Perkembangan transportasi remaja ini semakin meningkat. Mengingat transportasi adalah salah satu aspek yang memegang peranan penting dalam pembangunan sebuah negara begitupula halnya di Indonesia. Tingkat kepemilikan kendaraan di Indonesia sendiri meningkat tajam. Hal ini salah satunya dipicu oleh kegiatan masyarakat yang semakin beragam. Tingkat pergerakan masyarakat zaman sekarang ini sangat pesat seiring juga meningkatnya perkembangan teknologi. Maka dari itu kebutuhan transportasi tidak bisa dielakkan lagi untuk mendukung dan memfasilitasi mobilitas masyarakat Indonesia. Dimana untuk mendukung lancarnya kegiatan transportasi banyak hal yang harus diperhitungkan. Hal seperti geometri, material dan pengaturan lalulintas, serta rancangan rute jalan raya dan lainnya merupakan beberapa kerumitan yang harus diperhitungkan dengan matang agar jalannya transportasi tidak kacau nantinya.
Terlepas dari bagaimana kualitas material jalan rayanya, desain lalu lintas juga sama pentingnya dalam merancang transportasi darat. Pengguna prasarana jalan raya beragam adanya. Terdapat pejalan kaki, sepeda motor, mobil penumpang, bus, dan lainnya. Interaksi antar pengguna jalan raya ini sedemikian rupa harus diperhatikan sehingga semua pengguna prasarana jalan raya tidak mengalami masalah dalam menggunakan fasilitas transportasi tersebut.
Di Indonesia sendiri sudah terdapat banyak peraturan maupun spesifikasi yang dirancang sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan perancangan tersebut. Instansi pemerintahanpun selalu melakukan peninjauan terhadap kegiatan transportasi tersebut untuk
mengevaluasi dan memperbaiki jika ada kekurangan demi keamanan dan kenyamanan berkendara. Hal itu memang perlu dilakukan mengingat transportasi adalah kegiatan yang dinamis yang dapat berubah-ubah setiap saat. Beragam kebutuhan lalu lintas untuk menjaga lancarnya jalan transportasi. Ini berkaitan juga dengan beragamnya pengguna jalan raya sendiri yang tentunya memiliki kepentingan yang beragam pula. Interaksi antar pengguna jalan adalah hal yang tidak dapat terelakkan di jalan raya. Hal ini tidak jarang menyebabkan kecelakaan di jalan raya. Saling pengertian antar pengguna jalan raya sangat diperlukan dalam hal ini. Banyak faktor memang yang menentukan keselamatan di jalan raya.
Kecelakaan lalu lintas dapat terjadi dimana saja. Pada persimpangan, jalur lurus, tikungan, dan lainnya bisa saja terjadi. Persimpangan terbagi dua; simpang bersinyal dan simpang tidak bersinyal. Pada simpang bersinyal digunakan lampu lalu lintas untuk mengatur jalannya lalu lintas dan menjustifikasi pergerakan kendaraan di persimpangan. Sedangkan untuk simpang tidak bersinyal hanya mengandalkan saling pengertian atau interaksi antar pengemudi. Rambu lalu lintas memang diletakkan dengan jarak tertentu sebelum mencapai lokasi simpang tidak bersinyal untuk mengingatkan pengendara. Aktifitas lalu lintas pada simpang tidak bersinyal sangat rawan untuk terjadinya kecelakaan karena interaksi langsung antar pengemudi dan menyebabkan adanya fenomena “beri jalan” dan “berhenti” pada titik konflik. Ego pengendara serta hal lainnya dapat menyebabkan interaksi yang tumpang tindih dalam mengambil keputusan dalam berkendara. Al-Suleiman Obaidat (2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pola tingkah laku pengendara pada bukaan median (u-turn) berbeda-beda. Obaidat mengatakan dalam hasil penelitiannya bahwa dalam memutuskan untuk mengambil gap untuk memutar balik, pengemudi laki-laki cenderung lebih berani untuk mengambil gap yang bahkan kecil dibanding perempuan. Juga pengendara yang berusia lebih muda lebih berani mengambil gap yang ada dibandingkan dengan pengemudi yang berusia lebih tua. Ini menunjukkan betapa rumitnya interaksi pengguna
simpang tidak bersinyal. Kejadian ini sebenarnya tidak bisa diabaikan begitu saja karena kejadian bisa berdampak pada keselamatan berkendara masyarakat. Dalam penelitian ini fasilitas bukaan median untuk fungsi putaran balik yang menjadi fokus tempat penelitian.
Pada bukaan median, kendaraan yang hendak memutar seringkali harus memunggu terlebih dahulu untuk menerima gap yang dirasa aman untuk melakukan putaran balik dan bergabung ke arus utama/mayor. Fenomena ini mirip dengan pergerakan lalu lintas pada arus minor pada simpang two-way stop controlled (TWSC). Simpang TWSC merupakan salah satu jenis simpang tidak bersinyal dalam HCM 2000. Hanya saja pergerakan lalu lintas pada putaran balik sedikit lebih rumit. Hal ini diungkapkan Jenjiwattanakul dan Sano (2011) dalam penelitian mereka, dimana mereka meneliti efek dari waktu tunggu di garis stop untuk memutar balik terhadap nilai gap yang dapat diterima kendaraan yang akan memutar balik. Mereka menyimpulkan semakin lama sebuah kendaraan menunggu untuk memutar balik maka semakin kecil nilai gap yang diterima.
Sebagai salah satu fasilitas jalan raya yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pengguna jalan, kegunaan fasilitas putaran balik harus juga diperhatikan untuk kenyamanan pengguna jalan. Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah ada pedoman yang mengatur bagaimana merancang geometri putaran balik itu sendiri dan dalam MKJI juga ada pedoman untuk mengevaluasi simpang tidak bersinyal. Hanya saja dalam MKJI gap yang menjadi fenomena di simpang tidak bersinya dalam hal ini bukaan median tidak diperhitungkan dalam mengevaluasi. Di luar negeri sudah banyak penelitian yang dilakukan pada bukaan median sebagai putaran balik. Maka dari itu saya sebagai peneliti merasa ingin untuk juga melakukan analisa gap di fasilitas putaran balik dalam hubungannya terhadap kapasitas putaran balik itu sendiri dengan mengacu pada penelitian yang sudah ada sebelumnya. Hal ini dirasa perlu untuk mengevaluasi keamanan dan kenyamanan berkendara pada bukaan median. Dan
diharapkan nantinya penelitian ini bisa diteruskan dengan meneliti hal-hal menarik lainnya yang terjadi pada bukaan median sebagai putaran balik.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:
- Berapa nilai critical gap dan nilai follow-up time untuk kendaraan melakukan gerakan memutar pada bukaan median tersebut?
- Berapa nilai kapasitas dari bukaan median tersebut dengan pendekatan gap acceptance?
- Bagaimana tingkat pelayanan pada bukaan median eksisting sebagai fasilitas putaran balik?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
- Untuk mengetahui berapa nilai critical gap dan nilai follow up yang dimiliki kendaraan yang akan memutar pada bukaan median
- Untuk mengetahui berapa kapasitas dari bukaan median dengan pendekatan gap acceptance
1.4. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan bagi pihak-pihak pengawas jalan terutama bagian manajemen lalu lintas. Dan diharapkan menjadi penambah wawasan bagi pembaca.
1.5. BATASAN MASALAH
Dengan adanya keterbatasan peneliti, maka untuk mencapai hasil penelitian yang maksimal dalam melakukan penelitian dibuat beberapa pembatasan masalah, seperti :
1. Penelitian dilakukan pada jam-jam sibuk lalu lintas lokasi penelitian selama 1 hari 2. Jenis kendaraan yang diamati pada bukaan median hanya mobil penumpang
sedangkan untuk perhitungan volume pada arus lurus semua jenis kendaraan diperhitungkan
3. Pergerakan kendaraan pada bukaan median yang diteliti hanya gerakan memutar. Pergerakan menyebrang diabaikan. Pelanggaran lalu lintas tidak termasuk dalam penelitian
4. Metode yang digunakan dalam mencari nilai critical gap dam follow-up time hanya metode Siegloch dan metode distribusi log normal
5. Untuk menentukan nilai tingkat pelayanan peneliti mengacu pada penelitian di Finlandia
1.6. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan laporan penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi pemikiran dan kerangka awal penelitian yang akan dilakukan. Juga terdapat kerangka kerja dari penelitian. Bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, serta metodologi penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi kajian teori dari literature atau bahan bacaan yang digunakan dalam penelitian ini, baik itu dari jurnal, buku, internet, makalah dan sumber bacaan lainnya.