• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETA PEKERJA DAN MESIN

KELOM POK

III. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan perancangan peralatan

2.2. Pendekatan Ergonomis dalam perancangan stasiun kerja

Secara ideal, perancangan stasiun kerja haruslah disesuaikan peranan dan fungsi pokok dari komponen-komponen sistem kerja yang terlibat yaitu manusia, mesin / peralatan dan lingkungan fisik kerja. Berkaitan dengan perancangan stasiun kerja aspek ergonomi yang harus di pertimbangkan adalah :

a. Sikap dan posisi kerja

Secara ideal, perancangan tempat kerja haruslah disesuaikan peranan dan fungsi pokok dari komponen-komponen sistem kerja yang terlibat yaitu manusia, mesin / peralatan dan lingkungan fisik kerja. Dimensi ruang kerja di pengaruhi oleh situasi fisik dan situasi kerja yang ada. Dalam menentukan dimensi ruang kerja perlu di perhatikan jarak jangkau yang bisa dilakukan oleh operator, batasan-batasan ruang yang enak dan cukup

memberikan keleluasaan gerak operator dan kebutuhan area minimum yang harus dipenuhi untuk kegiatan

Untuk mendefinisikan batasan-batasan daerah kerja horizontal diperlukan untuk memastikan bahwa material atau alat kontrol tidak dapat ditempatkan bergitu saja diluar jangkauan tangan . Batasan-batasan jangkauan tangan harizontal hapir seluruhnya ada kendala , karena semua bangku kerja material dan beralatan lainnya disusun pada sebuah permukaan yang horizontal. Batasan operator semakin meningkat , jika operator mengendalikan beberapa macam gerakan tubuh, misalnya operator duduk yang menghindari gangguan keseimbangan pada saat menjangkau, bahkan jika berdiri jangkauan kedepan dibatasi oleh pinggiran bangku, hal ini akan dapat mengganggu keadaan badan dan menimbulkan tekanan pada pungkung. Dalam buku RM Barnas (Motion and Time Study ) mendefinisikan daerah kerja “ Normal “ dan “ Maksimum “ dengan batasan yang ditentukan oleh ruang tengah jari (mid point of fingers) sebagai berikut :

Daerah Normal

Lengan bawah yang berputar pada bidang horizontal dengan siku tetap. Daerah Maksimum

Lengan direntangkan keluar dan diputar sekitar bahu.

Para peneliti menyadari bahwa tidak realistis jika kedudukan siku diasumsikan supaya tetap, sehingga batasan-batasan tersebut tidak berupa lengkungan - lengkungan . Mereka juga percaya bahwa para pekerja cendurung duduk atau berdiri tidak dekat dengan pinggiran bangku. Mereka menjelaskan bahwa batas dengan sebuah persamaan yang meliputi pengukuran statis dari panjang lengan dan posisi bangku. Jelasnya kerja seharusnya dibatasi sampai dengan wilayah kerja normal jika mungkin hindarkan kebutuhan untuk menaikkan lengan sebisa mungkin. Untuk menjaga agar pekerjaan tetap berada dalam wilayah kerja yang normal, maka tidak cukup dengan mengoptimalkan lay-out tempat kerja. Namun demikian lay-out tersebut seharusnya juga menghasilkan posisi anatomi alami yang baik. Lay-out yang memposisikan tetap untuk tangan kanan dengan pergelangan tangan yang bervariasi, ini merupakan penyimpangan dan memberikan kesan bahwa bangku yang terlalu tinggi adalah suatu masalah yang akan dipertimbangkan.

Gambar 5.1. Dimensi area kerja normal dan maksimum

Sumber : Barnes, Ralph M, “Motion and Time Study. Design and Measurement of Work”,

Secara ringkasnya bahwa :

* Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap dan posisi membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau jangka waktu lama.

* Operator tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum yang bisa dilakukan.

* Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu yang lama dengan kepala, leher, dada dan kaki berada dalam sikap atau posisi miring. * Operator tidak seharusnya di paksa bekerja dalam frekuensi waktu yang lama

dengan tangan / lengan berada dalam posisi di atas level siku yang normal.

b. Anthropometri dan Dimensi Ruang Kerja

Anthropometri merupakan studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia yang secara luas dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk merancang produk ataupun sistem kerja yang melibatkan manusia. Perancangan produk harus

mampu mengakomodasikan populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangan tersebut. Sekurang-kurangnya 90% - 95% dari populasi dalam kelompok pemakai harus dapat menggunakannya dan didekati dengan distribusi normal.

Dimensi ruang kerja di pengaruhi oleh situasi fisik dan situasi kerja yang ada. Dalam menentukan dimensi ruang kerja perlu di perhatikan jarak jangkau yang bisa dilakukan oleh operator, batasan-batasan ruang yang enak dan cukup memberikan keleluasaan gerak operator dan kebutuhan area minimum yang harus dipenuhi untuk kegiatan tertentu.

Perancangan tempat kerja pada dasarnya merupakan suatu aplikasi data antropometri , tetapi masih memerlukan dimensi fungsional yang tidak terdapat pada data statis. Dimensi-dimensi tersebut lebih baik didapat dengan cara pengukuran langsung dari pada data statis. Misalnya gerakan menjangkau dan gerakan lain-lain yang sukar didefinikan.

c. Pengaruh ukuran kursi kerja

Pertimbangan untuk ukuran kursi kerja yang sering menjadi masalah adalah ketinggian kursi. Ada dua macam dasar untuk menentukan ketinggian permukaan kerja yaitu : (1). Bangku atau mesin yang tepat untuk bekerja sambil berdiri.

( walaupun berdiri dan duduk bergantian adalah suatu hal yang mungkin dan diikuti dengan tersedianya kursi yang sesuai )

(2). Bangku atau kursi yang disesuaikan hanya untuk pekerjaan sambil duduk. Prinsip yang diterapkan untuk ketinggian permukaan kerja :

 Hindari beban otot yang terlalu berat yang disebabkan oleh lengan atas yang disampingkan terlalu tinggi. ( dalam pekerjaan keyboard , pergeseran lengan atas sering terjadi akan menyebabkan timbulnya kaharusan untuk deviasi ulnar yaitu penyimpangan pergelangan tangan kearah kelingking )

 Hindari tekanan tajam pada sisi lengan dengan bagian bawah dari pinggiran bangku, jika permukaan tempat kerja terlalu tinggi.

 Hindari posisi membungkuk secara terus menerus jika permukaan tempat kerja terlalu rendah.

Operator seharusnya bekerja dalam posisi tegak, dengan lengan atas dalam posisi santai dan dalam posisi vertikal yang dekat dengan meja, dan lengan bawah dimiringkan sedikit dari kedudukan horizontal. Hal ini dapat dicapai jika ketinggian tempat kerja kira-kira 5 cm dibawah tinggi siku operator tentunya akan menimbulkan pertanyaan tetang

percentil dari tinggi atau panjang siku yang digunakan. Masalah lain yang timbul adalah jika ada suatu populasi campuran yang terdiri dari pria dan wanita.

Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah tersebut sebagai berikut :

(a). Gunakan dimensi rata-rata dari ketinggian siku, hal ini dapat menimbulkan ketidak nyamanan atau gangguan diantara populasi yang digunakan dan merupakan penyelesaian yang kurang bagus.

(b). Perancangan untuk percentil 95 dan diberikan plat-form lantai untuk operator yang lebih kecil, tatapi ini dapat menimbulkan masalah baru dan sukar untuk mengatasinya.

(c). Perancangan untuk percentil 5 dan menambah tinggi bangku untuk operator yang lebih besar, tetapi hal ini mengurangi keleluasaan duduk pada bangku sebab hilangnya ruang gerak untuk lutut.

(d). Rancanglah suatu pengatur (adjustment), hal ini umum untuk meja-meja kantor dan sistem produk yang komersial juga tersedia untuk bangku-bangku kerja dengan sistem pengatur.

(e). Rancanglah suatu kursi yang tingginya pada ketinggian yang dapat disesuaikan (adjustable height) dan sandaran kaki yang dapat disetel.

Untuk tempat kerja yang dekat dengan operator , tinggi bangku dapat dibuat dengan ekstra tinggi yang sesuai. Sedangkan bangku yang lebih rendah adalah untuk pekerjaan yang berat, tetapi bangku yang standar didasarkan pada panjang siku pada umumnya, dengan perkiraan bahwa penyesesuaian akan dapat dicapai. Masalah pemilihan tinggi bangku dilantar belakangi oleh sejumlah studi (lihat tabel).

Beberapa rekomendasi untuk tinggi bangku (standing work)

Sumber Data Wanita Pria

 R. Farley (1985)

 H. Dreyfuss (1967)

 E. Grandjean (1980) (untuk kerja ringan)

 Standar Australia (general purpose) 940 810 - 860 850 - 900 900 1020 910 – 970 900 – 950 950 - 1000

Sebuah operasi penggabungan yang sederhana ditunjukan bahwa ada tiga perbedaan tinggi bangku kerja oleh sejumlah operator. Operator dalam percobaan tersebut mempunyai

panjang siku antara 965 mm sampai 1143 mm dan tinggi meja yang disesuaikan untuk meletakkan pekerjaan dibedakan menjadi 3 bagian sebagai berikut :

 50 mm diatas siku  50 mm dibawah siku  150 mm dibawah siku

Rata-rata proses produksi diukur pada setiap posisi dengan operator yang berbeda dan dalam analisa variansi ketinggian tersebut diubah menjadi berbagai macam ketinggian berarti. Yang paling baik adalah 50 mm dibawah siku , jika 50 mm diatas siku mengurangi produksi sekitar 1 % . jika 150 mm dibawah siku menyebabkan produksi berkurang sekitar 2,8 %

Buku Acuan :

1. Iftikar Z. Sutalaksana , “ Teknik Tata Cara Kerja “ , ITB , Bandung

2. Barnes R. M, “ Motion and Time Study - Design and Measurement of Work “ , John Wiley & Sons .Inc, New York.

3. Kazarian E. A. “ Work Analisis and Design for Hotel, Restaurants and Institutions “ , Avi Publishing Company, Inc. Westport , Connecticut , Michigan.

4. Eko Nurmianto ,” Ergonomi , Konsep Dasar dan Aplikasinya “, ITSN , Surabaya. 5. Wignjosoebroto Sritomo, “ Ergonomi “ Studi Gerak dan Waktu “ ITSN , Surabaya.

BAB V I

Dokumen terkait