• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendapatan Asli Daerah

Bab V Kesimpulan dan Rekomendas

PENGATURAN HUBUNGAN ANTARA PUSAT DAN DAERAH

C. Hubungan Keuangan

1. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah; hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan lain-lain PAD yang sah.266 Walaupun daerah diberikan kewenangan untuk meningkatkan PAD, namun daerah dilarang menetapkan peraturan daerah (Perda) tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi, dan menetapkan Perda tentang pendapatan yang menghambat mobilitas

264

Lihat Pasal 6 ayat (1) huruf a UU No.22 Tahun 1999.

265

Dalam UU No. 33 Tahun 2004, PPh tertentu juga menjadi DBH, sementara dalam UU No. 25 Tahun 2002, PPh tidak dijadikan pajak yang dibagi ke daerah.

266

penduduk, lalu lintas barang dan jasa antardaerah, dan kegiatan impor/ekspor.267

Dalam UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan UU yang penting di bidang ini, karena menggantikan UU sebelumnya yang telah berlaku dalam waktu yang cukup lama (Undang- Undang Nomor 11 Drt. Tahun 1957 tentang Peraturan umum Pajak Daerah dan Undang-Undang Nomor 12 Drt. Tahun 1957 tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah).

UU No. 18 Tahun 1997 mengatur kewenangan daerah untuk memungut 3 pajak daerah untuk provinsi, 7 pajak daerah untuk kabupaten/ kota, dan 3 golongan retribusi daerah.268 Dalam PP No. 20 Tahun 1997, ditentukan 11 jenis dari golongan retribusi jasa umum, 12 jenis untuk golongan retribusi jasa usaha, dan 6 jenis golongan retribusi perizinan tertentu.

Setelah berlakunya UU No. 22 Tahun 1999, UU N0.18 Tahun 1997 diubah untuk disesuikan, dan lahirlah perubahan pertama dari UU tersebut (UU No. 34 Tahun 2000). UU No. 34 Tahun 2000 menambahkan 1 jenis pajak daerah untuk provinsi dan 1 jenis untuk pajak daerah kabupaten/ kota. Sementara itu, pengaturan mengenai retribusi daerah diatur dalam PP No.66 Tahun 2001 (menggantikan PP No. 20 Tahun 1997) dan ditentukan 10 jenis dari golongan jasa retribusi umum, 13 jenis untuk golongan retribusi jasa usaha, dan 4 jenis golongan retribusi perizinan tertentu yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah.

UU No. 18 Tahun 1997 dan UU No. 34 Tahun 2000 sama-sama mengatur bahwa selain jenis pajak daerah yang telah ditentukan dapat ditambahkan jenis pajak daerah lain berdasarkan kriteria yang ditentukan UU tersebut (sistem terbuka). Perbedaannya, UU No 18 Tahun 1997 mengatur

267

Pasal 7 UU No. 33 Tahun 2004.

268

UU No.18 Tahun 1997 tidak mengatur jenis-jenis retribusi daerah seperti halnya pajak daerah. Jenis-jenis retribusi daerah ditentukan dalam Peraturan Pemerintah, yaitu Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1997.

bahwa penambahan jenis pajak daerah tersebut ditetapkan dalam PP269, sementara dalam UU No. 34 Tahun 2000, penambahan tersebut ditetapkan dengan peraturan daerah.270

Dalam hal retribusi daerah, PP No. 20 Tahun 1997 tidak memberikan kewenangan kepada daerah untuk menetapkan jenis retribusi lain selain yang ditetapkan dalam PP tersebut (sistem tertutup). Sementara itu, PP No.66 Tahun 2001 menentukan bahwa daerah dapat mengatur jenis retribusi daerah selain yang ditentukan dalam kedua PP tersebut dengan kriteria yang ditentukan dalam UU No. 34 Tahun 2000 (sistem terbuka). Penambahan jenis retribusi daerah ditetapkan dalam bentuk Perda.

Perbedaan pengaturan di atas mencerminkan bahwa UU No. 18 Tahun 1997 dan PP No. 20 Tahun 1997 memberikan kewenangan untuk menambahkan jenis-jenis pajak daerah dan retribusi daerah kepada pemerintah pusat, sementara UU No. 34 Tahun 2000 dan PP No. 66 Tahun 2001, memberikan kewenangan tersebut kepada pemerintahan daerah. Dengan demikian, ketentuan dalam UU No. 34 Tahun 2000 dan PP No. 66 Tahun 2001, memberikan otonomi yang lebih luas dibandingkan UU No. 18 Tahun 1997 dan PP No. 20 Tahun 1997 dalam menentukan jenis-jenis pajak daerah dan retribusi daerah.

Menggantikan UU sebelumnya, UU No. 28 Tahun 2009 mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2010.271 Berbeda dengan dengan UU No. 18 Tahun 1997 dan perubahan pertamanya (UU No. 34 Tahun 2000), UU No. 28 Tahun 2009, mengatur jenis pajak daerah sistem daftar tertutup272. Artinya, daerah tidak dapat memungut pajak daerah selain yang ditentukan dalam UU tersebut.

269

Lihat Pasal 2 ayat (3) UU No. 18 Tahun 1997.

270

Lihat Pasal 2 ayat (4) UU No. 34 Tahun 2000.

271

Lihat Pasal 185 UU No. 28 Tahun 2009.

272

Menteri Keuangan sekaligus Pelaksana Jabatan Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Selasa (4/8) mengatakan: ”Sistem yang ditetapkan bersifat daftar tertutup, artinya daerah hanya diperbolehkan memungut pajak dan retribusi sesuai undang- undang ini sehingga tidak ada lagi daerah yang perlu mengubah, mencari, atau berkreasi yang tidak baik dalam arti mencari-cari penghasilan asli daerah,” “Pajak Daerah Dibatasi,

UU No. 28 Tahun 2009 juga menambahkan jenis pajak daerah baru, masing –masing 1 untuk provinsi (pajak rokok) dan 3 untuk kabupaten/ kota (pajak sarang burung wallet, PBB pedesan dan perkotaan serta BPHTB).273 Sebelumnya, semua PBB, termasuk PBB pedesaan dan perkotaan menjadi kewenangan pusat, BPHTB. Walaupun tidak semua jenis PBB diberikan kewenangan kepada daerah, namun hal ini merupakan satu kemajuan dalam hal kewenangan daerah memungut pajak. Padahal jika dibandingkan dengan negara-negara asia tenggara lainnya, seperti Filipina, Thailand, Malaysia PBB atau secara umum dikenal sebagai property tax sudah diberikan kewenangannya kepada daerah sejak lama.274

Pungutan atas usaha rokok sebelumnya, hanya dikenal pungutan cukai rokok, sementara dalam UU No. 28 Tahun 2009, selain cukai rokok yang menjadi kewenangan provinsi, cukai rokok pun tetap diberlakukan dan tetap menjadi kewenangan pemerintah pusat. Pajak rokok sebagai pajak daerah baru ditentukan untuk dipungut instansi pemerintah yang berwenang memungut cukai bersamaan pungutan cukai rokok.275 Pajak rokok ini baru berlaku 1 Januari 2014.276

Dasar pengenaan pajak rokok adalah cukai rokok yang ditetapkan pemetintah terhadap rokok dan tarif pajak rokok ditentukan sebesar 10% dari cukai rokok.277 Hasil penerimaan pajak tersebut juga merupakan objek pembagian antara kabupaten/ kota dan provinsi. Hasil penerimaan pajak tersebut sebesar 70% dialokasikan untuk kabupaten/kota278, sehingga provinsi menerima sisanya (30%). Sementara itu, pajak sarang burung walet

Pelayanan kepada Masyarakat Wajib Ditingkatkan”, Kompas, Rabu, 5 Agustus 2009, diakses dari http://koran.kompas.com/read/xml/2009/08/05/04112298/pajak.daerah.dibatasi.

273

Ibid.

274

Filipina memberikan kewenangan kepada daerah untuk memungut the real property tax sejak diundangkannya Local Government Act 1959, sementara Thailand memberikan kewenangan kepada daerah untuk memungut a single property based tax (1999). Malaysia juga memberikan kewenangan yang sama kepada daerah (berupa property tax) sejak diundangkannya Local Government Act 1976 (Act No. 171). Lihat, Larry Schroeder, “Fiscal Decentralization in South East Asia”, Journal of Public Budgeting, Accounting & Financial

Management, Vol. 15 No. 3, Academic Press, 2003, hlm. 392, 393, 402, 405.

275

Pasal 27 ayat (3) UU No. 28 Tahun 2009.

276

Pasal 181 UU No. 28 Tahun 2009.

277

Lihat Pasal 28 dan Pasal 29 UU No. 28 Tahun 2009.

278

merupakan pajak daerah yang dipungut bagi daerah-daerah yang memiliki sumber daya tersebut dengan tarif maksimal 10 %.279

Selain penambahan jenis pajak baru, UU No. 28 Tahun 2009 juga mengubah beberapa pengaturan pajak daerah yang sebelumnya telah ada dalam UU sebelumnya. Pertama, pajak kendaraan bermotor menggunakan tarif pajak progresif untuk kepemilikan kendaraan kedua dan seterusnya dengan tarif 2% sampai maksimal 10% di mana ketentuan progresivitasnya ditentukan oleh Perda provinsi, kepemilikan pertama ditetapkan tariff minimal 1% dan maksimal 2%.280 Kedua, tarif pajak bahan bakar kendaraan bermotor ditetapkan maksimal 10%281, namun tarif pajak untuk kendaraan umum dapat ditentukan 50% lebih rendah dari tarif kendaraan pribadi.282 Bila terjadi kenaikan harga tinggi atas BBM, pemerintah pusat dapat mengubah besaran tarif Perda melalui Perpres.283 Ketiga, Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan yang semula merupakan kewenangan Provinsi, digantikan istilahnya dengan pajak pengambilan dan pemanfatan air tanah dan air permukaan. Tidak sekedar menggantikan nomenklatur, UU tersebut juga menentukan bahwa pajak air tanah menjadi pajak daerah kabupaten/kota, sementara pajak air permukaan menjadi pajak daerah provinsi,284 dan air permukaan yang hanya di satu kabupaten/kota berlaku aturan khusus.285 Keempat, ada beberapa jenis pajak daerah yang sudah ada, basis pajaknya (tax base) diperluas, yaitu, Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor diperluas hingga mencakup kendaraan Pemerintah,286 Pajak Hotel diperluas hingga

279

Pasal 75 ayat (1) UU No. 28 Tahun 2009.

280

Pasal 6 ayat (1) UU No. 28 Tahun 2009.

281

Pasal19 ayat(1) UU No. 28 Tahun 2009.

282

Pasal19 ayat(2) UU No. 28 Tahun 2009.

283

Pasal19 ayat(3) UU No. 28 Tahun 2009.

284

Lihat Pasal 2 ayat(1) huruf d, dan Pasal 2 ayat (2) huruf h UU No. 28 Tahun 2009.

285

Hasil penerimaan Pajak Air Permukaan diserahkan kepada kabupaten/kota yang bersangkutan sebesar 80% (delapan puluh persen). Lihat Pasal 94 ayat (2) UU No. 28 Tahun 2009.

286

Tarif pajak Kendaraan pemerintah (termasuk TNI/POLRI, dan Pemerintah Daerah) bersama Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, dan kendaraan lain yang ditetapkan dengan

mencakup seluruh persewaan di hotel,287 Pajak Restoran diperluas hingga mencakup pelayanan katering,288 tarif Pajak Hiburan untuk hiburan – hiburan tertentu dinaikkan hingga mencapai tariff maksimal 75%.289 Kelima, ada beberapa jenis pajak yang hasil penerimaan ditentukan penggunaannya, yaitu Pajak Kendaraan Bermotor (minimal 10% dari hasi penerimaan pajak ini untuk belanja infrastruktur jalan (pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan) serta peningkatan moda dan sarana transportasi umum di daerahnya)290; Pajak Rokok, baik bagian provinsi maupun bagian kabupaten/kota, dialokasikan paling sedikit 50% (lima puluh persen) untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang291; dan Pajak Penerangan Jalan juga sebagian dialokasikan untuk penyediaan penerangan jalan.292

2. Dana Perimbangan