• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

2. Pendapatan Per Kapita

Perdapatan per kapita dapat dijadikan indikator guna melihat keberhasilan pembangunan perekonomian di suatu wilayah. Pendapatan per kapita Kecamatan Baureno tersaji pada Tabel berikut :

Tabel 15. Pendapatan Per Kapita Kecamatan Baureno Tahun 2008 Atas Dasar Harga Konstan 2000

Uraian 2008

PDRB (Rupiah)

Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa) PDRB Per Kapita (Rupiah)

248.125.740.000,00 82.018,00 3.025.260,00 Sumber : BPS Kecamatan Baureno, 2009

Pendapatan per kapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan per kapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara/wilayah dengan jumlah penduduk negara/wilayah tersebut. Pendapatan per kapita juga merefleksikan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) per kapita. Pendapatan per kapita sering digunakan sebagai tolok ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara. Semakin besar pendapatan per kapitanya semakin makmur negara tersebut. Berdasarkan Tabel 15. dapat diketahui bahwa pendapatan per kapita penduduk 2008 atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp 3.025.260/tahun sehingga pendapatan perkapita/bulan adalah Rp. 252.105. Pendapatan perkapita ini termasuk dalam klasifikasi diatas garis kemiskinan (Susenas, 2008). Kategori penduduk di Kecamatan Baureno termasuk dalam kategori di atas garis kemiskinan. Namun walaupun termasuk dalam kategori diatas garis kemiskinan, selisih antara batas miskin yang ditetapkan oleh Susenas tahun 2008 dengan pendapatan perkapita tidak signifikan, dengan selisih berkisar Rp. 69.469. Tidak signifikannya selisih antara keduanya dikarenakan banyaknya masyarakat yang bekerja sebagai petani dan

commit to user

buruh tani yang berpenghasilan rendah. Hal itu disebabkan kondisi wilayah Kecamatan Baureno yang rawan banjir, sehingga mengakibatkan rendahnya pendapatan petani karena tingginya resiko gagal panen.

D. KeadaanSarana Perekonomian

Pelaksanaan kegiatan perekonomian tentu saja tidak lepas dari dukungan sarana perekonomian daerah itu sendiri begitu pula dengan Kecamatan Baureno. Dengan adanya sarana perekonomian diharapkan roda perekonomian di Kecamatan Baureno dapat berjalan dengan lancar. Sarana perekonomian di Kecamatan Baureno dapat terlihat pada Tabel 16 sebagai berikut:

Tabel 16. Sarana perekonomian di Kecamatan Baureno Tahun 2007

Sarana Perekonomian 2007 1. Perseroan Terbatas (PT) 2. Koperasi 3. CV 4. Firma 5. Perorangan 0 0 1 0 8 Jumlah 9

Sumber: BPS Kabupaten Bojonegoro, 2008

Berdasarkan Tabel 16.dapat diketahui bahwa sarana perekonomian terbanyak di Kecamatan Baureno adalah usaha perorangan yang berjumlah 8. Usaha perorangan ini meliputi usaha toko, warung, pengolahan komoditi pertanian skala rumah tangga. Masyarakat memilih usaha perseorangan dikarenakan usaha ini tidak membutuhkan modal yang terlalu besar kemudian tata usahanya dapat dikelola secara sendiri. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa peran koperasi sebagai sarana perekonomian rakyat tidak berjalan dengan baik. Bahkan di Kecamatan Baureno tidak terdapat koperasi.

Kelancaran sarana perekonomian di Kecamatan Baureno juga harus didukung dengan infrastruktur penunjang seperti jalan. Jalan sebagai sarana penghubung merupakan faktor penting yang harus diperhatikan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 17. sebagai berikut:

commit to user

Tabel 17. Kondisi Jalan di Kabupaten Bojonegoro tahun 2005-2007 (km)

Uraian 2005 2006 2007 1.Panjang jalan a. Baik b. Sedang c. Rusak ringan d. Rusak berat 2.Permukaan jalan a. Aspal b. Makadam c. Tanah 319,81 77,97 96,82 133,25 526,15 87,20 14,50 270,68 92,77 129,16 135,25 526,15 87,20 14,50 290,55 96,72 96,03 144,55 517,35 76,00 14,50 Sumber: BPS Kabupaten Bojonegoro, 2008

Berdasarkan Tabel 18.dapat diketahui bahwa terjadi penurunan panjang jalan dengan kualitas baik dari tahun 2005 hingga tahun 2007. Sedangkan untuk jalan dengan kualitas rusak berat malah mengalami kenaikan dari tahun 2005 sepanjang 133,25 km menjadi 144,55 km di tahun 2007. Hal ini mengindikasikan bahwa infrastruktur jalan membutuhkan perbaikan. Permukaan jalan sudah didominasi dengan permukaan aspal, namun jumlahnya menurun di tahun 2007 karena banyaknya kerusakan jalan.

E. Keadaan Sektor Pertanian

Sektor pertanian di Kecamatan Baureno ditunjang oleh lima subsektor, yaitu subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan, dan subsektor perikanan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2007-2008 atas dasar harga konstan tahun 2000 di Kecamatan Baureno pada sektor pertanian disajikan pada Tabel 18.

commit to user

Tabel 18. PDRB Subsektor Pertanian Kecamatan Baureno Tahun 2007-2008 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Jutaan Rupiah)

Sumber : Analisis Data Sekunder, 2010

Berdasarkan Tabel 18. dapat diketahui terdapat tiga subsektor terbesar yang memberikan dukungan terhadap sektor pertanian, yaitu subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan dan subsektor peternakan. Kontribusi terbesar diberikan oleh subsektor tanaman bahan makanan walaupun terjadi penurunan kontribusi di tahun 2008.

Adapun produksi komoditi pertanian (tanaman bahan makanan, komoditi perkebunan dan komoditi peternakan) yang dihasilkan di Kecamatan Baureno pada tahun 2007-2008 secara lebih rinci disajikan pada Tabel 19. sebagai berikut.

Tabel 19. Produksi Komoditi Pertanian (Tanaman Bahan Makanan, Komoditi Perkebunan) di Kecamatan Baureno Tahun 2007 – 2008

Komoditi Pertanian Produksi (Ton)

2007 2008 Padi 39.134,79 36.259,87 Jagung 3.068,73 3.677,12 Ubi Kayu 443,00 747,60 Kedelai 263,25 381,80 Kacang Hijau 1.515,31 199,65 Mangga 810,10 282,10 Pisang 19.975,00 58.900,00 Kelapa 55,00 55,00 Kapuk Randu 1,00 1,00 Tembakau Virginia 1.562,00 893,00

Sumber : Analisis Data Sekunder, 2010

Berdasarkan Tabel 19 di atas, dapat diketahui bahwa komoditi pisang merupakan tanaman yang mempunyai jumlah peningkatan produksi yang sangat tinggi. Dimana pada tahun 2007 produksi sebesar 19.975 ton dan

Subsektor Pertanian Tahun

2007 2008

Tanaman Bahan Makanan 54.877,59 53.797,18

Perkebunan 6.019,82 6.764,28

Peternakan 8.364,99 11.781,46

Kehutanan 1.595,99 2.113,40

Perikanan 597,84 664,06

commit to user

ditahun 2008 meningkat menjadi 58.900 ton. Peningkatan ini dikarenakan tanaman pisang merupakan tanaman alternatif yang tahan terhadap banjir. Karakteristik wilayah Kecamatan Baureno yang merupakan daerah rawan banjir mengakibatkan timbulnya kebutuhan masyarakat terhadap tanaman alternatif yang tahan banjir. Komoditi pisang merupakan tanaman alternatif yang sesuai apabila di budidayakan di lahan sekitar aliran sungai atau bantaran sungai.

Penurunan produksi terbesar terjadi pada komoditi kacang hijau. Kacang hijau yang rentan terhadap banjir mengalami penurunan produksi, dimana pada tahun 2007 produksi sebesar 1.515,31 ton dan menurun menjadi 199,65 ton di tahun 2008. Hal ini pula menunjukkan bahwa besarnya dampak banjir pada besarnya produksi komoditi pertanian yang tidak tahan banjir.

Selain komoditi tanaman bahan makanan dan komoditi perkebunan, juga terdapat komoditi peternakan yang merupakan subsektor terbesar ketiga yang mendukung sektor pertanian. Besarnya produksi peternakan di Kecamatan Baureno dapat dilihat pada Tabel 20 berikut ini:

Tabel 20. Produksi Komoditi Pertanian (Peternakan) di Kecamatan Baureno Tahun 2007-2008 (Ekor)

Komoditi Peternakan Produksi

2007 2008 1.Sapi 2.Kambing 3.Domba 4.Ayam Buras 5.Ayam Ras 2.182 6.090 845 65.372 31.700 1.831 3.183 678 89.509 17.264 Sumber : BPS Kabupaten Bojonegoro, 2009

Berdasarkan Tabel 20. dapat diketahui bahwa peningkatan produksi hanya terjadi pada komoditi ayam buras. Hal ini dikarenakan komoditi ayam buras mudah untuk di budidayakan dan mudah untuk dijual. Bahkan kebanyakan ayam buras di Kecamatan Baureno dibudidayakan secara liar sehingga ada penurunan biaya pada pakan ayam buras. Peningkatan ini terlihat pada jumlah produksi pada tahun 2007 sebanyak 65.372 ekor dan

commit to user

meningkat menjadi 89.509 ekor ditahun 2008. Selain komoditi ayam buras, empat komoditi lainnya mengalami penurunan produksi. Pada komoditi sapi pada tahun 2007 memiliki produksi sebanyak 2.182 ekor dan menurun menjadi 1.813 ekor di tahun 2008. Pada komoditi kambing pada tahun 2007 memiliki produksi sebanyak 6.090 ekor dan menurun menjadi 3.183 ekor di tahun 2008. Pada komoditi domba pada tahun 2007 produksi sebanyak 845 ekor kemudian menurun menjadi 678 ekor ditahun 2008. Pada komoditi ayam ras produksi pada tahun 2007 sebanyak 31.700 ekor dan menurun menjadi 17.264 ekor di tahun 2008. Kecenderungan penurunan produksi yang terjadi ini disebabkan karena kecilnya modal usaha yang dimiliki oleh petani. Usaha ternak sapi, kambing, domba dan ayam ras membutuhkan sistem penanganan yang intensif, sehingga biaya produksi yang dikeluarkan menjadi besar. Ketidaktersediaan modal ini mengakibatkan petani hanya melakukan pemeliharaan yang minim, akibatnya kebutuhan ternak tidak terpenuhi dan dampaknya adalah penurunan produksi ternak.

commit to user