FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Pemanfaatan 3 : Sumber energ
B. IDENTIFIKASI FUNGSI TUJUAN
2. Pendekatan AHP
Penggunaan metode AHP dalam perumusan model fungsi optimasi bertujuan agar penerapan prioritas sasaran dengan cara pembobotan dapat dilakukan pada saat proses penghitungan nilai optimasi. Dengan kata lain, penggunaan nilai bobot hasil analisis AHP dapat membuat kriteria dan alternatif yang menjadi prioritas yang lebih tinggi akan memiliki peluang untuk terpilih (diterapkan) lebih besar daripada kriteria dan alternatif yang berada di prioritas yang lebih rendah.
Pada penelitian ini, yang menjadi kriteria adalah tujuan/sasaran dari optimalisasi pengolahan dan pemanfaatan limbah PKS, yaitu meminimalkan biaya pengolahan dan pemanfaatan, meminimalkan tingkat pencemaran lingkungan dan memaksimalkan keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan. Sedangkan yang
98 menjadi alternatif adalah masing-masing metode pengolahan limbah cair PKS dan TKKS. Kemudian, kriteria dan alternatif tersebut disusun menjadi suatu struktur hierarki AHP optimalisasi pengolahan dan pemanfaatan limbah PKS.
Struktur hierarki AHP optimalisasi pengolahan dan pemanfaatan limbah PKS yang dikembangkan terdiri lima elemen struktur hierarki pengolahan dan pemanfaatan limbah PKS yang optimal, yaitu elemen goal, tujuan, aktor, faktor dan alternatif. Berikut penjelasan elemen-elemen tersebut :
a. Goal, merupakan elemen yang menjadi tujuan/sasaran utama yang ingin dicapai, yaitu pengolahan dan pemanfaatan limbah PKS yang optimal
b. Tujuan, disebut juga kriteria yang menunjukkan kriteria-kriteria dari tujuan utama yang ingin dicapai. Komponen tujuan/kriteria terdiri dari tujuan/sasaran usaha optimalisasi pengolahan dan pemanfaatan limbah PKS yang telah dijelaskan pada tahap identifikasi fungsi tujuan pendekatan sumberdaya, yaitu teknologi pengolahan dan pemanfaatan yang ramah lingkungan, dengan biaya penerapan terjangkau dan dapat memberikan keuntungan.
c. Aktor, merupakan elemen yang terdiri dari para stakeholders atau pelaku dalam sistem penanganan limbah PKS, yaitu industri kelapa sawit, balai penelitian dan pengembangan (litbang) serta perguruan tinggi, pemerintah dan masyarakat.
d. Faktor, merupakan elemen yang terdiri dari hal-hal yang akan dipertimbangkan, khususnya oleh para pelaku sistem dalam menentukan alternatif metode yang akan diterapkan. Hal-hal yang dipertimbangkan meliputi :
Biaya pengolahan dan pemanfaatan
Komponen biaya akan lebih diperhatikan oleh pihak industri kelapa sawit. Biaya penerapan metode penanganan limbah PKS yang besarnya berbeda-beda akan disesuaikan dengan biaya penanganan yang dapat disediakan.
Proses pengolahan dan pemanfaatan
Proses pengolahan dan pemanfaatan mempertimbangkan pada operasional dari alternatif metode pengolahan limbah, yaitu lama (waktu) proses yang diperlukan, kemampuan sumber daya manusia yang diperlukan dan sulit tidaknya proses tersebut untuk diterapkan.
99 Komponen ini mempertimbangkan tingkat keuntungan yang akan diperoleh jika menerapkan alternatif metode pengolahan limbah PKS.
Kebijakan pemerintah
Komponen kebijakan pemerintah mempertimbangkan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah dan daerah dalam mengatur proses pengolahan dan pemanfaatan limbah PKS, terutama dalam hal penetapan baku mutu limbah cair PKS. Tiap alternatif metode pengolahan limbah PKS haruslah mampu menghasilkan kualitas limbah terolah yang sesuai baku mutu yang telah ditetapkan dan tidak menghasilkan limbah (dampak negatif) lain selama proses operasional pengolahan limbah.
Peluang pasar
Pada struktur hierarki pengolahan dan pemanfaatan limbah padat PKS, terdapat komponen tambahan yang dipertimbangkan yaitu peluang pasar. Peluang pasar perlu dipertimbangkan karena alternatif metode pengolahan limbah padat PKS dapat menghasilkan produk-produk yang memiliki pangsa pasar masing- masing.
e. Alternatif
Elemen alternatif terdiri dari metode-metode pengolahan limbah PKS yang dapat diterapkan. Untuk limbah cair PKS, metode pengolahan yang dapat diterapkan yaitu metode kolam stabilisasi, metode tangki anaerobik aerasi lanjut dan metode reaktor anaerobik unggun tetap (RANUT). Untuk limbah padat PKS, terdapat beberapa metode pengolahan yang dapat diterapkan, yaitu :
metode mulsa, dengan memanfaatkan TKKS sebagai mulsa di lahan perkebunan,
metode teknologi kompos, dengan mengolah TKKS menjadi kompos,
menggunakan TKKS dan serabut sebagai bahan dasar pembuatan papan partikel dan pulp,
menggunakan cangkang sebagai bahan dasar pembuatan arang aktif, memanfaatkan cangkang dan serabut sebagai bahan bakar boiler.
Untuk lebih jelasnya, struktur hierarki AHP optimalisasi pengolahan dan pemanfaatan limbah PKS disajikan pada Gambar 6.1 untuk limbah cair PKS dan
100 Gambar 6.2 untuk limbah padat PKS. Stuktur hierarki AHP tersebut akan dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan kuesioner AHP yang dapat dilihat pada Lampiran 1.
C. FORMULASI PERSAMAAN KENDALA-KENDALA
Pada perumusan model optimasi dengan goal programming, terdapat dua jenis persamaan kendala yang diformulasikan, yaitu kendala sasaran dan kendala pembatas. Kendala sasaran merupakan bentuk persamaan kendala yang pada perhitungannya diusahakan agar nilai ruas kirinya (berupa persamaan kendala) sama dengan nilai ruas kanannya (berupa nilai sasaran yang ingin dicapai). Kendala pembatas merupakan bentuk fungsi kendala yang menunjukkan nilai keterbatasan dari ketersediaan sumberdaya yang digunakan pada fungsi kendala sasaran.
1. Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
a. Pendekatan ketersediaan sumberdaya
Berdasarkan pendekatan ketersediaan sumberdaya, terdapat empat jenis sasaran yang ingin dicapai dengan masing-masing nilai sumberdaya yang menjadi kendala untuk mencapai sasaran tersebut. Berikut perumusan model kendala sasaran dan kendala pembatas dengan pendekatan ketersediaan sumberdaya : 1) Kendala sasaran biaya pengolahan limbah cair PKS
Biaya pengolahan limbah cair PKS adalah biaya yang digunakan untuk mengolah limbah cair PKS dengan metode pengolahan tertentu yang dilakukan di suatu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Biaya pengolahan limbah cair PKS ini meliputi biaya investasi untuk pendirian unit IPAL serta biaya operasional dan pemeliharaan IPAL tersebut. Besarnya biaya pengolahan ini akan menentukan metode pengolahan limbah cair PKS yang dapat diterapkan oleh pihak perusahaan yang disesuaikan dengan anggaran biaya perusahaan tersebut yang dialokasikan untuk pengolahan limbah cair PKS yang dihasilkannya.
Pada perumusan model kendala sasaran ini, biaya pengolahan yang diperhitungkan dibagi menjadi dua macam, pertama yaitu biaya pengolahan yang dibutuhkan untuk operasional pengolahan pendahuluan dan pengolahan utama secara anaerobik, kedua yaitu biaya pengolahan yang dibutuhkan untuk operasional pengolahan utama secara aerobik dan pengolahan akhir.
101 Gambar 6.1 Rancangan Struktur Hierarki Pengolahan & Pemanfaatan Limbah Cair PKS yang Optimal
GOAL TUJUAN AKTOR FAKTOR ALTERNATIF Proses pengolahan & pemanfaatan Biaya pengolahan & pemanfaatan Kebijakan pemerintah Keuntungan yang diperoleh Metode kolam stabilisasi Metode tangki anaerobik aerasi lanjut
Metode RANUT Pengolahan & pemanfaatan
LCPKS yang optimal
Biaya pengolahan & pemanfaatan yang terjangkau Teknologi pengolahan &
pemanfaatan yang ramah lingkungan
Pengolahan dan pemanfaatan yang dapat memberikan keuntungan
102 Gambar 6.2 Rancangan Struktur Hierarki Pengolahan & Pemanfaatan Limbah Padat PKS yang Optimal
Goal
Tujuan
Aktor
Faktor
Alternatif
Litbang & Perguruan Tinggi Pemerintah Industri kelapa sawit
Teknologi pengolahan & pemanfaatan yang ramah lingkungan
Biaya pengolahan & pemanfaatan yang terjangkau
Pengolahan & pemanfaatan yang dapat memberikan keuntungan Pengolahan dan pemanfaatan
limbah padat PKS yang optimal
Masyarakat Keuntungan yang diperoleh Biaya pengolahan & pemanfaatan Proses pengolahan & pemanfaatan Peluang pasar Kebijakan pemerintah
103 Hal ini disesuaikan dengan penerapan pemanfaatan limbah cair PKS untuk aplikasi lahan yang umumnya menggunakan limbah cair terolah dari proses pengolahan utama secara anaerobik, sehingga menyebabkan kapasitas pengolahan limbah cair PKS pada tahapan pengolahan berikutnya berkurang. Biaya pengolahan limbah cair PKS yang ditentukan yaitu berupa biaya yang dibutuhkan untuk mengolah 1 ton limbah cair PKS dengan metode pengolahan tertentu. Nilai biaya tersebut diperoleh dengan menghitung biaya investasi pendirian unit IPAL serta biaya operasional dan pemeliharaan IPAL yang dibutuhkan tiap tahunnya. Perhitungan analisis biaya pengolahan limbah cair PKS dengan metode pengolahan tertentu disajikan pada Lampiran 3 sampai Lampiran 6.
Fungsi persamaan kendala sasaran biaya pengolahan limbah cair PKS yaitu sebagai berikut :
aX1 + bX2 + cX3 + dX4 + DA – DB = A Keterangan :
a = biaya yang dibutuhkan untuk mengolah 1 ton limbah cair PKS dengan metode kolam anaerobik.
b = biaya yang dibutuhkan untuk mengolah 1 ton limbah cair PKS dengan metode biologis tangki anaerobik.
c = biaya yang dibutuhkan untuk mengolah 1 ton limbah cair PKS dengan metode RANUT.
d = biaya pengolahan 1 ton limbah cair PKS pada fase aerobik- aerasi hingga tahap penanganan akhir
X4 = jumlah limbah cair PKS yang diolah pada metode aerobik-aerasi
DA = deviasi bawah (jumlah Rp. dimana biaya pengolahan limbah cair PKS tidak melebihi anggaran biaya pengolahan limbah cair PKS yang telah ditetapkan).
DB = deviasi atas (jumlah Rp. dimana biaya pengolahan limbah cair PKS melebihi anggaran biaya pengolahan limbah cair PKS yang telah ditetapkan).
A = biaya pengolahan limbah cair PKS yang disediakan oleh pihak perusahaan.
104 Pada fungsi persamaan kendala sasaran tersebut, perusahaan ingin meminimumkan biaya pengolahan limbah cair PKS agar tidak melebihi anggaran biaya pengolahan yang telah sediakan, sehingga nilai deviasi atas (DB) akan diminimumkan.
2) Kendala sasaran biaya pemanfaatan limbah cair terolah untuk aplikasi lahan Pemanfaatan limbah cair terolah yang paling banyak diterapkan oleh industri pengolahan kelapa sawit adalah teknik aplikasi lahan, yaitu memanfaatkan limbah cair PKS yang telah diolah di IPAL sebagai air irigasi dan bahan penambah nutrisi tanah di lahan perkebunan kelapa sawit. Pemanfaatan limbah cair terolah dengan aplikasi lahan dapat diterapkan dengan beberapa teknik, yaitu teknik flatbed, traktor-tangki dan longbed. Besarnya biaya pemanfaatan pada tiap-tiap teknik tersebut akan menentukan teknik aplikasi yang dapat diterapkan oleh pihak perusahaan yang disesuaikan dengan anggaran biaya perusahaan tersebut yang dialokasikan untuk pemanfaatan limbah cair terolah dengan aplikasi lahan.
Biaya yang dihitung yaitu berupa biaya yang dibutuhkan untuk menerapkan teknik aplikasi lahan tertentu pada satu hektar lahan aplikasi. Nilai biaya tersebut diperoleh dengan menghitung biaya tetap berupa biaya investasi serta biaya tidak tetap berupa biaya operasional dan biaya pemeliharaan yang dibutuhkan tiap tahunnya. Biaya pemanfaatan limbah cair terolah akan dipengaruhi oleh luas lahan perkebunan yang akan dijadikan lahan aplikasinya. Perhitungan analisis biaya pemanfaatan limbah cair terolah untuk aplikasi lahan dengan teknik aplikasi tertentu disajikan pada Lampiran 7 sampai Lampiran 9.
Fungsi persamaan kendala sasaran biaya pemanfaatan limbah cair terolah untuk aplikasi lahan yaitu sebagai berikut :
eL1 + fL2 + gL3 + DC – DD = B Keterangan :
e = biaya yang dibutuhkan untuk penerapan teknik flatbed pada 1 ha lahan aplikasi.
f = biaya yang dibutuhkan untuk penerapan teknik traktor-tangki pada 1 ha lahan aplikasi.
105 g = biaya yang dibutuhkan untuk penerapan teknik longbed pada 1
ha lahan aplikasi.
L1 = luas lahan aplikasi yang menggunakan teknik flatbed.
L2 = luas lahan aplikasi yang menggunakan teknik traktor-tangki.
L3 = luas lahan aplikasi yang menggunakan teknik longbed.
DC = deviasi bawah (jumlah Rp. dimana biaya pemanfaatan limbah cair terolah untuk aplikasi lahan tidak melebihi anggaran biaya pemanfaatan yang telah ditetapkan).
DD = deviasi atas (jumlah Rp. dimana biaya pemanfaatan limbah cair terolah untuk aplikasi lahan melebihi anggaran biaya
pemanfaatan yang telah ditetapkan).
B = alokasi dana yang disediakan perusahaan untuk pemanfaatan limbah cair terolah dengan aplikasi lahan tiap tahunnya.
Pada fungsi persamaan kendala sasaran tersebut, perusahaan ingin meminimumkan biaya pemanfaatan limbah cair terolah untuk aplikasi lahan agar tidak melebihi anggaran biaya pemanfaatan yang telah sediakan, sehingga nilai deviasi atas (DD) akan diminimumkan.
3) Kendala sasaran pengolahan dan pemanfaatan keseluruhan limbah cair PKS Sasaran pengolahan keseluruhan limbah cair PKS ditetapkan agar seluruh limbah cair PKS dapat terolah pada IPAL sehingga potensi pencemaran lingkungan dapat diminimumkan. Kemudian, hasil pengolahan limbah cair PKS akan dimanfaatkan terutama sebagai sumber energi berupa biogas serta sebagai pupuk (penambah nutrisi tanah) dan pengairan pada lahan perkebunan atau disebut aplikasi lahan. Pemanfaatan yang dilakukan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan perusahaan (pabrik dan perkebunan kelapa sawit) terhadap energi dan pupuk (nutrisi) serta kemampuan IPAL dalam mengkonversi limbah cair PKS menjadi limbah cair terolah sehingga dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Fungsi persamaan kendala sasaran untuk pengolahan keseluruhan limbah cair PKS yaitu sebagai berikut :
106 Keterangan :
DE = deviasi bawah kendala pengolahan dan pemanfaatan keseluruhan limbah cair PKS (jumlah (ton) limbah cair PKS yang tidak dapat terolah dengan metode pengolahan tertentu).
DF = deviasi atas kendala pengolahan dan pemanfaatan keseluruhan limbah cair PKS (jumlah (ton) limbah cair PKS yang dapat diolah dengan metode pengolahan tertentu yang melewati jumlah ton limbah cair PKS yang dihasilkan PKS).
C = jumlah (ton) keseluruhan limbah cair PKS yang dihasilkan PKS tiap tahunnya.
Pada fungsi persamaan kendala sasaran tersebut, perusahaan ingin mengolah limbah cair PKS yang dihasilkan oleh PKS dengan kapasitas olah yang semaksimal mungkin, sehingga nilai deviasi bawah (DE) dan deviasi atas (DF) akan diminimumkan.
4) Kendala sasaran keuntungan pemanfaatan limbah cair PKS
Keuntungan dari pemanfaatan limbah cair PKS yaitu berupa nilai penghematan biaya yang diperoleh perusahaan apabila memanfaatkan hasil olahan limbah cair PKS dengan metode pengolahan tertentu sebagai irigasi dan pupuk (land application) serta sumber energi (biogas). Pada Lampiran 10 dapat dilihat cara penghitungan keuntungan yang diperoleh dari pengolahan dan pemanfaatan limbah cair PKS dengan metode tertentu.
Fungsi persamaan kendala sasaran keuntungan pemanfaatan limbah cair PKS yaitu sebagai berikut :
hX11 + iX21 + jX22 + kX31 + lX32 + DG – DH = D Keterangan :
h = keuntungan pemanfaatan tiap ton X11
i = keuntungan pemanfaatan tiap ton X21
j = keuntungan pemanfaatan tiap ton X22
k = keuntungan pemanfaatan tiap ton X31
l = keuntungan pemanfaatan tiap ton X32
X11 = kapasitas limbah cair PKS yang diolah dengan metode kolam
107 X21 = kapasitas limbah cair PKS yang diolah dengan metode tangki
anaerobik dan diaplikasikan ke lahan
X22 = kapasitas limbah cair PKS yang diolah dengan metode tangki
anaerobik dan memanfaatkan biogas yang dihasilkan
X31 = kapasitas limbah cair PKS yang diolah dengan metode RANUT
dan diaplikasikan ke lahan
X32 = kapasitas limbah cair PKS yang diolah dengan metode RANUT
dan memanfaatkan biogas yang dihasilkan
DG = deviasi bawah (jumlah (Rp) keuntungan dari penerapan metode pengolahan limbah cair PKS dan pemanfaatannya tidak melebihi total anggaran biaya yang disediakan perusahaan).
DH = deviasi atas (jumlah (Rp) dimana keuntungan dari penerapan metode pengolahan limbah cair PKS dan pemanfaatannya melebihi total anggaran biaya yang disediakan perusahaan).
D = Anggaran yang disediakan perusahaan untuk mengolah dan memanfaatkan limbah cair PKS.
Pada fungsi persamaan kendala sasaran tersebut, perusahaan ingin mengolah limbah cair PKS yang dihasilkan oleh PKS dengan metode pengolahan dan metode pemanfaatan tertentu sehingga dapat menghasilkan nilai tambah (keuntungan) yang dapat menutupi total biaya yang dibutuhkan untuk penerapan metode pengolahan dan pemanfaatan tersebut, sehingga nilai deviasi bawah (DG) akan diminimumkan.
5) Kendala pembatas ketersediaan sumberdaya
Berdasarkan fungsi persamaan kendala sasaran yang telah dirumuskan, maka dirumuskan beberapa fungsi persamaan kendala pembatas yang diperlukan untuk menyesuaikan antara ketersediaan sumberdaya yang dibutuhkan dalam usaha pencapaian sasaran dengan nilai sasaran yang ingin dicapai. Fungsi persamaan kendala pembatas tersebut yaitu :
 Batas lahan perkebunan untuk aplikasi limbah cair terolah pada tiap teknik aplikasi lahan
L1≤ LL1 ; L2≤ LL2 ; L3 ≤ LL3
108
k11 X1 + k21X2 + k31X3– X11– X21– X31 = X4
 Kesesuaian antara kebutuhan limbah cair terolah untuk aplikasi lahan dengan limbah cair terolah yang dihasilkan
L1 K1 + L2 K2 + L3 K3 ≤ k11 X1 + k21X2 + k31X3
L1 K1 + L2 K2 + L3 K3 = X11 + X21 + X31
 Kebutuhan biogas untuk memenuhi kebutuhan energi PKS
k22X22 + k32X32 = E
 Kesesuaian produksi biogas pada metode tertentu dengan kapasitas limbah cair PKS yang diolah dengan metode tersebut
X2– X22≥ 0
X3– X32≥ 0
 Kesesuaian produksi limbah cair terolah pada metode tertentu dengan kapasitas limbah cair PKS yang diolah dengan metode tersebut
k11X1– X11≥ 0
k21X2 – X21≥ 0
k31X3– X31≥ 0
 Kendala hubungan antara variabel keputusan pendekatan sumberdaya dengan pendekatan AHP
X1– C Y1 = 0
X2– C Y2 = 0
X3– C Y3 = 0 Keterangan :
K1 = Kebutuhan limbah cair terolah untuk diaplikasikan dengan
teknik flatbed pada 1 ha lahan perkebunan
K2 = Kebutuhan limbah cair terolah untuk diaplikasikan dengan
teknik traktor tangki pada 1 ha lahan perkebunan
K3 = Kebutuhan limbah cair terolah untuk diaplikasikan dengan
teknik longbed pada 1 ha lahan perkebunan
LL1 = Luas lahan perkebunan yang tersedia untuk aplikasi teknik flatbed
LL2 = Luas lahan perkebunan yang tersedia untuk aplikasi teknik traktor
tangki
109 b. Pendekatan AHP
Nilai hasil analisis metode AHP akan dijadikan nilai bobot pada pemodelan fungsi kendala sasaran untuk pencapaian nilai global dan nilai lokal AHP pada pemodelan GP yang dilakukan. Nilai global AHP adalah nilai tingkat pencapaian elemen goal pada hierarki AHP apabila menerapkan komponen alternatif tertentu pada hierarki AHP tersebut. Nilai lokal AHP adalah nilai tingkat pencapaian tiap elemen kriteria dalam hierarki AHP apabila menerapkan komponen alternatif tertentu pada hierarki AHP tersebut.
Berdasarkan struktur hierarki AHP untuk optimalisasi pengolahan dan pemanfaatan limbah cair PKS yang ditunjukkan pada Gambar 6.1, maka fungsi persamaan kendala sasaran berdasarkan pendekatan AHP yaitu sebagai berikut : 1) Nilai global AHP untuk limbah cair PKS :
SAHP.X1 = (TC1 KTC1) + (TC2 KTC2) + (TC3 KTC3)
SAHP.X2 = (TC1 TTC1) + (TC2 TTC2) + (TC3 TTC3)
SAHP.X3 = (TC1 RTC1) + (TC2 RTC2) + (TC3 RTC3) Fungsi persamaan kendala sasarannya :
SAHP.X1 Y1 + SAHP.X2 Y2 + SAHP.X3 Y3 + DI - DJ = TScair Keterangan :
SAHP.Xi = Nilai total pencapaian sasaran/tujuan TCj apabila
menerapkan metode pengolahan i TCj = Nilai bobot sasaran/tujuan j
k11 = tingkat konversi limbah cair PKS menjadi limbah cair terolah
dengan menerapkan metode kolam stabilisasi
k21 = tingkat konversi limbah cair PKS menjadi limbah cair terolah
dengan menerapkan metode tangki anaerobik
k31 = tingkat konversi limbah cair PKS menjadi limbah cair terolah
dengan menerapkan metode RANUT
k22 = tingkat konversi limbah cair PKS menjadi biogas dengan metode
tangki anaerobik
k32 = tingkat konversi limbah cair PKS menjadi biogas dengan metode
RANUT
110 KTCj = Nilai bobot pencapaian sasaran/tujuan j apabila menerapkan
metode kolam stabilisasi
TTCj = Nilai bobot pencapaian sasaran/tujuan j apabila menerapkan
metode tangki anaerobik
RTCj = Nilai bobot pencapaian sasaran/tujuan j apabila menerapkan
metode RANUT
DI = deviasi bawah (ketidaktercapaian nilai global AHP) DJ = deviasi atas (nilai global AHP yang terlewati)
TScair = Nilai global AHP yang merupakan jumlah dari SAHP.Xi
, dengan i :
1 = Metode kolam stabilisasi
2 = Metode tangki anaerobik aerasi lanjut 3 = Metode RANUT
, dengan j :
1 = Teknologi penanganan limbah cair PKS yang ramah lingkungan 2 = Biaya penanganan limbah cair PKS yang terjangkau
3 = Penanganan limbah cair PKS yang dapat memberikan keuntungan Pada fungsi persamaan kendala tersebut, nilai TScair yang dicapai ingin
dimaksimalkan sehingga deviasi bawah (DI) akan diminimumkan. 2) Nilai lokal AHP untuk limbah cair PKS
 fungsi persamaan kendala sasaran nilai lokal AHP berdasarkan tujuan ramah lingkungan: