecelakaan atau kekurangan awal diatasi 20.Ksatria pulang

21.Ksaria dikejar 22.Ksatria diselamatkan

23.Ksatria yang tidak dikenali , tiba di negerinya atau negeri lain

24.Ksatria palsu menyampaikan tuntutan palsu 25.Tugas berat diemban oleh ksatria

26.Tugas dapat diselesaikan 27.Ksatria dikenali

28.Ksatria palsu atau penjahat terbuka

29.Ksatria menjelma dengan wajahnya yang baru 30.Penjahat dihukum

31.Ksatria menikah dan naik tahta C. Ringkasan Cerita.

(31)

Grasindo, Jakarta, tahun 2007. Ringkasan ceritanya sebagai berikut ;

Sudah berbulan-bulan Panji Asmarabangun meninggalkan kerajaan tanpa meninggalkan pesan dan juga tidak dikatahui kabarnya. Dewi Candrakirana sangat sedih hatinya, karena kepergian suaminya itu. Suatu malam ia berniat mencari Panji Asmarabangun. Kepergiannya itu ditemani oleh empat embannya yang setia yaitu emban Darmi, Jumilah, Sarmi dan Sulastri. Sebenarnya Dewi Candra Kirana tidak mau ditemani embannya, tetapi karena embannya memaksa, akhirnya para emban itu boleh mengikuti tetapi dengan syarat tidak boleh memanggilnya dengan ndara putri, karena kalau sampai memanggil dengnan ndara putri, sangat berbahaya bila di dengar orang lain.

Sesampai di luar kerajaan, segeralah Dewi Candra Kirana berganti pakaian yang sama dengan para emban, seperti layaknya wanita biasa, dan para emban disuruh memanggil dengan nama Endang Rara Tompe dan disuruh bersikap kepada temannya. Karena perjalanan mencari Panji Asmara bangun dengan berjalan kaki, maka setiap terasa lelah mereka beristirahat di sembarang tempat. Kalau pagi menjelang mereka berlima melanjutkan perjalanan, kalau malam hari mereka beristirahat di gubuk-gubuk kosong di tengah kebun atau di tengah sawah, supaya tidak dikenali oleh penduduk.

Perjalanan Endang Rara Tompe dan keempat kawannya banyak mengalami kesusahan, dari desa ke desa, masuk hutan keluar hutan, rasa lelah, harus selalu menghindari penduduk agar tidak dikenali, sampai kekurangan makan dan minum, semuanya tidak membuat mereka berkeluh kesah, mereka terus bertekad untuk menemukan Panji Asmarabangun.

(32)

itu sangat kejam. Karena ketakutan para emban itu menyebut Endang Rara Tompe dengan sebutan Ndara Putri. Membuat para perampog menjadi beringas dan bernafsu untuk merampas semua harta Endang Rara Tompe (semua perhiasan yang disimpan dan semua bekal perjalanan). Endang Rara Tompe dan kawan-kawannya harus menyerah semua harta yang dimilikinya, kepada kawanan perampog itu. Endang Rara Tompe mau menyerahkan harta bendanya asal boleh melanjutkan perjalanan. Perampog setuju. Setelah diserahkan semuanya, ternyata perampog itu tidak mau memenuhi janjinya dan memaksa Endang Rara Tompe harus mau menjadi istrinya.

Endang Rara Tompe takut sekali dan berlari sekuat tenaga, diikuti keempat kawannya. Berlari dan terus berlari tidak tentu arah yang penting jangan sampai tertangkap para rampog tersebut. Tidak lagi dipedulikan badannya yang terluka oleh duri-duri yang tajam. Setelah dirasa agak jauh dari para perampog Endang Rara Tompe dan teman-temannya berhenti sejenak untuk mengambil napas. Tiba-tiba ada sebuah kera besar bergayut di atas pohon di depan mereka. Para emban sangat ketakutan. Endang Rara Tompe menghibur temannya dengan mengatakan bahwa, meskipun besar tidak mungkin kera itu akan mengganggunya atau memakannya, karena kera itu makanannya hanyalah buah-buahan, dan lagi tidak usah dipedulikan toh tidak mungkin mampu membantu kita. Sambil duduk dan berpasrah Endang Rara Tompe berujar, “ Andai saja ada yang mampu menolongku apapun permintaannya akan kuturuti”.

(33)

perampog, agar bisa meneruskan perjalanan mencari suaminya yang telah pergi entah kemana.

Segeralah Kethek Ogleng meninggalkan ERT untuk mengahadapi perampok itu, dengan kekuatan dan kecerdikaannya, para perampog lari terbirit-birit sambil berteriak kesakitan karena gigitan dan terkaman Kethek Ogleng. Setelah berhasil mengalahkan perampok, Kethek Ogleng kembali menemui Endang Rara Tompe menagih janji. Endang Rara Tompe belum memenuhi janjinya karena belum bertemu dengan suaminya. Dan Endang rara Tompe mengajak Kethek Ogleng untuk membantu mencari suaminya. Kethek Ogleng pun menurut dan menyuruh Endang Rara Tompe untuk mengikutinya. Perjalanannya terus memasuki hutan.

Sesampai di tengah hutan yang sangat lebat, Kethek Ogleng menyuruh Endang Rara Tompe berhenti dan memperhatikan apa yang ditunjuknya. Ketika Endang Rara Tompe memperhatikan ada seorang pria yang duduk bersila di atas batu besar yang datar (watu gilang), semakin diperhatikan tidak salah lagi kalu itu adalah Raden Panji Asmarabangun yang dia cari. Sambil meneriakkan namanya, dia berlari menuju ke arah Panji Asmarabangun. Panji Asmarabangun sangat terkejut melihat kedatangan istrinya, lebih terkejut lagi ketika mengetahui kalau istri diikuti oleh Kethek Ogleng.

(34)

memerintahkannya untuk segera kembali ke karajaan bersama Dewi Candra Kirana karena semua warga kerajaan telah menunggunya.

Sepeninggal Bathara Narada yang kembali ke Kayangan, Panji Asmarabangun dan Dewi Candra Kirana dibantu keempat embannya segera bersiap kembali ke kerajaan, untuk memduduki tahta yang telah lama ditinggal. Dan hidup berbahagai bersama rakyatnya hidup tentram, aman makmur dan adil.

D. Anilisis Cerita ERT dengan Struktur Naratif Valdimir Propp. Situasi awal diceritakan, kerajaan kahuripan yang semula tentram, menjadi gelisah akibat kegelisah sang Putri Galuh Candra kiran yang sangat bersedih. Selanjutnya sebab kesedihan Dewi candra Kirana, pengembaraan Dewi Candra Kirana, peristiwa yang dialami Dewi candra kiran, dan pertemuan dengan Raden Panji ASmarabangun aka1n di sajikan dalam bentuk analisis fungsi struktuk naratif, yang menurut Valdimir Propp terdiri dari 31 fungsi.

1. Seorang anggota keluarga meninggalkan rumah

Sudah berbulan-bulan Panji Asmarabangun meninggalkan kerajaan tanpa meninggalkan pesan dan juga tidak dikatahui kabarnya. Dewi Candrakirana sangat sedih hatinya, karena kepergian suaminya itu. Suatu malam ia berniat mencari Panji Asmarabangun.

2. Satu larangan diucapkan kepada ksatria

Dewi Candra Kirana tidak mau ditemani embannya, tetapi karena embannya memaksa, akhirnya para emban itu boleh mengikuti tetapi dengan syarat tidak boleh memanggilnya dengan ndara putri, karena kalau sampai memanggil dengnan ndara putri, sangat berbahaya bila di dengar orang lain 1)

Endang rara Tompe mau menyerahkan harta bendanya asal boleh melanjutkan perjalanan. Perampog setuju, 2) 3. Larangan dilanggar

(35)

perampog menjadi beringas dan bernafsu untuk merampas semua harta Endang Rara Tompe.

Setelah diserahkan semuanya, ternyata perampog itu tidak mau memenuhi janjinya dan memaksa Endang Rara Tompe harus mau menjadi istrinya.

4. Penjahat mencoba mendatangi

Di tangah perjalanan ketika melewati hutan yang sangat lebat, rombongan Endang Rara Tompe dihadang oleh kawanan rampog. Dari wajahnya yang seram-seram, tubuhnya yang tinggi besar serta suaranya, terlihat rampog itu sangat kejam.

5. Penjahat menerima pemberitahuan tentang mangsanya Para emban itu menyebut Endang Rara Tompe dengan sebutan Ndara Putri

6. Penjahat mencoba memperdaya mangsanya dengan tujuan untuk memiliki (menjadikan isteri atau suami ) atau merampok hartanya

Setelah diserahkan semuanya, ternyata perampog itu tidak mau memenuhi janjinya dan memaksa Endang Rara Tompe harus mau menjadi istrinya.

7. Mangsa terperdaya dan dengan kesadaran justru membantu musuhnya

8. Penjahat menyusahkan atau menciderai seorang anggota keluarga

Endang Rara Tompe takut sekali dan berlari sekuat tenaga, diikuti keempat kawannya. Berlari dan terus berlari tidak tentu arah yang penting jangan sampai tertangkap para rampog tersebut. Tidak lagi dipedulikan badannya yang terluka oleh duri-duri yang tajam

9. atau kekurangan dimaklumi, ksatria diminta atau diperintah , ia boleh pergi atau disuruh pergi

(36)

buah-buahan, dan lagi tidak usah dipedulikan toh tidak mungkin mampu membantu kita. Sambil duduk dan berpasrah Endang Rara Tompe berujar, “ Andai saja ada yang mampu menolongku apapun permintaannya akan kuturuti”.

10. Percari bersepakat atau memutuskan untuk membalas Tiba-tiba dari atas pohon itu kera besar itu berbicara, memperkenalkan dirinya bernama Kethek Ogleng dan menanyakan kepada ERT seandainya dia sanggup menolong apakah Endang Rara Tompe mau menepati janjinya? Dan apa bantuan yang diperlukannya. Endang Rara Tompe sanggup menepati janjinya dan mengatakan bahwa ia meminta bantuan untuk menyelamatkan dirinya dan keempat kawannya dari kejaran perampog, agar bisa meneruskan perjalanan mencari suaminya yang telah pergi entah kemana.

11. Kesatria meninggalkan rumah

Segeralah Kethek Ogleng meninggalkan ERT untuk mengahadapi perampok itu.

12. Kesatria diuji, ditanya, diserang dan lain-lain yang menggiring kesatria kearah penerimaan yang sama ada sesuatu alat magis atau pembantu

Segeralah Kethek Ogleng meninggalkan ERT untuk mengahadapi perampok itu, dengan kekuatan dan kecerdikaannya, para perampog lari terbirit-birit sambil berteriak kesakitan karena gigitan dan terkaman Kethek Ogleng.

13. Kesatria membalas orang yang memberi tindakan sesuatu tersebut

Endang Rara Tompe sanggup menepati janjinya dan mengatakan bahwa ia meminta bantuan untuk menyelamatkan dirinya dan keempat kawannya dari kejaran perampog, agar bisa meneruskan perjalanan mencari suaminya yang telah pergi entah kemana. 14. Ksatria memperoleh agen sakti

(37)

15. Ksatria dipindahkan, diantar atau dipandu ke tempat-tempat objek yang dicari

Kethek Ogleng kembali menemui Endang Rara Tompe menagih janji. Endang Rara Tompe belum memenuhi janjinya karena belum bertemu dengan suaminya. Dan Endang rara Tompe mengajak Kethek Ogleng untuk membantu mencari suaminya. Kethek Ogleng pun menurut dan menyuruh Endang Rara Tompe untuk mengikutinya. Perjalanannya terus memasuki hutan. 16. Ksatria dan penjahat terlibat dalam pertarungan

Segeralah Kethek Ogleng meninggalkan ERT untuk mengahadapi perampok itu, dengan kekuatan dan kecerdikaannya, para perampog lari terbirit-birit sambil berteriak kesakitan karena gigitan dan terkaman Kethek Ogleng

17. Ksatria ditandai

18. Penjahat dikalahkan/dibunuh

perampog lari terbirit-birit sambil berteriak kesakitan karena gigitan dan terkaman Kethek Ogleng

19. Kecelakaan atau kekurangan awal diatasi

Setelah berhasil mengalahkan perampok, Kethek Ogleng kembali menemui Endang Rara Tompe menagih janji 20. Ksatria pulang

Setelah berhasil mengalahkan perampok, Kethek Ogleng kembali menemui Endang Rara Tompe menagih janji. 21. Ksatria dikejar

22. Ksatria diselamatkan

ERT selamat dari kejaran dan perlakuan perampok 23. Ksatria yang tidak dikenali

Tiba di negerinya atau negeri lain/ suatu tempat Sesampai di tengah hutan yang sangat lebat, Kethek Ogleng menyuruh Endang Rara Tompe berhenti dan memperhatikan apa yang ditunjuknya. Ketika Endang Rara Tompe memperhatikan ada seorang pria yang duduk bersila di atas batu besar yang datar (watu gilang). 24. Ksatria palsu menyampaikan tuntutan palsu

(38)

25. Tugas berat diemban oleh ksatria

26. Tugas dapat diselesaikan

Bathara Narada meminta Panji Asmarabangun segera menyudahi ‘tapa brata’ karena para Dewa sudah memahami permintaannya berupa ketentraman, kemakmuran dan keadilan untuk semua rakyat Kahuripan dan Jenggala.

27. Ksatria dikenali

Semakin diperhatikan tidak salah lagi kalau itu adalah Raden Panji Asmarabangun yang dia cari.

28. Ksatria palsu atau penjahat

Kethek Ogleng memberikan penjelasan kepada mereka, bahwa sebenarnya dia adalah bathara narada yang harus turun ke bumi untuk melindungi Endang Rara Tompe

29. Ksatria menjelma dengan wajahnya yang baru

Setelah Kethek Ogleng kembali ke wujud semula menjadi Bathara Narada meminta Panji Asmarabangun segera menyudahi ‘tapa brata’ karena para Dewa sudah memahami permintaannya berupa ketentraman, kemakmuran dan keadilan untuk semua rakyat Kahuripan dan Jenggala.

30. Penjahat dihukum

31. Ksatria menikah dan naik tahta

Sepeninggal Bathara Narada yang kembali ke Kayangan, Panji Asmarabangun dan Dewi Candra Kirana dibantu keempat embannya segera bersiap kembali ke kerajaan, untuk memduduki tahta yang telah lama ditinggal. Dan hidup berbahagai bersama rakyatnya hidup tentram, aman makmur dan adil.

Dari pemilahan crita ERT diperoleh lingkaran tindakan dalam cerita ERT sebagai berikut;

1. Lingkungan aksi penjahat 2. Lingkungan aksi seorang putri 3. Lingkungan aksi perantara

(39)

Setelah analisis fungsi struktur naratif valdimir Prop diterapkan pada cerita ERT, sebagain besar fungsi terpenuhi, hanya ada beberapa fungsi yang tidak terpenuhi yaitu fungsi ke7, 17, 21, 25 dan 30. Hal ini bisa saja berlaku karena tidak harus semua jumlah fungsi terpenuhi (Sudikan, 2001: 68).

Pengenalan pelaku pada cerita ERT, pelaku yang dimaksud dalam hal ini adalah Dewi Candra Kirana, pembantu, perampok/penjahat, pahlawan sekaligus pahlawan palsu, dan Raden Panji Asmaradana. Pengenalan pelaku itu sudah dimulai di awal cerita.

Dewi Candra Kirana sebagai tokoh sentral dalan cerita ini diperkenalkan sebagai seorang permaesuri cantik di kerajaan Kahuripan yang sangat bersedih hatinya karena ditinggal oleh suami tanpa kabar berita. Meskipun seorang putri kerajaan dengan keberaniannya keluar kerajaan dan menempuh perjalan yang sangat sulit, dia berfungsi sebagai seorang ksatria. Seorang kesatria yang berkelana mencari anggota keluarga yang hilang dari kerajaan.

Penjahat dalam cerita ERT hanya satu yaitu perampok, itu dikenalkan pada awal perjalanan ERT diperkenalkan ketika perampok yang terlihat bengis dan , yang menghadang jalan, meminta harta dan mau memperistri ERT.

Pembantu yang terdari para emban tidak muncul begitu saja karena para emban ini adalah emban ERT di kerajaan, meskipun peran pembantu ini tidak begitu fungsional ketika ERT harus menghadapi masalah.

(40)

mengantarkan ERT kepada keberadaan Raden Panji Asmarabangun.

Dalam cerita ERT Kethek Ogleng juga diperkenalkan sebagai penghubung fungsi-fungsi pelaku utama dan sangat penting fungsinya. Tanpa kemunculan kethek Ogleng sebgai agen Sakti, pahlawan dan pahlawan palsu, kemungkinan ERT tidak dapa selamat dari para perampok dan juga mungkin tidak dapat bertemu dengan Raden Panji Asmarabangun.

Raden Panji Asmarabangun, diperkenalkan sebgai seorang raja yang mencari upaya dengan dengan bertapa untuk memperoleh kebahagian, ketentraman dan kemakmuran negaranya, sampai tega meninggalkan istrinya.

E. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan diperloleh kesimpulan bahwa cerita ERT ditijau dari sisi fungsi, mempunyai struktur naratif yang terbentuk dari 26 fungsi. Jumlah 28 fungsi itu terdiri dari satu pola kejahatan, satu pola keinginan dan pola pahlawan yang menyatu dengan pahlawan palsu. Dan diakhiri dengan kebahagian. Dari beberapa pola itu bisa ditafsirkan bahwa ERT itu dapat ditafsirkan bahwa kejahatan pasti dapat dikalahkan oleh kebaikan. Dan Kewajiban harus dilakukan dengan baik dan penuh tanggungjawab.

Dilihat dari distribusi di kalangan palaku, tokoh utama adalah ERT dan Raden Panji Asmarabangun, juga pembantu diperkenalkan secara wajar. Sementara Perampok dan Kethek Ogleng atau Bathara Narada diperkenalkan secara kebetulan ‘ndilalah’. Unsur-unsur semacam itu biasa muncul dalam cerita atau dongeng-dongeng rakyat.

(41)

DAFTAR PUSTAKA Danandjaja,James

1991 Folklor Indonesia: ilmu gosip, dongeng dan lain-lain Jakarta. Jakarta: Grafitipers

Sudikan, Setya Yuwana

2001 Metode Penelitian Sastra Lisan: paradigma, pendekatan, teori, kosep,tehnik penyususnan proposal, tehnik

(42)

PENGARUH EKSPRESIONISME DALAM KARYA SASTRA JAWA

A. Pendahuluan

Ekspresionisme adalah aliran dalam dunia seni, khususnya seni lukis dan sastra (prosa, puisi dan drama) yang berkembang di Eropa Barat, khususnya Jerman, antara tahun 1910-1925. Ekspresionisme meluapkan secara dahsyat gejolak hati seorang seniman atau pandangan hidupnya. Emosi dimuntahkan secara irasional dan visioner. Ekspresi diutamakan dan ini menentukan bentuk. Irama lebih penting daripada harmoni.

Ciri menonjol dari karya sastra ekspresionisme lebih mengutamakan pengungkapkan perasaan dan gejolak jiwa dalam karyanya dengan medistorsi kenyataan dengan efek emosional, apa yang dilihat, dirasakan, dialami dan direnungkan, diungkapkan dengan bahasa singkat, kata-kata ditempatkan sendiri-sendiri, kiasan meledak - ledak. Diungkapkan tidak secara realis dan obyektif, tetapi lebih mementingkan pada inti dari realita itu. Emosi kebencian, penolakan, pemberontakan, pengharapan, cinta, keputusasaan juga kematian mendominasi pengungkapkan ekspresi pengarang, yang diungkapkan secara ekspresif untuk menciptakan sesuatu yang mampu menerobos batas penyempit dunia nyata menuju dunia yang benar-benar baru yang sesuai dengan keinginannya.

Sebagai sebuah aliran dalam sastra, ekspresionisme tidak muncul begitu saja terlepas dari aliran seni yang sudah ada sebelumnya, seperti romantisme, neo-romantisme, naturalisme, realisme, simbolisme dan impresionisme. Aliran – aliran tersebut mempunyai andil terhadap tumbuh dan berkembangnya aliran Ekspresionisme.

(43)

juga bisa dengan penuh gairah, semangat yang bergelora, harapan, tetapi bisa juga diungkapkan dengan penuh kesedihan, kepasrahan, kebencian juga dendam.

Pengungkapan ekspresi yang berbeda oleh pengarang disebabkan oleh faktor latar belakang pendidikan, pengalaman, dan sosial kultural dimana dan kapan karya sastra itu diciptakan.

Sosial kultural yang dimasksud mencakup perubahan sistem nilai, budaya, ekonomi dan politik yang berkembang saat karya sastra itu diciptakan. Oleh karena itu sebuah karya sastra itu dianggap sebagai pancaran kepribadian pengarang. Gerak jiwa, pengembaraan imajinasi dan fantasi pengarang terlukis dalam karyanya.

Teks disebut ekspresif bila tujuan utamanya untuk mengungkapkan buah pikiran, perasaan, pengalaman, dan pendapat pengarang dengan fungsi utama adalah penyajian diri si pengarang (Luxemburg, 1987:54).

Pendekatan Ekspresif adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai ekspresi pengarang. Pendekatan ini melihat sebuah karya sastra adalah sarana pertemuan bagi pengarang dan pembaca. Pengungkapan pengarang yang ekspresif bisa membawa pembaca pada sosio-kultural pengarang pada masanya. Pembaca bisa mendapat pemahaman tentang ciri khas pengarang, sejarah penciptaan, nilai/konvensi sastra, seni, budaya, politik juga sosial ekonomi yang berlaku pada masa itu. Oleh karena itu penghadiran pengarang sebagai faktor utama dalam penginterpretasian karya sastra sehingga pengarang tidak dapat dilepaskan dari karyanya (Luxemburg, 1987:70). Peran pembaca juga sangat penting karena dengan penginterpretasian dan kreatifitas pembaca, karya tersebut dapat berarti.

Karya seorang ekspresionis akan menghasilkan sebuah teks yang ekspresif, untuk mendekati sebuah karya yang bersifat ekspresif menggunakan pendekatan ekspresif.

(44)

penyair sastra Jawa yang bergaya ekspresionisme, seperti yang dikatakan oleh Hutomo (1993:197).

Puisi dengan judul ‘Herinnering aan Holand’ karya Hendrik Marsman yang dipilih oleh masyrakat Belanda sebagai “Dutch

Poem of the Century”. Hendrik Marsman dalam perkembangan ekspresionisme sastra di Eropa merupakan salah satu tokoh penyair yang di masukan dalam aliran ekspresionisme, disebutklan puisinya adalah vitalistic dan akspresionis. Dalam hasanah sastra Indonesia, Hendrik Marsman merupakan salah satu penyair yang ikut mempengaruhi perjalanan kepenyairan Chairil Anwar mempengaruhi perjalanan kepengarang Chairil Anwar, selain juga ada nama Federico Garcia Lorca (Rosyidi, 1985)

B. Sejarah Perkembangan Ekspresionisme Dalam Sastra

Ekspresionisme, istilah ini muncul pertama kali pada sebuah jurnal ‘Der Sturm’ dan ‘Die Aktion’ yang diterbitkan oleh Herwarth Walden di Berlin pada tahun 1910. Selanjutnya Kedua Jurnal ini menjadi Jurnal akspresionisme yang terkenal. Selain prosa, puisi juga memuat tulisan-tulisan dan gambar hasil karya para penulis, penyair, juga pelukis.

Ekspressionisme adalah kecenderungan seorang seniman untuk mendistorsi kenyataan dengan efek-efek emosional. Ekspresionisme bisa ditemukan di dalam karya lukisan, sastra, film, arsitektur, dan musik. Istilah emosi ini biasanya lebih menuju kepada jenis emosi kemarahan dan depresi daripada emosi bahagia.

Ekspresionisme dalam sastra dan seni berkembang di Jerman yang mencapai puncaknya pada periode 1910 – 1952. Ekspresionisme berkembang sebagai hasil dari reaksi generasi muda terhadap budaya borjuis Jerman selama periode ini. Ekspresionisme tidak lagi sekedar gaya menciptakan karya seni atau bercerita, melainkan lebih merupakan pola pikir yang memiliki aspek sosial, budaya, dan politik.

(45)

Ekspresionisme Jerman ketika itu dikaitkan dengan sejumlah gerakan kontemporer lainnya yang bertujuan menjungkirbalikkan nilai-nilai sosialis yang dianut oleh penguasa dan nilai-nilai masyarakat tradisional. Oleh karena itu gerakan ekpresionisme Jerman tidak bertahan lama dan mulai memudar. Keterkaitan itu menyebabkan banyak seniman dan penulis yang dihukum, karena dianggap menentang penguasa sosialis, sehingga karya yang sudah diciptakan banyak yang dibakar dan dihancurkan. Karya Sastra ekspresionisme Jerman berupa serial monograf dan jurnal seni, jurnal politik, novel, dan drama. Tetapi yang paling menonjol adalah drama. Oskar Kokoschka 's 1.909 dengan sandiwara kecil, berjudul Murderer, The Hope of Women sering disebut drama ekspresionis pertama.

Pengaruh aliran ini sangat besar pada awal abad ke-20 di Eropa, terutama di negara – negara yang menggunakan bahasa Jerman. Tokoh-tokoh terpenting dari aliran ini adalah Franz Kafka (Austria,1883-19240), Ernest Toller (Polandia,1893-1939), George Kaiser (Jerman, 1878-1945) dan Fritz von Unruth (Jerman, 1885-1970) juga Dostojevski, Reinhard Sorge, Bertolt Brecht, Sean O’Casey. Mereka terkenal sebagai dramawan.

August Strindberg ( Swedia, 1849-1912), merupakan tokoh paling penting dalam perkembangaan drama ekspresionisme, August adalah seorang penulis drama dan pemain drama menulis sekaligus mementaskan Play Dream pada tahun 1902, pementasan itu menimbulkan sensasi dan pengaruh yang luar biasa bagi perkembangan penulisan dan pementasan drama selanjutnya. Teori psikoanalisis (freud dan Yung) yang menyatakan adanya kehidupan sub sadar dan tidak sadar, disamping kehidupan sadar, menjadi dasar dan logika para ekspresionisme dalam berkarya (Luxemburg, 1986:69), demikan juga Marxisme.

Pada dunia kepenyairan, yang terpengaruh ekspresionisme Jerman adalah Georg Trakl , Gottfried Benn , Georg Heym , Lain Lasker-Schüler , Ernst Stadler , dan Agustus Stramm. Demikian juga TS Eliot dicap sebagai ekspresionis.

(46)

sangat terpengaruh oleh ekspresionisme Jerman. Kedua tokoh ini tidak sajak berkecimpung di drama tetapi juga prosa dan puisi.

Di hasanah sastra Indonesia, kepenyairan Chairil Anwar juga terpengaruh oleh gaya kepenyairan Hendrik Marsman, selain juga ada nama Federico Garcia Lorca (Rosyidi, 1985), oleh karena hasil karya sastra Chairil Anwar secara umum juga digolongkan sebagai karya ekspresionisme.

Di hasanah karya sastra Jawa Hutomo yang dikutip oleh Sri Widati (2010:110), menyebutkan karya-karya penulis Iesmaniasita termasuk karya ekspresionisme yang mengikuti gaya ekspresionismenya Chairil Anwar. Lebih lanjut Widati juga menyebutkan bahwa banyak tokoh sastrawan Jawa yang juga mengikuti gaya ekspresionisme antara lain Susilomurti, Priyadi Gunawan, Mulyono Sudarmo dan Trim Suteja (2010:111). Tetapi sayang Widati tidak memberikan contoh karya penulis yang disebutkan itu.

C. Ekspresionisme Dalam Karya Sastra

Pembahasan ini diarahkan pada karya sastra yang berbentuk (genre) puisi. Dengan tujuan untuk memperoleh sebuah gambaran tentang ekspresionisme dalam sebuah karya sastra Jawa dan karya sasta dari wilayah sastra yang lain. Dari wilayah sastra yang lain akan dibahas sebuah puisi karya penulis Belanda. Mengapa mengambil contoh puisi karya penulis Belanda, karena secara historis dengan keberadaan bangsa Belanda yang sudah berada di Indonesia, khususnya di Jawa selama tiga setengah abad sebagai penjajah, ada kemungkinan untuk saling mempengaruhi.

(47)

Kajian ini masih merupakan langkah awal, diharapkan akan ada lagi kajian yang lebih mendalam pada kesempatan yang akan datang.

1. Ekspresionisme dalam ‘Kowe Wis Lega’ karya Iesmaniasita Fokus kajian diarahkan pada penyair yang dengan berbagai pertimbangan dipilih mewakili jamannya seperti pada Iktisar Perkembangan Sastra Jawa Periode Kemerdekaan terbitan Balai Bahasa Yogyakarta (2001) yaitu Iesmanisita.

Iesmaniasita St Iesmaniasita memiliki nama lengkap Sulistyo Utami, lahir di Terusan, Mojokerto pada tanggal 18 Maret 1933. Terakhir menjadi guru di Kota Mojokerto. Dari buku Wawasan Sastra Jawa Modern karya Poer Adhie Prawoto disebutkan bahwa Bu Is, panggilan akrab St Iesmaniasita menghasilkan karya tak kurang dari 82 cerita pendek, 514 geguritan serta beberapa esai yang membicarakan kesusastraan Jawa.

Adapun buku kumpulan hasil karyanya adalah Kidung Wengi Ing Gunung Gamping (Nyanyian Malam di Gunung Kapur), diterbitkan Balai Pustaka, Jakarta, tahun 1958, memuat 8 cerita pendek, masing-masing berjudul Kembang Mlathi Sagagang , Wengi ing Pinggir Kali, Lagu kang Wekasan, Lingsir ing Pesisir, Jugrug, Gerimis, Ing Sunaring Rembulan, Ing Sawijining Wengi.

Buku kumpulan cerita pendek Kringet saka Tangan Prakosa (Keringat dari Tangan Perkasa) terbit tahun 1974 oleh Yayasan Penerbitan Jaya Baya, Surabaya, memuat cerita Tandure Ijo Kumlawe, Calon Ratu, Kringet saka Tangan Prakosa, Dinane Isih Riyaya, Atine Bocah.

Buku Kalimput ing Pedhut (Tersaput Kabut) diterbitkan Balai Pustaka, Jakarta, tahun 1976, memuat 3 buah cerita pendek, masing-masing Lagu Lingsir Wengi, Kalimput ing Pedhut, Rembulan Kalingan Mega dan 20 geguritan.

Geguritan (Antologi Sajak-sajak Jawa) diterbitkan Pustaka Sasanamulya, Surakarta tahun 1975. Merupakan kumpulan geguritan 13 orang penyair dengan 76 geguritan, termasuk 7 geguritan karya St Iesmaniasita.

Gambar

Gambar 2: Trianggulasi Data:

Referensi

Dokumen terkait

Kajian tentang prinsip dasar analisis kuantitatif ditinjau dari struktur kimia, energetika dan analisis kimia yang mencakup proses analisis, evaluasi hasil

The benefit of pulmonary rehabilitation againts quality of life alteration and functional capacity of chronic obstructive pulmonary disease (COPD) patient assessed

Memilih Unit Sampling Memilih Unit Sampling Unit sampling dipilih ke dalam sampel melalui Unit sampling dipilih ke dalam sampel melalui prosedur acak, artinya pemilihan unit sampling

Bagi Formulir Penjualan Kembali Unit Penyertaan MANDIRI INVESTA SYARIAH BERIMBANG yang telah dipenuhi sesuai dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak

Zakona o USKOKU, 67 (4) a to su prihodi važni za izvide i istragu tih kaznenih djela ili podliježu prisilnom oduzimanju prema odredbama Kaznenog zakona, Zakona o kaznenom

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Bondan Satrio, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI JAGUNG TERHADAP JUMLAH

Sungguh Allah telah menjadikan sebuah tabi’at atas manusia kecintaan kepada negaranya yang ia tumbuh dan berkembang di dalamnya. Cinta kepada tanah air terkadang menjadi

Hipotesis yang dikemukakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :“terdapat pengaruh yang signifikan iklim kerja terhadap kinerja guru dalam proses