• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan Antropologis

Dalam dokumen Diktat Metodologi Studi Islam I (Halaman 115-119)

BERBAGAI PENDIDIKAN DALAM MEMAHAMI AGAMA

C. Pendekatan Antropologis

Pendekatan Antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masayarakat. Antropologi dalam kaitan ini sebagaiman dikatakan Dawan Rahardjo, lebih mengutamakan pengamatan langsung, bahkan sifat nya partisifasif.55

1. Pengertian Pendekatan Antropologis

Istilah antropologi berasal dari kata antropos dan logis, yang berate manusia dan ilmu, antropologi merupakan istilah yang digunakan dalam cabang keilmuan yang membicarakan manusia. Dalam KBB Antropologi disebut sebagai Ilmu tentang Manusia, khususnya tentang asal usul, aneka warna bentuk fisisk, adat istiadatdan kepercayaan.

54 Amin Abdullah, studi agama normative atau historis (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,1996) hlm, 106.

55 M. Dawam Raharjo, Pendekatan Ilmiah Terhadap Fenomena Keagamaan, dalam M. taufik Abdullah dan M. Ruslin karim, Metologi penelitian Agama (Yogyakarta : Tiara Wacana, 1990) cet. II hlm 19

Koentjaraningrat menyebutkan pengertian antropologi dalam bukunya

pengantar Antropologi sebagai Ilmu tentang manusia, yang pada awalnya mempunyai makna lain yaitu ilmu tentang cirri-ciri tubuh manusia.

Jadi pengertin Antropolg yang lebih jelas adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang manusia baik dalam hal-hal yang berkaitan dengan aspek fisisk yaitu : warna kulit, bentuk rambut, bentuk muka, bentuk hidung, tinggi badan maupun dalam hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial.

a. Antropolgi Agama

Pada dasarnya studi agama telah dimulai sejak masa sebelum masehi, sebagaimana diungkapakan oleh Merciea Aliade. Di era yunani pra Sokrates sudah lahir catatan dan laporan mengenai kehidupan keagamaan masyarakat yunani. Namun secara Aklamatif diakui bahwa studi agama modern didirikan oleh Friedrich Max Muller (1823-1900). Perkembangan berbagai kajian terhadap agama-agama memunculkan berbagai persoalan, salah satunya merupakan tentang definisi agama itu sendiri. Adanya perbedaan pendapat tentang definisi agama melahirkan munculnya perbedaan pendekatan dalam upaya mengkaji dan meneliti tentang agama. Hal ini karena antropologi merupakan ilmu yang mengkaji bentuk-bentuk kebudayaan manusia dalam pemikiran, tindakan maupun benda-benda.56 Dalam fase perkembangannya antropolgi agama terbagi pada beberapa aliran diantaranya :

b. Aliran funsional, tokoh Brosnilaw Kacper (1884-1942) berpendapat bahwa suatu aspek kbudayaan termasuk model-model keagamaan memunyai fungsi dalam kaitannya dengan aspek lain sebagai kesatuan dan juga berkeyakinan bahwa institusi-institusi kebudayaan dalam keagaan mempunyai fungsi yang sangat penting.

56 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya (Jakarta : UI Press, 1979) hlm. 12

c. Aliran structural, tokoh Clauda Levi Strauss (1908-1975) tidak begitu banyak melakukan penelitian namun ia mengajukan adanya dislansi yakni mengambil jarak dari objek.

d. Aliran historis, tokohnya E. Evans Pritchard (1902-1973) mencirikan penggunaan hermeneutic, yakni melakukan penafsiran terhadap kata-kata dan istilah-istilah bahasa bangsa yang ditelitinya.57

e. pendekatan Antropologi dalam penelitian agama

Antropolgi sebagai ilmu yang berdiri sendiri memiliki ruang lingkup dan lapangan penelitian yang luas dan paling sedikit ada lima masalah penelitian atau objek studi antropolgis yakni :

a. Sejarah asal dan perkembangan manusia

b. Sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusi dari sudut cirri-ciri tubuhnya

c. Sejarah asal perkembangan dan penyebaran aneka warna bahasa yang diucapkan manusia

d. Perkembangan penyebaran dan terjadi aneka warna kebudayaan manusia e. Asas-asas kebudayaan dari manusia dalam kehidupan masayarakat masa

kini. Pendekatan antropolgi dlam meneliti dan mengkaji agama dapat dipahami sebagai upaya memahami agama melalui wujud praktiknya yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat. Professor Lauri Hanoko dalam Ahmad Norma permata, menyebutkan “amtropolgi budaya masih menikmati posisi yang kuat dalam studi agama ilmiah, paling tidak berkaitan dengan tehnik kerja lapangannya dan metode perbandingan budaya. Sebuah persimpangan muncul misalnya dalam signinitifikasi antara penelitian para antropologi mengenai keselarasan agama dengan hubungan manusia dan penghuni dunia lainnya dan manusia dengan masyarakat”.

Agama sebagai objek kajian, muncul sebagai fenomena yang kompleks dan tidak mudah untuk dirumuskan, karena itu sulit ditemukan

57 Ibid hlm. 31

kesepakatan di kalangan pengkajian keagamaan mengenai batasan agama, di dimana pangkatdan ujungnya, ia meresap kedalam wilayah kehidupan manusia, sehingga kajian agama selalu berhimpun dengan kajian-kajian bidang lain, karena itu pengkajian agama perlumemanfaatkan bantuan berbagai disiplin ilmu lain, seperti ilmu sosiologi, psikologi, antropologi. Agama sebagai kajian antropologi karena agama sebagai fenomena kehidupan yang menyatakan diri dalam system sosial budaya. Sebagaimana disebut M. Dawan Raharjo dalam Taufik Abdullah dan M. Ruslin Karim, bahwa antropologi dalam kaitan ini lebih mengutamakan pengamatan langsung, bahkan yang sifatnya partisifasip.58

f. Aplikasi pendekatan Antropolgi dalam mengkaji islam umat islam

Adapun pengaplikasian antropolgi dalam mengkaji islam dan umat islam merupakan dalam makna menggunakan pendekatan antropolgi budaya dan antropologi sosial dalam mengkaji fenomena keberagamaan umat islam. Pendekatan antropolgi bisa dijadikan untuk mendukung penjelasan bagaimana fenomena-fenomena keagamaan dapat terjadi dan bagaimana keterkaitannya dengan jaringan institusi dan kelembagaan sosila yang mendukung keberadaanya.59

g. Penulis dan karya utama dalam kajian antropolgi tentang islam

Kajian tentang islam dengan pendekatan antropologi diantaranya merupakan apa yang dilakukan oleh Clifford greetz dalam meneliti keberadaan umat islam dipulau jawa dimojokuto sebagai suatu sistem sosial ,dengan kebudayaan jawanya yang akulturatif dan agama yang sinkritik yang terdiri atas sub kebudayaan jawa yang masing –masing merupakan struktur sosial yang berlainan yakni : Abangan (yang intinya berpusat dipedesaan )’ santri (yang intinya berpusat ditempat perdagangan atau pasar ) dan priyayi ( yang intinya berpusat dikota kantor pemerintahan). Pada masarakat mojukuto yang penduduknya Sembilan

58 Abudin Nata, Metologi Studi Islam (Jakarta : Rajawali Pres, 2001) hlm. 102

59 https://www.google.co.id/tahdist.wordpress.com/2013/01/08/berbagai-pendekatan-dalam-memahami-agama/amp/

puluh persen beragama islam sesungguhnya memiliki variasi dalam kepercayaan “nilai dan upacara yang berkaitan dengan masing –masimg struktur sosial tersebut .Adanya perbedaan lingkup ketiga struktur sosial tersebut dan adanya latar belakang sejarah kebudayaan yang berbeda yakni masuknya peradaban hindu dan islam di jawa “ sebagaimana disebut Greezt dalam abudin Nata .telah melahirkan adanya abangan yang menunjukkan pentingnya aspek-spek animistik ‘ santri yang menekan kan penting nya aspek ajaran islam dan priyayi yang menekan kan aspek-aspek hindu.60

h. gagasan islamisasi antropolgi, signifkansi dan kontribusi pendekatan antropologi dalam studi islam.

Islamisasi pengetahuan merupakan mengislamisasikan disiplin-disiplin merupakan dalam makna menghasilkan buku-buku pegangan pada level universitas dengan menuangkan kira-kira dua puluh buah disiplin dengan wawasan islam. Apabila ditelusuri kembali peran yang dimainkan antropologi budaya dan sosial dalam mengkaji fenomena-fenomena yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat. Maka peran antropologi paling tidak member kontribusi dan manfaat untuk :

1. Memahami fenomena keagamaan yang merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari.

2. Pemahaman yang tepat tentang ajaran agama dapat membangkitkan reaktualisasi ajaran-ajaran islam.

Dalam dokumen Diktat Metodologi Studi Islam I (Halaman 115-119)