• Tidak ada hasil yang ditemukan

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan

manusia. Pendidikan dapat membentuk seseorang menjadi berkualitas dan

berwawasan luas dalam mencapai cita-cita yang diharapkan sehingga mampu

beradaptasi dengan berbagai lingkungannya secara cepat dan tepat. Pendidikan

Islam adalah kegiatan yang dilaksanakan secara terencana dan sistematis untuk

mengembangkan potensi peserta didik berdasarkan pada kaidah-kaidah agama

Islam. Pendidikan Islam adalah pembentukan kepribadian muslim, atau

perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan petunjuk ajaran Islam

(Daradjat, 2000: 28).

Pendidikan Islam berarti sistem pendidikan yang memberikan

kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita

dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.

Isi pribadi muslim itu adalah pengamalan sepenuhnya ajaran Allah dan

RasulNya, pribadi muslim dapat diwujudkan melalui pengajaran dan

pendidikan. Maka dari itu, membina pribadi muslim sifatnya wajib dalam

pandangan Islam. Pendidikan Islam mencakup seluruh aspek kehidupan yang

dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi

seluruh aspek kehidupan manusia baik secara duniawi maupun ukhrawi.

Kondisi pendidikan Islam di Indonesia, sebenarnya menghadapi nasib

2

persoalan dan kesenjangan dalam berbagai aspek yang lebih kompleks, yaitu:

berupa persoalan dikotomi pendidikan, kurikulum, tujuan, sumber daya, serta

manajemen pendidikan Islam. Upaya perbaikannya belum dilakukan secara

mendasar, sehingga terkesan seadanya saja. Usaha pembaharuan dan

peningkatan pendidikan Islam tidak komprehensif dan menyeluruh serta

sebagian besar sistem dan lembaga pendidikan Islam belum dikelola secara

baik dan profesional (Azra, 1999: 59). Menyadari hal demikian, maka kualitas

pendidikan Islam harus ditingkatkan dimulai dari peningkatan sumber daya

manusia yaitu kualitas seorang tenaga pendidik atau guru. Guru yang

berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas pula.

Guru sebagai figur sentral dalam dunia pendidikan menempati posisi dan

memegang peranan penting. Ketika semua orang mempersoalkan masalah

dunia pendidikan, figur guru mesti dilibatkan dalam agenda pembicaraan

terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Guru

adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik

pada jalur pendidikan formal ( Mudlofir, 2002:119). Sehubungan dengan ini,

setiap guru sangat diharapkan memiliki karakteristik (ciri khas) kepribadian

yang ideal sesuai dengan persyaratan yang bersifat psikologis-pedagogis

sehingga ia mampu menunjukkan bahwa dirinya benar-benar mampu menjadi

figur utama khususnya dalam proses belajar mengajar (Syah, 1996: 21).

Guru di sekolah tidak hanya sekedar mentransferkan sejumlah ilmu

3

membina sikap dan ketrampilan mereka. Untuk membina sikap peserta didik di

sekolah, dari sekian banyak guru bidang studi, guru bidang studi agamalah

yang sangat menentukan, sebab pendidikan agama sangat menentukan dalam

hal pembinaan sikap peserta didik karena bidang studi agama banyak

membahas tentang pembinaan sikap, yaitu mengenai aqidah dan akhlaqul

karimah.

Guru merupakan suatu profesi yang mulia, tugas seorang guru

pendidikan agama Islam memanglah tidak mudah. Untuk menjadi seorang

guru, mahasiswa harus mempersiapkan diri dengan baik, karena ia akan

dijadikan sebagai teladan dan cerminan bagi peserta didik dan masyarakat.

Baik dalam hal pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Oleh sebab itu,

seorang guru harus benar-benar bisa digugu (dipatuhi) dan ditiru ( diteladani).

Guru tidak hanya berperan sebagai pendidik di sekolah saja, tetapi juga

berperan sebagai makhluk sosial yang bermasyarakat.

Melihat kondisi saat ini, masih banyak mahasiswa jurusan kependidikan

yang belum siap akan tugas, kewajiban dan tanggung jawab untuk menjadi

guru. Mayoritas dari mereka kurang memahami atau menguasai kompetensi

yang diharapkan dalam mata kuliah keguruan baik secara teoritis maupun

praktis. Selain itu masih minimnya pengalaman mahasiswa dalam

praktik-praktik kependidikan. Sehingga kualitas mahasiswa sebagai calon guru

menjadi rendah dan pembentukan kompetensi guru menjadi kurang optimal.

Hal ini menyebabkan rendahnya minat mahasiswa untuk menjadi seorang

4

Minat adalah kondisi di mana individu memusatkan seluruh perhatiannya

pada suatu objek tertentu dengan perasaan senang. Minat akan timbul karena

adanya rasa ketertarikan seseorang terhadap suatu hal dan adanya rasa ingin

untuk memperoleh serta adanya harapan untuk mencapainya. Minat menjadi

guru adalah pemusatan pikiran, perasaan, kemauan, keinginan dan perhatian

seseorang terhadap profesi guru. Minat menjadi guru itu dapat timbul

berdasarkan respon positif diri, pengalaman dan keberadaan profesi guru

dipandang dari sudut pribadi individu. Jika mahasiswa memiliki minat yang

tinggi untuk menjadi guru namun tidak memiliki upaya untuk meraihnya, maka

minat tersebut tidak ada gunanya hal ini dikarenakan minat adalah stimulus

yang harus direspon oleh seseorang melalui tindakan nyata. Mahasiswa yang

mempunyai minat menjadi guru akan mencari informasi tentang profesi guru

dari berbagai sumber yang bisa didapatkan, baik dari media massa ataupun

yang lainnya, sehingga mahasiswa tersebut akan mempelajari segala sesuatu

yang berkaitan dengan guru dan bertindak sesuai dengan karakter seorang

guru.

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga merupakan satu-satunya

lembaga pendidikan Islam Negeri di Salatiga. Institut ini menjadi pilihan para

mahasiswa yang ingin memperdalam ilmu agama Islam. Sebagai perguruan

tinggi Islam, IAIN Salatiga mempunyai tugas mempersiapkan calon-calon guru

yang profesional. Melalui berbagai program studi kependidikan baik teori

maupun praktek yang ada diharapkan mampu mencetak calon-calon tenaga

5

di Indonesia terutama pendidikan agama Islam. Meskipun pada awalnya tidak

semua mahasiswa jurusan PAI berasal dari sekolah yang berbasis agama, ada

yang dari sekolah umum atau kejuruan. Maka dari itu, pasti ada beberapa

masalah dalam mempersiapkan diri untuk menjadi seorang guru, baik dari segi

afektif, kognitif, maupun psikomotoriknya juga dari faktor internal dan

eksternalnya. Untuk menyiapkan tenaga kependidikan yang profesional

tersebut, IAIN Salatiga menerjunkan mahasiswanya ke sekolah tertentu untuk

mengamati, mengenal, dan mempraktikan semua kompetensi yang diperlukan

bagi guru atau tenaga kependidikan. Pengalaman yang diperoleh diharapkan

dapat dipakai sebagai bekal untuk membentuk calon guru dan tenaga

kependidikan yang sadar akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai tenaga

profesional di bidang pendidikan.

PPL adalah mata kuliah praktik kependidikan dalam satu semester yang

berisi kegiatan-kegiatan praktek mengajar di sekolah, praktik administrasi

pendidikan, praktek manajemen sekolah, persiapan mengajar, pendalaman

metode mengajar, serta penguasaan kurikulum sekolah terbaru. Mahasiswa

praktikan diharapkan bisa menerapkan teori-teori yang telah diperoleh pada

semester-semester sebelumnya, agar memperoleh pengalaman dan ketrampilan

dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di sekolah (Tim Penyusun

Buku Pedoman PPL IAIN Salatiga, 2017: 6)

Kegiatan PPL untuk mahasiswa FTIK di IAIN Salatiga angkatan 2014

dilaksanakan selama 2 bulan dan diselenggarakan di sekolah latihan yang

6

baik tingkat SMP/MTs, SMA/SMK/MAN di kota Salatiga dan sekitarnya. Di

sekolah ini mahasiswa melaksanakan berbagai kegiatan, meliputi: kegiatan

observasi, praktik mengajar dan non mengajar seperti ikut berpartisipasi dalam

kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Mahasiswa harus bisa memposisikan

dirinya sebagai guru yang profesional karena mereka berhadapan langsung

dengan peserta didik. Dalam praktik mengajar hal-hal yang harus dilaksanakan

mahasiswa praktikan antara lain meliputi: membuat persiapan pembelajaran,

melaksanakan proses pembelajaran yang meliputi membuka pelajaran,

penyajian materi, ketrampilan bertanya, memotivasi belajar siswa,

menggunakan metode dan media pembelajaran, evaluasi serta menutup

pelajaran yang mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi serta membuat

rencana evaluasi pembelajaran. Kegiatan ini bisa menjadi salah satu wadah

agar mahasiswa mendapatkan pengalaman mengajar dan praktik-praktik dalam

dunia kependidikan sehingga bisa dijadikan sebagai bekal di masa depan ketika

sudah memasuki dunia kerja.

Seiring dengan perkembangan waktu, mahasiswa akan mengalami

masa-masa transisi, baik dari segi intelegensi, cita-cita maupun motivasi. Transisi

atau perubahan-perubahan tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi

segala aspek kehidupannya termasuk minat untuk menjadi guru.

Pengalaman-pengalaman yang didapat mahasiswa selama berada di sekolah latihan, baik

pengalaman praktik mengajar ataupun kegiatan kependidikan lainnya

diharapkan mampu menumbuhkan minat mahasiswa untuk menjadi guru.

7

dapat didorong oleh motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan

pengakuan, penghargaan dari lingkungan dimana ia berada.

Status masih dianggap sebagai suatu tolok ukur tingkat keberadaan dan

keberhasilan seseorang. Dengan memiliki status, seseorang dapat diterima

dengan baik dalam kehidupan sosial. Dalam menjalankan kehidupan sosial

bermasyarakat, pada umumnya guru dianggap memiliki status yang mulia dan

memiliki kedudukan yang lebih tinggi, sehingga mereka lebih disegani dan

dihormati. Setiap orang selalu ingin memiliki pengaruh terhadap orang lain dan

ingin mendapatkan adanya suatu pengakuan dan penghargaan dari orang lain.

Dengan adanya pengakuan dan penghargaan dari masyarakat, diharapkan dapat

menumbuhkan minat mahasiswa untuk menjadi guru.

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik ingin

mengetahui seberapa besar pengalaman PPL dan faktor motif sosial

berpengaruh terhadap minat menjadi guru pada mahasiswa PAI FTIK IAIN

Salatiga angkatan 2014. Peneliti memilih judul “PENGARUH

PENGALAMAN PPL DAN FAKTOR MOTIF SOSIAL TERHADAP MINAT

MENJADI GURU PADA MAHASISWA PAI FTIK IAIN SALATIGA

8 B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh pengalaman PPL terhadap minat menjadi guru

pada mahasiswa PAI FTIK IAIN Salatiga angkatan 2014?

2. Seberapa besar pengaruh faktor motif sosial terhadap minat menjadi guru

pada mahasiswa PAI FTIK IAIN Salatiga angkatan 2014?

3. Seberapa besar pengaruh pengalaman PPL dan faktor motif sosial terhadap

minat menjadi guru pada mahasiswa PAI FTIK IAIN Salatiga angkatan

2014?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai

berikut:

1. Mengetahui pengaruh pengalaman PPL terhadap minat menjadi guru pada

mahasiswa PAI FTIK IAIN Salatiga angkatan 2014.

2. Mengetahui pengaruh faktor motif sosial terhadap minat menjadi guru pada

mahasiswa PAI FTIK IAIN Salatiga angkatan 2014.

3. Mengetahui pengaruh pengalaman PPL dan faktor motif sosial terhadap

minat menjadi guru pada mahasiswa PAI FTIK IAIN Salatiga angkatan

9 D.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik ditinjau

dari segi teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian teoritis

yang bisa digunakan sebagai referensi, maupun sebagai pembanding pada

penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan

yang terkait dengan masalah yang diteliti, khusunya minat menjadi guru

pendidian agama Islam.

b. Bagi pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk dapat

menumbuhkan minat menjadi guru yang profesional dan bisa sebagai

referensi untuk penelitian selanjutnya.

c. Bagi instansi yang terkait

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bagian informasi dan

sumbangan pemikiran terhadap arah kebijakan, khususnya dalam bidang

pendidikan demi terwujudnya lulusan yang siap kerja.

10 E.Definisi Operasional

Agar diperoleh pengertian yang sama tentang istilah yang digunakan

dalam penelitian ini dan tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda dari

pembaca maka perlu adanya definisi operasional. Definisi operasional dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pengalaman PPL

PPL adalah mata kuliah praktik kependidikan dalam satu semester

yang berisi kegiatan-kegiatan praktek mengajar di sekolah, praktik

administrasi pendidikan, praktek manajemen sekolah, persiapan mengajar,

pendalaman metode mengajar, penguasaan kurikulum sekolah terbaru.

Mahasiswa praktikan diharapkan bisa menerapkan teori-teori yang telah

diperoleh pada semester-semester sebelumnya, agar memperoleh

pengalaman dan ketrampilan dalam penyelenggaraan pendidikan dan

pengajaran di sekolah (Pedoman PPL IAIN Salatiga, 2017: 6).

Pelaksanaan PPL mengacu pada undang-undang guru dan dosen

nomer 14 tahun 2005, khususnya yang berkenaan dengan empat kompetensi

guru, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

profesional dan kompetensi sosial.

Dalam penelitian ini pengalaman PPL yang dimaksud adalah

pengalaman yang diperoleh mahasiswa selama di sekolah latihan tempat ia

mengajar. Dengan mengikuti PPL mahasiswa akan semakin luwes dan

terampil dalam menyampaikan pelajaran kepada peserta didik dan memiliki

11

seorang guru, serta adanya perubahan sikap dan perilaku yang

mencerminkan sebagai seorang guru yang profesional. Pengalaman yang

didapat selama PPL merupakan salah satu unsur penting yang dapat

mempengaruhi minat mahasiswa untuk menjadi guru. Pengalaman yang

baik akan meningkatkan minat mahasiswa untuk menjadi guru. Hal ini

berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Crow & Crow dalam Abror (1993:

112) yang menyatakan bahwa minat adalah sesuatu yang berhubungan

dengan daya gerak yang mendorong seseorang cenderung atau merasa

tertarik pada orang, benda, kegiatan ataupun bisa berupa pengalaman yang

efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Minat bisa dimulai dari

kebiasaan yang sering dilakukan.

2. Faktor Motif Sosial

Motif adalah dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan. Motif

menunjuk hubungan sistematik antara suatu respon dengan keadaan

dorongan tertentu. Motif yang ada pada diri seseorang akan mewujudkan

suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan

(Ghufron dan Risnawita, 2012: 83).

Sedangkan faktor motif sosial merupakan faktor yang menunjukkan

kemampuan seseorang pada masyarakat, atau dengan kata lain nilai

seseorang dari sudut pandang orang-orang di lingkungan sekitanya

(Wijayanti, 2001: 367). Faktor motif sosial juga menjadi pertimbangan

seseorang dalam memilih karir dalam hal ini adalah profesi guru. Faktor

12

melakukan kegiatan sosial, kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain

dan lingkungannya.

Chaplin (1995) berpendapat bahwa penerimaan sosial adalah

pengakuan dan penghargaan terhadap nilai-nilai individual. Individu yang

mendapatkan penerimaan sosial akan merasa mendapatkan pengakuan dan

penghargaan dari individu lain atau kelompok secara utuh.

“Status sosial juga berpengaruh terhadap prestis dan wibawa guru, sejauh mana masyarakat menghargai dan menghormati guru” (Supriyadi,

1999: 34). Guru dalam menjalankan profesinya selalu berinteraksi dengan

masyarakat baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan tempat ia

tinggal. Prestis guru sangat penting karena hal ini berpengaruh terhadap

profesinya. Seorang guru memiliki prestis yang tinggi di lingkungan tempat

tinggalnya, ia memiliki wibawa sehingga lebih disegani dan dihormati oleh

lingkungannya. Kesempatan seorang guru dalam berhubungan baik dan

bekerjasama bergotongroyong dalam suatu kegiatan bersama dengan

masyarakat lebih besar.

Dari beberapa teori di atas bahwa yang dimaksud faktor motif sosial

dalam penelitian ini adalah faktor yang membuat seseorang menaruh minat

terhadap suatu aktivitas agar dapat diterima dan diakui oleh lingkungan

dimana seseorang berada, termasuk di dalamnya prestis, kepuasan pribadi,

kesempatan untuk melakukan kegiatan sosial, kesempatan untuk

berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya. Sehingga semakin tinggi

13

diharapkan minat mahasiswa untuk menjadi guru juga akan semakin tinggi.

Hal ini berdasarkan teori Crow dan Crow yang dikutip oleh Mahmud (2001:

56) yang menyatakan bahwa ada 3 faktor yang mempengaruhi minat

seseorang salah satunya faktor motif sosial yaitu kebutuhan untuk

mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari lingkungan masyarakat

dimana seseorang berada. Faktor ini menimbulkan sesorang menaruh minat

terhadap suatu aktifitas agar dapat diterima dan diakui oleh lingkungan

termasuk di dalamnya faktor status sosial, harga diri, prestis dan sebagainya.

3. Minat Menjadi Guru

Crow & Crow (dalam Abror, 1993: 112) mengatakan bahwa “minat

atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita

cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda atau kegiatan atau pun

bisa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu

sendiri”. Menurut Slameto (2010: 180) “minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”.

Sedangkan Menurut Winkel (1993: 30) “minat adalah kecenderungan yang

menetap sehingga subjek merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan

merasa senang berkecimpung di dalam bidang itu”. Suyanto (1983: 101) juga mendefinisikan “minat sebagai suatu pemusatan perhatian yang tidak

disengaja yang terlahir dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat

dan lingkungan”.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 377) “guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar”.

14

Menurut Sukmadinata (2004: 252) “guru adalah manusia yang memiliki kepribadian sebagai individu. Kepribadian guru, seperti halnya kepribadian

individu pada umumnya terdiri atas aspek jasmaniah, intelektual, sosial,

emosional, dan moral”. Sedangkan menurut Naim (2009: 1) “Guru adalah

sosok yang rela mencurahkan sebagian besar waktunya untuk mendidik dan

mengajar peserta didik, sementara penghargaan dari sisi material, misalnya

sangat jauh dari harapan”

Berdasarkan beberapa teori di atas maka dalam penelitian ini yang

dimaksud minat menjadi guru adalah ketertarikan seseorang terhadap

profesi guru yang ditunjukkan dengan adanya pemusatan pikiran, perasaan

senang dan perhatian yang lebih terhadap profesi guru. Minat Menjadi Guru

bisa dimulai dari pengetahuan dan informasi mengenai profesi guru,

perasaan senang dan ketertarikan terhadap profesi guru, perhatian yang lebih

besar terhadap profesi guru serta kemauan dan hasrat untuk menjadi guru.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusunan untuk

mempermudah jalan pikiran pembaca dalam memahami secara keseluruhan isi

skripsi. Ada tiga bagian utama yaitu bagian awal, bagian inti dan bagan akhir.

Bagian awal terdiri dari halaman sampul luar, lembar berlogo IAIN,

halaman sampul dalam, halaman persetujuan pembimbing, halaman

pengesahan kelulusan, halaman pernyataan keaslian penelitian, halaman motto

dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar

15

Bagian inti skripsi terdiri dari 5 bab. Bab I merupakan pendahuluan yang

berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, definisi operasional dan sistematika penulisan. Bab II merupakan

landasan teori yang berisi tentang telaah teoritik mengenai pengalaman PPL,

faktor motif sosial dan minat menjadi guru. Kajian penelitian terdahulu yang

relevan dan hipotesis penelitian. Bab III yaitu metode penelitian yang berisi

tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel,

variabel penelitian, instrumen penelitian, uji coba instrumen penelitian, metode

pengumpulan data dan teknik analisis data. Bab IV yakni deskripsi dan analisis

data, meliputi paparan data setiap varibel, analisis uji hipotesis dan

pembahasan hasil uji hipotesis. Bab V yakni penutup meliputi kesimpulan dan

saran-saran.

Bagian akhir pada skripsi ini meliputi daftar pustaka, lampiran dan

16

Dokumen terkait