• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman pada era globalisasi sangat berpengaruh terhadap pendidikan, sehingga terbitlah berbagai pandangan dan rancangan baru akan dunia pendidikan seperti “kurikulum”. Perubahan kurikulum sering terjadi dalam dunia pendidikan berdasarkan berbagai pandangan yang mengacu pada pendidikan agar dapat mencapai suatu tujuan pendidikan yang bermanfaat bagi peserta didik.

Menurut Sukmadinata (2009), peningkatkan kualitas pendidikan yang baik berpatokan pada empat pilar pendidikan yaitu learn to know, learn to do, learn to live

together, and learn to be. Pilar pertama dan kedua lebih diarahkan untuk sence of having

yaitu pendidikan lebih mendorong mengenai bagaimana terciptanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kualitas di bidang ilmu pengetahuan dan keterampilan agar dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup, sehingga mendorong sikap kreatif, inovatif, dan proaktif di tengah kehidupan masyarakat. Pilar ketiga dan keempat diarahkan untuk membentuk karakter bangsa atau sence of being, yaitu bagaimana harus terus-menerus belajar dan membentuk karakter yang memiliki integritas dan tanggung jawab serta memiliki komitmen untuk melayani sesama. Sence of being ini penting karena sikap dan perilaku seperti ini akan mendidik siswa untuk belajar saling memberi dan menerima serta belajar untuk menghargai dan menghormati perbedaan atas dasar kesetaraan dan toleransi.

Sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945, sudah beberapa kali mengalami perubahan kurikulum berturut-turut yaitu pada tahun 1947, tahun 1952, tahun 1964, tahun 1968, tahun 1975, tahun 1984, tahun 1994, dan tahun 2004, serta yang terbaru adalah kurikulum tahun

2006. Melihat pentingnya pendidikan bagi siswa, pemerintah berusaha untuk terus menguji bahkan mengganti kurikulum. Perubahan atau pengembangan kurikulum menunjukan bahwa pendidikan itu dianamis. Perubahan dan pengembangan Kurikulum 2013 tidak hanya perampingan mata pelajaran semata, akan tetapi harus mampu menjawab tantangan perubahan dan perkembangan zaman. Pengembangan Kurikulum 2013 selain untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang melekat pada kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 2006, juga bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa untuk menjadi lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan) apa yang diperoleh atau diketahui setelah siswa menerima materi pelajaran (Hidayat, 2013).

Namun, penerapan Kurikulum 2013 belum maksimal, karena masih kurangnya para pendidik yang belum memahami tata cara mengaplikasikan kurikulum tersebut, dan kurangnya sosialisasi terkait Kurikulum 2013. Hal ini seharusnya menjadi perhatian pemerintah agar Kurikulum 2013 dapat diterapkan dengan baik, sehingga proses pembelajaran dalam pendidikan menjadi efektif dan maksimal, serta dapat berjalan sesuai rencana untuk mencerdaskan anak bangsa. Dalam penerapannya, guru sebagai pendidik sangat berperan penting untuk mengaplikasikan kurikulum tersebut. untuk itu, diperlukan pemahaman yang mendalam dari para pelaksana dan yang berkepentingan dengan pendidikan, sehingga dalam perubahan kurikulum tidak terjadi kesalahpahaman, dan kesalahan dalam menafsirkan ide-ide baru yang digulirkan. Pemahaman tersebut akan menjadi bekal bagi para pelaksana dalam menyukseskan penerapan kurikulum, sehingga tujuannya dapat tercapai dengan optimal.

Istilah kurikulum itu sendiri berasal dari bahasa Latin, yakni “Curriculae”, yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Saat itu pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu, (Hamalik Oemar, 2007).

Menurut (dokumen Kurikulum, 2013) Perubahan dan pengembangan Kurikulum 2013 didasarkan pada beberapa prinsip yaitu:

1. Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan daftar mata pelajaran. Atas dasar prinsip tersebut maka kurikulum sebagai rencana adalah rancangan untuk konten pendidikan yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik setelah menyelesaikan pendidikannya di satu satuan atau jenjang pendidikan tertentu. Kurikulum sebagai proses adalah totalitas pengalaman belajar peserta didik di satu satuan atau jenjang pendidikan untuk menguasai konten pendidikan yang dirancang dalam rencana. Hasil belajar adalah perilaku peserta didik secara keseluruhan dalam menerapkan perolehannya di masyarakat.

2. Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun, maka standar kompetensi lulusan yang menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun. Selain itu sesuai dengan fungsi dan tujuan jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta fungsi dan tujuan dari masing-masing satuan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan maka pengembangan kurikulum

didasarkan pula atas standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta Standar Kompetensi satuan pendidikan.

3. Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk pengetahuan dikemas secara khusus dalam satu mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk sikap dan ketrampilan dikemas dalam setiap mata pelajaran dan bersifat lintas mata pelajaran dan diorganisasikan dengan memperhatikan prinsip penguatan (organisasi horizontal) dan keberlanjutan (organisasi vertikal) sehingga memenuhi prinsip akumulasi dalam pembelajaran.

4. Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kemampuan Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaedah kurikulum berbasis kompetensi.

5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat. Atas dasar prinsip perbedaan kemampuan individual peserta didik, kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memiliki tingkat penguasaan di atas standar yang telah ditentukan (dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan). Oleh karena itu beragam program dan pengalaman belajar disediakan sesuai dengan minat dan kemampuan awal peserta didik.

6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.

7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis. Oleh karena itu konten kurikulum harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni; membangun rasa ingin tahu dan kemampuan bagi peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat hasil-hasil ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pendidikan tidak boleh memisahkan peserta didik dari lingkungannya dan pengembangan kurikulum didasarkan kepada prinsip relevansi pendidikan dengan kebutuhan dan lingkungan hidup. Artinya, kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari permasalahan di lingkungan masyarakatnya sebagai konten kurikulum dan kesempatan untuk mengaplikasikan yang dipelajari di kelas dalam kehidupan di masyarakat.

9. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pemberdayaan peserta didik untuk belajar sepanjang hayat dirumuskan dalam sikap, keterampilan, dan pengetahuan dasar yang dapat digunakan untuk mengembangkan budaya belajar.

10.Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dikembangkan melalui penentuan struktur kurikulum, Standar Kemampuan (SK) dan Kemampuan Dasar (KD) serta silabus. Kepentingan daerah dikembangkan untuk membangun manusia yang tidak tercabut dari akar budayanya dan mampu berkontribusi langsung kepada masyarakat di sekitarnya. Kedua kepentingan ini

saling mengisi dan memberdayakan keragaman dan kebersatuan yang dinyatakan dalam Bhinneka Tunggal Ika untuk membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia.

11.Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekurangan yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik. Kekurangan tersebut harus segera diikuti dengan proses perbaikan terhadap kekurangan dalam aspek hasil belajar yang dimiliki seorang atau sekelompok peserta didik.

Dalam pengembangan dan pengimplementasian Kurikulum 2013 tidak terlepas dari pengembangan perangkat pembelajaran. Tujuan dari pengembangan perangkat pembelajaran adalah untuk memudahkan pendidik dalam mencapai tujuan pembelajaran atau dengan kata lain perangkat pembelajaran bertujuan untuk memberikan ruang kepada siswa selama proses pembelajaran. Dalam Kurikulum 2013, perangkat pembelajaran yang akan digunakan pendidik dalam proses belajar mengajar harus sesuai dengan tingkat kemampuan belajar peserta didik, serta penilaian yang akan digunakan harus bersifat menyeluruh (otentik) yakni pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang terintegrasi. Penilaian ini dimaksudkan agar pendidik lebih mudah mengetahui hasil yang dicapai peserta didik secara individual setelah mengikuti proses pembelajaran. Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya. Namun demikian, persoalan mengembangkan isi dan bahan pelajaran serta bagaimana cara belajar siswa bukanlah suatu proses yang sederhana, sebab menentukan isi atau muatan kurikulum harus berangkat dari visi, misi serta tujuan yang ingin dicapai; sedangkan menentukan tujuan erat kaitannya dengan persoalan system nilai dan kebutuhan masyarakat. Persoalan

inilah yang kemudian membawa kita pada persoalan menentukan hal-hal yang mendasar dalam proses pengembangan kurikulum yang kemudian kita namakan asas-asas atau landasan pengembangan kurikulum.

Seller dan Miller dalam Dakir. H (2004), mengemukakan bahwa proses pengembangan kurikulum adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terus menerus. Seller memandang bahwa pengembangan kurikulum harus dimulai dari menentukan orientasi kurikulum, yakni kebijakan-kebijakan umum dan hakikat anak didik, pandangan tentang keberhasilan implementasi kurikulum, dan lain sebagainya. Berdasarkan orientasi itu selanjutnya dikembangkan kurikulum menjadi pedoman pembelajaran, diimplementasikan dalam proses pembelajarana dan dievaluasi. Hasil evaluasi itulah kemudian dijadikan bahan dalam menentukan orientasi, begitu pula seterusnya hingga membentuk siklus.

Ada beberapa orientasi pengembangan kurikulum menurut Seller dan Miller dalam Dakir. H (2004) menyangkut enam aspek, yaitu:

1. Tujuan pendidikan menyangkut arah kegiatan pendidikan. Artinya, hendak dibawa kemana siswa yang kita didik itu.

2. Pandangan tentang anak: apakah anak dianggap sebagai organism yang aktif atau pasif.

3. Pandangan tentang proses pebelajaran: apakah proses pembelajaran itu dianggap sebagai proses transformasi ilmu pengetahuan atau mengubah perilaku anak.

4. Pandangan tentang lingkungan: apakah lingkungan belajar harus dikelola secara formal, atau secara bebas yang dapat memungkinkan anak bebas belajar.

5. Konsepsi tentang peranan guru: apakah guru harus berperan sebagai instruktur yang bersifat otoriter, atau guru dianggap sebagai fasilitator yang siap memberi bimbingan dan bantuan pada anak untuk belajar.

6. Evaluasi belajar: apakah mengukur keberhasilan ditentukan dengan tes atau notes.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan ibu S guru kelas 1 Sekolah Dasar Negeri Kalasan 1 Yogyakarta pada hari sabtu tanggal 17 bulan Mei pukul 10.00 WIB tahun 2014, mengatakan bahwa penerapan kurikulum 2013 belum secara maksimal dilakukan. Hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi dari dinas pendidikan tentang penerapan kurikulum terbaru tersebut. Kurangnya sosialisasi ini menyebabkan guru-guru di Sekolah Dasar Negeri Kalasan satu belum sepenuhnya (masih 80%) dalam memahami konsep penerapan Kurikulum 2013 khususnya pada penilaian otentik.

Penilaian otentik yang diterapkan dalam Kurikulum 2013 khususnya penilaian tes tertulis belum mengukur semua aspek yang ingin dinilai guru. Dalam penilaian tes tertulis yang terdapat dalam buku guru hanya tertulis aspek “terlihat dan belum terlihat”, sehingga mempersulit guru dalam melakukan penilaian dengan mengikuti petunjuk tersebut apalagi diikuti dengan jumlah siswa yang sangat banyak juga sangat berpengaruh terhadap penilaian yang akan dilakukan seperti penilaian aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa, tetapi contoh-contoh rubrik penilaian non tes sudah 90% baik dalam pelaksanaannya.

Selanjutnya ibu mengatakan, dalam Kurikulum 2013 perumusan indikator dan tujuan pembelajaran sudah ditentukan oleh pemerintah, tetapi guru sebagai pendidik

bukan hanya berpatokan pada indikator dan tujuan pembelajaran tersebut, akan tetapi meninjau kembali indikator dan tujuan pembelajaran yang sudah disediakan agar kegiatan pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa, serta tujuan akhir pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai dengan baik.

Kurikulum 2013 dengan konsep pendekatan saintifik meliputi langkah-langkah mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan adalah langkah-langkah yang dalam proses belajar mengajar tidak bisa dibolak-balik karena merupakan langkah-langkah yang menggunakan metode ilmiah, akan tetapi berdasarkan wawancara yang dilakukan bersama ibu U, mengatakan bahwa langkah-langkah dalam pendekatan saintifik tersebut dalam penerapannya tidak selamanya harus mengikuti alur atau proses ilmiah yang terpenting adalah siswa tersebut bisa memahami pelajaran yang diberikan.

Mengacu pada proses pembangunan kurikulum sebagai siklus seperti yang dikemukakan Seller dan Miller dalam buku Dakir. H (2004), maka tampak bahwa pengembangan kurikulum itu pada hakikatnya adalah pengembangan komponen-komponen yang membentuk sistem kurikulum itu sendiri serta pengembangan komponen-komponen pembelajaran sebagai implementasi kurikulum. Dengan demikian, maka pengembangan kurikulum memiliki dua sisi yang sama pentingnya, yaitu sisi kurikulum sebagai pedoman yang kemudian membentuk kurikulum tertulis (written curriculum atau

document curriculum) dan sisi kurikulum sebagai impelmentasi (curriculum implementation) yang tidak lain adalah sistem pembelajaran.

Proses pengembangan berbeda dengan perubahan dan pembinaan kurikulum. Perubahan kurikulum adalah kegiatan atau proses yang disengaja manakala berdasarkan hasil evaluasi ada salah satu atau beberapa komponen yang harus diperbaiki atau diubah;

sedangkan pembinaan adalah proses untuk mempertahankan dan menyempurnakan kurikulum yang sedang dilaksanakan. Dengan demikian, pengembangan menunjuk pada proses merancang dan pembinaan adalah implementasi dari hasil pengembangan. Oleh sebab itu, pengembangan dan pembinaan kurikulum merupakan dua kegiatan yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan, sebab apa artinya suatu rancangan kurikulum tanpa diimplementasikan. Justru makna suatu kurikulum akan dapat dirasakan manakala diimplementasikan, dan hasil implementasi itu selanjutnya akan memberikan masukan untuk penyempurnaan rancangan. Inilah pengembangan hakikat kurikulum yang membentuk siklus.

Selanjutnya, apa saja yang diperhatikan dalam proses pengembangan kurikulum? Yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum adalah isi atau muatan kurikulum itu sendiri. Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan isi pengembangan kurikulum, yaitu rentangan kegiatan, dan tujuan kelembagaan yang berhubungan dengan misi dan visi sekolah.

Tujuan dari perubahan kurikulum agar proses pendidikan menjadi lebih efektif dan terciptanya individu yang berkarakter dan bermoral, serta mampu mendorong terciptanya pendidikan yang berkualitas serta dapat menghasilkan sumber daya manusia dan pembangunan beretos kerja tinggi.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik dengan penelitian tentang Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengacu Kurikulum SD 2013 Pada Sub Tema Keberagaman Makhluk Hidup Di Lingkunganku Untuk Siswa Kelas IV SD, karena berdasarkan penelitian dan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa, guru masih mengalami kesulitan mengenai perangkat pembelajaran. Guru juga masih membutuhkan

contoh mengenai perangkat pembelajaran yang baik. Atas dasar tersebut, peneliti mencoba untuk mengembangkan perangkat pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013 yang sesuai dengan kesulitan yang dialami, guna membantu guru dan siswa dalam mengembangkan pembelajaran mengacu Kurikulum SD 2013 untuk kelas empar (IV) Sekolah Dasar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana prosedur pengembangan perangkat pembelajaran subtema Keberagaman

Mahkluk Hidup di Lingkunganku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar?

2. Bagaimana kualitas produk perangkat pembelajaran subtema Keberagaman Mahkluk Hidup di Lingkunganku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memaparkan prosedur pengembangan perangkat pembelajaran subtema

Keberagaman Mahkluk Hidup di Lingkunganku mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

2. Untuk mendeskripsikan kualitas produk prosedur perangkat pembelajaran subtema Keberagaman Mahkluk Hidup di Lingkunganku mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi mahasiswa

Penelitian ini memberikan pengalaman dan pengetahuan baru terutama dalam mengembangkan keterampilan untuk mengolah dan mengembangkan perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013 pada sub tema Keberagaman Mahkluk Hidup di Lingkunganku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

2. Bagi guru

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bahan ajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran mengacu Kurikulum 2013 pada sub tema Keberagaman Mahkluk Hidup di Lingkunganku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

3. Bagi siswa

Bahan ajar perangkat pembelajaran ini membantu siswa kelas IV Sekolah Dasar agar lebih mudah untuk memahami materi dalam melakukan pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013 pada sub tema Keberagaman Mahkluk Hidup di Lingkunganku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

4. Bagi sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi pada sekolah dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013 pada sub tema Keberagaman Mahkluk Hidup di Lingkunganku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. 5. Bagi Prodi PGSD

Penelitian pengembangan ini dapat menambah pustaka prodi PGSD Universitas Sanata Dharma terkait dengan pengembangan perangkat pembelajaran yang mengacu

Kurikulum 2013 pada sub tema Keberagaman Mahkluk Hidup di Lingkunganku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

E. Batasan Istilah

1. Pendidikan karakter

Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta didik untuk membina karakter agar menjadi pribadi yang lebih baik serta dapat menjadi pribadi yang berkualitas atau memiliki kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti sebagai individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak serta yang membedakan dengan individu lain, sehingga dapat dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya.

2. Pendekatan tematik integratif

Pendekatan tematik integratif adalah pendekatan dalam pembelajaran yang dilakukan secara terpadu dan terdapat keterkaitan antar bidang studi, antar konsep, antar pokok bahasan, antar tema bahkan antar topik melalui pengalaman langsung sehingga pembelajaran dapat bermakna bagi siswa.

3. Pendekatan saintifik

Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang menggunakan langkah-langkah pembelajaran secara ilmiah yaitu dengan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan dengan prinsip belajar dapat berasal dari mana saja dan kapan saja.

4. Penilaian otentik

Penilaian otentik merupakan suatu bentuk tugas yang menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara bermakna yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan.

5. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran adalah Rencana Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) beserta lampirannya yang terdiri dari bahan ajar/LKS, media pembelajaran, instrumen penilaian yang berupa soal dan kunci jawaban serta tugas dan rubrik penilaian.

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan 1. Komponen RPPTH yang disusun lengkap.

a) Identitas Sekolah

1) Nama Satuan Pendidikan 2) Kelas/ Semester

3) Identitas Tema/Subtema 4) Pembelajaran Ke-

5) Muatan Pelajaran Terkait 6) Alokasi Waktu

b) Kompetensi Inti

c) Kompetensi Dasar dan Indikator d) Tujuan Pembelajaran

f) Pendekatan dan Metode Pembelajaran g) Media, Alat dan Sumber Pembelajaran

h) Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran i) Penilaian.

j) Lampiran-lampiran

a. Rangkuman Materi Pembelajaran b. Media Pembelajaran

c. Penilaian Setiap Muatan Pelajaran d. Lembar Kerja Siswa (LKS) e. Soal Postes

2. RPPTH disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan pribadi siswa (intelektual, keterampilan, dan karakter) yang nampak dalam perumusan indikator dan tujuan pembelajaran yang dilihat pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

3. RPPTH disusun dengan pendekatan tematik integratif yakni untuk memadukan beberapa mata pelajaran, antar konsep, antar pokok bahasan, antar tema, dan antar topik.

4. RPPTH disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan pendekatan saintifik atau menggunakan langkah-langkah secara ilmiah dalam proses pembelajaran yaitu, tahap mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan.

5. Penilaian dalam RPPTH menggunakan penilaian otentik atau suatu penilaian yang berbentuk tugas yang menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara bermakna yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan.

16

Dokumen terkait