• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN

Bab 1 membahas delapan bagian pendahuluan dari penelitian ini, yaitu: latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk, dan definisi operasional. Bagian-bagian tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan serta mengembangkan potensi peserta didik sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No.20/2003). Menghasilkan peserta didik berkualitas yang memiliki kekuatan dan keterampilan seperti yang dijabarkan dalam UU No.20 tahun 2003 tersebut tidaklah mudah, diperlukan berbagai macam usaha untuk mencapai target itu, apalagi saat ini perkembangan jaman terus menalami perubahan dengan cepat.

Perubahan jaman dapat dilihat dengan maraknya penggunaan teknologi yang canggih dan modern. Teknologi canggih tidak hanya digunakan dalam bidang sosial dan ekonomi saja, namun juga digunakan dalam bidang pendidikan. Adanya kemajuan teknologi dalam dunia pendidikan tentunya akan ada dampak positif dan negatifnya. Apabila pemerintah tidak tanggap dengan perkembangan jaman yang cepat ini, maka semakin lama pendidikan di Indonesia akan semakin tertinggal. Hal ini dapat ditunjukkan berdasarkan hasil survei PISA (Programe For International Student Assesment) pada tahun 2009 yang menyatakan bahwa

Indonesia menempati peringkat 10 besar paling bawah dari 65 negara peserta PISA. Adapun kriteria penilaian tersebut mencakup kemampuan kognitif dan keahlian siswa membaca, matematika, dan sains. Hasil survei tersebut menunjukkan hampir semua siswa Indonesia ternyata cuma menguasai pelajaran sampai level 3 saja. Sementara banyak siswa negara maju maupun berkembang lainnya, menguasai pelajaran sampai level 4, 5, bahkan 6 (kemendignas.go.id/kemdigbud). Menyikapi hal tersebut, pemerintah melakukan berbagai cara agar pendidikan di Indonesia menjadi berkualitas dan dapat bersaing dengan negara lain yang lebih maju. Salah satu caranya adalah dengan mengganti kurikulum agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan jaman (Fadillah, 2014).

Kurikulum di Indonesia telah mengalami banyak perubahan, tercatat telah terjadi perubahan Kurikulum sebanyak sepuluh kali, mulai dari Kurikulum 1947 sampai dengan Kurikulum 2006 dan terakhir kali perubahan yang dilakukan adalah dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013. Perubahan kurikulum ini ditetapkan berdasarkan Permendikbud No.57 tahun 2014. Penetapan kurikulum baru ini menimbulkan polemik di masyarakat, ada yang mendukung dan ada juga yang menolak dengan alasan serta cara pandang mereka masing-masing. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh mengatakan bahwa orang-orang mempertanyakan Kurikulum 2013 karena adanya perbedaan cara pandang atau belum memahami secara utuh konsep kurikulum berbasis kompetensi yang menjadi dasar Kurikulum 2013 (Kompas, 7 Maret 2013).

Kurikulum 2013 yang baru ini menggunakan model pembelajaran tematik yang merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran ke dalam beberapa tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran (Mendikbud, 2013). Tema digunakan untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006). Adanya perubahan dalam kurikulum 2013 tentunya akan membuat perangkat-perangkat pembelajaran mengalami perubahan. Salah satu perangkat yang berubah adalah rencana pelaksanaan pembelajaran Harian (RPPH) yang merupakan perangkat pembelajaran paling penting dalam kegiatan pendidikan. Mulyasa (2008) mengatakan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran mencerminkan apa yang akan dilakukan oleh guru dalam memberikan kemudahan belajar siswa. Oleh sebab itu, guru harus dapat membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan baik agar proses belajar mengajar menjadi lebih efektif.

Kurikulum 2013 menekankan pada kreativitas pemahaman guru dalam membuat RPPH untuk memberikan siswa pembelajaran yang menarik. Faktor kurang optimalnya pemahaman guru tentang kurikulum yang diberlakukan maka dapat berdampak juga pada perolehan pemahaman siswa. Pemahaman yang siswa peroleh berasal dari kegiatan yang didapatkan dari proses pembelajaran guru dimana yang tertuang pada RPPH. Berbeda dari kurikulum KTSP, pada kurikulum 2013 untuk perangkat pembelajaran berupa RPPH guru menyusun sendiri sesuai dengan kebutuhan siswa di sekolah karena guru yang lebih tau akan kebutuhan siswa. Heru yang mengatakan “Kalau guru dianggap pemerintah tidak mampu membuat silabus dan perangkat mengajar lainnya bukan dibuatkan, tetapi

dilatih membuat" (Kompas, 11 April 2013). Pelatihan guru terkait implementasi kurikulum 2013 yang kurang optimal memungkinkan dapat menjadi kendala bagi guru untuk menyusun perangkat pembelajaran. Masalah di atas kemudian dijadikan penelitian lebih lanjut oleh peneliti terkait implementasi kurikulum 2013.

Analisis masalah yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan melakukan wawancara dengan Guru kelas I di lima Sekolah Dasar di Yogyakarta. Peneliti memilih guru kelas 1 karena pada saat melaksanakan kegiatan PPL banyak guru kelas 1 banyak bertanya kepada peneliti mengenai kurikulum 2013, sehingga peneliti tertarik untuk mendalami masalah pada guru kelas 1. Lima sekolah dasar dipilih melalui Focus Group Discussion (FGD). Kelima sekolah dasar tersebut adalah SDN SB, SDN J, SDN N, SDK G, dan SDK BJB yang telah menerapkan Kurikulum 2013. Kenyataan di lapangan menunjukkan masih ada beberapa kendala yang dihadapi guru dalam pengaplikasian Kurikulum 2013. Kendala yang dihadapi guru dapat dilihat dalam tabel 1.1 berikut ini.

Tabel 1.1.

Kendala guru kelas 1 terkait implementasi Kurikulum 2013

SDN SB SDN J SDN N SDK G SDK BJB Guru kelas I tidak membuat RPPH untuk mengajar Guru kelas 1 belum bisa membuat RPPH kurikulum 2013, masih terpaku dengan RPPH KTSP Guru kelas 1 meminta untuk dibuatkan RPPH kepada mahasiswa. Keterlambatan distribusi buku panduan dan minimnya sosialisasi tentang K13 Guru kelas 1 mengalami kesulitan dalam menyusun rubrik penilaian RPPH

Tabel 1.1 menunjukkan kendala yang dihadapi guru kelas I di lima Sekolah Dasar di Yogyakarta. Kesulitan guru terutama pada proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH), padahal perencanaan pembelajaran

menjadi hal yang penting sebab memuat kegiatan memilih, menetapkan,

mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan, serta didasarkan pada kondisi pembelajaran (Husamah&Yanur, 2013). Guru juga mengalami kesulitan dalam menyusun rubrik penilaian RPPH dan masih terpaku pada KTSP yang berbasis pembelajaran terpisah. Kendala lain yaitu keterlambatan buku pegangan guru dan siswa sehingga membuat guru kesulitan dalam menyusun RPPH. Kelima guru yang diwawancara oleh peneliti mengatakan bahwa sosialisasi tentang Kurikulum 2013 dirasa masih kurang sehingga guru masih banyak yang mengalami kebingungan. Kebingungan yang dialami ini bahkan membuat guru di SDN SB belum menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) ketika mengajar. Guru hanya terpaku pada materi yang ada pada buku tanpa ada persiapan yang cukup matang dalam mengajar.

Analisis masalah yang dilakukan oleh peneliti tidak hanya dilakukan dengan wawancara Guru kelas I, peneliti juga melakukan analisis dengan mewawancarai siswa kelas 1 di lima Sekolah Dasar di Yogyakarta. Hasil wawancara tersebut dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut ini.

Tabel 1.2

Masalah yang dialami siswa kelas 1 dalam pembelajaran

SDN SB SDN J SDN N SDK G SDK BJB Mengalami kebosanan ketika pembelajaran di kelas Ingin bermain dengan teman Tidak konsentrasi ketika pembelajaran karena banyak teman yang mengganggu Ingin belajar sambil bermain Mengalami kebingungan ketika pembelajaran di kelas

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa siswa mempunyai permasalahan ketika pembelajaran di kelas yaitu mengalami kebosanan, kebingungan, dan kurang konsentrasi. Permasalahan siswa tersebut dapat diatasi dengan memberikan metode permainan, hal tersebut sejalan dengan keinginan siswa yang diketahui dari wawancara yang mengungkapkan bahwa siswa ingin bermain dengan teman dan belajar sambil bermain. Semiawan (2002) berpendapat permainan merupakan alat bagi anak untuk menemukan apa yang belum diketahui dan melakukan apa yang belum dapat dilakukan sehingga anak belajar menjelajahi dunianya sendiri. Permainan akan membantu siswa untuk belajar menemukan apa yang diperoleh dari pengalamannya sendiri dalam lingkungannya, maka permainan merupakan cara yang tepat untuk diakomodasi dalam penyusunan RPPH. Kesimpulan dari kebutuhan siswa tersebut dapat dijadikan pengembangan dari permasalahan guru untuk menyusun RPPH berbasis permainan tradisional. Permasalahan yang ditemukan menunjukkan bahwa kebutuhan akan permainan diharapkan oleh siswa, sedangkan kebutuhan akan penyusunan RPPH diharapkan oleh guru.

Masalah yang muncul terkait dengan penerapan kurikulum 2013 memang cukup banyak. Peneliti menggali permasalahan yang dialami guru lebih dalam lagi dengan melakukan observasi dan dokumentasi. Observasi yang peneliti lakukan dengan cara melihat proses pembelajaran di kelas secara langsung. Hasil dari observasi yang telah dilakukan peneliti melihat bahwa guru masih mengalami kesulitan ketika menyampaikan pembelajaran. Saat pembelajaran berlangsung siswa tampak tidak antusias dalam kegiatan pembelajaran, hal tersebut dapat dilihat dari siswa yang sering bermain sendiri dan tidak menghiraukan pelajaran,

padahal dalam kurikulum 2013 siswa dituntut untuk lebih aktif. Peneliti menilai bahwa hal ini terjadi karena minimnya media pembelajaran yang digunakan oleh guru. Setelah melakukan observasi, peneliti kemudian melakukan dokumentasi untuk melihat kelengkapan perangkat pembelajaran yang digunakan oleh guru. Hasil dari dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti dapat diketahui bahwa guru belum memiliki perangkat pembelajaran yang lengkap, bahkan guru belum memiliki Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang merupakan hal terpenting dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Permendiknas No.81A Tahun 2014 menekankan bahwa seorang guru wajib membuat dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Guru dapat mengembangkan RPPH berdasarkan kemampuan peserta didik minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, serta kebutuhan dari peserta didik itu sendiri. Melihat dari permasalahan yang sudah dipaparkan di atas, guru dapat mengakomodasi kegiatan pada RPPH sesuai dengan minat, kebutuhan, dan latar belakang siswa. Guru dapat menggunakan permainan dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai kebutuhan dan minat siswa dengan menyisipkan kegiatan permainan dalam RPPH.

Permainan merupakan kegiatan yang menyenangkan yang dilakukan untuk kepentingan permainan itu sendiri (Santrock dalam Aulina, 2012). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), permainan berasal dari kata main, yang berarti kegiatan atau aktivitas yang dilakukan untuk menyenangkan hati (dengan alat-alat

tertentu atau tidak). Melalui permainan, anak akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya (Sujiono, 2010).

Melihat dari permasalahan yang diuraikan di atas, peneliti mencoba untuk membantu mengatasi masalah tersebut dengan membuat produk berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) 2013 berbasis permainan tradisional. Oleh karena itu, peneliti melakukan sebuah penelitian dengan judul “Penyusunan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) Berbasis Permainan tradisional Kelas 1 SD pada subtema”Gemar Menggambar”. Peneliti berharap

produk ini dapat bermanfaat bagi guru dan juga siswa dalam kegiatan pembelajaran kurikulum 2013.

1.2 Identifikasi Masalah

Peneliti mengidentifikasi beberapa masalah yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan kurikulum 2013, yaitu:

1.2.1 Guru mengalami kesulitan tentang pemahaman kurikulum 2013.

1.2.2 Guru kurang optimal dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.

1.2.3 Keterbatasan guru dalam mengatasi siswa yang masih dalam tahap ingin selalu bermain dan kurang dapat memusatkan perhatian ke dalam pembelajaran.

1.2.4 Guru mengalami kesulitan dalam hal penilaian yang terdapat pada Kurikulum 2013.

1.3 Batasan Masalah

Pembatasan masalah pada penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) ini dilakukan agar dapat terfokus pada pengembangan. Peneliti membatasi masalah pada :

1.3.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) akan dibatasi untuk kelas I, tema kegemaranku, subtema “Gemar menggambar”.

1.3.2 Permainan yang dipakai dalam pembelajaran dibatasi pada 3 pembelajaran. Pembelajaran 1 menggunakan permainan ular naga, pembelajaran 3 menggunakan permainan gobak sodor, dan pembelajaran 6 menggunakan permainan bentengan.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) berbasis permainan tradisional kelas I Sekolah Dasar subtema “Gemar Menggambar” ?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana model rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) berbasis permainan tradisional kelas I Sekolah Dasar subtema “Gemar Menggambar”.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) adalah sebagai berikut.

1.6.1 Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada guru dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode berbasis permainan.

1.6.2 Bagi Siswa

Penelitian ini dapat membantu siswa untuk meningkatkan pengalaman siswa dalam pembelajaran.

1.6.3 Bagi Sekolah

Dapat menambah referensi bagi sekolah dalam mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran harian berbasis permainan tradisional.

1.6.4 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai pedoman atau referensi dalam melaksanakan proses pembelajaran jika kelak peneliti sudah menjadi seorang guru.

1.6.5 Bagi Prodi PGSD

Menambah bahan pustaka prodi PGSD Universitas Sanata Dharma terkait dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis permainan tradisional.

1.7 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Adapun spesifikasi produk yang dikembangkan peneliti meliputi:

1.7.1 Perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) pada subtema “Gemar Menggambar” sebanyak 6 pembelajaran.

1.7.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) disusun berdasarkan kurikulum 2013.

1.7.3 Indikator pembelajaran pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) disusun dengan menggunakan kata kerja operasional.

1.7.4 Tujuan pembelajaran pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) memuat unsure A,B,C,D (Audience, Behavior, Condition,

Degree).

1.7.5 Penelitian ini mengembangkan produk berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) berbasis permainan tradisional yang mengakomodasikan 3 permainan pada pembelajaran 1 dengan permainan ular naga, pembelajaran 3 dengan permainan gobak sodor, dan pembelajaran 3 dengan permainan bentengan.

1.7.6 Produk yang dikembangkan bertujuan untuk memfasilitasi guru agar mudah dalam mendesain perangkat pembelajaran kurikulum 2013, khususnya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) berbasis permainan tradisional.

1.7.7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) disusun dengan menggunakan pendekatan tematik integratif, saintifik, dan pendidikan karakter dalam prosesnya.

1.7.8 Produk yang dikembangkan memuat proses ilmiah 5M (mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengomunikasikan) sebagai ciri dari pendekatan saintifik.

1.7.9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) menggunakan model pembelajaran cooperative learning dan contextual learning.

1.7.10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang disusun berdasarkan teori konstruktivisme, teori Vygotsky, dan teori Piaget. 1.7.11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) menggunakan

Bahasa Indonesia sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

1.8 Definisi Operasional

Definisi istilah yang perlu dijelaskan dalam penyusunan desain RPPH berbasis permainan tradisional kelas 1 sekolah dasar pada subtema “Gemar Menggambar” adalah:

1.8.1 Desain pembelajaran merupakan suatu rancangan terhadap proses belajar mengajar yang menuntun pembelajaran agar tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai.

1.8.2 Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang dirancang oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia dengan menggunakan pendekatan tematik integratif dan pendekatan saintifik.

1.8.3 Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang menggunakan metode ilmiah dalam kegiatan pembelajaran. Metode ini memuat kegiatan 5M di dalamnya yaitu menanya, mengamati, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan.

1.8.4 Pendekatan tematik terpadu adalah pendekatan yang menghubungkan antara pembelajaran satu dengan pembelajaran lainnya, sehingga saling terkait satu sama lain.

1.8.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) adalah rencana pembelajaran yang disusun dan digunakan setiap hari dalam proses pembelajaran.

1.8.6 Permainan tradisional adalah kegiatan yang menyenangkan yang di dalamnya terdapat kekayaan bangsa yang mempunyai nilai-nilai luhur untuk dapat diwariskan kepada anak-anak sebagai generasi penerus.

1.8.7 Tema kegemaranku merupakan tema kedua dari empat tema yang terdapat dalam semester satu kelas satu sekolah dasar.

1.8.8 Subtema “Gemar Menggambar” merupakan subtema ketiga dari empat tema yang terdapat pada tema kegemaranku. Subtema ini menggunakan topik gemar menggambar yang dihubungkan dengan materi muatan pelajaran.

14

Dokumen terkait